x
Malam nerakaku masih berlanjut. Seusai dikumpulkan di dalam barak--ruang kelas yang disulap seperti tempat pengungsian, calon anggota Tonti yang akan dilantik dikumpulkan di lab biologi. Jangan tanya apa kami mandi, hingga pagi pun tidak ada waktu untuk melakukan ritual wajib itu.
215Please respect copyright.PENANA2wS80me5vt
"Jangan disentuh dulu!" larang Kak Bayu saat melihat Reza mengutak-atik sayur di depan mejanya.
215Please respect copyright.PENANAcGiahjHEGG
Masing-masing dari kami dikelompokkan dalam beberapa meja tanpa dibedakan jenis kelamin. Aku, Annisa, Mega, Kafka,Tito, dan Lensa berkumpul menjadi satu di meja empat. Hidangan makan malam sudah tersedia sangat menggoda selera di depan kami. Kulihat Ernest masuk ke dalam lab dengan senyum khasnya. Ia tampak berbisik pada Kak Lukman yang tengah memberi hukuman untuk Variz karena datang terlambat. Ah, entahlah kenapa aku jadi memperhatikannya seperti ini. Kulihat ia tertawa puas di luar ruangan sambil sesekali mendorong-dorong bahu Kak Andrea.
215Please respect copyright.PENANAPMKD5glMm9
"Komandan Pleton laporan dulu! Kita makan malam!" perintah Kak Bayu yang ternyata bertindak sebagai ketua panitia pelantikan.
215Please respect copyright.PENANAJUZri432Qh
Amel dan Galih berdiri bersamaan, namun Kak Yossi memberi isyarat pada Amel untuk duduk kembali di mejanya. Galih yang sadar kondisi segera maju ke depan dan menghadapi Kak Bayu sambil memberi hormat.
215Please respect copyright.PENANA94u1GrWcep
"Siapa bilang lo laporan sama gue?" Kak Bayu berkacak pinggang sok jahat. Ia menoleh ke pintu keluar dan memberi isyarat pada seseorang untuk masuk ke dalam. "Laporan sama Kak Ernest,"
215Please respect copyright.PENANA4AxNmBZDvT
Hei, dia sudah berganti tanda pengenal. Lihat saja, bukan lagi nama Airine yang tertera di nametag-nya, tapi tulisan Ernest yang sangat besar dan jelas. Ia berdiri menggantikan Kak Bayu menghadapi Galih. Sesaat ia berusaha merapikan topi panitianya, kemudian berdiri kaku mencontohkan sikap sempurna.
215Please respect copyright.PENANAzZQhc5chOm
"Lapor, kami--" laporan Galih mengambang di udara. Kulihat Ernest mengangkat sebelah tangannya dan meneliti kami yang masih duduk di kursi satu per satu.
215Please respect copyright.PENANACnM5Robpy1
"Kalo mau laporan, lo liat dulu anggota pleton lo. Mereka udah siap apa belom, rapi apa belom. Baru laporan ke gue."
215Please respect copyright.PENANAPKUZcsnv1Y
Ucapan Ernest sontak membuat Galih menoleh kami. Tanpa pikir panjang, Galih berbalik dan memberi aba-aba pada seluruh calon anggota Tonti untuk berdiri dengan sikap sempurna.
215Please respect copyright.PENANAR0GXT7QHaF
"Silahkan laporan," ucap Ernest tegas.
"Lapor, kami calon anggota Tonti Smansa Eka Cipta berjumlah putri 31 orang, dan putra 31, siap mengikuti makan malam!" lapor Galih pada Ernest yang untuk pertama kalinya kulihat begitu serius.
215Please respect copyright.PENANA3hB1XwKKiv
"Laporan saya terima, waktu kalian 4 menit untuk menghabiskan makanan yang ada di atas meja. Jika masih ada sisa saat waktunya habis, push up 3 seri satu kelompok. Intinya, kalian harus saling bantu-membantu."
215Please respect copyright.PENANAkl1t5twkfv
Matilah aku! Sejak kecil, aku adalah pribadi yang sangat suka memilih-milih makanan. Banyak sayuran yang tidak bisa kumakan. Dan malam ini, habislah riwayatku.
215Please respect copyright.PENANADACb5f2ntm
Setelah diistirahatkan, kami membagi rata semua hidangan yang ada di meja. Nasi menggunung, sayur seperti luapan selokan, juga lauk yang ternyata tak berasa sama sekali. Nasi yang masuk ke mulutku adalah nasi setengah matang. Teksturnya masih sangat keras hingga saat aku mengunyahnya timbul suara gemeretak keras. Sayur yang kelihatan sangat nikmat dan segar itu ternyata berasa asam dan sangat asin. Bisa kulihat ekspresi wajah Ernest saat melewati mejaku dan tahu reaksiku, dia menahan tawanya sekuat tenaga.
215Please respect copyright.PENANAJCkNBa2CqE
"Habisin! Jadilah manusia yang banyak-banyak bersyukur. Jangan membuang-buang makanan. Banyak orang-orang di luar sana yang ngais-ngais sampah cuma buat bisa makan!" bisik Ernest di dekatku.
215Please respect copyright.PENANAHUohwxcdT0
"Siap Kak!" jawabku lesu.
215Please respect copyright.PENANAXoyu3Qi7sp
"Makan itu jangan sambil ngomong!" sentaknya sambil melirikku tajam.
215Please respect copyright.PENANAUjPlEFMolb
Ni orang ya! Jawab salah, nggak dijawab tambah salah. Boleh kujambak saja rambut rapinya yang sudah dioles minyak rambut itu?
215Please respect copyright.PENANA3FFh6XhcdB
"Mykha! Lo kalo mau makan kayak bangsawan lemah lembut begitu, mending pulang. Nggak kasian sama temen satu meja lo yang rela ngambil separuh jatah lo cuma biar nggak dihukum?"
215Please respect copyright.PENANAfiIvtIPuPF
Aku terlonjak mendengar bentakan Kak Netta yang menggelegar di dalam ruangan. Seluruh pandangan mengarah padaku yang masih sibuk memainkan sendok dan makanan di piringku. Aku menoleh kelompok lain. Sial! Kenapa hanya aku yang belum menghabiskan makananku?
215Please respect copyright.PENANAv87qtNVVAf
"Gue hitung mundur dari sepuluh, kalo belom abis juga itu makanan dari piring lo, lo tau hukuman apa yang bakal lo dapet!" kata Kak Netta yang ternyata sudah berdiri sangat dekat dengan mejaku.
215Please respect copyright.PENANAA4kzcd8D4W
Tergesa, aku menjejalkan begitu saja seluruh sayur dan bawang putih utuh yang menghiasi piringku ke dalam mulut. Rasa mual dan begah yang mulai menyerang perutku tak lagi kupedulikan. Kak Netta terus menghitung mundur, ia benar-benar penjajah Jepang yang kejamnya kebangetan.
215Please respect copyright.PENANArtG6jQBsoO
"Satu! Kenapa cabenya nggak lo makan?" tegurnya sewaktu melihat aku menyisakan sebutir cabai rawit utuh di piringku.
215Please respect copyright.PENANAZEsCHbIRFb
"Nggak doyan Kak," kataku beralasan.
215Please respect copyright.PENANAht6wDQQOAM
"Nggak ada alasan begitu ya Myk! Lo pilih-pilih banget sih."
215Please respect copyright.PENANAnUhgYo3q7y
"Maaf Kak, saya nggak bisa makan cabe utuh begitu," tolakku tak tahu diri. Sudah pasti banyak teman-teman yang menyalahkanku karena kejadian ini.
215Please respect copyright.PENANAvdZxjIAeFq
"Nett! Biarin aja udah."
215Please respect copyright.PENANAWY5H3GshmW
Dan seseorang datang sebagai penyelamatku, Ernest. Ia berdiri di samping Kak Netta sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
215Please respect copyright.PENANAZ3aU2ogBNJ
"Jangan pilih-pilih gitu Nest. Biar mereka lebih menghargai makanan!" Kak Netta bersikukuh.
215Please respect copyright.PENANAc282HW9sNb
Di tengah Ernest dan Kak Netta yang terus berdebat, aku seperti melayang. Perutku serasa diaduk-aduk begitu kencang. Rasanya aku ingin jatuh ke lantai dan mendinginkan suhu tubuhku yang tiba-tiba memanas.
215Please respect copyright.PENANARNjAvqfmE4
"Kak maaf," aku menyela perdebatan mereka.
215Please respect copyright.PENANAuUQuPONiuC
"APA??" sentak Ernest dan Kak Netta berbarengan.
215Please respect copyright.PENANAOxsXefYiSg
"Saya mau ijin ke belakang," pamitku.
"Lo nggak tau kita lagi ngurusin masalah lo?" Kak Netta memandangku sinis, "Bisa-bisanya lo pamit ke--"
215Please respect copyright.PENANAjJOyC4SgU4
"Kalo nggak diijinin, saya muntah di sini," potongku cepat.
215Please respect copyright.PENANAWA0AZkYkqo
"No Mykha!!!" seru Kak Netta cepat-cepat menarik tubuhku dan memapahku keluar dari dalam lab biologi.
215Please respect copyright.PENANAmd3JpADqQt
Kak Netta membawaku ke kamar mandi. Dengan setia ia menungguku sampai keluar dari kamar mandi dan membuang habis isi perutku. Perlu diketahui, perutku memang sensitif terhadap makanan asing yang masuk ke mulut, apalagi jika itu adalah asam. Aku punya sakit maag, dan itu cukup merepotkan.
215Please respect copyright.PENANAAWYyQKHbBW
"Lo nggak papa Myk?" Kak Netta langsung menegurku dan mengusap punggungku begitu melihatku keluar.
Aku mengangguk pelan, aneh pikirku. Tadi dia tampak galak sekali di dalam lab dan sekarang, sikapnya berubah lembut. Bahkan ia memijat tengkukku dengan telaten.
215Please respect copyright.PENANARClXtzfxWq
"Maaf ya tadi. Gue harus keliatan tegas dan nggak pilih-pilih di depan temen-temen lo. Kita udah ada janji antar panitia untuk bersikap tegas sampai kalian selesai dilantik. Sebenernya--"
215Please respect copyright.PENANAdrO0WeINRq
"Nggak papa Kak. Gue ngerti kok. Dan salah gue juga nggak ngomong kalo gue ada penyakit maag," potongku untuk tidak membuat Kak Netta semakin merasa bersalah.
215Please respect copyright.PENANAkeq07GD2ft
"Nett! Gimana Primrose? Dia ...," Ernest berlari mendekat pada kami dengan wajah tegang. Ia tak melanjutkan kalimatnya ketika tahu aku sudah duduk di samping Kak Netta. Wajar saja ia kaget karena jika tidak mendekat, posisi dudukku terhalang tembok mushola. Ernest hanya bisa melihat tubuh Kak Netta dari kejauhan.
215Please respect copyright.PENANAgbFAHQUd2B
"Nggak papa Nest. Takut amat lo," ledek Kak Netta menggoda.
215Please respect copyright.PENANAT9g9zxHUKO
"Eh, ada orangnya. Jadi malu gue," Ernest menggaruk-garuk tengkuknya salah tingkah. Kurasa ia benar-benar malu karena ketahuan mengkhawatirkanku.
215Please respect copyright.PENANAPNwozddpTJ

215Please respect copyright.PENANAQYNanGViFu
"Gue nggak papa Kak Ernest. Maaf tadi udah bikin kalian berdua berdebat," sesalku.
215Please respect copyright.PENANARJm2OCzcTm
"Apaan? Itu akting lagi. Biar kalian semua kuat mentalnya. Kalo gitu sehatin dulu badan lo, abis itu kita latihan baris-berbaris lagi,"
215Please respect copyright.PENANAjOIog2LPPJ
"Malam-malam gini Kak?"
215Please respect copyright.PENANAPrDINUGfv5
"Justru karena malem, lo semua harus latihan."
215Please respect copyright.PENANAlc7Q133X2C
Huft, boleh aku berpura-pura sakit lagi?
215Please respect copyright.PENANAzSyOdSUvgC
***
215Please respect copyright.PENANA06SoI0vmc7
Tepat jam 11 malam, seluruh calon anggota Tonti yang akan dilantik dipaksa tidur. Kuurut kedua kakiku yang pegal dan berkali-kali kesemutan. Beberapa temanku sudah berbaring tak berdaya.
215Please respect copyright.PENANAnvL2paomz4
"Jangan lupa lo sakuin itu kaus kaki Myk, nanti kalo kita bangun nggak susah nyarinya dalam gelap gini."
215Please respect copyright.PENANAlDlrDzHkIQ
Barak tempat tidur anak perempuan sudah dimatikan lampunya sejak awal. Entah apa tujuannya. Mungkin itu untuk menyulitkan kami saat harus bersiap di tengah malam.
215Please respect copyright.PENANApKsEpWdmje
"Emang kita nggak tidur sampe pagi?" tanyaku pada Aleta berbisik.
215Please respect copyright.PENANA0eMOSEKgkk
"Lo tau fungsinya itu Kak Andrea dan Kak Caca berdiri di depan pintu barak?"
215Please respect copyright.PENANA3l0sGiutpR
"Apa?"
215Please respect copyright.PENANA9VLiuZhgH9
"Kita bakalan dibangunin nanti jam 12 buat dilantik."
215Please respect copyright.PENANAv1uhETwt3a
"Kok gitu? Kan kita udah capek. Kita baru aja disuruh push up 10 seri lho Ta!" protesku tak terima. Satu seri dalam hitungan push up, sama dengan 10 kali hitungan. Bisa dibayangkan jika itu 10 seri berapa kali kami push up? 100 kali.
215Please respect copyright.PENANAset5ZawXEP
"Di Tonti lo nggak boleh ngeluh Myk!"
215Please respect copyright.PENANA8APIuUBuOQ
Belum sempat aku mendebat Aleta, bunyi peluit sudah berbunyi sangat nyaring. Bersamaan dengan itu, Kak Caca dan Kak Andrea mendobrak pintu barak, membentak-bentak agar kami segera bersiap untuk upacara pelantikan.
215Please respect copyright.PENANAHxsVCuClkH
Aku berlari naik ke lapangan yang terhubung oleh tangga. Kami memang ditempatkan di ruang kelas akselerasi, di basement sebelah ruang parkir. Jadi untuk bisa mencapai lapangan, kami harus naik melewati tangga beton.
215Please respect copyright.PENANARp6WVVn26v
Di mana Ernest? Aku tidak melihatnya setelah menegurku di sebelah mushola tadi. Dia menghilang. Jujur, aku merasa sendirian dan tak dilindungi jika tidak melihat dia. Apa-apaan aku ini!
215Please respect copyright.PENANAxF2lNoKSOX
"Kalian bawa bunga yang ditugaskan?" teriak Kak Bayu lantang.
"SIAP! BAWA KAK!" jawab kami semua berbarengan.
215Please respect copyright.PENANA9HKlHNdMBy
"Oke. Acara ini adalah puncak dari semua rangkaian acara yang udah digelar sejak tadi sore. Gue yakin banyak dari kalian yang belom sempat tidur, kaos kakinya cuma make sebelah, sepatu semua kanan karena ketuker punya temen, dan bajunya kebalik. Tonti itu harus cepat tanggap, nggak lelet, tahan banting dan yang paling penting kompak. Makasih kalian udah bisa ngumpul baris di sini dengan rapi dan tepat waktu. Sekarang, siapin bunga yang kalian bawa dan pikirkan dalam otak kalian, dari semua Kakak panitia yang terlibat di sini, siapa yang pantes untuk nerima bunga dari kalian. Kalian bebas memilih, mau dikasih ke siapapun boleh. Untuk Kakak-Kakak panitia, tolong semua membentuk barisan, biar adek-adeknya bisa menjatuhkan pilihan."
215Please respect copyright.PENANAEYaPgNb3b2
Ernest! Sedari tadi aku mencari sosok Ernest di barisan para senior dan aku tidak melihatnya. Beruntunglah aku, jadi aku tidak perlu memilihnya untuk menerima bungaku. Kubawa sekuncup mawar putih yang belum mekar sempurna yang kupetik dari taman bunga ibuku. Hanya itu bunga yang kami punya di taman. Setidaknya mawar tidak mudah layu bukan?
215Please respect copyright.PENANAYkBCVN4oh8
"Udah siap menjatuhkan pilihan? Sekarang ambil alih komando, siap Grak!" sampai Kak Bayu mengambil alih barisan, Ernest tak kunjung terlihat. Aku bernafas lega sekaligus merasa tak rela dalam waktu yang bersamaan. Baiklah, biar kupilih Kak Netta saja. "Setelah dibubarin, kasih bunga kalian ke Kakak panitia dan buat barisan seperti semula kalk udah selesai ngasih bunganya. Tanpa penghormatan, bubar jalan!"
215Please respect copyright.PENANACsjr73MbS3
Aku membalik tubuhku dan langsung berlari ke arah Kak Netta. Ada Yudha berlari lebih kencang di depanku, tujuannya pun kukira juga Kak Netta.
215Please respect copyright.PENANAZh2vwLbtNV
"Mykha! Lo harus cari panitia cowok!" kata Yudha menghalangiku.
215Please respect copyright.PENANAm62sABDyuq
"Lhoh emang harus ngasih ke cowok ya kalo cewek?"
215Please respect copyright.PENANAtP5xP80mW3
"Lo nggak tau tradisi kita? Emang cowok ngasih ke Kakak cewek, dan yang cewek ngasih ke Kakak cowok."
215Please respect copyright.PENANA1jeAvi57p6
Aku berhenti berlari di tengah-tengah lapangan. Selain dengan Ernest, aku hanya sempat bercakap dengan Kak Bayu yang pasti sudah menerima banyak bunga dari yang lainnya. Baiklah, biar kupilih secara acak saja. Aku mengubah arah ke barisan panitia laki-laki di seberang kanan lapangan. Meski bingung siapa yang harus kutuju, aku tak bisa menyerah dan berbalik kembali ke barisanku. Akan semakin berat lagi hukumanku jika itu terjadi.
215Please respect copyright.PENANAe3bBBeiAWn
"Primrose!!"
215Please respect copyright.PENANA3Q1n3N5wcR
Aku tersentak mendengar seruan itu. Kucari-cari sumber suara dalam remang cahaya malam. Ah, dia berdiri paling pojok, baru saja datang. Sejenak aku ragu melangkah, untuk apa dia memanggilku? Apa dia berharap bunga dariku? Atau memang dia melihat kebingunganku dan berusaha tampil sebagai penyelamat? Ernest memang berbeda dan tak lagi biasa.
215Please respect copyright.PENANAsmz36ioTu9
Kulihat Ernest menggerakkan kepalanya ke bawah, seperti sedang meneliti raut wajahku dari jarak yang masih lumayan jauh. Kulirik bunga mawar di genggaman, ah ... apa benar harus kuserahkan pada Ernest?
215Please respect copyright.PENANAvZYHH6jZxK
"Kak Ernest," tanpa sadar, kakiku berlari menujunya. Tiba-tiba saja aku sudah berdiri tepat di depannya, menghadapi lelaki asing yang entah mengapa selalu ada di saat aku butuh bantuannya.
215Please respect copyright.PENANA2FppzCvelb

215Please respect copyright.PENANAIBVUSgd3vL
"Ya?" Ernest tampak baru saja bangun tidur. Matanya sembab, wajahnya kusut. Dikantonginya kedua telapak tangannya di saku celana. Mungkin saja ia sedang berusaha untuk tidak berharap aku memberinya bunga.
215Please respect copyright.PENANA8HuNgLORuE
"E ... gue kasih lo bunga, tapi jangan mikir yang aneh-aneh ya," kataku.
215Please respect copyright.PENANAiedRwfmUzm
"Aneh-aneh?"
215Please respect copyright.PENANAyTkLtskwXH
"Ehm, sebenernya--"
215Please respect copyright.PENANAvftRp1NEVM
"Setangkai mawar. Kayak nama lo, Primrose," selanya seolah tak ingin aku bicara lebih banyak.
215Please respect copyright.PENANAQfeg3hssSn
"Makasih Kak, udah bantu gue banyak." Kuserahkan mawar putih di tanganku pada Ernest.
215Please respect copyright.PENANAbiAfp9q9Yv
Ia tak segera mengambilnya, masih setia menyimpan telapak tangannya di saku celana. Senyum menghiasi bibir tipisnya yang basah. "Ini mawar kedua ya, Prim." Ernest-lah lelaki pertama yang memanggilku dengan nama itu. Primrose, nama bunga yang begitu sarat makna. Secara tak sengaja, tanpa dijanjikan sebelumnya, Ernest sudah menjadikanku miliknya. Sebagai mawar pertama dan kedua.
215Please respect copyright.PENANA7QS8BIQMr1
"Kedua?"
215Please respect copyright.PENANAULPZLQvPGa
"Kan yang pertama, lo. Inget! Gue biasa kencan di hari Rabu sama minggu. Malam minggu mah maen PS," bisiknya genit.
215Please respect copyright.PENANAun4ujQHzG2
"Eh?" kukedip-kedipkan mataku bingung. Apa maksud ni cowok sih?
215Please respect copyright.PENANASbqD2EZHg8
"Kan lo tadi sore nembak gue," ucapnya tergelak.
215Please respect copyright.PENANAk15Tbn0Vlh
"Kak! Itu kan nggak serius," elakku, "Masak dianggepnya beneran sih?"
215Please respect copyright.PENANAn7qPbChris
"Takut amat lo! Bercanda kali gue. Lagian nggak mungkin Ernest bikin cewek nembak dia. Kalo gue mau sama lo, gue yang bakal bilang cinta duluan. Gue terima ya mawar keduanya," Ernest mengambil bunga mawar itu dari tanganku, sangat hati-hati seolah takut aku terluka karena durinya. Kemudian disakunya bunga itu di dada. "Sebut Saja Mawar, makasih."
215Please respect copyright.PENANArvAer9wEgf
"Sebut saja mawar?" lagi-lagi aku tak paham arah bicaranya.
215Please respect copyright.PENANAt3YXDGKNVx
"Primrose, rose kalo dalam bahasa Indonesia artinya mawar. Lo suka liat berita-berita investigasi jaman dulu nggak? Biasanya kalo nyebut pelaku kriminal atau orang-orang yang kena tangkap polisi kan pake nama alias. Mawar paling suka dipake. Hahaha, Sebut Saja Mawar, bukan nama sebenarnya,"
215Please respect copyright.PENANA1iabMm5xin
"Kak Ernest,"
215Please respect copyright.PENANAA5av4HZ1Et
"Apa?"
215Please respect copyright.PENANA90PqIg31Sw
"Lo garing!"
215Please respect copyright.PENANA8zPTMpVj2z
"Basah kok. Coba deh pegang!"
215Please respect copyright.PENANA9bWYFqG3dw
"Ogah!"
215Please respect copyright.PENANAIym2ExI31a
"Eits! Judes begitu gue buang bunga lo!"
215Please respect copyright.PENANAJ8RI26hoAj
"Kok gitu?"
215Please respect copyright.PENANA0uDqtkhBOq
"Biar lo dihukum."
215Please respect copyright.PENANAUG6nMLU4ZS
"Jangan dong," rengekku memohon.
215Please respect copyright.PENANAlmdE1bdmz8
Boleh aku benar-benar meremas wajahnya?
215Please respect copyright.PENANAe50WRzhi9O
"Mana mungkin gue buang. Dari lo ini,"
215Please respect copyright.PENANAzjTGwmAY5i
"Arggh!"
215Please respect copyright.PENANAB1gouxFuns
"Kenapa? Udah waktunya berubah lo? Kok menggeram gitu?" tanyanya makin menjadi.
215Please respect copyright.PENANA9STOuXWcaa
"Berubah?"
215Please respect copyright.PENANAn5LnDfpAIT
"Yang berubah tengah malem apaan?"
215Please respect copyright.PENANA3YRphRY5bZ
"Manusia serigala?"
215Please respect copyright.PENANA9ak488pI2J
"Siapa tau lo seriusan jelmaan dewi bunga. Hahahaha,"
215Please respect copyright.PENANAa8BtuYJDuD
Dan sumpah, itu adalah lawakan paling garing yang selalu membuatku mengingat Ernest. Caranya memandangku memang biasa, tapi ketika sudah kutatap indah matanya, Ernest perlahan berubah istimewa.
215Please respect copyright.PENANAeQ2KErExA7
"Kalo gue dewi bunga, ogah gue ikut acara beginian," sungutku.
215Please respect copyright.PENANAEWKh6a36Sl
"Yakin? Ada Kak Ernest lho!"
215Please respect copyright.PENANAGyzVKahUwL
"Whatever!"
215Please respect copyright.PENANA2D0hy61xkY
"Primrose Mykhailivna Milan Garnasih! Lo mawar pertama gue!" teriak Ernest lantang yang sekejap membuat suasana berubah hening.
215Please respect copyright.PENANAAlB2is2qtt
Ya Tuhan, dia benar-benar gila!
215Please respect copyright.PENANAOlWQ6CVrsS
"Dan setangkai mawar ini, menandakan lo berhasil dilantik secara resmi jadi anggota keluarga besar Tonti Smansa Eka Cipta,"
215Please respect copyright.PENANAOnHr0TqV0r
Oke. Aku kaget. Kukira saat itu akan terjadi drama berdarah yang membuat aku menjadi satu-satunya manusia bersalah. Ucapan lantang Ernest akan membuatku di-bully habis-habisan dan terus dijodoh-jodohkan selepas pelantikan. Namun di luar dugaan, Ernest melantikku pertama kali. Ia mendekat, mengalungkan sebuah pita berwarna merah dan putih dengan satu tulisan manis.
215Please respect copyright.PENANAZ0c7kSnQMB
Setangkai mawar yang kutemukan di antara ribuan benalu dan tanaman perdu. Kau menjadi satu dengan rinduku, Primrose.
215Please respect copyright.PENANA79NTOAfURF
Para panitia menyiapkan pita yang sama untuk semua anggota Tonti baru malam itu. Satu hal yang membuat pita itu berbeda dengan milikku. Tulisan tangan Ernest di ujung pita yang menyebut namaku. Primrose-mawar pertama.
215Please respect copyright.PENANASUfjFZqoCh
--MPE--
215Please respect copyright.PENANA44zsSP99j3
"Kamu seneng kan waktu itu? Jujur!"
215Please respect copyright.PENANAwme0FXrfoU
Kulirik wajah suamiku yang memandangku penuh selidik.
215Please respect copyright.PENANAxKV7MCUJrK
"Seneng lah. Namanya anak SMA terus dapet perlakuan kayak gitu, mana ada yang bakalan bisa lupa." Aku menjawab sombong.
215Please respect copyright.PENANAdprpIqNGa8
"Ck. Dasar melankolis!"
215Please respect copyright.PENANA7t5Jajzghi
"Aku nggak gitu ya Yah. Wajar dong kalo aku ini dibilang setangkai mawar?"
215Please respect copyright.PENANAxgtO5DB1yf
"Biasa ah,"
215Please respect copyright.PENANAtLjEI93170
Begitulah suamiku. Ernest selalu menjadi bahasan komplit yang mengingatkan kami pada masa putih abu. Ah Ernest, aku lebih mencintaimu.
215Please respect copyright.PENANAHNUnKJppkk
###
215Please respect copyright.PENANA7O4cGcQNGw
Kalimantan Tengah, 29 Agustus 2017
ns 172.69.58.111da2