×

Penana
search
Loginarrow_drop_down
Registerarrow_drop_down
Please use Chrome or Firefox for better user experience!
KEPAK ASA BERSAJAK
G
0
0
0
140
0

swap_vert







               Tulusnya Hujan


Tetes hujan begitu berarti bagi kehidupan

Meskipun hawa dingin bertandang dalam kesendirian

Serupa jatuhnya rintik air bersamaan

Tersirat ketulusan tanpa harap suatu balasan


Petrikor menguar menusuk indra penciuman

Usik belenggu kalbu akan satu rindu

Tiap embus napas terucap aksara serupa angan

Tersekat jarak jauh hadang daksa 'tuk menuai temu


Waktu tak izinkan rasa berbeda lebur bersatu

Rangkai kisah pada dunia tua nan fana

Bulir embun mengalir pada pucuk dewandaru

Hujan begitu tulus ikhlas sediakan tirta amerta


Pelangi hadir selepas ribuan rintik mereda

Setiap aral melintang 'kan sirna bersama aliran air

Ajarkan pada tiap insan akan sebuah asa

Tercipta 'tuk datang setelah tangis pasrah pada takdir


Boyolali, 21 Januari 2021


Catatan kaki:

Petrikor: Aroma alami yang dihasilkan saat hujan jatuh di tanah kering

Dewandaru: Ceremai Belanda









                   Belenggu Renjana


Siluet ragamu masih membekas dalam pikiran

Kala senja membiaskan semburat jingga temaram

Aroma tubuhmu masih tertinggal pada rongga penciuman

Seakan wujudmu masih nyata di kegelapan malam


Rembulan sabit mengintip lewat celah senyuman

Saat deru napas panjang menyebut satu nama

Senja menyapu setiap inci lekuk daksa menawan

Selengkung sinar menembus batas kesadaran jiwa


Adalah rindu akan hadirmu yang kian semu

Merajai pikiran, mengisi kehampaan kalbu

Adalah belenggu saat ragamu hirap dalam gelap

Memaksa daku 'tuk menunggu dalam senja yang lenyap


Serupa anak panah melesapkan utuhnya hati

Renjana dalam dada membelenggu hingga kini

Desau angin menampar ilusi liar pada otak

Sepuluh purnama sudah rasa di hati perlahan retak


Boyolali, 21 Januari 2021













                  Harapanku


Tak banyak aksara yang terangkai angan

Pada pangkal warsa purnama kedua

Hanya pinta sederhana pengucap harapan

Tersirat dalam gurat sajak berima


Kepak sayap pembawa asa menjelma sajak

Pada lapangnya dada terbentang ikhlas

Terus menggores abjad beradab tanpa anggak

Terselip kasih sayang dan cinta tak terbatas


Lingkup kehidupan mengulik begitu asyik

Lingkar keluarga ajarkan istikamah

Syukur tak terukur atas kisah tak terbaik

Merapal langkah maju menuai berkah


Harapan mengangkasa pada Sang Ilahi

Terpinta nyata bukan sekadar ilusi

Kelak hasil olah imajinasi jadi mimpi

Terbuai karya hingga raih prestasi


Ya, Ilahi ... jadikan pribadi ini sabar

Penuh semangat pantang menyerah

Jalani lika-liku takdir dengan tegar

Terus berjalan tegak tak patah


Boyolali, 22 Januari 2021








                   Terkenang


Kilas kebersamaan masa lampau

Masih teringat jelas setiap kenangan

Bersama memandang senja yang memukau

Terbingkai segaris senyum manis menawan


Ikatan cinta perlahan mulai goyah

Tanpa mampu menghindar ataupun memungkiri

Retaknya tali asmara perlahan pudar sudah

Hadirmu bak siluet senja dalam memori


Masih terkenang tanpa mampu teraih

Tinggalkan luka nan membekas perih

Pergi tanpa seucap salam perpisahan

Memilih menggenggam tangan insan pilihan


Tidak mengertikah, Sayang?

Seuntai janji masih terpatri di sudut hati

Harapan kian semu kemudian hilang

Tak mungkin terputar kembali semua memori


Boyolali, 23 Januari 2021














                    Menjejak Langkah


Bulan awal tahun baru segera berlalu

Detik bergulir menuju waktu yang semu

Tak ada cerita istimewa penuh canda

Hanya pertambahan umur yang kian menua


Sulur kehidupan merambat menuju titik tertinggi

Dari sekian aral melintang membelit kaki

Tak ragu ataupun bimbang menapaki hari

Janji Ilahi 'kan terangi segala mimpi


Usah menyesal pada kisah yang t'lah lalu

Ukir kembali cerita hidup pada lembar baru

Tak lupa 'tuk ucap syukur masih diberi waktu

Menjejak langkah tinggalkan masa kelabu


Tegakkan daksa meraih asa di cakrawala

Tajamkan pandangan guna menggapai cita-cita

Kubur segala kenangan silam penuh cerita

Memoar terbingkai nyata dalam dasar jiwa


Boyolali, 24 Januari 2021












                    Menggenggam Janji


Malam kian kelam tanpa taburan bintang

Tetes rintik sisa petang merenggut senja

Tanpa ada penghangat kala gelap menjelang

Sinar jingga tertutup hitamnya nabastala


Sepoi sang bayu membelai kesadaran jiwa

Kala netra masih menangkap sebuah siluet daksa

Tampak cantik jelita nan memesona

Namun, semua itu hanyalah ilusi belaka


Memori terputar kembali pada masa silam

Kala senja tampakkan wajah dengan gagah

Senyum terkembang erat tangan saling menggenggam

Terucap janji untuk saling menemani tiap langkah


Masih di sini menanti hadirnya cinta sejati

Yang dahulu sempat hirap entah ke sudut bumi mana

Terus menggenggam janji pada dasar hati

Sampai akhirnya engkau datang sendiri atau berdua


Boyolali, 25 Januari 2021













                  Menyiksa Diri


Kabut turun menjadi selimut lembut

Teman di kala malam yang kedinginan

Udara sekitar jadi sumber kehidupan

Saat rintik hujan perlahan menyambut


Tudung kepala tak mampu tutupi dosa

Terasing sebab kesalahan yang ternista

Tunawisma merangkak tak tentu arah

Seakan hidup ataupun mati telah pasrah


Ingin bertobat dari segala apa yang diperbuat

Namun, hati kerdil tak mampu lagi terpanggil

Hanya diam menanti datangnya sekarat

Berselimut kabut membuat raga menggigil


Gigitan di jari menahan gejolak hak badan

Tanpa usaha mencari sesuap pengganjal

Menyiksa diri sebagai wujud pembalasan

Pada daksa renta yang tertabrak di aspal


Boyolali,  Januari 2021














                   Memilih Sendiri


Rajutan cinta kasih perlahan memudar

Berlalu bersama roda empat, menderu ingar bingar

Tinggalkan insan sendiri di tepi jalan

Memilih pergi dengan raga yang bergelimang kekayaan


Asmaraloka tercipta bukan semata karena harta

Sudut pandang tentang duniamu berbeda

Biarkan aku bentangkan sayap 'tuk mulai lupakan

Rasa yang ada tak akan pernah terulang


Coba cari pengganti berhati tulus penuh cinta

Bukan sekadar singgah kemudian pergi tinggalkan luka

Berharap suatu saat 'kan datang cinta sejati

Benar-benar menetap bukan hanya dalam mimpi


Walaupun diri merasa terpuruk bersama sepi

Tak akan kuharap lagi hadirmu 'kan mengisi

Cukup sekali hadir torehkan luka di hati

Memilih sendiri berteman malam sunyi


Boyolali, 27 Januari 2021












                      Ibu, Maaf!


Ibu ....

Hadirmu tak akan terganti

Walau harus memilih sepuluh bidadari

Bagiku, cukup satu dirimu yang menemani

Memberi senyuman menenangkan saban hari


Ibu ....

Maaf, untuk ke sekian kalinya

Telah membuatmu meneteskan air mata

Tak bermaksud membuatmu terluka

Hanya kadang keegoisan diri ini hadir menyapa


Ibu ....

Kapal di tanganmu melukis sejarah

Takdir kehidupan kadang tak tentu arah

Sakit kakimu hingga pecah-pecah

Kadang kala tercipta nanah hingga parah


Ibu ....

Tanpa lelah, kakimu menopang raga yang renta

Peluh menetes tak menjadi alasan di usia senja

Keriput kulitmu adalah saksi nyata

Perjuangan demi anak-anakmu begitu berharga penuh sahaja


Ibu ....

Maaf, selama ini telah membuatmu susah

Menjadikan hari tuamu begitu lelah

Kadang, bibir ini masih berkeluh-kesah

Kau balas dengan doa menuai berkah


Boyolali, 27 Januari 2021



                  Rintik


Terdengar syahdu seiring seirama

Mengalun pelan bak untaian doa

Menghidu petrikor tenangkan jiwa

Rasa sejuk mulai menerpa


Rintik-Mu telah luruh

Membelai dedaunan dengan teduh

Hapuskan seluruh tetes peluh

Tengadahkan telapak tangan begitu teguh


Berada dalam rengkuh sujud kepada-Mu

Mengikis rasa pedih yang menggebu

Teteskan rintik dari sudut mata sendu

Harap dekapan-Mu hadir menyentuh kalbu


Dekap raga lemah tak berdaya ini

Pemilik seluruh raga dan duniawi

Berikan takdir kehidupan tak tertandingi

Tercurah segala elegi pada Ilahi


Boyolali, 29 Januari 2021












               

                  Generasi Merajut Kapas


Takdir kehidupan mencekik Ibu Pertiwi

Tersungkur dalam pasrah panjang

Tiap jejak terbelenggu begitu ironi

Mengikat kuat seakan mengekang


Bumi gersang tak berembun

Tangisan langit menghantam beruntun

Luapkan segala rasa gelisah pertiwi

Pada pusaran angin tercipta elegi


Debu beterbangan bersama harapan

Tersemai pada kukuhnya bangunan

Terinjak-injak tanpa dilirik

Resah tak mampu berbalik


Para generasi merajut kapas

Tertusuk jarum hingga ke tulang

Kesenjangan tinggalkan bekas

Dalam pahitnya perjalanan panjang


Boyolali, 29 Januari 2021














              Membalut Luka


Tiap untai kata yang terucap

Ada makna tersirat dalam sikap

Adanya amarah dengan resah

Lepaskan tajamnya anak panah


Hunus jantung tak terhitung

Untaian cela membuat linglung

Tangis merambah tak terbendung

Daksa terhuyung semakin limbung


Membalut luka perih tak bertepi

Goresan belati ingkar tak terhindari

Ada kalanya mengalah dengan diam

Jiwa terkoyak remuk redam


Siapa yang 'kan peduli?

Perisai luka tak mampu melindungi

Anak panah kasar nan tajam jadi alat

Jiwa merongrong, hati melarat


Dalam kesendirian menanggung pilu

Bertarung lawan hati tergores sembilu

Lara yang tak kunjung sembuh

Bagai api yang habiskan sebuah suluh


Dalam simpuh terendah kepada-Mu

Terserahkan hati pedih nan pilu

Terucap ampunan berurai air mata

Jiwa ini pasrah pada kehendak-Nya


Boyolali, 29 Januari 2021


                       Luka Jiwa


Kala senja menutup diri dari pancaran jingga

Siluet daksamu masih tampak berdiri di sana

Tidak lagi datang 'tuk hampiri raga kesepian ini

Memilih menggandeng tangan insan lain yang kaucintai


Rasaku terungkap tak mampu terbalas jua

Mencintai seorang yang hatinya tertambat

Luka jiwa ini masih perih menganga

Tanpa ada seorang pun yang mampu jadi obat


Terima kasih atas hadirmu yang pernah ada

Walaupun sekadar singgah sementara

Namamu akan selalu kusimpan rapi di sudut hati

Sebagai seorang yang pernah kucintai


Terlantun doa untuk hidupmu bersamanya

Semoga selalu dipenuhi canda serta tawa

Tak akan kurelakan engkau berurai air mata

Dari jarak nan jauh, raga ini 'kan menjaga


Boyolali, 31 Januari 2021













            

                   Wanita Pencinta Hujan


Purnama pertama dalam buai damai

Songsong sang fajar penuh rasa sabar

Bulan segera berlalu lepaskan lalai

Sepenggal cerita lampau di balik memoar


Detik bergerak serupa rintik menjelma hujan

Wanita berparas ayu menari di antara tetesan

Bersenandung ria layaknya bocah belum genap usia

Pencinta rinai di kala turun basahi buana


Tak peduli pada tiap pasang netra yang berucap

Sekadar melebur dalam ribuan tetes air langit

Bentuk curahan hati dalam dinginnya dekap

Hujan tempat mengadu dengan implisit


Tak perlu segan ataupun bimbang

Terungkap tanpa ada satu pun penghalang

Wanita pencinta hujan selalu berseru riang

Tak pernah sesali kenangan yang t'lah hilang


Boyolali, 31 Januari 2021












                    Meramu Rindu


Terasa kosong tak berpenghuni

Sudut ruang terasa lengang seakan ada yang hilang

Entah ke mana pengisi hati selama ini

Tak lagi kutemui sosok pemilik kisah usang


Belenggu yang dahulu menjerat tak lagi mengikat

Masih sendiri meramu rindu yang tak bertuan

Kesepian semakin membunuh naluri yang kuat

Tak ada lagi insan yang mampu selamatkan


Ke mana rindu tempatku bermuara?

Bahkan, bayangmu telah sirna dari pelupuk mata

Ruang kosong semakin sunyi dan hampa

Terdiam bersama raga yang kian tersiksa


Entah sanggup menunggu atau memilih pergi

Pulihkan rasa serta jiwa yang t'lah mati

Terkubur sendiri pada jurang mencekam

Berharap raungan pilu tak lagi terpendam


Boyolali, 02 Februari 2021













              Menunggumu


Rintik hujan kian deras menyerbu

Rasa dingin menusuk jiwa beku

Dalam sudut ruang hati yang semu

Kudapati secercah asa bersama rindu


Januari telah lama berlalu

Hujan masih setia membelenggu

Lain halnya dengan isi kalbu

Hanya berhias air mata pilu


Bersama bulan baru tapaki lika-liku

Tanpa jenuh diri ini terus meramu

Rindu seakan tiada jemu

Menunggumu dalam ruang sendu


Rasa ini masih singgah penuhi jiwa kelabu

Perbaiki asa 'tuk hapus masa lalu

Harap elegi segera berlalu

Bersama rinai hujan yang turun melaju


Boyolali, 02 Februari 2021












               

                  Cita dalam Takwa


Langkah serupa kapas terempas

Ringan tertiup angin sebab ingin

Tekad kuat sertakan angan berupa impian

Tanpa letih demi raih asmara putih


Genggam cita dalam takwa berpahala

Ikatan suci arungi bahtera rumah tangga

Pada pujaan terkasih terlabuhkan segenap jiwa

Penghilang nestapa serta belenggu dosa


Atas nama janji Tuhan arungi samudra

Singkirkan aral melintang antar raga

Dekap hangat kekasih halal berparas menggoda

Raih bahagia bersama sehidup sesurga


Hanya tersemat secuil harap kisah asmara

Raga serta jiwa tetap seia sekata

Tak akan membiarkan sukacita terenggut

Hingga raga terpisah maut menjemput


Boyolali, 3 Februari 2021













                 Asmara


Terasa nyata senyumnya terbingkai

Sopan santun perangai

Daksa semampai

Terbuai


Rindu

Ingin bertemu

Berkisah perihal jemu

Sekian lama sapa terbelenggu


Rajut benang jalinan kisah

Hapus segala perih

Hadirmu terpilih

Kekasih


Asmara

Berwujud rasa

Penuh canda tawa

Hilangkan nestapa yang hampa


Boyolali, 3 Februari 2021













       Sang Lintang


Senja telah lama menghilang

Berganti malam hapus petang

Pelita mungil seakan terbuang

Tanpa pendar indah gemintang


Awan mulai bergerombol menyatu

Hadirkan hitam kelabu berseteru

Jemput butiran jernih penghapus debu

Diam tertahan tanpa arah tertentu


Masih jelas terlihat mencekam

Hening bersama malam kelam

Hapuskan pelita sudut temaram

Bagai kilau indah yang terpendam


Kemilau sang lintang telah pergi

Tertelan diam dalam sunyi

Hening membisu seakan mati

Tanpa peduli sepasang netra menanti


Boyolali, 4 Januari 2021













                    Penantian


Jarak terbentang, aral melintang

Paras itu selalu hadir dalam bayang

Rasa rindu kian terasa gersang

Hanya temu mampu jadi obat penenang


Kala impian tak lagi jumpa hasil

Terusik riuh angin hadirkan gigil

Hasrat terdekat begitu mustahil

Sebab hadirmu begitu muskil


Saban hari hanya menanti

Harap dirimu segera kembali

Rajut cinta kasih yang terpatri

Bersatu dalam ikatan halal nan suci


Terus tegar walau harus tebalkan sabar

Penantian kasih 'kan tersampai benar

Rasa rindu menggebu adalah wajar

Ajarkan rasa saling percaya dengan sadar


Boyolali, 4 Januari 2021













                   Fakir


Lelap sang lintang dalam peraduan

Rengkuh jiwa dalam pilunya kenyataan

Andai mampu lambungkan harapan

Suatu saat pertiwi 'kan terasa nyaman


Berjuta peluh banjiri kehidupan

Rasa gigil tersudut fase kesenjangan

Meronta pada takdir terkucilkan

Sebatang kara arungi penderitaan


Akankah ada yang berbelas kasih?

Tak hirau pada perut yang terlatih perih

Sebutir nasi terkadang tak jua berjumpa

Hanya mampu bertahan dengan puasa


Sulur kehidupan menjerat usia

Termakan zaman kian menua

Bumi yang dipijak masihlah sama

Ujian Ilahi 'tuk fakir begitu terasa


Boyolali, 5 Februari 2021














                   Mentari


Perlahan sang mentari tampakkan diri

Mulai beranjak tegap menyinari

Terucap syukur tanpa henti

Wujud terima akan takdir Ilahi


Embusan sang bayu menerpa

Gigil menyerbu rasuki daksa

Sinar hangat mampu selimuti jiwa

Sang mentari telah tunjukkan pesona


Tetes embun memudar perlahan

Sisakan kilauan indah di pucuk dedaunan

Segar begitu tenang menyejukkan

Bagai sebutir mutiara nan menawan


Menghidu aroma pagi semerbak mewangi

Pada kelopak putih sucinya melati

Arumi tenangkan gelisah di hati

Bersama secangkir pekatnya kopi


Boyolali, 6 Februari 2021













                       Tuna Wisma


Sehelai kain tipis kumal tutupi raga ringkih

Keriput di kulit tanda usia tak lagi muda

Tertatih tapaki kejamnya dunia tanpa letih

Hanya mampu lambungkan berjuta asa


Kurus kering seakan tak berdaging

Hitam legam serupa jelaga terbakar ganasnya terik

Sebatang kara tanpa ada seorang pun di sekeliling

Kolong jembatan jadi tempat bernaung nan menarik


Adakah segelintir insan berpikir 'tuk peduli?

Saban hari menahan gejolak di perut tanpa terisi

Tak ada lagi sebutir nasi mampu ditemui

Tong sampah kosong tak berpenghuni


Pasrah akan ketetapan Ilahi Rabi

Usah ragu perihal rezeki di dunia fana

Tak apa melilit hingga perih menembus diri

Kelak 'kan jadi insan terkenyang di surga-Nya


Boyolali, 6 Februari 2021













          Wujudkan Mimpi


Daksa menggigil tak lagi dihiraukan

Menjemput lelap di peraduan

Mulai rajut mimpi penuh harapan

Simpan rapi segala bentuk kegundahan


Angin syahdu menggelitik raga

Bangunkan sisi gelap dalam jiwa

Resah menghalau takdir nan nyata

Berharap esok masih membuka mata


Renungi segala yang terjadi di balik mimpi

Sebuah kenangan indah dalam ilusi

Atau semacam masa depan penuh uji

'Kan terjawab tepat pada tulisan takdir Ilahi


Insan biasa mulai merajut asa

Terus gencarkan usaha disertai doa

Raih keberhasilan di ujung nabastala

Wujudkan mimpi penuh tekad 'tuk jadi nyata


Boyolali, 7 Februari 2021













                  Khianat Cinta


Netra redup itu kian mengembun

Membentuk bulir bening mengaburkan pandangan

Daksa riang seketika tertegun

Menatap khianat pasangan di hadapan


Satu warsa ikatan atas nama cinta

Aral berupa jarak memaksa raga berpisah

Sekian lama menuai temu berujung kecewa

Insan tercinta telah memilih jalan salah


Untuk apa tunjukkan setia, bila nyatanya dusta?

Untuk apa berucap janji, bila nyatanya ingkar?

Bukan salah cinta sejati torehkan luka

Hanya saja pemiliknya tak mau berlaku benar


Tunggu sekian waktu menuai sembilu

Setia jarak jauh akibatkan jiwa makin jenuh

Atma terhunjam onak kian sesak

Rindu berubah belenggu nan rancu


Boyolali, 8 Februari 2021












                  Rela


Senyum getir terpaksa terukir di sudut bibir

Saksikan gerimis mengikis kenangan manis

Tentang kasih sayang yang telah hilang

Mustahil kembali penuhi ruang di dalam hati


Bayangmu masih tampak di sela rintik

Ilusi mendominasi pikiran liar mengusik

Raga bernyawa terenggut maut tanpa takut

Sisakan sekeping hati dalam diri yang kalut


Angan terbawa angin menjelma ingin

Jumpa sekadar sapa tanpa mampu teraba

Di malam sunyi berteman mimpi penuh labirin

Atma terasa hampa tiada lagi insan tercinta


Hirup aroma lelap bersama dekap yang hirap

Menanti hadirmu di mimpi penuh harap

Rela menjadi keharusan untuk membuka hati

Bersiap lupakan masa silam penuh elegi


Boyolali, 8 Februari 2021













               Sapa Embun


Semburat jingga pancarkan pesona

Usir kabut yang selimuti buana

Kelopak melati tampak segar menggoda

Manjakan pandangan pada sudut netra


Semangat baru membara bawa ceria

Semurni embun kala pagi menyapa

Syahdu suara pucuk daun berkata

Serupa panjatan doa penuh asa


Bias sinar memancar di bulir sebening kaca

Menetes perlahan terhapus kilauan sinarnya

Mentari hadir beserta segenggam tekad kembara

Berkelana singgahi imajinasi sastra


Waktu berlalu dengan sukacita

Rajut mimpi dalam ilusi jadi nyata

Terus rapalkan kalimat mustajab dalam doa

Kelak, Tuhan kabulkan segala pinta


Boyolali, 10 Februari 2021














             Netra Berembun


Ribuan tetes bergemuruh menyerbu

Bising suara air langit menggebu

Teringat akan kisah masa lalu

Di bawah hujan bercumbu rayu


Kini, semua berlalu sisakan luka

Kisah kita tak lagi sama

Kau memilih pergi berdua dengannya

Goreskan lara menganga di sudut jiwa


Netra berembun mengulang khayal tentangmu

Kerinduan hunjamkan sembilu

Rasa khianat hadirkan pilu

Hati sesak penuh belenggu kisah lalu


Masih coba musnahkan dari pikiran

Nyatanya kenang mengikat tiap angan

Serupa derai tak kunjung berkesudahan

Semua tentangmu masih coba kulupakan


Boyolali, 11 Februari 2021











         

                       Tentang Rindu


Pada secarik kertas putih tergores pena

Membingkis rindu lama tak bermuara

Penantian masih terasa sesakkan dada

Di sudut atma terbingkai nama penuh cinta


Sekeping rasa masih atas nara pengisi masa

Terpatri di sudut hati penuh bimbang tanya

Akankah, di sana engkau setia?

Tak lelah tunggu jumpa merajut asa bersama


Tak akan mudah tergantikan oleh cinta lain

Walau pikiran serta raga begitu ingin

Rindu ini seperti bintang menanti purnama

Tak lagi mampu tereja seberapa banyak kata


Layaknya embun di atas kelopak mawar

Rasa ini tak pernah jemu ataupun pudar

Kasih sayang dahulu pernah diutarakan

Sisakan kenangan berujung rindu tak bertuan


Boyolali, 12 Februari 2021













                     Melepasmu


Sendiri kembali tapaki kisah

Raga lelah mencoba pasrah

Pada hati yang tak lagi searah

Biarkan aku melukis senja tepiskan kalah


Tiap butir pasir layaknya kisah kita

Terajut begitu banyak tak terbilang

Lelah menggenggam asa tak kunjung nyata

Senja kini, kulepas bersama rasa usang


Biarlah angin meniup kisah tentang rasa

Tak ingin terulang lagi lara berujung patah

Menghunjam perlahan pada sudut atma

Bersama lelah, aku menyerah kalah


Pergilah bersama kisahmu yang lalu

Di sini, aku melepas belenggu semu

Tak harapkan rindu menuai temu

Mencoba sadar bahwa engkau bukan untukku


Boyolali, 13 Februari 2021













                           Halal Denganmu


Rasa cinta telah lama terukir

Siapkan lahir batin 'tuk sambut yang hadir

Saling mengikat janji tunaikan takdir

Harap s'lalu bersama hingga akhir


Degup gugup gelisah terasa

Saat ucap akad lantang menggema

Rasa syukur mengalir tanpa jeda

Halal denganmu sambut sukacita


Kasih terjalin begitu indah

Rasa cinta kian bertambah

Jemput rumah tangga penuh berkah

Semoga sakinah mawadah wa rahmah


Halal merindu tanpa ragu

Tepis aral nan membelenggu

Penuh doa iringi tiap langkahmu

Rajut kasih hingga maut jadi penentu


Boyolali, 14 Februari 2021












        

                Tak Tergapai


Memandang dalam bayang lamunan

Rindu menyapa kala sepi jadi dominan

Angan menerawang sebuah impian

Cinta hampa hanya suatu harapan


Coba raih bintang yang telah abai

Harsa hirap tak mampu tergapai

Diri begitu lalai sisakan sebuah andai

Hingga kasih tiada mampu tergapai


Embusan angin tampar jiwa agar sadar

Asmara hanya menguji rasa sabar

Harapkan raga untuk selalu tegar

Jemu tunggu pujaan yang tak berkabar


Bayang semakin kerdil kian jauh

Segala rahsa tak lagi terengkuh

Mustahil pula 'tuk tersentuh

Belenggu rindu makin sadis membunuh


Boyolali, 15 Februari 2021













                       Goresan Luka


Rasa sesak menghunjam jiwa

Membakar gejolak rasa dalam dada

Muskil tertahan tak mampu lampiaskan

Belenggu rindu tiada lagi bertuan


Ingin rasanya kembali pada masa silam

Rajut kembali cinta yang terpendam

Kini, semua sirna bersama temaram malam

Kisah kasih berubah jadi kenangan kelam


Ke mana rindu ini 'kan terlabuhkan?

Pada siapa raga lelah temukan sandaran ternyaman?

Segala harap t'lah hirap tak tentu arah kian tersesat

Goreskan luka pada atma yang sekarat


Derai tangis mencipta sebuah elegi

Takdir menusuk kalbu sakit tak bertepi

Sisa rindu masih menyiksa nurani

Begitu lara seakan tersayat belati


Boyolali, 16 Februari 2021













                     Kasihmu Sepanjang Masa



Kasihmu sebening embun pagi

Berhati lembut suci

Tanpa benci

Terpatri


Ibunda

Bagaikan permata

Kasihmu sepanjang masa

Terus bersahaja sepanjang usia


Hari-hari menjadi sangat berwarna

Kehadiranmu begitu berharga

Teruntuk segalanya

Sempurna


Cintamu

Seputih salju

Terbingkai penuh rindu

Selalu bijaksana sepanjang waktu


Tiada balasan yang sepadan

Wujud nyata bimbingan

Selalu tercurahkan

Perhatian


Surga

Tiada duanya

Telapak kaki tempatnya

Rida Allah, rida ibunda


Boyolali, 17 Februari 2021


                    Selamatkan Bumi


Angin berembus sambut guyuran air langit

Pohon rindang meliuk tak mampu berkelit

Kemelut sabetan puting beliung merejang

Kalang kabut air hujan meluap menghadang


Lihatlah, pantai dahulu berkawan dengan nelayan!

Kini luapkan amarah penuh kebencian

Tak ditemukan mutiara jelita simbol keanggunan

Yang terjumpa hanyalah seonggok rongsokan


Bumi Pertiwi dahulu indah semakin usang

Tak ada lagi tanah surga yang terkenang

Beton tegak menjulang kian bertebaran

Paru-paru dunia hirap tergerus zaman


Genggamlah janji, Wahai para generasi negeri!

Dedikasikan jiwa raga 'tuk selamatkan bumi

Dengar dan rasakan rintihan pertiwi penuh duka

Sayangi tanah air demi anak cucu penerus bangsa


Boyolali, 18 Februari 2021












              

                        Menunggu Waktu Tiba


Separuh rembulan berselimut kapas putih

Gemintang tampak aksa perlahan menyisih

Gigil merasuk daksa sebab tiupan anila

Termenung di bawah nabastala berpijak buana


Seraut wajah penuh sendu basah oleh embun mata

Seakan tengah bercengkerama ungkapkan nestapa di jiwa

Sang pemilik hati telah terlelap abadi menuju pangkuan-Nya

Tanpa mampu mengucap pesan perpisahan penuh cinta


Jarak pisah tak mampu terjamah

Hanya ungkapan doa melangit dengan pasrah

Berusaha ikhlas pada takdir yang tertulis

Meski ribuan hari berlalu bersama tangis


Tenanglah, engkau di singgasana permata!

Rimpuh daksa ini kelak 'kan menyusul jua

Hanya menunggu waktu tiba ketika nyawa terpisah raga

Semoga dipersatukan kembali di janah-Nya


Boyolali, 19 Februari 2021













        

                         Setitik Pelita


Pelita lindap sambut daksa dalam gelap

Kobaran suluh berpembuluh telah lenyap

Sunyi membekap jiwa berselimut dekap

Bayang semu kian jemu menyergap


Belenggu lara menjamu daksa tak berdaya

Tertanggal sehat pada lorong gulita

Bisu tak mampu sekadar berkata

Bayang kesakitan menghitam tanpa purnama


Secercah asa t'lah pupus dalam angan

Serupa putaran memori membingkai kenangan

Setitik pelita datang kuatkan diri bagai kawan

Pada senyuman tergantung harapan


Layaknya malam terenggut mentari

Diri mencoba kuat meniti hari

Tabah berpasrah pada takdir Ilahi

Secercah asa dalam gulita menyemangati


Boyolali, 20 Februari 2021












        

                       Harsa Lenyap


Tumpahan hujan enggan mereda

Serupa linangan air di sudut mata

Bulir basahi pipi lampiaskan luka

Atma tergores belati khianat cinta


Hening masih dominasi pikiran

Lelah raga dirundung kesepian

Lorong waktu menjelma kawan

Jenuh terbunuh putaran kenangan


Harsa seakan telah lenyap

Pendam segala mimpi penuh harap

Pelita jiwa semakin lindap

Raga penuh kasih telah hirap


Seumpama air hujan yang mengalir

Hati kosong tuntaskan pikir

Tak mungkin mampu melawan takdir

Hadirmu terdamba ternyata mangkir


Boyolali, 21 Februari 2021













                   Sebatas Kawan


Semu terbayang wajah sendu di hadapan

Perihal rasa yang salah diartikan

Kasih sayang terajut penuh padan

Tak pisah kabar meski raga berjauhan


Gantungkan asa pada cerah cakrawala

Harap terbuka menganga sisakan lara

Nara bertakhta penuhi relung jiwa

Nyatanya hanya peduli saja bukan cinta


Daksa itu tak lagi mampu terengkuh

Begitu jauh mustahil 'tuk tersentuh

Tinggalkan risau perlahan lumpuh

Bersama raga luluh semakin rimpuh


Bukan lagi menjadi perhatian terdepan

Berulang kali yakinkan pada badan

Segala bentuk kasih sayang sebatas kawan

Lepaskanlah, segala angan serta harapan!


Boyolali, 22 Februari 2021












                  Terikat Tanpa Sekat


Terbilang dekat bukanlah kerabat

Terikat tanpa sekat ataupun tenggat

Hadirmu mampu usir rasa penat

Mengubah dunia dalam pikiran jadi hebat


Pelipur lara di kala duka menerpa atma

Pemberi warna saat jiwa terasa hampa

Tak pernah terlupa dalam ingatan maupun relung dada

Kau berada di tempat istimewa serupa takhta


Adamu mampu hapuskan pilu tersedu

Kisah lalu tak lagi berseteru penuhi kalbu

Jadilah rindu layaknya candu

Tak akan pernah ada kisah seru tanpamu


Terlalu indah ikatan layaknya pasangan

Tautkan tangan untuk saling berpadan

Bahwa persahabatan tak akan meninggalkan

Walau seribu aral menghadang kebersamaan


Boyolali, 23 Februari 2021














                        Wanita yang Kusebut Ibu


Wajah teduh yang selalu tampak tegar

Walau beribu aral menghadang

Kakimu tetap melangkah tanpa gentar

Demi buah hatimu yang tersayang


Terkadang diri ini merasa sesal di dada

Tak mampu menjadi seperti yang kau mau

Kadang pula diri ini merasa dosa

Tak mampu wujudkan segala keinginanmu


Kau taruhkan jiwa raga demi anak

Kau asuh dengan asih penuh cinta

Tak peduli kelak terbalas ataupun tidak

Seluruh doamu menjadi kasih sepanjang masa


Di telapak kakimu terdapat surga

Tempat di mana harusnya anakmu berbakti

Tak lekang oleh waktu memberi asa

Ridamu adalah rida Ilahi


Boyolali, 24 Februari 2021












                   Secangkir Kenang


Senja lingsir terenggut jelaga malam

Gemerlap bak mutiara bertabur di angkasa

Bangku usang menoreh kisah kelam

Kala ditemani secangkir kopi pembuka cengkerama


Layaknya kopi, sisi manis hanya terasa sementara

Pahit mendominasi hingga tertelan ke palung terdalam

Engkau pergi tinggalkan ampas berupa luka

Kisah indah seakan musnah bersama hari suram


Lukisan galaksi hiasi gulita nabastala

Bayangmu tinggalkan lara tak berkesudahan

Layaknya ampas kopi dalam cangkir yang tersisa

Tak mampu kembali jadi seduhan kehangatan


Pekat malam menjelma memori hitam

Tepiskan siluet daksamu singgahi atma

Bulatkan tekad penuh semangat terpendam

Melepas bayangmu bersama patahan cinta


Boyolali, 25 Februari 2021














                    Siluet Indahmu


Sinar temaram di ufuk sana menerpa wajah muram

Semburat jingga membungkam kesadaran

Membias pada genangan air danau nan tenang

Larut di bawah alam sadar penuh kehampaan


Bangku besi tepi danau ini tempat kuukir kisah

Tentang asmara yang pernah singgah

Masih tersimpan rapat tanpa celah

Sisakan jiwa sendiri dalam balutan rasa salah


Terembus napas dalam-dalam penuh rasa sesal

Biarkan insan tercinta pergi atas tuduhan asal

Sesak kian mendera tatkala tampak siluet indah di sana

Lekuk daksa itu masih jelas terpandang netra


Entah itu nyata atau sekadar ilusi

Raga itu melangkah menghampiri

Tak mampu lagi diri ini memungkiri

Seraut wajah tersenyum manis mengajak kembali


Boyolali, 25 Februari 2021












                      Untaian Doa



Sapuan sang bayu menerpa wajah sayu

Sisa air mata telah kering hingga membekas pilu

Teringat kembali putaran memori tentang sosok berharga

Lelaki cinta pertama untuk anak putrinya


Hadirmu selalu kunanti walau hanya dalam mimpi

'Tuk kikis rindu yang menggebu saban hari

Raga kuatmu tak lagi mampu teraba

Sekadar senyum pun tak lagi terpandang netra


Bahu kekar tempatku bersandar dahulu

Tak lagi ada, hanya tersisa kenangan penuhi kalbu

Potret pada bingkai kayu jadi satu-satunya pelepas rindu

Untuk terus menatap senyum teduh milikmu


Tiap sujud panjang terlantun untaian doa

Untukmu Ayah nan jauh di sana

Semoga Tuhan sediakan tempat terindah

Di sini, anakmu selalu merindu tanpa lelah


Boyolali, 26 Februari 2021













                   Menanti Kembalimu


Genap dua warsa meniti hari sendiri

Raga terempas dalam palung sepi

Tetap mencoba tegar meski hampa mendominasi

Keadaan memaksaku merajut rindu tak bertepi


Hanya mampu menunggu berbekal harap

Kembalimu di sisiku dengan rasa yang tak hirap

Rindu membelenggu aroma daksamu saat mendekap


Seberapa lama engkau jauh tak terengkuh

Seberapa dalam rasa yang tak pernah jenuh

Aku tetap menanti kembalimu dengan cinta utuh

Kasih serta sayang itulah yang mampu buat hati ini luluh


Raga kita memang sedang berpisah

Namun, percayalah tak ada nama lain yang singgah

Rasamu dan rasaku akan terbingkai indah

Hingga kelak meniti kehidupan bersama sampai ke janah


Boyolali, 27 Februari 2021














   

favorite
0 likes
Be the first to like this issue!
swap_vert

X