Tn. Cake menumpangi kursi dan segera berteman dengan ponselnya, lesat mencari rincian berita tersebut. Pandirnya diriku adalah informasi berita pagi ini tak terlalu mencolok di kepalaku, alih - alih sebal pada sifat kekanak - kanakan Tn. Cake.
Lariku bagai hyena, mengambil ponsel di kamar lalu kembali.
“Kau benar, Feline. Gibson Jeph, direktur utama jasa pengiriman internasional, Colombe Parcel, adalah salah satu penumpang kelas bisnis Air France yang berangkat pada jumat pagi pukul tujuh dari London,” kata Tn. Cake agak panik. “Ini terlalu mendadak, menolak juga tidak mungkin.”
Jari – jariku gemulai menyentuh layar ponsel, “Anu… Bagaimana kalau kita langsung ke alamat itu? Salah satunya juga boleh sih.”
“Ambil yang terdekat dulu Westfield. Portpatrick sekitar 7 jam mobil atau sembilan jam kereta. Lebih jauh dibanding Cornwall.” Balas Tn. Cake sambil menggigit ringan jempol kanannya.
Layar ponsel enam inchi yang bersandar di lengan kananku, kini telah mendapatkan informasi yang diperlukan, hatiku sedikit mengerem kegundahan.
“Colombe Parcel didirikan bermula di Perancis. Mereka adalah sektor pengiriman lokal. Dalam setahun, Gibson Jeph mendapat kepercayaan investor agar bisa terbang ke penjuru eropa…” Rekan terpenting, mata dan mulutku saling berkoordinasi membaca informasi bagian sejarah perusahaan.
Respon Tn. Cake instan,” Feline, carilah apa yang membuat Colombe Parcel unggul daripada yang lain atau sesuatu semacamnya yang tidak ditemukan jasa pengiriman lainnya.”
Lekas aku menyentuh pada barisan menu jasa pelayanan. Tidak banyak yang ditawarkan, mereka dipetak – petakkan berdasarkan tabel dan hampir mirip. Jempolku menggeser ke bawah, masih tak ada perbedaan yang signifikan.
“Sesuatu menganggumu, Feline?” Tn. Cake yang dari tadi menguraikan makna surat menyadariku yang berhadapan dengan persimpangan delapan arah.
“Well, saya tak paham kenapa mereka menerapkan jasa pengiriman yang hampir mirip,”
“Mari libatkan Earnold dan Earnys.” Ia menjawil kedua kupingnya.
“Anu, Colombe Reguler, durasi pengiriman 2 hari, ongkos 3 pounds per kilo, benda tak dilacak pasti terkirim sampai rumah. Mirip, Colombe Post Reguler, bedanya ada di keterangan benda atau surat tak dilacak pasti terkirim sampai rumah. Sedangkan Colombe Post mirip Colombe Black, yang membedakan adalah benda atau surat dilacak dan ongkos 4,5 pounds per kilo.”
Lebih lanjut, Colombe Non Reguler, pengiriman selama 1 hari, 6 pounds per kilo, benda dilacak, boleh ambil ke kantor terdekat atau dikirim sampai rumah. Mirip dengan Colombe Reguler Instant, garansi terkirim hari itu juga maksimal jam tiga sore, benda atau surat, dikirim sampai rumah, 12 pounds per kilo, mendapat bukti pengiriman dan akan terlacak.
“Tambahan, ada catatan kecil di paling bawah tabel. Pertama, Colombe Parcel menghargai keamanan rahasia barang. Kedua, Colombe Parcel akan menghubungi bila ada keganjilan pada paket untuk meminta konfirmasi pada pengirim. Ketiga, Colombe Parcel menyediakan satu jasa khusus diluar daftar di atas, silahkan konfirmasi pada pemilik. Keempat, pengiriman luar negeri dikenakan beban 35 pounds di semua paket, dengan waktu seminggu hingga satu bulan, selebihnya bisa ditanyakan pada tim CS. Yang terakhir…”
Tn. Cake masih memperhatikanku seolah – olah butuh.
“Garansi pengiriman 100% uang kembali, dikenakan biaya asuransi 15% dari total biaya. Kerusakan berupa pengiriman cacat, selain itu akan dikembalikan pada pengirim untuk dikoreksi. Diluar biaya asuransi akan dikembalikan separuhnya,” tanyaku setelah membaca hingga tuntas. “Ini sedikit menganggu saya, tidakkah aneh penerapan kata reguler yang terlalu sering?”
“Well, kalau mereka ingin membuat orang lain terpeleset, tentu. Tidak hanya mendapat dukungan investor, dalam setahun Colombe Parcel telah melebarkan sayapnya ke benua eropa. Hm…” Anggukannya yang kurang yakin sedikit membuatku terganggu.
“Di surat itu juga tertulis paket, tapi kenapa tidak dikirim dengan jasa pengiriman miliknya ya?”
Tn. Cake membalik – balikkan kado hitam itu.
“Rahasia yang penyalurannya tidak mencolok dan harus diterima oleh orang yang tepat, ini yang coba kado itu katakan padaku,” tanya Tn. Cake padaku, “Apa yang kau pikirkan bila seseorang menyuruh orang lain untuk mengirimkan paket ke alamat tertentu, Feline?”
“Mungkin saja paket itu penting? Tapi itu sama sekali merepotkan sih. Daripada memberi tahu orang lain, orang itu bisa langsung menghubungi lewat ponsel, benar? Tentu itu sangat tidak wajar,” hematku.
“Persis! Seperti yang kau katakan, ponsel jauh lebih efisien. Atau…“ katanya dengan lirih penuh curiga.
Gagang telepon segera diangkatnya, jari – jari Tn. Cake lesat memencet nomor tertentu yang berpola pertanyaan di benakku.
“Feline, cepat hubungi Nona Egremont, kita akan berlibur sebentar,” katanya lesat berpindah pada seseorang yang ia telpon. “Selamat pagi…”
Lagi – lagi metodeku kurang efektif. Roman wajah Tn. Cake yang kini dipenuhi terburu – buru menandakan ia telah melesat pada langkah tertentu. Jujur, aku tak paham apa maksud perkataannya.
Nona Honey Egremont, adalah kenalan Tn. Cake yang membantu kasus lalu. Tn. Cake bilang gadis tomboy itu banyak membantunya, penurut meski banyak menuntut. Well, untuk suatu alasan, Nona Egremont kini dipekerjakan oleh keluargaku, Keluarga Antoinette, sebagai sopir pribadi.
Menekan namanya pada daftar kontak, lalu ponsel itu bersandar pada telinga kananku. Tak butuh waktu yang lama, karena aku dan dirinya cepat akrab.
“Halo, Honey? Bagaimana kabarmu?” sambutku.
“Da- maksudku, Feline? Kok tumben?”
“Y-yeah, sebenarnya ada kasus yang cukup merepotkan…”
“Hah… lagi – lagi pria itu, kan?” desahnya menggerutu.
Aku menceritakan semua detail padanya sampai isi pesan absurd itu. Tapi entah kenapa, mulutku tidak mau bercerita soal emas itu. Entah, aku merasa Tn. Cake mungkin melarangku.
“Ah, seperti yang kau bilang, bertele – tele, Feline. Well¸ cepat atau lambat pria itu punya metodenya. Aku harus izin Nona Lilia terlebih dahulu, tapi kemana sebenarnya kita akan berekreasi?” nada Egremont tampak bersemangat.
“Anu… um…” Berkebalikan denganku yang agak sungkan, “Blean, Canterburry dan Millfield, Portpatrick, hehe….”
“Hahaha …” balas Egremont terdengar ringan di telinga.
“Hahaha, ba-bagi Egremont itu dekat, kan?”
“DEKAT KEPALAMU! SEKITAR SEPULUH JAM PERJALANAN ITU BAHKAN MINIMAL, KAU TAHU? SELAMA ITULAH NANTI TELINGAKU BERDENGING KENA MARAH!”
Telingaku seperti kena gongonggan anjing. Aku bisa memahaminya karena ia adalah supir kakak dan ibu tiriku.
“Ja-jangan khawatir, na-nanti kutelepon, dadah~”
“Eh? HOI TUNGG-“ Mengikuti nasehat Tn. Cake, kututup langsung tanpa kompromi. Semoga saja ia bisa memaafkanku, pikirku dalam – dalam.
Sementara itu, aku sekelibat mendengar percakapan Tn. Cake sebelum berakhir.
“… Oh, jadi maksudnya kami bisa memodifikasi paket asal menambah waktu bukan mengurangi, Nona Netanya?”
“….”
“Ah, kalau barangnya abu – abu?”
“…”
“Merveilleux! Terima kasih, kami menantikan.” Ditaruhnya kembali gagang telepon itu. “Jadi, bagaimana, Feline?”
“Y-yeah, uh-huh.” Angguku yang tak terlihat meyakinkan.
“Well, biarlah, tidak ada jalur mudah untuk Nona Egremont.”
Rasa penasaranku tak pernah mengalah, karena itu kutanyakan maksud Tn. Cake tadi.
“Oh, yang tadi?” ia menuang cangkirnya sampe penuh. “Kadang situasi yang secara umum efisien, tidak berlaku pada kondisi tertentu.”
Jujur saja, hal yang barusan kudengar sangat tak terpikirkan. Meski masih saja aku bagai kertas kosong.
“Misalnya?”
“Entah itu penting,” tambahnya setelah mencerup damai tisane kesukannya. “Atau genting.”
ns 172.70.126.27da2