"Aku berangkat kerja dulu"
Jieun mengangguk kecil dan dengan senang hati menutup matanya saat bibir Lee Hyunjae mendarat sempurna di bibirnya.
"Hati-hati"
Hyunjae melangkah pergi sembari melambaikan tangan. Cincin emas putih yang ia kenakan berkilau ditempa mentari pagi. Cincin tanda bukti pernikahannya dengan sosok manis bernama Han Jieun.
Jieun ikut melambai dan kembali masuk rumah, ikut bersiap untuk memulai pagi seperti rutinitas harian biasa. Wanita berusia 33 tahun itu sudah mengenakan kemeja kantornya meski belum sempat dirapihkan, lebih memilih menyiapkan sarapan lebih dulu untuk putra semata wayangnya.
"Eomma?"
Jieun menoleh, mengulas senyum saat Lee Jeongin menuruni tangga lengkap dengan seragam dan tas punggung bergambar cars yang menggantung. Anak berusia 7 tahun itu memeluk pinggang Jieun dan mendongak dengan mata rubahnya yang lucu.
"Appa kemana?"
"Sudah berangkat"
Jeongin mancebik "Pagi sekali??? Tumben"
Jieun terkekeh dan mengusak lembut rambut berantakan anaknya. "Appa ada rapat pagi ini, jadi Jeongin hari ini sarapan dengan Eomma saja ya?"
Anak itu mengangguk patuh dan segera naik ke kursi, menunggu Jieun menyajikan susu dan pancake cokelat Favorit nya untuk mengawali pagi sebelum berangkat sekolah dengan eommanya tercinta.
Jieun baru akan menuang susu ke gelas Jeongin saat ponselnya berdering. Diraihnya ponsel tersebut dan mengernyit saat nama Kim Taeyeon terpampang di layar.
"Jeongin, Eomma angkat telepon sebentar. Habiskan makananmu"
Jeongin mengangguk dengan pipi menggembung penuh.
Jieun menjauh lalu mengangkat panggilan dari sahabatnya sama SMA dulu. "Hallo?"
"Hallo Jieun!" suara riang Taeyeon terdengar dari seberang.
"Ya? Tumben sekali menelpon pagi-pagi"
Taeyeon berdecak "sudah bagus aku masih sudi menelpon"
Jieun memutar bola mata "sudah punya anak, masih saja mulutmu sadis. Kasihan anakmu harus mempunyai orangtua sepertimu"
"Baiklah ku tutup teleponnya ya, bye Bitch"
"Yak Kim Taeyeon!" Jieun mendadak kesal dengan sahabat yang tidak pernah berubah meski sudah menikah dan memiliki satu anak. "Cepat katakan apa urusanmu menelponku"
"Sekedar mengingatkan, minggu depan kita reuni"
Pandangan Jieun langsung terarah pada suatu figura kecil di meja ruang tengah, senyum kecil terulas dibibir. "Ah iya F4 lengkap kan?"
"Lengkap. SooAh dan Seulgi sudah mengosongkan jadwal"
"Sip"
Setelah berbincang cukup banyak, Jieun mengakhiri telepon dengan tatapannya yang tidak lepas dari pigura kecil di meja. Tangannya terulur, mengambil foto yang terpotret 15 tahun lalu saat dirinya baru saja lulus SMA.
Kisah persahabatan antara 4 remaja yang terajut begitu lama dan erat hingga detik ini. Mereka hidup begitu dekat dan saling menyokong satu sama lain. Jalinan persahabatan yang sudah seperti saudara.
Han Jieun • Kim Taeyeon • Lee Seulgi • Chae SooAh
°
°
°
Rapat apa yang dilakukan seorang guru di pagi buta?
Jika ada nominasi pria paling sering berbohong, mungkin Lee Hyunjae masuk kedalamnya.
Buktinya pria berusia 35 tahun itu bukan berada di sekolah sebagaimana seharusnya ia berada. Melainkan menunggu ditepi jalan dimana seberangnya terdapat apartemen. Duduk nyaman sembari berkaca di spion mobil, memastikan penampilannya tetap baik. Senyumnya melebar saat seseorang menyebrang dengan tergesa dan segera memasuki mobil.
"Pagi sayang"
"Pagi juga" sosok manis itu membubuhkan kecupan diatas bibir Hyunjae, tersenyum cantik "Ayo berangkat" (hayoo selingkuhannya hyunjae siapa? 😆)
Tangan Hyunjae terukur untuk mengusap rambut kekasihnya. Sosok yang sudah dipacarinya sejak 10 bulan belakangan tanpa sedikitpun menimbulkan kecurigaan Jieun. "Sarapan dulu? Kau pasti belum sarapan"
Sosok itu tertawa kecil "boleh. Kakakku semalaman tidak pulang jadi aku malas sarapan"
Hyunjae menggerakkan persening dan mulai menjalankan mobil dijalan seoul yang mulai dipadati penduduk. "Kau sendirian? Kenapa tidak bilang padaku SooAh, aku bisa menemanimu"
Chae SooAh, sosok manis yang menjadi simpanan Lee Hyunjae ini hanya mengulas senyum miring "lalu membiarkan Jieun curiga? Ayolah oppa, apa yang seorang guru lakukan sampai harus menginap di tempat lain?"
Hyunjae terkekeh, lupa dengan posisinya sebagai guru di salah satu SMA elite Seoul. Benar juga, ia harus memberi alasan apa pada Jieun jika menginap di tempat SooAh?
Lee Hyunjae sebenarnya sudah lama mengenal SooAh, bahkan sejak ia masih kuliah dan jauh dari rencana pernikahan dengan Jieun. Jieun terlalu sering menghabiskan waktu dengan ketiga sahabatnya, membuat hyunjae mengetahui siapa saja lingkungan pergaulan kekasihnya atau istrinya.
Termasuk Chae SooAh, yang awalnya terlihat biasa saja di matanya.
Hyunjae hanya memfokuskan pandangannya pada Jieun seorang, hingga bertahun-tahun berpacaran dan akhirnya menikah. Jieun menjadi yang pertama menikah diantara keempatnya, kemudian melahirkan satu tahun kemudian. Bayi lucu yang diberi nama Lee Jeongin.
Awalnya terasa begitu sempurna. Lee Hyunjae, Han Jieun, dan si kecil Lee Jeongin yang melengkapi kebahagiaan kekuarga kecil ini. Orang-orang sering berkata iri dengan keharmonisan mereka. Meski tidak selalu mengumbar romantisme, tetapi hanya dari gestur sudah jelas membuktikan betapa Hyunjae menyayangi Jieun dan Jeongin.
Ya, sebelum semuanya berubah akibat godaan nafsu yang selalu membayangi langkah manusia.
°
°
°
"Cheers!"
Empat gelas berisi anggur putih beradu diiringi gemuruh pesta reuni yang diadakan di sebuah ballroom hotel. Empat wanita dewasa itu segera meneguk minumannya dan tertawa kecil.
"Astaga, aku rindu masa sekolah" Kim Taeyeon menempelkan bibir gelas pada pelipis, maniknya melayang pada nostalgia. "Yang paling kuingat, Seulgi dihukum karena berkelahi. Aku masih ingat wajah berantakannya yang jelek sekali"
Seulgi mengerucutkan bibir tidak terima. "Ingat yang bagus, jangan yang memalukan seperti itu!"
"Dihukum membersihkan toilet dan lari berkeliling lapangan dengan gagang pel di pundak. Lalu tercebur ke kolam ikan karena didorong Yiren" SooAh menambahkan.
Jieun mengangguk kecil setelahnya. "Berkelahi dengan Yiren karena memperebutkan cowok yang sama. Tapi ternyata cowok itu sudah punya pacar, pft!"
"Pacarnya ketua klub seni!"
Jieun dan SooAh tergelak puas, memang julid sudah mendarah daging dan tulang setua apapun usia sekarang. Taeyeon menepuk pundak Seulgi yang wajahnya memerah. "Hei, coba lihat kearah sana" Wanita kim itu menunjuk arah jam dua dengan dagunya.
Seulgi menoleh dan menemukan pria yang dulu menjadi bahan rebutan nya dengan Yiren tengah melangkah tegak dengan seorang anak perempuan cantik di gandengannya. Istrinya melangkah santai dibelakang, sesekali menyapa orang disekitarnya.
"Wow" decak SooAh yang juga melihat kearah pria itu. "Hwang Yeonjun makin menggila tampan nya. Kalau dia belum menikah, aku sudah berusaha merebutnya"
Taeyeon memutar bola mata malas, "jangan merebut apa yang sudah menjadi milik orang lain, SooAh"
Jieun tertawa. "Makanya cepat cari pacar! Hanya kau yang masih single disini"
Iya, diantara keempat wanita itu, hanya SooAh yang masih betah dengan statusnya. Kim Taeyeon sudah menikah dengan Byun Baekhyun dan mempunyai dua anak. Lee Seulgi setelah sekian lama bergonta-ganti pasangan, akhirnya menemukan pujaan hati sebenarnya dan memantapkan diri menikah dengan Hwang Yeonjun.
Hanya SooAh yang terlihat belum berniat menjalin hubungan serius.
"Memangnya kau mencari yang seperti apa sih, SooAh?" Tanya Jieun sembari menyesap kecil anggurnya. "Kau menarik, pintar, cantik, dan pekerjaanmu bagus. Apalagi?"
SooAh menaikkan sebelah bahunya. "Yang menantang?"
Taeyeon mengernyitkan dahi, "Yang menantang bagaimana?"
"Yaa pokoknya yang membuatku merasa tertantang untuk memilikinya"
Seulgi tiba-tiba melontarkan tawa. "Yang sudah punya pasangan, misalnya? Hahaha, kau lucu sekali."
Taeyeon dan Jieun tertawa, tetapi tidak dengan SooAh. Ia hanya mengulas senyum tipis dan langsung meneguk anggurnya hingga tandas. Senyum miring terulas di bibirnya dengan tatapan lurus pada Jieun.
°
°
°
"Yang sudah punya pasangan, misalnya? Hahaha, kau lucu sekali" Jieun mengulang kalimat Seulgi dengan nada cibiran sembari membuka jas nya.
"Ya memang seperti itu faktanya kan?" SooAh yang duduk di kursi penumpang. "Kau memang sudah punya Hyunjae-oppa"
Jieun mengendik dan mulai menjalankan mobil meninggalkan hotel. Sesekali matanya melirik SooAh yang sibuk menggonta-ganti saluran radio, mencari lagu yang akrab di telinga nya. Tangan Jieun terulur untuk menggenggam tangan mungil kekasihnya dua tahun belakangan.
"Aku boleh mampir apartemenmu?" tanya Jieun tanpa melepaskan fokusnya pada jalanan.
"Jeongin sakit, Jieun. Lebih baik kau cepat pulang"
Iya, Jeongin demam sejak pagi dan beruntung Hyunjae berbaik hati mau menemani buah hatinya, membiarkan Jieun tetap berangkat reuni. Hyunjae sebenarnya sosok suami yang pengertian dan dapat diandalkan, jika saja satu noda tidak mencorengnya.
"Ada Hyunjae oppa"
"Tetap saja, Jeongin yang utama. Lagipula kakak ku ada di apartemen hari ini"
Jieun menghela napas kasar tetapi tidak bisa berbuat banyak. Hubungan gelap yang sudah terjalin lama ini tidak boleh bocor sedikitpun, termasuk pada kakak SooAh.
Ya, Jieun dan SooAh termasuk Bisexual.
"Baiklah. Tapi segera hubungi aku jika apartemenmu kosong. Biar aku yang memikirkan alasan pada Hyunjae Oppa"
SooAh mengangguk kecil lalu mengecup pipi Jieun. Jieun sendiri terlihat tidak puas tapi mau gimana lagi, ia sedang menyetir dan tidak ingin membahayakan nyawa keduanya.
"Jieun" panggil SooAh tiba-tiba
"Hm?"
"Apa kau pernah memikirkannya?" SooAh menjeda ucapannya dengan jemari semakin erat menggenggam jemari Jieun. "Jika Hyunjae Oppa juga melakukan sesuatu seperti yang kita lakukan?"
"Maksudmu?"
"Ya.... Bagaimana jika Hyunjae Oppa juga mempunyai kekasih lain diluaran sana?"
"Kenapa berpikir seperti itu?"
SooAh menelan ludah kasar dan mengambil napas cukup dalam. Manik hitamnya melirik pada genggaman tangan lain yang mengisi kekosongan ruas jemarinya. Sebegitu menyedihkan kah ia sampai-sampai harus orang yang telah memiliki pasangan yang menggenggam tangannya?
"Jieun, dunia mempunyai hukum sebab-akibat. Termasuk didalamnya karma dan pembalasan"
Harusnya karma itu juga berlaku untuk SooAh.
Jieun terdiam. Kentara sekali tengah memikirkan sesuatu meski matanya tetap fokus pada jalan di depannya. SooAh sendiri juga tidak berani membuka suara kembali, membiarkan Jieun mengambil hening atas pertanyaan yang ia lontarkan sebelumnya, bahkan setelah mereka sampai di kediaman SooAh
°
°
°
SooAh melangkah keluar dari bank tempatnya bekerja bersama sosok bernama Kim Sihyeon dan Song Yuqi. Jam makan siang tiba dan mereka berniat mencoba menu dari restoran yang baru dibuka minggu lalu.
Restoran sushi yang kental dengan nuansa Jepang itu membuat SooAh tersenyum tanpa sadar. Baik Hyunjae dan Jieun sama-sama suka membawanya ke restoran seperti ini karena ketiganya memiliki selera lidah yang sama.
"Lucas selalu mencari alasan soal jam malam menjaga Hua" gerutu Yuqi. "Susah sekali bangunnya. Jika Hua menangis keras disampingnya, Lucas bahkan tidak bergerak sedikitpun"
Sihyeon tertawa kecil. "Hangyul juga sama" tatapannya seakan berputar pada kenangan masa lalu saat mereka mengadopsi anak empat tahun lalu. "Dohyon saat bayi benar-benar berisik dan tangisan nya melengking. Jika menangis tengah malam, hangyul hanya menutup kepalanya dengan bantal lalu tidur lagi."
"Kan! Kenapa lelaki sulit sekali diandalkan untuk jam malam" yuqi mendadak bersemangat karena seperti mendapat dukungan dari Sihyeon.
Sihyeon dan SooAh tertawa. Sihyeon menimpali ucapan sang rekan.
"Tapi hangyul tetap ayah terbaik bagi dohyon. Saat anak kami sakit, ia rela tidak masuk kantor dan fokus membantuku merasa dohyon sampai lupa makan. Hangyul sangat memanjakan dohyon. Dia tetap superhero bagi keluarga kecil kami"
"Lucas pun sama, sangat mencintai kedua anak kami meski ia mungkin menjadi ayah paling konyol."
SooAh hanya menyimak sembari menyuap salmon ke mulut. Dia belum merasakan itu semua, jadi hanya mendengarkan cerita teman-temannya yang cukup seru.
"Jadi, kapan kita bisa mendapatkan cerita seperti ini darimu, SooAh?"
SooAh tersenyum kikuk "Tidak tahu"
Yuqi menopang dagu, menatap SooAh lekat. "Tapi adakah yang sedang dekat denganmu saat ini, SooAh?"
SooAh terlihat bingung menjawab apa. Berada di hubungan orang yang sudah menikah apalagi dengan kurang ajar nya menjadi simpanan keduanya, apakah itu bisa dihitung sebagai sebuah hubungan?
"Aku juga tidak mengerti"
"Tidak usah dijawab juga tidak apa, jika itu membuatmu tidak nyaman, lupakan"
"Aku mau bertanya"
Dua pasang mata mengarah tepat pada SooAh.
"Jika suatu saat pasangan kalian memiliki simpanan, apa yang akan kalian lakukan?"
"Aku? Mungkin aku akan marah besar dan kecewa pada Lucas, bahkan menceraikannya" Yuqi menatap sushi didepannya dengan nanar. "Tapi yang paling ku takut kan adalah anak-anak. Mereka masih membutuhkan sosok ayah. Karena kehancuran terbesarku bukan pada pengkhianatan Lucas, tetapi tentang kedua anakku yang akan kehilangan figur seorang ayah."
Hati SooAh seperti ditancap sebuah pisau.
Sihyeon mengangguk membenarkan "Jika hangyul memiliki orang lain, jelas akan menimbulkan pertengkaran dan perpecahan dalam rumah tangga kita. Tapi ini bukan hanya soal ego dua orang dewasa, tetapi tentang dohyon juga. Anak adalah korban pertama dari setiap kesalahan orang tuanya"
"Aku pasti kecewa, marah, sakit. Pasangan yang mengucap sumpah pernikahan didepan Tuhan untuk bersamaku sampai maut, selalu ada disetiap kondisi dan mencintai disetiap hela napas, ternyata berkhianat dan ingkar. Jika dalam kasus ini hatiku yang hancur, maka anak-anak mengalami kehancuran mulai dari mental, kepercayaan, hingga masa depan"
SooAh terdiam. Tatapannya kosong pada piring yang masih berisi banyak makanan didepannya. Ucapan Yuqi dan Sihyeon dengan jelas tercatat di kepala tanpa terlewat sedikitpun. Tentang egoisme orang dewasa, kepentingan pribadi yang menyakiti pihak tak bersalah, kehancuran anak yang tidak tahu apa-apa.
SooAh paham. Sangat paham
°
°
°
SooAh terduduk di tepi kasur sembari menggenggam ponsel. Matanya menatap nama Hyunjae yang terpampang di layar sebagai pemanggil. SooAh sengaja tidak mengangkat telepon tersebut dan memilih diam sampai panggilan berhenti sendiri.
Hyunjae terus menelpon. SooAh tidak berniat membukanya dan memilih mematikan ponsel kemudian beranjak.
Ia pergi ke dapur untuk menggoreng kentang dan menyeduh susu. Apartemen kosong karena kakak nya sedang sibuk dengan pekerjaannya sebagai produser dan tidak akan kembali malam ini. SooAh sudah terbiasa ditinggal sendirian sejak kecil.
SooAh menyantap kentang nya dengan tenang. Tenang dan sunyi, bahkan napas SooAh sekalipun terdengar.
Dari dulu, teman sejati SooAh hanya bayangan dan kesendirian.
Meja makan tidaklah sehening sekarang saat SooAh masih kecil. Ada wanita cantik yang ia panggil ibu, sibuk menyiapkan makan dan mengatur ini itu. Ada pria tampan yang ia panggil sebagai ayah, duduk tenang sembari menanggapi ocehan anaknya. Ada anak perempuan lebih tua yang ia panggil sebagai Nayeon eonnie, sibuk berceloteh sembari mengganggu sang adik. Lalu terakhir anak perempuan kecil yang merupakan dirinya sendiri.
Bahagia? Iya. Tapi hanya beberapa tahun hidupnya yang bahkan SooAh sendiri tidak terlalu ingat.
Sebelum seorang wanita hamil datang dan menghancurkan semuanya.
Pria yang SooAh panggil Ayah lebih memilih wanita muda itu. Wanita yang SooAh panggil ibu meninggal setahun kemudian. Hanya ia dan kakaknya, berdua menghadapi keras dunia.
Suara hening seketika pecah saat langkah kaki SooAh membawanya kembali ke kamar. Tepat saat ia akan menutup pintu kamar, bel apartemen berbunyi.
SooAh mengernyit saat sosok Lee Hyunjae terpampang di layar interkom, ingin abai tetapi hatinya tidak tega.
Setelah berperang dengan diri sendiri, SooAh membuka pintu dan segera diterjang pelukan hangat dari sosok pria yang sangat tampan.
"Kau kemana? Tidak mengabariku sama sekali. Telepon dan chat tidak bisa" Hyunjae menangkup pipi SooAh dengan kedua tangannya, mata jelas memancarkan kekhawatiran. "Kau baik-baik saja?"
SooAh mengangguk kecil "lebih baik kita masuk dulu" ujarnya sembari menarik Hyunjae masuk.
Keduanya memasuki kamar SooAh sembari berbincang kecil. Hyunjae sesekali memarahi SooAh karena sering tidak bisa dihubungi.
"Aku tahu kau khawatir denganku, oppa. Tapi tidak baik meninggalkan istri dan anakmu malam begini"
"Aku hanya mampir sebentar, memastikan bahwa kau baik-baik saja" Hyunjae mendekat dan memeluk SooAh dengan erat. "Soal Jieun, tenang saja. Dia selalu percaya dengan apa yang aku lakukan"
Lalu kau menghancurkannya, Oppa. Batin SooAh. Ah tidak, mereka sama-sama menghancurkannya.
"Apa yang kau katakan pada Jieun?"
"Aku jujur dengannya pergi ke apartemenmu, tetapi beralasan jika kau mendadak menghubungi ku karena sesuatu"
SooAh mengernyit. Memangnya Jieun tidak curiga?
"Kau lihat aku sudah baik-baik saja kan?"
Hyunjae tersenyum kecil.
Hyunjae mencintai SooAh sejak lama. Lantas SooAh sama gilanya, menerima kehadiran Hyunjae yang jelas-jelas sudah terikat dengan Jieun.
Padahal SooAh tahu satu hal yang Hyunjae sendiri tidak menyadarinya. Tentang perasaan Hyunjae yang sebenarnya.
Hyunjae membawa SooAh kedalam pelukannya, mengecup setiap inchi permukaan wajah SooAh dengan hati-hati. Memperlakukan Wanita cantik itu dengan lembut dan penuh kasih sayang.
SooAh terbuai. Selalu dan selalu larut dalam dosa yang mereka ciptakan. Bisikan setan nyatanya lebih kuat daripada akal sehat.
°
°
°
"Kenapa sulit sekali menghubungi mu akhir-akhir ini?"
SooAh hanya menghela napas, membiarkan Hyunjae mengusap rambutnya dengan lembut. Keduanya tengah berada di cafe.
"Ponselku mati. Oppa?"
"Hm?"
"Kapan kita akan mengakhiri ini semua?"
Hyunjae terkejut. Kepalanya menoleh cepat ke arah SooAh yang menunduk.
"Apa maksudmu?"
"Oppa, kita tahu ini salah" SooAh masih menolak bertatap mata dengan Hyunjae. "Kau sudah punya Jieun dan Jeongin. Jangan membuatku menjadi antagonis disini. Menghancurkan kebahagiaan yang seharusnya keluarga kalian miliki"
"SooAh" Hyunjae tercekat, terlihat bingung dengan ucapan wanita disampingnya yang mengejutkan dan mendadak. "Kau bosan denganku?"
"Huh? Bukannya sebaliknya? Kau yang bosan dengan Jieun dan berlari padaku?" SooAh memberanikan diri menatap Hyunjae "sepuluh bulan lalu, kau ingat?"
"SooAh" genggaman tangan Hyunjae semakin menguat. "Aku masih ingin bersamamu. Kau tahu, aku merasa perasaanku dengan Jieun tidak lagi sekuat dulu"
SooAh memejamkan mata, menahan sakit yang mencengkram perasaannya. "Kembalilah pada keluargamu, Oppa. Bukan untuk Jieun jika kau memang tak ingin, tetapi untuk Jeongin."
Hyunjae tertegun.
"Ada jeongin yang menunggu papanya kembali pulang. Ada jeongin yang butuh pelukan erat papanya. Ada Jeongin yang menginginkan ayah dan ibunya terus bersama hingga akhir"
SooAh membuka matanya dan mengusap sisi wajah Hyunjae. Wanita cantik itu menarik leher kekasihnya hingga dua bibir itu saling bertemu.
Selain karena Jeongin, SooAh tahu bagaimana perasaan Hyunjae sesungguhnya. Karena Hyunjae juga sama seperti Jieun. Tersesat.
Setelah ciuman itu terlepas, SooAh tersenyum lembut sembari mengusap kembali pipi Hyunjae. Keputusannya sudah bulat, ia tidak ingin ada Chae SooAh selanjutnya dalam hidup Jeongin kelak.
"Mari kita akhiri ini, Hyunjae Oppa" SooAh berujar tegas. "Mari berhenti menjadi bayang kehancuran keluargamu"
Hyunjae tercekat.
SooAh, dengan senyum yang masih terpatri, melanjutkan. "Aku akan memberitahu Jieun untuk mengakhiri ini juga"
Hyunjae semakin terkejut, menatap SooAh dengan matanya yang membola. "Maksudmu?"
"Aku tahu jika tujuan awalmu mendekati ku, karena kau mengetahui perselingkuhanku dengan Jieun kan?"
Lee Hyunjae mengetahui semua. Ia menyadari hal yang tidak beres dengan Jieun, terlalu banyak hal yang tidak masuk akal di otaknya. Kemudian menyelidikinya sendiri dan menemukan fakta paling mengejutkan.
Awal dari mendekati SooAh sebenarnya adalah sebuah rencana, mengorek informasi tentang sejauh mana perselingkuhan antara jieun dan SooAh. Berdalih bosan dan terus menjaga SooAh dengan berada di jangkauannya.
Tetapi sekali lagi, bisikan setan nyatanya lebih kuat daripada akal sehat. Hyunjae malah masuk kedalam lingkaran setan itu sendiri, terjebak dan tidak tahu bagaimana keluar sampai salah satunya memutuskan berhenti.
Hyunjae terjebak dalam perasaan semu pada SooAh. Godaan nafsu yang selalu membayangi langkah manusia.
Dan hari ini, SooAh memilih memutus dosa yang melibatkan tiga orang sekaligus.
°
°
°
"Kenapa tiba-tiba ingin bertemu?"
SooAh tidak menjawab, Jieun duduk dengan tenang di kursi meja makan, memperhatikan punggung kecil SooAh dengan lekat.
"Aku ingin berbincang serius"
"Apa itu?"
SooAh menelan ludah. Akan lebih sulit mengungkapkannya pada Jieun daripada Hyunjae. SooAh sudah sangat mengenal perangai dan watak Jieun. Tipikal keras kepala yang meyakini apa yang ada dibenaknya benar atau salah.
Tapi SooAh harus menghentikan ini semua. Ia juga harus jujur soal Hyunjae, bahwa ia tidak hanya berhubungan gelap dengan Jieun tetapi Hyunjae juga. Semua harus selesai hari ini agar tidak menjadi beban yang menjerat SooAh untuk melangkah maju.
Tangan SooAh menggenggam erat tangan Jieun. Genggaman terakhir sebelum SooAh melepasnya pergi dan membiarkan tangan Jieun terisi genggaman yang seharusnya. Setelah ini, SooAh harus mencari orang lain untuk mengisi kekosongan ruas jemarinya, atau mungkin tidak akan pernah?
"Jieun" SooAh menarik napas dalam, dengan tegas menatap mata Jieun yang kebingungan.
"Mari berhenti"
°
°
°
Wow 3041 Kata. Bemana ji ceritaku? Hahahaha
230Please respect copyright.PENANAbRNnnmBK7W
230Please respect copyright.PENANALeZfvSntXj