47Please respect copyright.PENANAdB4oHIJKJR
"Hidup kadang melelahkan. Namun jika seseorang tidak lagi merasa lelah, mungkin itu artinya ia telah berhenti merasa hidup."
Pagi datang seperti biasa.
47Please respect copyright.PENANAE8ut4sOiWc
Tanpa alarm. Tanpa jadwal pasti.
Yang ada hanya tubuh yang terbangun karena bosan tidur.
47Please respect copyright.PENANAMAxEAbdCfQ
Revenant menggeliat pelan, lalu duduk bersandar ke dinding kamarnya yang dingin dan kusam. Kamar kontrakannya sempit—cukup untuk satu kasur lipat, meja kecil penuh kabel kusut, dan gantungan baju yang nyaris tumbang oleh beban pakaian yang tak pernah disortir.
47Please respect copyright.PENANAMB6UYeFshz
Dengan mata masih separuh sadar, ia meraba-raba mencari ponsel. Layarnya retak, casing mengelupas, tapi masih cukup tangguh untuk sekadar mengingatkan bahwa hidup tetap berjalan.
47Please respect copyright.PENANAhFkvdzrPAY
Notifikasi masuk:
47Please respect copyright.PENANAxupBTIn20n
“Tagihan listrik akan jatuh tempo 2 hari lagi.”
“Saldo e-wallet Anda di bawah Rp5.000.”
“Promo paket data 5GB – hanya hari ini!”
Dan satu pesan lain... dari seseorang yang akhir-akhir ini hanya jadi siluet dalam ingatan.
47Please respect copyright.PENANA5FWMQgZfFr
Lluvia:
"Maaf, beberapa bulan ini suasanaku tidak enak. Entah karena lelah atau jenuh.
Rasanya tidak enak juga kalau diteruskan seperti ini.
Bagaimana jika..."
Revenant menekan tombol daya. Layarnya padam.
47Please respect copyright.PENANAIbdrtSGOiH
Ia menarik napas panjang. Menatap langit-langit yang catnya mulai terkelupas. Lalu menunduk. Lalu diam.
Hening. Tanpa air mata. Tanpa gumaman.
Lelaki itu hanya duduk. Menyimak detak jam dari ponsel yang sudah mati layar.
47Please respect copyright.PENANAoHOxrisZE8
Beberapa menit kemudian, ia berdiri. Tak tahu harus ke mana. Tapi apa pun lebih baik daripada menetap di titik yang sama.
47Please respect copyright.PENANABNlGT0TcXg
Siang hari, ia keluar. Bukan karena ada pekerjaan. Tapi karena pikirannya tak bisa diam.
47Please respect copyright.PENANAfb14YUF246
Ia tiba di sebuah warung kopi dekat perempatan, satu-satunya tempat yang masih menyediakan wifi gratis dan bangku pojok dengan colokan listrik longgar. Ia duduk, memesan es teh manis, dan membuka ponsel seperti robot yang baru saja diprogram ulang.
47Please respect copyright.PENANAPzfiUD081D
Tak lama kemudian, seorang pria duduk di bangku sebelah. Tak banyak basa-basi. Cuma anggukan.
47Please respect copyright.PENANAVUiX4Xysqv
Raka, pria berambut cepak dengan jaket parka lusuh dan mata sembap bekas begadang, melirik Revenant dan berkata, “Masih kerja lepas terus?”
47Please respect copyright.PENANAT3abvAbtnb
“Masih,” jawab Revenant datar.
47Please respect copyright.PENANAlrQEEmeF37
“Gak capek, bro?”
47Please respect copyright.PENANApiMFcGZHRm
“Capek.”
47Please respect copyright.PENANAN3urhl9Tnu
Dengan senyum miris, Raka mengangkat bahu. “Lah terus kenapa gak cari kerja tetap?”
47Please respect copyright.PENANANLUttZ5bGt
Revenant menyeruput tehnya. “Kalau gue kerja tetap... takut kehilangan hal-hal kecil yang bikin gue tetap hidup.”
47Please respect copyright.PENANABIAC7cZrGf
“Hal kecil itu bisa bikin lu bangkrut,” tukas Raka.
47Please respect copyright.PENANAxYe9cdPD74
“Kalau udah gak punya apa-apa, hal kecil itu yang bikin gue gak mati,” balas Revenant, matanya kosong menatap jalanan.
47Please respect copyright.PENANACpjknhCTDJ
Tak ada lanjutannya. Dan memang tak perlu.
47Please respect copyright.PENANAK24T53FzLB
Sore turun perlahan. Langit kelabu. Udara lembab.
47Please respect copyright.PENANA2Mh0l042rE
Revenant berjalan sendiri melewati jalanan becek yang tak asing. Sesekali kakinya menginjak genangan kecil, tapi dia tetap berjalan tanpa reaksi berarti.
47Please respect copyright.PENANA9k4yiRKWC4
Sesampainya di kamar, dia kembali rebahan. Seperti tadi pagi.
Mungkin karena ini satu-satunya hal yang tidak menuntut alasan.
47Please respect copyright.PENANAbatR9kfzot
Ia menyalakan ponsel. Scroll-scroll berita tanpa benar-benar membaca.
Swipe left, swipe right — foto-foto orang lain yang terlihat bahagia.
Semua orang tampak tahu arah, kecuali dirinya.
47Please respect copyright.PENANA6ObnJNpyGt
Jarinya berhenti pada satu iklan.
47Please respect copyright.PENANA0WXbgYA2lj
“Bicara dengan AI. Teman digitalmu, 24/7. Tanpa login. Tanpa batas.”
Tanpa banyak pikir, ia klik.
Tampilan gelap. Sederhana.
Satu kolom teks. Tanpa embel-embel.
47Please respect copyright.PENANAqTyLvO0kSv
“Tulis apa pun yang ingin kamu bicarakan.”
Ia tidak langsung mengetik. Hanya menatap kotak itu... cukup lama.
Lalu meletakkan ponselnya perlahan. Menatap langit-langit lagi.
47Please respect copyright.PENANA2sgYcTWKch
Kali ini... bukan karena jenuh. Tapi karena ada satu rasa yang tak bisa ia definisikan.
ns216.73.216.148da2