
#1 Namaku Laras
4331Please respect copyright.PENANAvpFq8Kvte7
“Umi cuma punya dua tangan!” Seruku kepada mereka berdua yang sibuk ke sana-kemari. “Abi, makan dulu, ih!” seruku lagi kepada suamiku sambil membolak-balik ayam di penggorengan dengan gemercik minyak yang meletup-letup kecil.4331Please respect copyright.PENANAkTKRfgr70f
4331Please respect copyright.PENANAcNG3Tpj8Qr
“Abi gak ada waktu, mi. Udah telat!” Jawab Suamiku, Dimas. Ia terlihat sibuk membenarkan dasinya yang sedikit miring. “Abi berangkat dulu.” Dimas menghampiriku dan memelukku dari belakang, tak lupa ia mengecup puncak kepalaku dengan mesra.4331Please respect copyright.PENANAJNLx1hNLYN
4331Please respect copyright.PENANAgxijOxu4HE
“Adit jangan sampe telat!” Kata Dimas kepada Adit, anakku.4331Please respect copyright.PENANAkiwFenfR0H
4331Please respect copyright.PENANAnyvyGhvqG5
Adit mengangguk. “Hati-hati, Bi.” Ia duduk di meja makan dengan seragam rapi. Dimas tersenyum dan kemudian menghilang dari meja makan.4331Please respect copyright.PENANA3TmYbUrt2b
4331Please respect copyright.PENANALBjXlNfltp
Aku meletakan dua ayam goreng di meja makan, lalu duduk berhadapan dengan Adit, anakku satu-satu-nya. Adit sangat mirip dengan suamiku, dari wajahnya, sifatnya, pun caranya makan, seperti kloningan sempurna tanpa cacat.4331Please respect copyright.PENANAR0OU0KCw2t
4331Please respect copyright.PENANAMQX42CrTKC
Adit menyendok Nasi ke piringnya dan mengambil satu goreng ayam bagian paha.4331Please respect copyright.PENANAAPsLWcjETg
4331Please respect copyright.PENANA0Ck5oQ3wGr
“Jangan buru-buru, sayang.” Aku menuangkan air ke gelas dan menyodorkan kepadanya.4331Please respect copyright.PENANAdwy9xScO02
4331Please respect copyright.PENANA6BdIJl5mpC
“Takut telat, bun,” kata Adit. Hari senin memang sangat sakral bagi sebagian anak SMA kelas tiga seperti anakku ini.4331Please respect copyright.PENANAGPxBOX4Nou
4331Please respect copyright.PENANA4a8KnHmzQm
“Nanti keselek, lho,” kataku, memperingatinya.4331Please respect copyright.PENANAYarIXQVT2s
4331Please respect copyright.PENANAA7VdJeRKl1
Adit menghiraukan. Ia makan dengan terburu-buru. Tak lama kemudian, ia berdiri. “Adit berangkat dulu, ya, bun.” Ia menghampiriku. Aku berdiri dan mengulurkan tangan. Dengan takzim Adit mencium punggung tanganku.4331Please respect copyright.PENANAMzpOnn1194
4331Please respect copyright.PENANA34HiZXDsPN
“Hati-hati, sayang,” kataku sambil mengusap rambutnya. “belajar yang giat.” Adit tersenyum, lalu melangkahkan kakinya keluar rumah.4331Please respect copyright.PENANAIQokol0JHl
4331Please respect copyright.PENANAWK34tdBkCy
ia berangkat ke sekolah menggunakan motor. Walaupun aku tak membenarkan hal seperti itu, sebab ia sendiri tidak memiliki SIM. Tapi, aku selalu memperingatinya untuk selalu menggunakan Helm. Lagian, suamiku terlalu sibuk untuk mengantar-jemputnya. Aku sendiri? Tak bisa mengendarai motor maupun mobil.4331Please respect copyright.PENANAF8Z3BEZcii
4331Please respect copyright.PENANAshIExmznx2
Dari jaman kuliah, aku selalu menggunakan Taxi atau alat transportasi lainnya. Dahulu, Umiku selalu berkata, Laras, kamu harus belajar nyetir. Mau sampe kapan kamu bergantung sama Abi? Aku hanya tersenyum dan mengganguk. Abi pun begitu, Mbak, mau diajarin nyetir mobil? tanya Abi kepadaku, sewaktu-waktu. Aku hanya menggeleng. Menolak.4331Please respect copyright.PENANApySvH1RGpR
4331Please respect copyright.PENANALAmpy8S0eH
Aku mempunyai ketakutan tersendiri soal berkendara. Sewaktu aku masih kelas 4 Sd, aku menyaksikan anak yang seumuranku tertabrak mobil, tepat di hadapanku. Dan itu sungguh menyeramkan sekali. Apalagi untuk anak yang usianya baru menginjak 10 tahun. Sampai sekarang, kejadian tersebut masih terlintas di pikiranku. Tidak bisa menghilang, dan menghantui terus menerus, seperti sebuah pembelajaran yang harus kuingat-ingat.4331Please respect copyright.PENANATSTKKQqNct
4331Please respect copyright.PENANA8u7XFig7vW
Seperti ibu rumah tangga pada umumnya, aku menghabiskan sebagian waktuku di rumah, berkemas, berbelanja keperluan dapur, dan sebagainya. Di usiaku yang ke 38 tahun, aku harus tetap produktif dan terus melakukan kewajibanku sebagai istri sekaligus ibu.4331Please respect copyright.PENANA3aCtaholCD
4331Please respect copyright.PENANApZfXJFtogr
Aku teramat bahagia sepanjang pernikahanku dengan Dimas. Aku bersyukur sekali menikahi lelaki yang ku kenal sejak dari bangku perkuliahan itu. Dimas, adalah sosok lelaki yang penyabar, sholeh, dan penuh tanggung jawab. Tidak seperti di film-film, kami tak pernah bertengkar hebat, palingan bertengkar karena masalah sepele. Dimas juga sosok imam yang baik, ia selalu memperingatkanku terhadap kewajibanku terhadap Tuhan. Apapun yang terjadi, bunda gak boleh ninggalin solat. Begitulah ia sering menasehatiku.4331Please respect copyright.PENANASfzCl5RZDq
4331Please respect copyright.PENANAIMOAilSCwD
Sewaktu kuliah, Dimas adalah kating-ku. Dimas lebih tua dua tahun di atasku. Ia sering ikut organisasi. Kami bertemu di salah satu organisasi literasi. Aku masih ingat ketika pertama kali ia menghampiriku dan berkata, saya mau mengenal kamu lebih jauh, tapi, saya gak mau mengajak kamu dalam kemaksiatan. Mengingat-ingat itu, membuatku tergelitik. Kemudian, pendekatan kami terus berlanjut. Kami tidak pernah memiliki hubungan yang disebut pacaran, aku sendiri menghindari sebuah maksiat yang dinamakan Zina. Sedari kecil, aku sudah dibentuk oleh agama yang kuat, Abiku pemilik pesantren, jadi tidak heran aku selalu menjalani kehidupan seusai syariat agamaku.4331Please respect copyright.PENANAokTRci4yku
4331Please respect copyright.PENANA4lNeAF6nGB
Begitupun Dimas, ia memegang teguh norma-norma agama. Tidak pernah sekalipun ia menyentuhku sebelum menikah. Satu tahun setelah aku Wisuda, Dimas segera melamarku. Hari-hari indah itu masih jernih dalam ingatanku. Ia datang bersama keluarganya. Dimas tampak elegan dengan baju koko dan senyum yang tergores di wajahnya.4331Please respect copyright.PENANAXxevFPQRED
4331Please respect copyright.PENANAJ3d4F4QBHj
Di ruang tamu rumahku keluargaku dan Dimas berkumpul. Saling tertawa dan membahas perihal tujuan kedatangan keluarganya. Aku hanya mengulum senyum dan menunduk di antara keramaian. Gimana, mbak? Tanya Abi kepadaku perihal lamaran Dimas. Aku mengangguk dan tersipu. Menerima lamarannya.4331Please respect copyright.PENANA04q4oYOHIE
4331Please respect copyright.PENANAj2GcuoDWSz
Malam pertama kami begitu kakuk. Kami duduk di ranjang tanpa bercakap sepatah-kata. Dimas sama sekali tak bergerak untuk menyetubuhiku. Begitupun aku, aku sama sekali tidak mempunyai pengalaman perihal sex. Maka, malam pertama kami, tidak ada persetubuhan, kami sama-sama tertidur pulas sebab letih menyambut tamu.4331Please respect copyright.PENANAh3JS5azIif
4331Please respect copyright.PENANAf8p5HIlSKK
Di minggu pertama, Dimas merenggut perawanku. Aku bahagia bisa memberi mahkotaku kepada suamiku, bukan kepada orang lain. Dan sebagai orang yang sudah menikah, menyenangkan suami tentu saja mendapatkan sebuab imbalan berupa pahala.4331Please respect copyright.PENANAQV3DwQKVZ6
4331Please respect copyright.PENANAoyrZZfNzQe
Tahun-tahun berlalu. Pernikahan kami semakin erat sampai detik ini. Hasil dari pernikahan kami adalah Adit, anak cowokku, dan satu-satu-nya.4331Please respect copyright.PENANATDrSeMaTeg
4331Please respect copyright.PENANAS64it7LU0x
Adit, anakku, tergolong anak yang sopan dan sholeh. Aku selalu mengajarkannya etika-etika mendasar yang harus ia pahami. Di masyarakat sekarang, banyak sekali hal-hal melenceng yang jauh dari Etika-etika dan norma yang berlaku. Aku, sebagai ibu, tidak ingin anakku sampai terjatuh ke dalam sebuah jurang yang dinamakan kemaksiatan.4331Please respect copyright.PENANA6vMNEWrZIn
4331Please respect copyright.PENANAWNxfwC2vta
Aku termasuk selektif kepada anakku. Aku tidak ingin dia berteman dengan sembarangan orang. Remaja-remaja seumurannya pastilah ingin mencari jati diri. Tapi, sebagai ibu aku tidak ingin dia terlampau jauh. Seperti mengikuti tawuran, narkoba, sex bebas, dan sebagainya. Oleh karena itu aku membatasi pergaulannya.4331Please respect copyright.PENANAymFkiF7Pvj
4331Please respect copyright.PENANAF53PqCyoMV
Yang aku tahu, Adit, hanya memiliki satu sahabat, Namanya, Fajar. Aku sendiri mengenal Fajar sudah lama. Ia adalah sahabat anakku sedari kecil. Aku mengenal baik Remaja bernama Fajar itu, bahkan aku sudah menganggapnya sebagai anakku sendiri. Selain ia periang dan sopan kepada yang lebih tua. Ia juga sering mengarahkan Adit ke hal-hal yang bersifat positif. Aku memang cukup dekat dengan Fajar, kami sering berbincang, sebab ia sering berkunjung ke rumahku. Selain ia sahabat anakku sedari kecil, ia juga satu sekolah dengan Adit. Oleh karena itu aku sering bertanya perihal perkembangan Adit di sekolah.4331Please respect copyright.PENANAKJnJXrdp7p
4331Please respect copyright.PENANAzDcL8Fcghq
Aku juga menaruh simpati kepada Fajar. Ia hidup hanya berdua dengan neneknya. Sepengetahuanku, ibunya meninggal sewaktu melahirkannya. Ayahnya sendiri adalah pria yang tidak bertanggung jawab, yang lepas tangan ketika ibunya hamil.4331Please respect copyright.PENANAzTE93q1rjQ
4331Please respect copyright.PENANAk6Z5iCZsTV
Fajar, cukup dewasa untuk anak seusianya. Ia sudah bekerja dan menghasilkan uang sendiri. Walaupun ia bekerja serabutan. Kadang, aku juga sering mengantar makanan ke rumahnya. Simpatiku kepadanya mendapat dukungan dari Suamiku. Sesama manusia kita memang harus berbagi, mi. Kata Dimas kepadaku. Abi bangga sama Umi.4331Please respect copyright.PENANAPIWqSssmBy
4331Please respect copyright.PENANAbphafHpUB1
Seperti biasa, sepulang sekolah, Adit dan Fajar sering menghabiskan waktu bermain PS. Aku tak mempermasalahkan hal tersebut, asalkan mereka masih ingat waktu untuk ibadah. Seperti yang di lakukan mereka sore ini. Selepas pulang sekolah, Adit lekas menghambur ke kamarnya, diikuti oleh Fajar. Aku hanya menggeleng melihat tingkah dua remaja itu.4331Please respect copyright.PENANA9EeGf4MmQE
4331Please respect copyright.PENANAdKPp3V6icU
Terdengar deru langkah. Aku menoleh ke belakang. Fajar tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.4331Please respect copyright.PENANAN6TV68ONsr
4331Please respect copyright.PENANAnYz5UWWxQZ
“Udahan main PS-nya?” Tanyaku.4331Please respect copyright.PENANASV2qaJM4aU
4331Please respect copyright.PENANAPyHArXAwUS
Fajar duduk di hadapanku. Meja menjadi penengah di antara kami. “Udah, tan,” jawabnya.4331Please respect copyright.PENANAcubAH6c9pG
4331Please respect copyright.PENANAYkHMZMw3NK
Aku dan Fajar memang selalu mengobrol. Sekedar membahas buku-buku baru-baru ini yang kami baca, atau sedikit berdiskusi perihal hal-hal tentang kehidupan. Fajar, jauh lebih dewasa dari anakku, terlihat dari bacaan nya yang berat, dan juga pemikirannya yang sering kali membuatku terpukau.4331Please respect copyright.PENANAw8eGh3M5FJ
4331Please respect copyright.PENANArIKyD1rYFd
“Novel Kafka yang kemarin udah dibaca habis, Tan?” tanya Fajar.4331Please respect copyright.PENANAeBvtRuGKdC
4331Please respect copyright.PENANAq1gGSJbCiN
“The Castle, udah,” kataku. “Kalau Metamorfosis, baru setengah halaman.”4331Please respect copyright.PENANAAY5jI7mhu7
4331Please respect copyright.PENANAVyWHYG2RDM
Fajar mengangguk.4331Please respect copyright.PENANARjj8NJYGCv
4331Please respect copyright.PENANAARgOmo4XLu
“Kamu udah makan?” tanyaku. “Kalau belum, tante ambilin, mau?”4331Please respect copyright.PENANAiYoUg3dZ3T
4331Please respect copyright.PENANAVYWAZTDEuc
Fajar tersenyum lebar. “Belum, Tan.” Ia terkekeh.4331Please respect copyright.PENANAsbEi7eIXTL
4331Please respect copyright.PENANAASLumwx5fD
Aku mengernyitkan wajah dan tersenyum kepadanya. “Dasar kamu.” kataku, kemudian berdiri. “Ayo.”4331Please respect copyright.PENANA7D4paqJQrL
4331Please respect copyright.PENANArP2gKvajtg
Kami berpindah ke meja makan. Aku meletakan sepiring nasi dengan lauk ayam goreng di meja. Dengan lahap Fajar menyantap masakanku. Aku tersenyum melihatnya makan dengan lahap.4331Please respect copyright.PENANAlU3I0Jwl1t
4331Please respect copyright.PENANA6aVlJ4EP7t
Aku menuangkan air dan menyodorkan kepadanya. “Kalau kamu laper, jangan sungkan datang ke sini, Jar.” Aku beranjak duduk.4331Please respect copyright.PENANAAvcLAeftnL
4331Please respect copyright.PENANAVUCfa7lEZo
Fajar menjawab dengan mulut yang penuh, “Makasih, Tan.”4331Please respect copyright.PENANAwFRPWyMH6A
4331Please respect copyright.PENANAdjn36q3nwQ
“Udah, habisin dulu makanannya, baru ngomong,” kataku.4331Please respect copyright.PENANAbCIAO6g27j
4331Please respect copyright.PENANAHY5wt3frir
“Tante baik banget, tambah sayang, deh,” Ia tersenyum kepadaku dengan piring yang sudah kosong. Ludes tak bersisa.4331Please respect copyright.PENANAadC99C5S9j
4331Please respect copyright.PENANAE52kR1u2sY
“Tante, kan, memang baik,” kataku, bangga.4331Please respect copyright.PENANABji6iGNLOO
4331Please respect copyright.PENANAe01IWZpxRx
Fajar meneguk air. “Semoga kelak dapet istri kaya tante, amin,” Ia melayangkan senyum riang kepadaku.4331Please respect copyright.PENANAMfGObkpT7u
4331Please respect copyright.PENANAzf6fq314tq
Aku terkekeh. “Makanya, sekolah yang bener, kejar cita-cita. Biar kelak sukses, dan dapat pasangan yang setara.”4331Please respect copyright.PENANAfNI7LnS8Uy
4331Please respect copyright.PENANAZmz17nwm0t
Fajar menatapku, dalam. Kemudian tertawa. Aku menatapnya bingung, “Kenapa, ih?” tanyaku. “Wajah tante aneh, ya?” Aku mengeluarkan ponselku dan berkaca di layar hitam, sekiranya ada sesuatu yang menempel di wajahku.4331Please respect copyright.PENANAcCVelEGYP1
4331Please respect copyright.PENANAqDb1eSdvFh
Fajar malah terkekeh. “Tante cantik, banget.”4331Please respect copyright.PENANAwFwnmGhpPx
4331Please respect copyright.PENANA2lrXba4y0N
Aku malah tersipu. Agak malu, aku bertanya, “Kamu belajar gombalan dari mana?”4331Please respect copyright.PENANAzMa6RUgvpe
4331Please respect copyright.PENANAqx1TvIBVmP
Fajar berdehem. “Dari sini.” Ia menunjuk dadanya. “dari hati.”4331Please respect copyright.PENANAWMNlLBQoi6
4331Please respect copyright.PENANAFzTzet4GSx
Aku menggeleng. Fajar tidak seperti biasanya. Baru kali ini ia berani menggombaliku. Aku tak menganggap serius, mungkin ia bermaksud bercanda dan mencarikan suasana.4331Please respect copyright.PENANAm2eVzq7kPA
4331Please respect copyright.PENANAsYWBi2QcuS
Fajar sendiri memiliki tampang wajah yang menurutku lumayan tampan. Yang membuatnya menarik adalah, tingginya yang berkisar 178 Cm, yang jika aku berjalan bersampingan dengannya, aku terlihat pendek sekali. Remaja sepertinya memang masih dalam masa-masa pertumbuhan. Mungkin di kalangan remaja putri, sosok fajar adalah yang diidamkan-idamkan.4331Please respect copyright.PENANAenwCTeSin6
4331Please respect copyright.PENANAboqgRzHHh8
Aku mengambil piring bekas Fajar makan. Ruang makan dan dapurku menyatu. Selain hemat tempat, juga lebih Efisien. Aku membuka keran. Percikan air membasahi piring, tak lupa aku usap lembut dengan spons.4331Please respect copyright.PENANAeRqvOT5YNM
4331Please respect copyright.PENANAKKxWhUNbKi
Fajar menghampiriku. Bahu kami saling bersentuhan. Aku memang sudah menganggapnya anakku sendiri, tapi, kami bukanlah muhrim. Tentu saja aku merasa risih. Tapi, entah kenapa ada perasaan tidak nyaman di hatiku jika aku bergeser.4331Please respect copyright.PENANAo3oKaGv7lW
4331Please respect copyright.PENANAnannAvmzyi
“Fajar aja yang cucinya, tan.” Fajar meraih piring dari tanganku. “Tante duduk aja.”4331Please respect copyright.PENANAlsL8Zd9tz5
4331Please respect copyright.PENANAlYpQZQZj7K
Aku mengiyakan. Lalu duduk di bangku meja makan. Tak lama, Fajar menyusul, duduk di sebelahku. Hening sejenak. Tidak ada obrolan. Hanya bunyi detik jam dari kejauhan yang mengisi keheningan. Sampai akhirnya, Fajar memecah hening.4331Please respect copyright.PENANANIjEy1A08B
4331Please respect copyright.PENANAaLa8ksWGBQ
“Makasih, tan,” Ia melirikku. “Tante baik banget sama Fajar.”4331Please respect copyright.PENANAbVbLkNG4eR
4331Please respect copyright.PENANA0PzzYYqeTg
Aku menoleh ke arahnya dan tersenyum. “Jar, udah kewajiban manusia untuk berbuat baik sesamanya,” kataku. “Lagian, kamu juga udah bantu tante banyak, kok.”4331Please respect copyright.PENANA1ZAPJjOOqf
4331Please respect copyright.PENANAHQayTHRYmm
Mata kami bertemu. lima detik kami saling bertatapan. Tidak ada yang mau mengalah. Entah kenapa wajahku kaku, enggan untuk berpaling.4331Please respect copyright.PENANAaVennZAlEn
4331Please respect copyright.PENANAjkFUJqO6QR
“Cie pacaran.”4331Please respect copyright.PENANA7r08uQLfUR
4331Please respect copyright.PENANAzrVfXacohZ
Sontak aku memalingkan wajah, beralih menatap anakku yang beranjak duduk di hadapan kami.4331Please respect copyright.PENANA0NkZtK2IYi
4331Please respect copyright.PENANATAo1tib2dz
“Mi.” Adit menggaruk kepalanya. ia terkekeh ringan. Jika sudah begini, pastilah ada yang diinginkannya. “Boleh gak Adit ikut camping sama teman sekolah?” tanyanya, kemudian.4331Please respect copyright.PENANAz54SfLfZrj
4331Please respect copyright.PENANAvb8lCWg59K
Aku menghela nafas. “Camping sekolah?” tanyaku menyelidik. “kalau kalian yang adain acaranya, Umi engga kasih izin.”4331Please respect copyright.PENANANZw7UTUAtw
4331Please respect copyright.PENANAOs2f9I34kZ
Adit terlihat berfikir sejenak, kemudian berkata, “Dari sekolah, Mi. Acara pramuka,” jawabnya. “Iya, kan, Jar?” ia melirik Fajar.4331Please respect copyright.PENANA1lviH7tiTh
4331Please respect copyright.PENANAl9h2ous2bR
Aku menatap tajam ke arah Fajar, memintanya hendak berkata jujur. Fajar terkekeh dan berkata, “Engga, tan. Adit bohong. Kemah pramuka udah selesai bulan kemarin.”4331Please respect copyright.PENANApTro3h4IlZ
4331Please respect copyright.PENANA04kXjvm44k
Aku balik menatap Adit. Adit menunduk. “Kenapa bohong sama Umi?” tanyaku, sedikit galak. “kamu gak boleh bohong sama orang tua. Dosa.”4331Please respect copyright.PENANAQIqrdXjPMj
4331Please respect copyright.PENANAvbtUpd7qWJ
Sambil menunduk, Adit berkata, “Maaf, bun. Lagian kalau Adit jujur, Umi engga kasih izin juga.”4331Please respect copyright.PENANAkYxMvnwO2J
4331Please respect copyright.PENANA2RwStAT01q
“Tapi, bukan berarti kamu harus bohong, kan?” Aku menghela nafas lagi, cukup dalam. “yaudah, kali ini Umi izinin. Tapi, awas aja kamu macem-macem.”4331Please respect copyright.PENANACgsmkx53br
4331Please respect copyright.PENANAqIDsUgbG0g
Adit mendongak menatapku dengan binar di mata. “Makasih, Umi. Sayang Umi banyak-banyak.”4331Please respect copyright.PENANAMyz8cq61gY
4331Please respect copyright.PENANA3OfASqtefX
Aku tertawa ringan, lalu menoleh ke Fajar. “Kamu awasi Adit, Jar.”4331Please respect copyright.PENANAmQh3d89FuT
4331Please respect copyright.PENANAqYbAjZDGXC
“Fajar gak ikut, tan.”4331Please respect copyright.PENANAn4aJb9t4uK
4331Please respect copyright.PENANAQ0S4SHd903
Adit menimpali, “Fajar sama Adit gak satu kelas, Mi. Acara ini, khusus buat kelas Adit aja.”4331Please respect copyright.PENANAbhcGEbUJT9
4331Please respect copyright.PENANAYG1oo1z3sZ
Aku mengangguk, paham. “Yaudah. Kamu jangan aneh-aneh, ya, sayang.” Kataku sambil tersenyum menatap Adit.4331Please respect copyright.PENANA9FRLlr5KSo
4331Please respect copyright.PENANA7qPwXnZDVi
Adit menggangguk, antusias. “Siap Umi.”4331Please respect copyright.PENANAHaZThUrgVK
4331Please respect copyright.PENANABCK5vLAnkc
***4331Please respect copyright.PENANAfw9kDL5Cfc
4331Please respect copyright.PENANA9a68ytxgzN
Minggu pagi adalah hal yang paling di tunggu. Terutama bagiku. Di minggu pagi, aku bisa merehatkan tubuhku sejenak, bisa bermain ponsel sepuasnya, atau bisa membaca buku dengan khidmat. Seperti yang aku lakukan sekarang, di ruang tamu di sebelah suamiku.4331Please respect copyright.PENANAnPdJICgrkP
4331Please respect copyright.PENANAEsJGqKzoHc
Suamiku, Dimas, sibuk dengan laptop di pangkuannya. Ia cukup sibuk sekalipun adalah hari minggu. Dimas memang tipe-tipe Pekerja yang ambisius. Berkerja di bidang hukum membuatnya harus ekstra mengeluarkan tenaga. Terkadang, ia tak ingin di ganggu perihal kerjaannya.4331Please respect copyright.PENANAcdtxEu3Lwn
4331Please respect copyright.PENANALJwQEb5MgW
Aku menghela nafas, bosan. “Bi, ke toko buku, yuk.” Aku meraih lengannya, dan menyandarkan kepalaku di bahunya. “Umi mau beli buku itu lho, yang best seller itu.”4331Please respect copyright.PENANAXlFcayOCc7
4331Please respect copyright.PENANAElUc4TBA5L
“Apa?” Dimas masih fokus menatap layar laptop.4331Please respect copyright.PENANAAp9r9MgUsY
4331Please respect copyright.PENANAGfWDHcwQAO
Aku mendengus. “Karyanya Eka Kurniawan, Cantik itu luka.”4331Please respect copyright.PENANAjkhdWDUkSw
4331Please respect copyright.PENANASoiXJBWnwI
“Jangan, umi,” Bunyi ketukan keyboard terdengar. “gaya bahasanya vulgar. Gak cocok sama umi.”4331Please respect copyright.PENANApL2D2FnsX9
4331Please respect copyright.PENANAYegWc0lTGt
Sedikit sebal, aku melepaskan lengannya dari pelukku. Tapi, Dimas sama sekali tak menggubris kekesalanku. “Abi, Ih.” aku merengek sambil memanyunkan bibir. “Umi ngambek, lho, ini.”4331Please respect copyright.PENANAkC55bEVOFY
4331Please respect copyright.PENANAS0rEm1YjaB
Akhirnya Dimas menoleh ke arahku. Ia tersenyum, kemudian mendaratkan tangannya di puncak kepalaku. mengelus kepalaku yang terbalut jilbab. “Abi lagi ngerjain laporan. Minta antar sama Adit, ya?”4331Please respect copyright.PENANAaqHj3aYJV4
4331Please respect copyright.PENANAYsBxG1aP8A
Aku mengangguk, terpaksa. Tak lama terdengar suara melengking Dimas memanggil Adit. Yang di panggil segera hadir.4331Please respect copyright.PENANAHrBDmYQc4U
4331Please respect copyright.PENANAMpRqPxOUxC
“Kamu anterin umi ke toko buku,” Kata Dimas kepada Adit.4331Please respect copyright.PENANA41iupgYj21
4331Please respect copyright.PENANAykGnhSCPbW
Sambil berdiri, Adit berkata, “Adit bentar lagi berangkat, bi. Mau camping. Minta antar sama fajar aja, ya?”4331Please respect copyright.PENANAfBd4FGXlFK
4331Please respect copyright.PENANA5iUlXshF2y
Dimas berfikir sejenak, kemudian suaranya melengking ke penjuru ruang, memanggil Fajar.4331Please respect copyright.PENANABNkFO7h2Id
4331Please respect copyright.PENANAbwX2vCeWWC
Setiap minggu, Fajar memang selalu berkunjung ke rumahku. Dan suamiku sendiri tidak mempersalahkan kehadiran Fajar. Bagi Dimas, Fajar adalah sosok remaja yang ulet sopan. Kadang ada beberapa pekerjaan rumah yang ia selesaikan. Sewaktu dulu, ketika atap genteng bocor, Fajar lah yang menambalnya. Ketika keran air rusak, Fajar yang memperbaiki. Sikap Fajar yang seperti itu, membuat suamiku menyukainya.4331Please respect copyright.PENANAgcJvZQbc5R
4331Please respect copyright.PENANA1ppie4xKi4
“Jar, kamu anterin Umi ke toko buku, ya.” Kata Dimas kepada Fajar yang berdiri di sebelah anakku. “Kamu bisa nyetir, kan” Dimas meletakan kunci mobil di atas meja, di samping vas bunga.4331Please respect copyright.PENANAJgEUKiWnkN
4331Please respect copyright.PENANAeAyouHWOed
Fajar mengangguk. “Bisa, om.”4331Please respect copyright.PENANADQaWd5OiWI
4331Please respect copyright.PENANAmLoNX3psbq
Fajar memanggil aku dan suamiku dengan kata ganti, “Om-tante”, padahal Dimas menyuruhnya untuk memanggil nama kami dengan, “Abi-umi”, tapi ia menolak.4331Please respect copyright.PENANAULB1LZuHru
4331Please respect copyright.PENANAH2Eko54vHF
“Umi ke toko bukunya sama Fajar aja, ya,” kata Dimas kepadaku.4331Please respect copyright.PENANAynmZuVpL4J
4331Please respect copyright.PENANASFg5HOGgUr
Aku mengangguk.4331Please respect copyright.PENANAZFlhQ7SGRh
4331Please respect copyright.PENANAtmB4pSG4Ou
“Umi, Abi, Adit berangkat dulu.” Adit menghampiri kami berdua, lalu mencium punggung tanganku dan Dimas, bergantian.4331Please respect copyright.PENANAJoTs7ku3hy
4331Please respect copyright.PENANAkFzgwmWVyc
“Hati-hati, jangan macam-macam,” kataku kepadanya.4331Please respect copyright.PENANACo2mJ7F8h9
4331Please respect copyright.PENANAWwQlYTdbDS
“Siap, Umi,” jawab Adit dari kejauhan. Tak lama terdengar suara knalpot motor.4331Please respect copyright.PENANATrRj1GY7MH
4331Please respect copyright.PENANAHbqrgWz7Bf
Aku segera berdiri, “Jar, duduk dulu, tante mau ganti baju,” kataku kepada Fajar. Fajar mengangguk sambil duduk di hadapan suamiku.4331Please respect copyright.PENANAqwReCc8uyk
4331Please respect copyright.PENANAdUuu7WgBQo
Aku memutuskan untuk mengenakan gamis pink serta jilbab yang warnanya sama. Aku meliukkan tubuhku kanan-kiri di depan kaca lemari. Di usiaku yang tidak muda lagi, aku masih memiliki tubuh yang masih bagus, terawat, dan juga bersih. Bisa dibilang, aku selalu menjaga tubuhku bagian luar maupun dalam. Mungkin karena itu, teman-temanku selalu berkata, Laras dari masih gadis sampai punya anak satu, tubuhnya gak berubah, masih bagus. Tentu saja aku tersanjung dipuji seperti itu.4331Please respect copyright.PENANAa2kULscCF5
4331Please respect copyright.PENANAsutRRh7e8X
Di ruang tamu, Fajar dan Dimas, masih asik mengobrol, aku lekas menghampiri mereka.4331Please respect copyright.PENANA7v2TVILEGR
4331Please respect copyright.PENANAa0NHUBHIGt
“Ayo, jar,” kataku kepada Fajar. “tante udah siap.”4331Please respect copyright.PENANAw2yRWIOwQA
4331Please respect copyright.PENANADTRWu1wLEo
Fajar berdiri. “Om, saya anterin tante dulu, ya.” ia menunduk sopan ke suamiku.4331Please respect copyright.PENANAzFPGdoBjlT
4331Please respect copyright.PENANAw4fgrJeB0k
Dimas membalas sambil tersenyum. “Hati-hati.”4331Please respect copyright.PENANAs5gjNYIvnA
4331Please respect copyright.PENANADekYQlW0z7
***4331Please respect copyright.PENANAfkUfEBBLY0
4331Please respect copyright.PENANA09XB38NzCX
Fajar memarkirkan mobil di tepian jalan. Di samping Toko Buku. Toko Buku ini memang kerap aku kunjungi semasa aku kuliah dulu. Lekas, aku dan Fajar masuk ke dalam. Aku menuju rak buku dengan label di atasnya bertuliskan: Novel sejarah. Akhir-akhir ini aku memang kerap membaca Novel berlatar sejarah. Sementara Fajar, beranjak menuju lantai dua Toko Buku ini. Aku membiarkannya dan fokus mencari buku yang ingin ku beli.4331Please respect copyright.PENANA9uwalqrPQn
4331Please respect copyright.PENANASWffOrgN8L
Aku memutuskan untuk membeli empat buku, karyanya Pramoedya Ananta Toer. Fajar sendiri tampaknya sedang asik memilah buku. Sambil memeluk empat buku, aku menaiki anak tangga, menyusul Fajar.4331Please respect copyright.PENANAg6kWv1TI7k
4331Please respect copyright.PENANAqkMAKB0dLd
Tiba di lantai dua, aku memperhatikan Fajar yang sibuk berpindah dari Rak buku ke rak buku lainnya. Aku menghampirinya. “Kamu kalau mau beli buku, beli aja, Jar. Tante bayarin,” kataku.4331Please respect copyright.PENANAjW2HW56mRn
4331Please respect copyright.PENANAzI1Bz5YsEo
Fajar berbalik. “Mau beli dua boleh?” ia tersenyum.4331Please respect copyright.PENANAKKuDILVppQ
4331Please respect copyright.PENANA6NcFQIZu3J
Aku terkekeh. Yang membuat aku menyukai sahabat anakku ini adalah karena sifatnya yang jujur. Ia bukan tipe remaja yang sungkan atau malu-malu. Fajar adalah tipe remaja yang jika berkata tidak, maka tidak, bukan berkata tidak, untuk sekedar menolak sebab perasaan tidak-enakan.4331Please respect copyright.PENANAv1FVGZvGi9
4331Please respect copyright.PENANAmQ5L26zQgd
“Mau beli seratus juga boleh,” kataku, bercanda.4331Please respect copyright.PENANALze0veOqdW
4331Please respect copyright.PENANAg8Y98vFgEN
Fajar terkekeh. Lekas ia menuju Rak buku yang bersandar di dinding. Aku menelan ludah, sebab ia mengambil sebuah kitab yang aku tau adalah Bible. Bukannya aku bermaksud Sara atau semacamnya, sepengetahuanku, Agama Fajar adalah Islam. Aku ingin lekas bertanya kepadanya, tapi urung, suasana dan tempat tidaklah mendukung.4331Please respect copyright.PENANAn1zM2G1Twt
.4331Please respect copyright.PENANA4ESv8BuTpZ
4331Please respect copyright.PENANA8KPN6zt0Ql
Fajar beranjak menuju Rak buku di sebelahnya. Aku berdiri di sampingnya sambil memperhatikan gerak-gerik-nya. Kemudian ia mencomot satu buku berjudul: Eksistensialisme adalah humanisme-Derida. Fajar memang menyukai buku-buku Filsafat, kadang beberapa kali ia menawarkan kepadaku sebagai bahan bacaan. Filsafat membantu kita bernalar dengan baik, lho, tan, kata Fajar sewaktu-waktu.4331Please respect copyright.PENANA55Mwgry8Be
4331Please respect copyright.PENANAIIj11iXQvP
Fajar menoleh ke arahku, ia mengangkat bukunya setinggi dada. “Udah, tan,” katanya sambil tersenyum. Kami berdua lekas menuju meja kasir.4331Please respect copyright.PENANAVTS5NCuOlM
4331Please respect copyright.PENANA4q8nDicAAp
Aku memutuskan untuk tidak pulang terlebih dahulu. Aku ingin bersantai pagi ini.4331Please respect copyright.PENANAvNUAYxJDUf
4331Please respect copyright.PENANA4vOiuUHzaA
Di satu meja, saling berhadapan, kami berdua menikmati Es kelapa muda yang telah dikeruk dan dipindahkan ke gelas kaca. Rasa manis dari gula kirik menyentuh lidahku. Terik matahari yang membakar kepalaku seakan lenyap bersamaan dengan air kelapa yang berseluncur di tenggorokan.4331Please respect copyright.PENANAz8bi1eOxYF
4331Please respect copyright.PENANAZbzBMh8U5O
Aku memperhatikan Fajar sejenak, kemudian terkekeh geli. “Bukunya, kok, di bawa terus, gak bakal hilang, jar.” aku melirik bukunya di atas meja, samping gelasnya.4331Please respect copyright.PENANAvtKuOyR0qx
4331Please respect copyright.PENANA70RQ4hpCsn
Fajar menyeka bibirnya dengan lengan, sebab sebagian isi kelapa tersangkut di bibirnya. “Gak sabar bacanya, tan.”4331Please respect copyright.PENANA2xrha4nO5q
4331Please respect copyright.PENANAnOup2QjQsm
Aku menggeleng-menggeleng, heran, kemudian terbesit di pikiranku untuk bertanya kenapa ia membeli kitab bible. “Kamu jangan tersinggung, ya, Jar,” aku berusaha merangkai kata sehalus mungkin. “Kamu kenapa beli kitab bible? Bukannya kamu muslim?”4331Please respect copyright.PENANAKM2qSrPhZb
4331Please respect copyright.PENANAqa3chO2FBy
Fajar malah terkekeh. “Aku kan kristen, tan.”4331Please respect copyright.PENANAQcns4ukZRV
4331Please respect copyright.PENANAfSvEGPquKC
Aku yang sedang menyesap Es kelapa tiba-tiba terbatuk. Refleks Fajar mengambil tisu dan menyodorkan kepadaku. Aku mengelap sekitar bibirku. “Kok bisa?” tanyaku. “kamu jangan aneh-aneh, deh, Jar.”4331Please respect copyright.PENANAibr41Q8Wkd
4331Please respect copyright.PENANAglkVzsTQAW
Fajar menghela nafas, dalam. “Aku murtad dua tahun yang lalu, tan,” Ia sedikit menunduk. “tante kecewa?”4331Please respect copyright.PENANAOhYFTUE9rq
4331Please respect copyright.PENANAKqjjf1JR57
Aku tersenyum menatapnya. Aku hanyalah manusia biasa, yang tidak mempunyai hak untuk mengatur pilihan manusia lainnya. Lagian, keyakinan adalah sebuah pilihan, bukan paksaan.4331Please respect copyright.PENANAU10Z20orWu
4331Please respect copyright.PENANATSgQ0ukEip
“Jar, semua pilihan ada di tangan kamu,” kataku, lembut. “kalau kamu mutusin buat pindah agama, itu kan hak kamu. Tapi, tante kecewa dikit, sih.”4331Please respect copyright.PENANACcD3nrzmdM
4331Please respect copyright.PENANAU34ifYQeyE
Fajar tersenyum. lalu kami memutuskan untuk sibuk dengan es kelapa masing-masing. Berisik knalpot motor dan mobil terdengar di antara kami. Pun riuh suara dari pengunjung lain.4331Please respect copyright.PENANA6duH3naEVG
4331Please respect copyright.PENANAAtlDB7Y2bu
“Tante mau mampir dulu ke rumahku?” Akhirnya Fajar bersuara. “baca buku di teras, gitu, nanti kita diskusi juga.” Ajaknya.4331Please respect copyright.PENANAihkv5BuAyw
4331Please respect copyright.PENANAe7kodbg0kc
Aku agak ragu untuk mengiyakan. mau bagaimanapun aku dan Fajar adalah lawan jenis. Apalagi jika berduaan dengannya, setan pasti punya celah untuk membisikan kami agar melakukan dosa. Tapi, entah kenapa, ada sebuah dorongan untuk aku mengatakan, iya.4331Please respect copyright.PENANAJJuREPzDqi
4331Please respect copyright.PENANAIlkPh73pxJ
“Gimana, tan?” Fajar bertanya, lagi.4331Please respect copyright.PENANAG29ebkVKPB
4331Please respect copyright.PENANANU6bzADbzO
“Bentar, Jar.” Aku merogoh ponsel dari tas tenteng ku. “Mau minta izin sama abi dulu.”4331Please respect copyright.PENANAtIzz6X2G2M
4331Please respect copyright.PENANAqe9Jf20hWg
Fajar mengangguk.4331Please respect copyright.PENANARCQFHDxzBv
4331Please respect copyright.PENANACOviSuKEId
Aku mengetik deretan huruf dan mengirimnya kepada suamiku.4331Please respect copyright.PENANAxtb8Ke7xUD
4331Please respect copyright.PENANAGZQJotdrgq
Tak luma kemudian: Notif whatsapp berbunyi.4331Please respect copyright.PENANAaqmTf5d7Nu
4331Please respect copyright.PENANAgvSTKbAZg3
Aku meraih ponselku di atas meja, lalu mengetuk notif yang mengambang di atas layar ponsel, sebuah pesan WhatsApp dari suamiku, bertuliskan: Boleh, bun. Abi juga ini lagi di luar, ada meeting sama client. Rumah, abi kunci, kuncinya abi taruh di keset pintu. Pulangnya jangan kemaleman, ya.4331Please respect copyright.PENANAt7tm4l0TGX
4331Please respect copyright.PENANAbXvnlZNK1W
Aku menatap Fajar sambil tersenyum. Fajar mengernyitkan sebelah alisnya. Kemudian aku mengangguk. Fajar yang mengerti lekas membalas senyumku. Entah kenapa, ketika senyum itu merambat pada mataku, ada sebuah desir yang tidak bisa kujelaskan, sebuah desir aneh, yang tak pernah kurasakan sebelumnya.4331Please respect copyright.PENANAslkd7aPfj6
4331Please respect copyright.PENANAQBA4yhjggY
***4331Please respect copyright.PENANAxgfj3rxiPA
4331Please respect copyright.PENANAUfk8J5uX8n
“Masuk, tan,” Fajar membukakan pintu rumahnya, sementara dia berdiri di samping pintu, menungguku masuk terlebih dahulu.4331Please respect copyright.PENANACzbBYrLKY1
4331Please respect copyright.PENANAyg14CksWws
“Ada orang di dalam, Jar?”4331Please respect copyright.PENANAAuTuQTnzSn
4331Please respect copyright.PENANArliqDImLoY
“Nenek lagi kerja,” kata Fajar. “pulangnya sore.”4331Please respect copyright.PENANA0QS2cwxUiW
4331Please respect copyright.PENANAclFKA6g5Kr
Aku mengangguk. “Nenek memang kerja apa?”4331Please respect copyright.PENANAgvupgKX2DC
4331Please respect copyright.PENANAPymwbTQ0gI
Fajar menggaruk kupingnya. “Masuk dulu, tan” katanya. “engga enak ngobrol sambil berdiri.”4331Please respect copyright.PENANAWiqnFm561s
4331Please respect copyright.PENANAxF9Hp90YGE
Akhirnya aku melangkah masuk. Tercium aroma wangi dari pengharum ruangan yang di tempel di kipas angin atap. Dengan televisi tabung yang di sampingnya berdiri vas bunga, kiri-kanan. Ruang tamu ini di dekor dengan minimalis. Lantai-lantai beralas karpet dengan motif miky mouse. Tembok bercat hijau, dengan dua bangku di samping pintu.4331Please respect copyright.PENANAG1ckhTts4z
4331Please respect copyright.PENANAQOphECixmB
Rumah ini sendiri letaknya terpencil. Masuk ke dalam gang dengan luas lima meter, memungkinkan mobil untuk masuk. Jauh dari rumah yang lain, seperti terkucil dari sebuah kelompok.4331Please respect copyright.PENANATA1ap1uHvb
4331Please respect copyright.PENANAZvL6zfTzBS
“duduk dulu, Tan,” kata Fajar. “mau teh atau kopi?”4331Please respect copyright.PENANAJKHlnt3GFt
4331Please respect copyright.PENANAaPI8pJLZn6
“Kopi, Jar,” kataku, singkat. Fajar menuju dapur. Aku duduk di bangku, menatap kosong ke arah televisi tabung. Pandanganku terpikat ke sebuah gambar di tembok atas televisi. Seakan ada magnet tertentu, aku beranjak menuju gambar tersebut. Aku Berdiri di hadapan sebuah Foto yang menampilkan Sosok Fajar yang tersenyum sambil memegang sebuah piala yang bertulisan: juara satu lomba baca puisi. Kemudian aku terkekeh. Aku tak menyangka, ternyata Fajar memiliki bakat perihal merangkai kata-kata dan menyulamnya menjadi puisi.4331Please respect copyright.PENANALOLLLg6aEn
4331Please respect copyright.PENANAEfbF5y9eZu
“Itu waktu kelas 2 SMA, Tan,” kata Fajar di sampingku, ia membawa nampan dengan dua gelas kopi di atasnya. Kemudian ia meletakan nampan itu di lantai, berhadapan dengan televisi. “Lesehan engga apa-apa, kan?”4331Please respect copyright.PENANAT76Dr42eFF
4331Please respect copyright.PENANAl9B1toYBDN
Aku terkekeh ringan. “kaya sama siapa aja.” Aku ikut duduk bersila di sebelahnya. "Tante gak nyangka lho, kamu juara satu baca puisi.” Aku meliriknya sekilas.4331Please respect copyright.PENANAl7YSkIF83h
4331Please respect copyright.PENANAZHBRq1QYVr
Dengan senyum bangga, Fajar berkata, “aku memang dilahirkan untuk menjadi pujangga, tan.”4331Please respect copyright.PENANAhXDyoYkAW8
4331Please respect copyright.PENANASxCMRSkvXx
Aku terkekeh, geli. “iya, deh, si paling pujangga,” kataku dengan nada mengejek.4331Please respect copyright.PENANAvt5xptNWDz
4331Please respect copyright.PENANAKX4V8hLL27
Tak ada pembicaraan setelah itu. Aku menyesap kopi hitam yang disajikan Fajar. Manis dan pahit tertakar dengan seusai, mencipta cita rasa pas di lidah. Ia seakan tahu kadar gula yang pas untuk menikmati kopi di siang hari. Di teriknya matahari yang bisa ku rasakan menembus seng, lalu menyantup kepalaku.4331Please respect copyright.PENANAIPJaUS8ehY
4331Please respect copyright.PENANAWIMPVXO6TF
Ruang terasa lenggang.4331Please respect copyright.PENANAiQQ5r6qajd
4331Please respect copyright.PENANA9fiKWotw0w
Fajar merogoh kolong meja televisi, seperti mencari sesuatu. Ia kemudian mengeluar dua stick PS dan satunya ia sodorkan kepadaku. “Bisa main PS, tan?”4331Please respect copyright.PENANAj1YVIw7ua4
4331Please respect copyright.PENANAUI5aXRTw15
Aku tersenyum bangga. “Gini-gini, tante dulunya jagoan PS,” aku meraih stick PS. Semasa kecil aku memang kerap bermain console game, mulai dari PS satu, Nintendo, ps dua.4331Please respect copyright.PENANAIGv1uf6W8c
4331Please respect copyright.PENANA0mnghNhRmd
Perlahan televisi menyala dengan layar gambar yang sedikit buram. Suara stick berbunyi. Fajar memilih game yang akan kami mainkan. Ia memilih sebuah game yang sangat aku kuasai: pes 2018.4331Please respect copyright.PENANA6ytiv32k3O
4331Please respect copyright.PENANAuLnIoQ0pO7
Aku membenarkan posisi dudukku, aku meliriknya sekilas lalu kembali menatap layar tv. Permainan Di mulai. Aku meliuk-kan jemariku dengan lincah. Begitupun Fajar, ia terlihat antusias, kadang ia berseru, kadang ia mendengus sebab tak bisa menggol bola ke gawangku.4331Please respect copyright.PENANAoXc2JUJg4S
4331Please respect copyright.PENANA2LHgmpAzsE
Aku pun begitu, entah kenapa aku terbawa suasana. Sudah lama aku tak sebahagia ini ketika bermain console game. Pun bersama Adit, anakku, aku hanya merasa jenuh, berbanding terbalik ketika bermain dengan sahabatnya. Aku mendengus kesal, tidak ada satupun tendanganku yang masuk ke gawangnya.4331Please respect copyright.PENANAs9ZhhYXdUj
4331Please respect copyright.PENANALRON2ZPtfu
Fajar pun begitu. Kadang ia mengejekku dengan jari jempolnya yang ia ke bawahkan, seakan berkata, kamu cemen Laras. Jiwa kanak-kanak-ku seketika bergejolak, aku balas mengejeknya dengan menjulurkan lidah. Ia malah terkekeh.4331Please respect copyright.PENANAzShTVFhB9I
4331Please respect copyright.PENANAV9kMrqyxzc
“Yeay, menang.” Aku bersorak gembira sambil mengangkat kedua tanganku ke udara. Permainan selesai dengan skor 1-0. Di menit terakhir aku berhasil menjebol gawangnya. “Kamu terlalu cepat buat ngalahin aku,” kataku mengejeknya dengan senyum bangga.4331Please respect copyright.PENANAvQpN7Vb1H8
4331Please respect copyright.PENANAwbqFT7vTcH
“Aku sengaja,” elaknya, tak terimah. “kalau aku mau, skornya bisa 10-0.”4331Please respect copyright.PENANAclidMRidov
4331Please respect copyright.PENANA6aSiefmVew
Bak anak kecil, aku menyangkal. “Mana ada, dasar cupu,” aku kembali mengejeknya, memasang raut wajah meremehkan.4331Please respect copyright.PENANAYGVaDWbk1S
4331Please respect copyright.PENANA7eC2JftD1G
Fajar malah terkekeh. “Aku baru kali ini liat sifat tante yang kekanakan,” ia menatapku, dalam. “gemes, tan.”4331Please respect copyright.PENANAC0YWdUVH7f
4331Please respect copyright.PENANA04yK0qLHfT
Aku malah tersipu. Bisa-bisanya aku tersipu digombali remaja yang seumuran anakku.4331Please respect copyright.PENANAhq4W1l3h01
4331Please respect copyright.PENANAgKgjCXGlAh
“Cie, salting,” Fajar menggodaku sambil tertawa. “pipinya merah.”4331Please respect copyright.PENANAvKFwx1yfRi
4331Please respect copyright.PENANAF6p3vAkwak
Aku lekas menyembunyikan wajahku di kedua telapak tangan. sambil menggelengkan kepala aku berkata, “Engga, ya,” aku terus menyangkal. Fajar membuatku seperti ABG yang sedang jatuh cinta.4331Please respect copyright.PENANAqbN8vR60h9
4331Please respect copyright.PENANAnWY5s5ujej
Fajar masih saja tertawa. Aku sedikit kesal, lalu memukul pelan bahunya. “Ih, jangan ketawa,”4331Please respect copyright.PENANAOPXeo5YmE9
4331Please respect copyright.PENANAunYOdvW4Qg
“tante KDRT,” Fajar bergeser sedikit. “galak.” Ia mengangkat tangannya di depan dada, seperti orang ketakutan.4331Please respect copyright.PENANAHNCnL2n2Ma
4331Please respect copyright.PENANAeD77QrxsEf
Aku malah tertawa melihatnya seperti itu. Fajar ikutan tertawa. Tawa kami menggema di ruang tamu. Bersamaan dengan itu, desir hangat kembali menyapa. Desir hangat yang belum bisa kujelaskan artinya.4331Please respect copyright.PENANAmAUv57bczz
4331Please respect copyright.PENANAt4bz9A0Umm
Tidak lama kemudian, Fajar berdiri sambil melirik jam dinding di sampingnya. Ia menoleh ke arahku. “udah pukul 3 sore, tan.”4331Please respect copyright.PENANAEkrYaLlPS3
4331Please respect copyright.PENANAPYFMUj3FAf
Aku berdiri sambil menepuk-nepuk pelan gamisku. “Ayo pulang, Jar,” kataku. Fajar menggangguk, lalu tersenyum.
Bersambung
4331Please respect copyright.PENANAXN3nlh90HH