Kok jadi penasaran Tam sedang ngobrol dengan siapa.
“Wih… Pakaiannya norak banget.” Celetuk Cecil.
“Sssst! Jangan begitu. Nanti kalau dia dengar bagaimana?”
Baru kali ini melihat Tam mengobrol dengan seseorang. Dan, memang benar kata Cecil. Gayanya norak banget.
Ada apa dengan topi itu. Dari dalam bisa keluar kelinci, ya. Dan tongkatnya… Pakai kayu apa bisa seputih itu?
Biarkan.
Tapi…
Kenapa Tam bisa sangat akrab dengan kakek tua seperti itu? Tapi dari tadi Tam hanya menjawab pendek. Tapi Tam memang begitu orangnya, kan?
Jika memikirkan wanita itu, tidak akan ada selesainya. Dia adalah wanita dengan segudang misteri. Termasuk teman-temannya, yang sepertinya jauh lebih misterius. Kalau tidak salah… Walter? Tadi Tam memanggilanya Walter, kan.
Duh!
Kenapa jadi memikirkannya.
Sekarang sebaiknya.
Hah…
…
“Ketika melihatmu rasanya aku ingin muntah.” Wajah Cecil sudah tidak karuhan.
Beberapa detik setelahnya, Cecil terbirit menuju toilet. Entahlah, dia muntah atau buang air. Tapi skenario terburuk, dia meninggalkanku sendiri dengan Wanita aneh seperti Grim Reaper bersama Charlie Chaplin versi putihnya.
BYUR!
Nampaknya tanpa sengaja salah satu dari Tam atau Walter menjatuhkan minumnya. Eh! Pasti Tam. Pesanan Walter belum datang. Itu tak penting. Yang penting…
“Thomas!” Sontak memanggilnya. Hampir saja Thomas kembali ke dapurnya.
Dan, cepat ia langsung datang. “Ada apa, Kak Cynthia?”
Jadi bingung mau bilang apa. “Je je jeruk…”
…
“Oh… Jus jeruk. Tunggu sebentar, ya.” Dia langsung pergi.
Menyebalkan.
Sekarang, harus menunggu Thomas kembali dengan membawa jus-nya. Yakin sekali kalau Cecil pasti lama karena sudah dua mangkuk besar mie yang hitam dan merah ia habiskan.
Tapi, tidak berselang lama…
Beruntung.
Nampaknya Tam dan Walter akan pergi. Tam sudah mendekati Bu Rina dan nampaknya meminta bungkus makanannya. Sepertinya Walter meminta makanannya untuk dibungkus.
Fiuh…
Ya, mereka segera pergi setelah bungkusannya datang.
Beruntung sekali, vouchernya Cecil ada di atas meja. Aneh. Kok belum kenyang, ya. Dan beruntungnya lagi, Thomas datang membawakan teko jeruk pas sekali ketika dua orang itu keluar. Sebagai pelayan dia pengertian.
“Untuk yang ini, tidak gratis kata Ibu.” Sedikit pengertian...
“Boleh kupesan Mie Ayam bumbu lada? Tapi jangan terlalu pedas.”
“Kalian banyak makan ya. Tadi Tam juga makan mie sampai tiga mangkuk.” Dia terkekeh.
Eh! Baru sadar jika Thomas sudah tidak gemetaran. “Kau sudah baikan?”
Dia sedikit terkejut. “Kakak sadar, ya. Aku baru saja minum obat, sepertinya manjur.”
“Semoga sembuh.”
“Terimakasih, Kak Cynthia.” Ia pergi lagi kedalam dapur.
Dan, saatnya menikmati Mie ini dengan lebih tenang.
Ngomong-ngomong… Semoga Cecil juga cepat sembuh.
82Please respect copyright.PENANAqeQbbh4qEG
-----Space-----82Please respect copyright.PENANA2g1XL65Yzn
“Kau sudah baikan?”
Cecil tampak lemas. Sudah dua mangkok habis menunggunya. Kedai ini benar-benar nikmat. Tapi…
Entah kenapa…
Seperti…
Ada yang terlupakan.
“Cynthia, kau sudah habis tiga mangkok!?” Dia terkejut melihat mangkok-mangkok ini. “Nafsu makanmu benar-benar hebat. Eh! Baru ingat… Tadi Thompson kesini ya?”
NAH ITU!
“Dia benar-benar tampan. Di belakang aku hanya terlintas wajahnya… Wajah Thomas juga sih.” Dia cengar-cengir. Tapi, ini bukan waktunya untuk itu.
“Bu! Terimakasih makanannya!” Buru-buru mengais barang-barang yang tadi di meja termasuk sisa voucher. Dan, menggaet Cecil untuk pergi ke kedai sebelah karena tadi sudah janji akan kembali. Duh! Ini gara-gara Tam dan temannya tadi. “Terimakasih! Kapan-kapan kami datang lagi!”
“Sama-sama! Sering-sering ya…” Suara Bu Rina.
Setengah berlari dari kedai itu dan menuju ke samping.
Nampaknya, belum ada pelanggan juga yang datang ke kedai Thompson. Ya… Toh memang belum jadwal makan siang kantor.
Wisata kuliner ini tak ada habisnya.
Padahal dari tadi cuma dua kedai yang di datangi.
“Thompson!” Cecil langsung masuk duluan. Namun sepertinya Thompson sedang pergi. Kali ini, dia duduk di kursi dekat sekat dapur, atau kursi bar, mungkin.
Ya… ia hanya ingin melihat wajahnya dari dekat. Padahal aku masih diluar, lho. Dia begitu antusias.
“Cynthia?”
“Eh! Thompson, kau kembali?” Apa yang kukatakan?
“Seharusnya aku yang bilang begitu.” Ia lewat begitu saja.
“Silahkan duduk.”
Cecil masih memandanginya. Dan, duduk di kursi ini sepertinya tidak begitu buruk. Bisa melihat dapur dan peralatan Thompson sedikit menarik.
“Kalian ingin pesan apa kali ini. Tapi, sepertinya Cecil masih sama ya…” Entah kenapa aku baru sadar jika Cecil terengah-engah dengan wajah merah.
“Aku ingin strawberry kalau ada.”
“OK!” Dia langsung menuju dapur… di depan kami tepatnya.
Melihatnya meracik es-krim… Dia lelaki yang cukup hebat. Lulus SMA langsung berwiraswasta seperti ini, benar-benar…
Dia juga nampak terampil. Kurang dari lima menit, cawan es-krim sudah kembali dalam genggaman. Dan, dia juga memandangi dua orang di depannya.
“Tadi ada Tam disamping, ya.”
“Oh… Kau melihatnya.” Sama seperti tadi, Cecil sibuk dengan es-krim dan wajah Thompson.
“Ya…” Tiba-tiba raut wajah Thompson berubah. “Selera makannya mengerikan.”
Ia membuatku juga mengatakan hal yang sama. “Wanita yang menakutkan.”
“Bahkan ia tidak berkeringat.” Ujar Cecil. Ternyata dia juga merespon. Namun kembali kepada es-krimnya karena masih kepedasan.
“Dia memang misterius… Kalian sependapat denganku, kan?” Dengan alami, kami berdua mengangguk. “Bahkan aku baru tahu dia suka pedas.”
“Dia di sekolah tidak pernah jajan, sih.”
“Kau benar, Cynthia. Dia seperti bayangan kalau disekolah. Ada, tapi tidak terlalu diperhatikan.” Ujar Thompson.
…
“Ngomong-ngomong…” Cecil ambil suara. “…es-krim mu kenapa bisa seenak ini. Kau masukkan apa?”
“Sepuluh gram ganja dan beberapa narkotika lain agar kalian ketagihan.”
Seketika Cecil memnyemburkan es-krim di mulutnya, dan nampaknya Thompson terkekeh. Sudah pasti lelaki itu bercanda.
“Aku bercanda, Cecil.” Tuh, kan. “Yang penting pakai cream dari susu asli atau perisanya sudah dipilih-pilih dulu dengan profesional.”
“Kupikir kau serius. Duh! Jadi basah. Maaf ya…” Wajah Cecil memerah. Dan, bagaimana ia bisa percaya dengan itu?
“Tak apa. Yang penting kalian menikmatinya.”
Thompson memang baik…
Ia lelaki yang baik…
…
…
…
Ya ampun! AKu lupa bayar es-krim yang tadi!
82Please respect copyright.PENANAqHEij4h53Y
---------Continued---------82Please respect copyright.PENANAZ8MU8qBoUv