
#2 Perspektif2384Please respect copyright.PENANAaEspVDegXN
2384Please respect copyright.PENANALdsyrrgKRQ
Klakson-klakson kendaraan saling bersahutan. Aku memandang ke keluar jendela mobil. Kota Pekanbaru terlihat indah di malam hari. Di bahu jalan, muda-mudi saling berkasih di bawah cahaya lampu. Pedagang kaki lima menyebar di setiap tempat, membuat riuh ramai kebersamaan.2384Please respect copyright.PENANAWT3xOKmPFz
2384Please respect copyright.PENANAelOlcFv1RP
Dimas fokus menyetir, sesekali ia bersenandung. Aku menoleh ke arahnya. “Abi gak ada kesibukan, kan?” tanyaku, memastikan. “Kalau sibuk kita putar balik aja.”2384Please respect copyright.PENANAs9Acar4xP8
2384Please respect copyright.PENANAtSxDKHMknd
Dimas menggeleng. “Engga, umi.” Pandangannya masih ke depan, fokus ke arah jalan.2384Please respect copyright.PENANAtyXqXdCZWx
2384Please respect copyright.PENANAFH3jV3BJcF
Aku tersenyum, lalu kembali memandang keluar jendela mobil. Jalanan ini mengingatkan ku tentang banyak hal. Dahulu, di tahun pertama aku menikah. Aku dan Dimas menyimpan banyak kenangan di pinggiran jalan. Dulu kami berdua tidak punya cukup uang untuk makan di restoran bintang lima, atau tempat megah lainnya. Alternatif yang kami pilih adalah angkringan di tepian jalan, dengan riuh orang-orang, aroma sate bakar, di tambah dengan berisik kendaraan lalu-lalang.2384Please respect copyright.PENANAEeGpva3fwT
2384Please respect copyright.PENANAlVvxTBkHl4
Aku rindu suasana itu. Sekarang, kami tidak punya cukup waktu untuk bernostalgia tentang masa-masa awal pernikahan. Tapi aku cukup bangga dengan suamiku. ia mempunyai daya juang yang cukup besar, sehingga kami bisa sampai pada titik ini, ya, walaupun tidak kaya-kaya banget.2384Please respect copyright.PENANAfpO5TXGcLV
2384Please respect copyright.PENANAYtBqBRVPzU
Kami berhenti Di sebuah Gedung dengan halaman yang luas. Dimas memarkirkan mobil berdempetan dengan mobil lain. Aku dan Dimas segera membuka pintu mobil dan turun. Sejenak kupejamkan mataku, menikmati suasana.2384Please respect copyright.PENANAWh5vWP5WVe
2384Please respect copyright.PENANAja71wVzpdq
Dimas melangkah terlebih dahulu. Sementara Aku melangkah pelan sambil memperhatikan sekitar. Di samping Gedung, banyak sekali stand makanan, minuman, dan lainnya. Di tambah dengan riuh pengunjung yang saling berdesakan. Bau-bau keringat saling berbaur menjadi satu. Terdengar juga suara tawa dari kejauhan. Bazar, memang selalu semegah ini.2384Please respect copyright.PENANAdOvu5LDNUB
2384Please respect copyright.PENANAVgzMDfN3jh
Dimas berhenti sebentar dan menoleh kebelakang. Ke arahku. Aku menyengir, pastilah ia menyuruhku untuk berjalan cepat. Buru-buru aku menghampirinya. Aku sendiri belum memutuskan mau berbelanja apa. Bazar ini tidak melulu perihal makanan atau minuman, beragam jenis terdapat di sini. Pakaian, perlengkapan sekolah anak, buku-buku bekas, dan lain-lain.2384Please respect copyright.PENANAuSd94kzReJ
2384Please respect copyright.PENANAkhUH0iUUyP
Aku dan Dimas terus melangkah berdampingan sambil memutuskan mau berbelanja apa. Suasana ramai membuatku harus hati-hati berjalan, khawatir menabrak pengunjung lain. Aku memepetkan bahuku ke bahu Dimas. Dimas melirik-ku dan tersenyum, kemudian ia melingkarkan tangannya ke pundakku. Kami terus melangkah. Tak lama kemudian, Kami berhenti di sebuah stand minuman.2384Please respect copyright.PENANAp6XTZ7tpKy
2384Please respect copyright.PENANAU7lxTyeThu
“Pop ice rasa mangga satu, sama rasa cokelat satu,” kata Dimas sambil menatap beragam rasa dari pop ice yang tergantung.2384Please respect copyright.PENANAeRbUOCGnUI
2384Please respect copyright.PENANAVlROfmq7Bo
Aku mengulum senyum. Dimas masih tahu perihal rasa kesukaanku, dan itu cukup untuk membuat pipiku merona.2384Please respect copyright.PENANAzfMAyhWwwP
2384Please respect copyright.PENANAiikBicEnTd
Si penjual mengangguk. Dengan piawai ia memasukan bubuk pop ice dan juga es batu ke dalam blender. tak lupa ia tuangkan air sebagai perantara. Tak lama, ia jentikan jarinya ke tombol penghancur, sepersekian detik itu pula terdengar suara bentrokan es batu dan bubuk pop ice yang menyatu bersama air. Warung sebelah tak ingin kalah, suara letupan-letupan minyak membahana. Di tambah dengan riuh pengunjung yang berbelanja. Aku bisa merasakan lalu-lalang yang intens di belakangku. Dari remaja, pemuda, sampai orang tua. Semuanya membaur menjadi satu.2384Please respect copyright.PENANAKrPNf799Ul
2384Please respect copyright.PENANAI9EAlJKeVj
Si penjual menyodorkan dua cup pop ice yang di bungkus dengan plastik putih, tak lupa ia tersenyum ramah kepada kami berdua.2384Please respect copyright.PENANAvZIT8fvn78
2384Please respect copyright.PENANA3XRJNFwft3
“Makasih.” Dimas meraih pop ice itu, lalu mengeluarkan dua lembar uang pas, dan menyodorkan kepada si penjual.2384Please respect copyright.PENANAJfu0dabkyJ
2384Please respect copyright.PENANAlntyFqwkxg
Kami kembali melangkah, berdampingan. Aku menyesap pop ice dari sedotan, perpaduan manis coklat mendinginkan tenggorokanku. Sambil melangkah, kami mengobrol sedikit perihal akan membeli apa lagi.2384Please respect copyright.PENANAvqoHktTuxy
2384Please respect copyright.PENANAAr8zPcK26p
“Mau ke tempat Fajar, mi?” Dimas melirik kiri-kanan.2384Please respect copyright.PENANA5HSp5TzArQ
2384Please respect copyright.PENANAinqVyGO94J
Aku mendongak ke arahnya. “Fajar buka stand, bi?”2384Please respect copyright.PENANA0tIrRPg0pB
2384Please respect copyright.PENANAYajx6l8lZj
“Dia jaga stand buku.”.2384Please respect copyright.PENANAP6gjVsWuCu
2384Please respect copyright.PENANAM2uTLmikxL
Aku mengangguk. Sudah tiga hari lamanya aku tidak bertemu sahabat anakku itu. Dimas menggenggam tanganku. Hangat. Aku tersenyum sambil membalas genggaman tangannya. lalu Kami menuju stand Fajar sambil berpegangan tangan layaknya pengantin baru.2384Please respect copyright.PENANAMUaQXo1p90
2384Please respect copyright.PENANA0l0uFPYWPw
Dari kejauhan, aku bisa melihat sosok remaja tinggi yang tak lain adalah Fajar. Stand bukunya lumayan ramai, ia terlihat sibuk melayani pembeli. Tak sabaran, aku mempercepat langkah. Membuat Dimas harus menyamakan langkahnya dengan langkahku.2384Please respect copyright.PENANAqe0aEZbgAf
2384Please respect copyright.PENANAaSnjdmF8Gb
Tibanya di stand buku Fajar, aku memanggilnya dengan riang. “tante baru tahu kamu jaga stand buku, lho.” Aku melirik ke bawah, tumpukan-tumpukan buku berjejer rapi di atas meja. Kemudian aku melirik ke kanan, di rak kecil terdapat beragam buku juga. Di samping kanan pun sama.2384Please respect copyright.PENANAhEgm3wZGhO
2384Please respect copyright.PENANAqIDTD7i0px
Fajar berdiri menyambut kehadiran kami. Ia melirikku dan Dimas bergantian. “Om-tante. Mau beli buku?”2384Please respect copyright.PENANAIlutiQ7XqS
2384Please respect copyright.PENANAAvKsLqw3ar
Dimas memperhatikan tumpukan buku di meja. ia mengangguk-angguk. Lalu menunjuk salah satu buku. “Jar, om beli yang ini.”2384Please respect copyright.PENANAy9yd0xUbPR
2384Please respect copyright.PENANAD3OEDM0Hxu
Sigap Fajar meraih buku itu, dan mengemasnya ke dalam plastik merah. Dimas merogoh dompet dan menyodorkan satu lembar uang.2384Please respect copyright.PENANANsKQUcjfEr
2384Please respect copyright.PENANATCWehAFiRi
“Gratis, om.” Tolak Fajar.2384Please respect copyright.PENANAtUgErQlsAg
2384Please respect copyright.PENANA3uvdLbIP4k
Dimas tersenyum. “Udah, ambil aja.” Tangannya masih terangkat.2384Please respect copyright.PENANAUMRbW75mlb
2384Please respect copyright.PENANAqJuBzzw2ps
Fajar meletakan kantung kresek itu di atas tumpukan buku. Dimas menggeleng, menurunkan tangannya, lalu meraih kantung kresek di meja. “Makasih, ya, Jar.”2384Please respect copyright.PENANAqRWoyoRDQb
2384Please respect copyright.PENANAMWdTtWWWAy
Fajar menggangguk. Aku hanya memperhatikan mereka sedari tadi. Sesekali aku melirik Fajar, begitupun Fajar. Kami seperti saling mencuri-curi pandang.2384Please respect copyright.PENANAz7mD99ETpG
2384Please respect copyright.PENANAXhhryKAbZn
“Tunggu bentar, Mi.” Aku menoleh ke arah Dimas. Ia merogoh ponselnya, kemudian beranjak menuju tempat sepi. Aku membiarkannya saja, barangkali ada telepon penting.2384Please respect copyright.PENANAQHvfB5sCcp
2384Please respect copyright.PENANASe4WyuvM38
Fajar memindahkan bangku di belakangnya ke samping bangkunya. Sambil tersenyum ia mempersilahkanku duduk. Aku melangkah melewati cela kecil di samping kanan, dan duduk di sebelahnya. Duduk berdua dengannya membuat degup jantungku berdetak cepat, tidak seperti biasanya.2384Please respect copyright.PENANAF1euO0AVBs
2384Please respect copyright.PENANA2Y2X7JoKyI
Jejak kaki terdengar ribut seperti angin topan yang melanda desa. Di tambah dengan lalu-lalang orang-orang di hadapanku. Tapi, yang membuatku betah adalah aroma harum kertas yang menyeruak cuping hidungku.2384Please respect copyright.PENANA0jzA79bH3h
2384Please respect copyright.PENANALOURcg7LS1
Seorang lelaki menghampiri Stand tempat aku berada. Fajar berdiri dan tersenyum kepadanya. Lelaki itu melirikku sekilas. Ia berbisik kepada Fajar. “Pacarmu, Jar?” Walaupun bisik itu kecil dan suara pengunjung lain begitu riuh, tapi aku masih bisa mendengarnya.2384Please respect copyright.PENANAgnrfeQz2fJ
2384Please respect copyright.PENANAwQA969eabh
“Istri saya,” Fajar balas berbisik. Sekilas ia melihat ke arahku.2384Please respect copyright.PENANAK9tmel3nPI
2384Please respect copyright.PENANAXJWd0Y1Ppd
Aku menelan ludah. Anehnya aku tidak marah dan justru merasa senang. Aku tidak tahu kenapa. Lelaki itu tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.2384Please respect copyright.PENANAsFQFcmzRSS
2384Please respect copyright.PENANAK3sMT4V6So
Setelah melayaninya, Fajar lekas duduk di sampingku. Aku menatapnya dengan tajam. “Tante denger, lho.” Aku menyilangkan kedua tanganku di depan dada.2384Please respect copyright.PENANAedDffZrMIK
2384Please respect copyright.PENANAy6pAznMAl2
Fajar terlihat gelagapan. “Emang Fajar bilang apa tadi, Tan?”2384Please respect copyright.PENANAGPgIbqNR7w
2384Please respect copyright.PENANA5L3ucCAU3I
“Kamu bilang Tante istri kamu.” Aku mengernyitkan wajah memasang ekspresi garang.2384Please respect copyright.PENANAkVX2VYiBDT
2384Please respect copyright.PENANAP1tG3UlBr2
“Tante salah dengar kali.” Fajar bertahan, matanya lekat memandang lalu lalang orang. Ia terlihat gugup, seperti maling yang keciduk. Belum sempat aku menginterogasinya lebih lanjut. Dimas terlebih dahulu datang.2384Please respect copyright.PENANAL8wbjJqNjl
2384Please respect copyright.PENANAlOYlpMpdV0
“Mi, abi ada urusan mendadak.” Dimas meringis sambil menggaruk hidungnya.2384Please respect copyright.PENANAdfyurbhEDX
2384Please respect copyright.PENANAAlewyvA7nD
Aku menghela nafas. “Jadi, mau pulang?” aku berkata dengan wajah cemberut.2384Please respect copyright.PENANAkDtf25BT8E
2384Please respect copyright.PENANAvlHuWUUJ3T
Dimas berdehem sebentar. Ia melirik Fajar sekilas. “Jar, nanti kamu bisa anter tante pulang? Om ada urusan.”2384Please respect copyright.PENANALDWMA2LaZL
2384Please respect copyright.PENANA6EvoWNpiNT
Aku menoleh ke Fajar. Menunggu jawabannya.2384Please respect copyright.PENANADqyJhkcJlS
2384Please respect copyright.PENANAWjWlXYeAgY
“Dengan senang hati, om,” Jawab fajar sambil berdiri, lalu menunduk sopan.2384Please respect copyright.PENANAhgbXz3JKJD
2384Please respect copyright.PENANAASiqbn4YKa
Dimas melirikku. “kalau umi masih mau di sini, nanti pulangnya sama Fajar, ya? Abi gak bisa lama-lama. Maaf ya, mi.”2384Please respect copyright.PENANA7Um8PRwbMB
2384Please respect copyright.PENANAr0q8HiLEYa
Aku mengangguk tidak rela, tapi mau tak tamu aku harus membiarkan suamiku yang super sibuk itu kembali berkutat dengan pekerjaannya.2384Please respect copyright.PENANAFvnqihfHAi
2384Please respect copyright.PENANA2bznMmQekN
Aku dan Fajar kembali ke dalam obrolan. Menit berlalu. Obrolan kami semakin intens. Obrolan kami kadang terhenti sejenak, Sebab Fajar haris melayani pembeli. Lalu kami jatuh dalam obrolan lagi. Menit ganjil menjelma genap. Obrolan semakin serius. Deru kaki pengunjung lain mulai mereda.2384Please respect copyright.PENANAoaGpkPYcXf
2384Please respect copyright.PENANAQwV9xSCKek
“Kamu rencananya mau lanjut kuliah atau kerja, Jar?” tanyaku, menoleh ke arahnya.2384Please respect copyright.PENANAr172Y4GvJB
2384Please respect copyright.PENANASlOVxVXSb1
ia tersenyum. Sebuah senyum yang jika aku lihat dengan dalam, memancarkan sebuah kesedihan. “Fajar gak lanjut, Tan.”2384Please respect copyright.PENANALeOWoSsJb7
2384Please respect copyright.PENANA7NlmZPQ8ZR
Aku menyedot pop iceku. “Sayang banget, sih, Jar. Kamu tuh anaknya rajin, lho,” kataku. Jujur saja, menurutku pribadi, Fajar sangatlah pintar. Ia bisa beradaptasi dalam kondisi apapun.2384Please respect copyright.PENANAJo1CJl0J8U
2384Please respect copyright.PENANA4Cbg1GEsEG
“Fajar juga maunya gitu, Tan. Pengen kaya teman-teman yang lain. Tapi, mau gimana lagi?” ia tertawa, getir. Kemudian melanjutkan, “terkadang, keadaan membuat seseorang mati langkah.” Ada racikan duka yang kurasakan di setiap kalimatnya. ia berkata lagi. “Sebagian orang terlahir beruntung. Sebagian lagi, hanya menghiasi mereka yang beruntung,” ia terkekeh, getir.2384Please respect copyright.PENANA4DirRMsMaE
2384Please respect copyright.PENANAqad9BULnB2
Akhirnya aku bersuara. “Menurut tante, setiap orang beruntung, kok. Ya, kalau belum beruntung berarti coba lagi.”.2384Please respect copyright.PENANAhf2RdzEZ1m
2384Please respect copyright.PENANA0cX4QzkeV7
Hening sejenak. Derup langkah tidak terdengar lagi. Pengunjung kian menyepi. Hembusan angin menerpa wajahku, wajahnya, dan setumpuk buku. Fajar berdiri, menoleh ke arahku.2384Please respect copyright.PENANA8dhUWrTME8
2384Please respect copyright.PENANA7v3gBHC250
“Udah sepi, tan. Waktunya tutup,” katanya. “Tante gak masalah, kan, kalau bantuin Fajar berkemas?”2384Please respect copyright.PENANAy7jnBEYWiB
2384Please respect copyright.PENANAO74VKZ3TJK
Aku ikutan berdiri. tersenyum kepadanya. “Dengan senang hati,” kataku, riang.2384Please respect copyright.PENANAC28d8ua8R9
2384Please respect copyright.PENANAGcfR9MQWe7
***2384Please respect copyright.PENANA4aXvETKQ3W
2384Please respect copyright.PENANAUfCeuo2yKD
Kami berdua berjalan bersampingan, menuju sepeda motor Fajar yang terletak di belakang Gedung. Hening malam seperti ini teramat kusukai. Jauh dari berisik kendaraan. Angin berhembus kencang di kemalaman, Bangku-bangku di depan setiap Stand sudah sunyi tak berpenghuni.2384Please respect copyright.PENANAfLQStpz1G5
2384Please respect copyright.PENANAsfCm9BKZDf
“Pernah naik motor, Tan?” Tanya Fajar sesampainya kami di depan motornya.2384Please respect copyright.PENANATctyqWEaGk
2384Please respect copyright.PENANAz2M6sO465g
“Waktu kuliah, tante sering naik motor, kok.” Jawabku.2384Please respect copyright.PENANA0BSF0sbEWP
2384Please respect copyright.PENANAaAOWnKcrit
Fajar menyodorkan helmnya kepadaku. Aku menatapnya heran. “Kamu aja yang pakai. Kan kamu yang bonceng.”2384Please respect copyright.PENANAFnF4GxAhoj
2384Please respect copyright.PENANAv6K7dJunVh
Fajar tersenyum, kemudian mendekat ke arahku. Aku tercekat. Jarak kami dekat. sangat dekat. Ia mengangkat kedua tangannya dan memasangkan helm di kepalaku. Degup jantungku seakan mau melompat keluar. Bau keringatnya menyeruak cuping hidungku. Aku menelan ludah. Sudah lama aku tidak pernah diperlakukan seromantis ini.2384Please respect copyright.PENANAz06TNsTbEJ
2384Please respect copyright.PENANAVZdVdIguJg
“Pakai, ya, tan.” Fajar membungkuk sedikit. Mensejajarkan wajahnya dengan wajahku. Wajah kami terlalu dekat. aku bisa merasakan hembusan nafasnya.2384Please respect copyright.PENANADa870jxfzn
2384Please respect copyright.PENANAdciZhs1jj0
“Debaran jantung tante kedengaran, lho.” Fajar mengedipkan mata. Aku bisa merasakan pipiku memanas. Fajar berkata lagi. “Pipinya juga merah.” Ia mengulum senyum.2384Please respect copyright.PENANAiu6BpZYDir
2384Please respect copyright.PENANACJbpLF1DIT
Aku menunduk menyembunyikan semburat rona di wajahku. Tak ada satupun kata yang mampu keluar dari mulutku.2384Please respect copyright.PENANAMnmtom5AI0
2384Please respect copyright.PENANAUdtisoPUbk
“Ayo tan.” Fajar sudah siap di atas motor. “Jangan salting mulu.” Ia kembali menggodaku. Dengan pipi yang masih merona, aku menaiki motornya.2384Please respect copyright.PENANACo3RpFPhjd
2384Please respect copyright.PENANACteziCm4SK
“Duduknya jangan jauhan, nanti jatuh, lho,” Fajar menoleh sekilas ke belakang.2384Please respect copyright.PENANAFlmAzVuOGi
2384Please respect copyright.PENANA50pKheTBnG
Aku memukul pelan punggungnya. “Nyebelin!”2384Please respect copyright.PENANAgE0SzEPaAN
2384Please respect copyright.PENANAim7Ti8e62j
Fajar malah terkekeh. Aku meletakan tanganku di depan dada, menjadi penyangga antara dadaku dan punggungnya. Ia memacu gas, perlahan kami menembus udara malam.2384Please respect copyright.PENANAmgaX8YKGon
2384Please respect copyright.PENANATMbAojeSbp
Di spion motor, aku bisa melihat senyumnya. Sebuah senyum yang membuatku malah ikut tersenyum. Berisik knalpot motor di depan dan belakang kami, seakan menjadi pengiring musik perjalanan.2384Please respect copyright.PENANA4b2TmFLRvM
2384Please respect copyright.PENANACqNlJBHjgv
Aku berpaling kanan-kiri, hotel-hotel menjulang tinggi. Bunyi-bunyi klakson saling bersahutan tak mau mengalah. Warung bakso, nasi padang, mie ayam, terlihat ramai. Gerombolan remaja berjalan di bahu jalan, saling tertawa.2384Please respect copyright.PENANAwrkEscDeYB
2384Please respect copyright.PENANAHjO0W7lp7X
Aku menatap wajahnya dari spion, tak di sangka, ia malah melirik ke spion dan tersenyum. Sepersekian detik, aku memalingkan wajahku, kembali menatap jalanan. Remaja itu selalu membuatku tersipu dan salah tingkah. Entah kenapa.2384Please respect copyright.PENANAhOa8mfBoug
2384Please respect copyright.PENANA8cRUXqdKVM
***2384Please respect copyright.PENANAPrTuWIBP2f
2384Please respect copyright.PENANAb3q94Wt0xV
Kami tiba di rumah. Aku turun dari motor. Melepas helm dan mengembalikan kepada Fajar.2384Please respect copyright.PENANACffATwYgcr
2384Please respect copyright.PENANASJw01n43Fq
“Mau mampir dulu, Jar?” Tawarku.2384Please respect copyright.PENANAouKylGSSSJ
2384Please respect copyright.PENANA0JvTkOEUL7
Sambil mengenakan helmnya, Fajar menyahut, “Besok aja, deh, Tan. Mau pulang dulu, capek.”2384Please respect copyright.PENANA0beH6vvT9a
2384Please respect copyright.PENANA9JmA7mdHVc
Aku membalas senyumnya. “Hati-hati, jangan ngebut.”2384Please respect copyright.PENANA648G81yK0Q
2384Please respect copyright.PENANAHV5HSky7C8
Fajar mengangguk, melambaikan tangan. “Pulang dulu ya, tan.” Fajar meliuk-kan motornya. Sebelum ia menancap gas, ia menoleh kebelakang, lalu membuka kaca helm.2384Please respect copyright.PENANAETRQIWTYkd
2384Please respect copyright.PENANAhTfCxNOQJx
“Oh, iya, tan. Perihal bisik-bisik tadi. Fajar bilang sama teman Fajar, kalau tante istri Fajar.” Fajar berkata dengan lugas. Aku tergagap. Fajar melanjutkan. “Fajar tahu, kok, tante udah tahu.” Ia mengedipkan matanya.2384Please respect copyright.PENANAoi6yj3Xy2d
2384Please respect copyright.PENANAo7k0nVs99E
Untuk yang tidak tahu keberapa kalinya pipiku kembali memanas. Dan desir itu kembali datang, lagi dan lagi. Dua detik kemudian, terdengar suara knalpot motornya. Ia menancap gas, keluar dari pekarangan rumah, lalu menghilangkan dari pandanganku.2384Please respect copyright.PENANAM2XYAzRgqA
2384Please respect copyright.PENANAzSxnuzV4Gv
Aku berbalik dan melangkah menuju pintu dengan wajah yang kian merona. Tak bisa dipungkiri, bahwa aku sangat menikmati kebersamaan bersama Fajar. Ada sebuah gejolak dalam jiwaku yang meletup ketika Remaja itu menggodaku. Sedetik kemudian aku tersadar, lantas aku menggelengkan kepala. Engga, engga boleh.2384Please respect copyright.PENANAcwhRduHTnu
2384Please respect copyright.PENANAeQsTBG5EOE
Tiba aku di ruang tamu. Aku memperhatikan Adit, anakku, yang sedang duduk di sofa sambil bermain ponsel. Lekas aku menghampirinya, lalu duduk di sampingnya.2384Please respect copyright.PENANAQMVUhMhGes
2384Please respect copyright.PENANAzJm9mDC2ga
“Abi udah pulang?” tanyaku kepadanya.2384Please respect copyright.PENANAUXLSy0amFM
2384Please respect copyright.PENANABCq5zfmwuX
“Belum, mi.” Adit menjawab singkat, matanya masih fokus ke layar ponsel.2384Please respect copyright.PENANA6aUgUmgLOW
2384Please respect copyright.PENANASKeHDnIvGY
Aku menghela nafas. “Adit, kalau umi ngomong, bisa gak stop main hp?”2384Please respect copyright.PENANAi231v4za7w
2384Please respect copyright.PENANAxDX5iZWw61
Dengan raut wajah muram, Adit meletakan ponsel di atasnya meja. “Iya, mi, iya. Maaf, Adit salah.”2384Please respect copyright.PENANAbqF5Mt4dxg
2384Please respect copyright.PENANAy5k1qeWvGa
Aku malah terkekeh. Melihatnya seperti itu membuatku tergelitik.2384Please respect copyright.PENANAJGkKhoc5SN
2384Please respect copyright.PENANAyljy8MEvWh
Adit merubah posisi duduknya menghadapku. Wajahnya terlihat antusias. “Umi mau tau gak?”2384Please respect copyright.PENANA2uh7QKubvd
2384Please respect copyright.PENANAl2xqHWfcBD
Aku mengernyit heran. “Gimana umi mau tahu. Kamu belum ngomong apa-apa.”2384Please respect copyright.PENANAGdbxKQ1K6L
2384Please respect copyright.PENANA5KT2cQOBvF
Adit tertawa ringan. Matanya sedikit membesar, seakan ingin menyampaikan sebuah berita penting. “Barusan pacar Fajar, chat Adit, katanya dia lihat Fajar bonceng cewek.”2384Please respect copyright.PENANAcFS06yxkfU
2384Please respect copyright.PENANAuK97Dt1MDG
Aku membenarkan posisiku. Entah kenapa aku malah tertarik. “Terus?”2384Please respect copyright.PENANAvYVQPpIP9f
2384Please respect copyright.PENANAanepi0GvKK
Adit melanjutkan. “Fajar selingkuh Umi. Adit gak habis fikir sama Fajar.” Adit menepuk jidatnya.2384Please respect copyright.PENANAf5F83w6gPL
2384Please respect copyright.PENANAvthomatYjV
Aku tertawa sambil memegang perutku. Anakku malah bingung. Aku mengambil nafas sejenak. “Bilang sama pacarnya Si Fajar, yang dibonceng Fajar, itu Umi.”2384Please respect copyright.PENANASpgUJgFsb9
2384Please respect copyright.PENANArKuIIGrhSk
Giliran Adit yang tertawa. “Udah Adit duga.” Adit menggelengkan kepala, Kemudian ia meraih ponselnya. Aku menggeser tubuhku bersentuhan dengan bahu anakku.2384Please respect copyright.PENANAIm17l5qB3p
2384Please respect copyright.PENANAyfKploafO7
“Kamu chatingan sama pacarnya Fajar?” tanyaku fokus menatap layar ponsel Adit.2384Please respect copyright.PENANAoaY6vMy7Rw
2384Please respect copyright.PENANAvgiuD0M9FK
Adit menarik ponselnya menjauh dariku. “Ih, umi, kepo banget urusan anak muda.”2384Please respect copyright.PENANAWZTzObhEC2
2384Please respect copyright.PENANAKkO5lHoS4R
“Umi penasaran doang,” kataku.2384Please respect copyright.PENANAB1pxDVGJBX
2384Please respect copyright.PENANAQh36DtGV2i
“Kan umi yang nyuruh Adit buat bilang sama pacarnya Fajar.”2384Please respect copyright.PENANAd3GBaukYAe
2384Please respect copyright.PENANA0acBg0wJ9d
Entah kenapa, ada sebuah tusukan kecil dalam hatiku. yang membuatku merasa gundah. Apakah itu cemburu? Aku tidak tahu.2384Please respect copyright.PENANAeVoY7VCGfU
2384Please respect copyright.PENANAeaJxrDdQXf
Kemudian, Aku bergeser empat jengkal menjauh dari anakku. Memberi ruang privasi kepadanya. Fajar sudah punya pacar, ternyata. Mengetahui kenyataan itu membuatku sedikit merana. Terus kenapa dia memperlakukanku dengan romantis begitu? tapi, yang lebih anehnya, kenapa aku harus marah? Aku bersikap seolah-seolah sedang jatuh cinta kepadanya. Lantas aku menggeleng-geleng. Engga, Engga boleh. Aku udah punya suami.2384Please respect copyright.PENANAW3UIRTbGBV
2384Please respect copyright.PENANA1GujkiHTKi
“Umi kenapa?” Adit menatapku heran.2384Please respect copyright.PENANACchtf6Bods
2384Please respect copyright.PENANAgW5hk6V1ab
Aku memasang wajah galak, berpura-pura. “Umi lagi kesal sama abi!” aku malah menyalahkan suamiku, padahal yang membuatku kesal adalah sahabat dari anakku sendiri.2384Please respect copyright.PENANAhflmi8RrSc
2384Please respect copyright.PENANALenYWf0Db6
Adit hanya terkekeh, kembali menatap layar ponsel. Aku berkata lagi, sedikit galak, “Awas aja kalau kamu ketahuan sama umi kalau pacaran.”2384Please respect copyright.PENANAju5WazutSe
2384Please respect copyright.PENANAeTbiRfPDhb
Adit menoleh. “Iya umiku yang paling cantik.”2384Please respect copyright.PENANAONEhfFD0Zi
2384Please respect copyright.PENANAtqTaGFVa35
Aku tersenyum lebar, lalu mengusap kepalanya lembut. “Itu baru anak umi.”2384Please respect copyright.PENANA4FyYzrZ6ne
2384Please respect copyright.PENANAqjDNRZ5bpR
Sebenarnya, aku bukan tidak menyuruh Adit berpacaran, atau dekat dengan perempuan. Aku sendiri akan mengiyakan jika dia sudah bisa memilih keputusan dengan baik. Bukan juga aku menormalisasikan perzinahan. Aku tidak ingin mengekang kebebasannya. Yang aku bisa, hanya menasehatinya, dan menjauhkannya dari larangan-Nya.2384Please respect copyright.PENANAnFSwYGPQEw
2384Please respect copyright.PENANADkcAV2NLGm
***2384Please respect copyright.PENANAeN1eGnBhAL
2384Please respect copyright.PENANAKNvKak5hx1
Aku berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit kamar. Entah kenapa pikiranku masih berkecamuk perihal Fajar. Ada yang menjanggal di benakku.2384Please respect copyright.PENANA614eT94LDA
2384Please respect copyright.PENANAamBcuRtt9w
Aku menoleh ke samping, wajah Dimas terlihat terlelap. Entah kenapa ada racikan bersalah ketika aku melihat wajahnya. Bisa-bisanya aku memikirkan pria lain sementara dia berada di sampingku. Bukankah itu adalah perbuatan dosa? entahlah, hanya tuhan yang tahu.2384Please respect copyright.PENANANY8Dn65lex
2384Please respect copyright.PENANAIdZIoi4tH5
Sayup-sayup suara terdengar berisik. itu pastilah anakku yang sedang bermain console game tengah malam begini. Jika sudah begini, aku harus turun tangan. Mana pula besok ia harus sekolah. Aku beranjak berdiri, melangkah menuju pintu kamar.2384Please respect copyright.PENANAY4S8PoDGDe
2384Please respect copyright.PENANACALlAGJKlL
Sayu suara itu saling bersahutan. Selintas aku berfikit, jangan-jangan itu Fajar? Tapi, bukankah ia berkata ingin pulang? Untuk memastikan, aku melangkah cepat menuju kamar anakku.2384Please respect copyright.PENANAo1wOQgsSIN
2384Please respect copyright.PENANAKMMbFSFeud
Tebakanku benar, Adit dan Fajar sedang asik bermain console game.2384Please respect copyright.PENANAMUUrYPIyRL
2384Please respect copyright.PENANAuTGhhZAmL4
“Udah malem, gak ada puas-puas-nya main game.” Aku berdiri di tengah pintu, menatap tajam mereka bergantian.2384Please respect copyright.PENANAcHc01pwJFV
2384Please respect copyright.PENANANsojHzFr0B
“Lo sih Jar berisik.” Adit menoyor pelan baju fajar.2384Please respect copyright.PENANAQlsrPdNTsi
2384Please respect copyright.PENANAQjuRkPEN9u
Fajar menatapku lekat. Aku memalingkan wajah, tak kuat akan tatapannya. “Kalian lekas tidur, besok sekolah.” Aku berkata sambil memalingkan wajah.2384Please respect copyright.PENANAJ4qDXw6i1t
2384Please respect copyright.PENANAsHYutjDUQd
Adit mendengus, beranjak bangkit dan berbaring di ranjang. Sementara fajar mendekat ke arahku. Otomatis aku mundur satu langkah, mempersilahkannya. Sekilas, ketika ia melewatiku, ia melirikku dengan senyum simpul. Yang aku tak paham maksudnya. Bagai tersihir aku mengekor di belakangnya, sementara pintur kamar anakku, kubiarkan terbuka.2384Please respect copyright.PENANAMmd3c4GCXb
2384Please respect copyright.PENANAql662RMb3s
Fajar berhenti di ruang tamu dan duduk di sofa. Ia mendongak menatapku. “Kenapa tan?”2384Please respect copyright.PENANAcenoRyketn
2384Please respect copyright.PENANAaJ9dcD5BVP
Aku tergagap. “Susah tidur,” jawabku sedikit kikuk.2384Please respect copyright.PENANAYSye5hbdzQ
2384Please respect copyright.PENANAqjG1zrBKRF
Fajar hanya ber-oh saja. Aku duduk di sofa, berhadapannya dengannya. Hening menyapa. Fajar merogoh kantung celananya, mengeluarkan sebatang rokok lalu membakarnya.2384Please respect copyright.PENANAcMgo8rmz95
2384Please respect copyright.PENANAxbcky3MVwI
“Tante baru tahu kalau kamu merokok,” kataku memecah hening di antara kami.2384Please respect copyright.PENANAn7ELOuEakZ
2384Please respect copyright.PENANAAEOnCjYeqq
Fajar mengepulkan asap. “Jarang, kok, tan. Palingan kalau pengen aja.”2384Please respect copyright.PENANA9rxpvtcfJ3
2384Please respect copyright.PENANAFSyFjNhzda
Aku mengangguk. “Oh, iya. Tadi ada kejadian lucu tauk.” Aku terkekeh. “Waktu kamu bonceng tante, pacar kamu ngira, kalau tante selingkuhanmu.”2384Please respect copyright.PENANAwXuc4pvsWg
2384Please respect copyright.PENANAdGQxST9Ca8
“Adit udah cerita, tan,” Fajar berkata singkat. Kemudian ia berdiri, beranjak duduk di sampingku.2384Please respect copyright.PENANA0P1omvHCGM
2384Please respect copyright.PENANA8BVZ77pWq1
Aku menelan ludah dan bergeser sedikit.2384Please respect copyright.PENANAV7jFcmC7ez
2384Please respect copyright.PENANAN5gdnqcOxQ
“Tante cemburu?” dia menoleh.2384Please respect copyright.PENANATCz8bsPl2c
2384Please respect copyright.PENANALhT3348FBN
Aku menggelengkan wajah, tak berani aku menoleh dan menatapnya.2384Please respect copyright.PENANAiTKLp6xYGU
2384Please respect copyright.PENANAIJT3fLDxqv
Fajar bergeser semakin dekat. Aku kembali menelan ludah. Semuanya terasa hening, suara detik jam terasa melengking. Ia kemudian mengendus area ketiakku. Entah kenapa aku membiarkannya, padahal perbuatan itu tidak pantas.2384Please respect copyright.PENANA3woJBwK9w5
2384Please respect copyright.PENANARaLJ2tyPZM
“Tante bau ketek.” Ia bergeser agak menjauh.2384Please respect copyright.PENANA6ZGwkuE2XT
2384Please respect copyright.PENANAW6PjaKsaVk
Sontak aku menatapnya tajam. “Tante udah mandi!” Aku berkata ketus.2384Please respect copyright.PENANAvNRlJt8ENv
2384Please respect copyright.PENANAAm8C4eKQLu
Fajar malah terkekeh. Ia kembali mendekat ke arahku. “Lagian tante di tanya diem doang. Kaya ngomong sama tembok.”2384Please respect copyright.PENANAjjrAJnLFA7
2384Please respect copyright.PENANAvqKUxtxHOp
Aku menyahut. “Lagian pertanyanmu aneh!” Aku memalingkan wajah, sebal.2384Please respect copyright.PENANAQJJIpbUPiL
2384Please respect copyright.PENANA1TaiIyvngv
“Aneh atau memang iya?” Fajar terus mencecer. “Tante juga gak nolak waktu aku endus ketiaknya.”2384Please respect copyright.PENANAi64IlrbimN
2384Please respect copyright.PENANAuxWK0Jw9cr
“Jangan aneh-aneh, deh, Jar.” Aku berkata dengan nada sedikit tinggi. Bagaimanapun juga, ia sudah melampaui batas. Dan Jujur saja, aku tidak ingin terlampau jauh.2384Please respect copyright.PENANAxilxZAm2JQ
2384Please respect copyright.PENANAGXZunlBwyI
Fajar tak menghiraukan. Dia malah menggodaku lagi. “Bau ketiak tante enak lho. Fajar suka. Harum.”2384Please respect copyright.PENANASFG64bEoUw
2384Please respect copyright.PENANAfZn9oWtUjz
Aku merasa terhina atas perkataanya barusan, tapi entah kenapa aku masih ingin terus berbincang dengannya. Tapi, aku tidak mau obrolan kami mengarah ke hal tabu.2384Please respect copyright.PENANAAMOH1LMLI7
2384Please respect copyright.PENANAA2BLiylSdx
“Bahas yang lain, Jar. Tante gak suka bahas hal kaya gitu.” Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.2384Please respect copyright.PENANAK9J1DT1dXS
2384Please respect copyright.PENANAvsntkOhKxO
Fajar masih kekeuh. Kali ini ia semakin berani. Dengan lembut ia mengusap kepalaku bagai seorang ibu mengusap kepala anaknya. Lagi-lagi aku tak menolak, pun marah. Desir hangat itu kembali lagi, membelengguku dalam dosa yang aku sadari.2384Please respect copyright.PENANATzEYwK5hI2
2384Please respect copyright.PENANARJAVLg5X8j
Fajar menarik daguku menghadapnya. Mata kami bertemu. Bagai berada di kutub utara, aku seketika membeku. Perlahan ku rasakan jemarinya berjalan lembut di pipiku, lalu menuju keningku. Aku hanya diam, membiarkan jemarinya menyelusuri seluk-beluk wajahku. Desir darahku bergejolak ketika jemarinya menapak jejak di bibirku. perlahan ia usap halus bibirku dengan jemarinya.2384Please respect copyright.PENANABfwKNjUfJM
2384Please respect copyright.PENANAQB9QKrBQOm
Entah kenapa, sentuhan lembut jemarinya di bibirku membuatku memejamkan mata. Tiba-tiba terdengar suara tertawa. Aku membuka mata, menatap bingung Fajar yang terkekeh.2384Please respect copyright.PENANA4ugBy8AKrK
2384Please respect copyright.PENANAk6xyhXdDWH
“Tante minta di cium?” Fajar bertanya dengan wajah gembira.2384Please respect copyright.PENANAvJwkHI9R2C
2384Please respect copyright.PENANA5n6vSY65Jo
Aku menatapnya kesal. Ia seolah-olah mempermainkan perasaanku, dan itu sangat mejengkelkan sekali. Lekas aku berdiri. Fajar menarik tanganku, membuatku kembali duduk.2384Please respect copyright.PENANAeKPL5fWmOs
2384Please respect copyright.PENANAsmom8kx19G
Ia mendekat. Jantungku berdegup kencang. Lagi-lagi aku memejamkan mata, seakan rela jika ia mencumbu bibirku. Fajar malah berbisik, deruh nafasnya bisa kurasakan saking bibirnya dengan dengan telingaku.2384Please respect copyright.PENANAoQfJGxtIfv
2384Please respect copyright.PENANAIAU8KSrHHD
“Besok pagi kerumahku, Tan.” Seketika aku merinding mendengarnya. Kerumahnya? Kenapa? Untuk apa?2384Please respect copyright.PENANAiwU3Gn8c4L
2384Please respect copyright.PENANAKL5MIajFgf
Belum sempat aku bertanya, ia lekas beranjak berdiri sambil tersenyum kepadaku. Aku menatapnya penuh tanda tanya. Fajar malah berbalik, melangkah menujur kamar anakku.2384Please respect copyright.PENANAQ6bUy6abP7
2384Please respect copyright.PENANA86x5ZnGNuw
Pada sebuah cela kesadaraan, aku menyadari sesuatu. Bahwa aku jatuh cinta kepadanya, kepada sahabat anakku sendiri. Aku menghela nafas, dalam. Kamu gak boleh melanjutkan ini lagi. Laras, kamu harus sadar, kamu udah bersuami sekaligus ibu rumah tangga. Laras, kamu bisa. Ini semua dosa.2384Please respect copyright.PENANA2ZSvVT4KL7
2384Please respect copyright.PENANAwYeiVr2Utr
***2384Please respect copyright.PENANAn0LWPdmIeW
2384Please respect copyright.PENANANWo3Gl3xAk
“Mati kau mati, kau akan terlahir berkali-kali”.2384Please respect copyright.PENANAbsQPY5VMn9
2384Please respect copyright.PENANAXQjWRlaTJu
Sebuah kutipan yang aku ambil dari sebuah novel yang barusan aku baca. Aku memang kerap mengisi waktu soreku dengan membaca. Sejak dahulu, Ralat, lebih tepatnya sejak kecil, aku memang hobi membaca. Kebiasaan tersebut terbawa sampai sekarang.2384Please respect copyright.PENANAtO97f7FOQC
2384Please respect copyright.PENANAC5FM4Qkq0G
Aku mendongak ke atas, melirik jam dinding. Sudah pukul tiga sore. Sekiranya, aku menghabiskan waktu satu jam untuk membaca buku. Rumah sepi, Adit belum pulang. Di hari tertentu, seperti hari ini, selasa, Adit biasanya pulang pukul empat, sebab ia mengikuti sebuah eskul di sekolahnya.2384Please respect copyright.PENANA2WeXnEIEyk
2384Please respect copyright.PENANAyntK6Awzr5
Semalam, Aku dan Dimas membahas perihal Pendidikan Adit. Bulan depan, ia sudah lulus. Adit sendiri memilih untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Tentu saja aku dan Dimas mensupport hal tersebut. Pendidikan anak tetap nomer satu.2384Please respect copyright.PENANAkm1pY26Beg
2384Please respect copyright.PENANA9B7LyE67Ue
Dimas sedikit berbeda pendapat denganku. Aku sendiri ingin Adit masuk kuliah di kota ini. Sementara Dimas, menyuruhnya kuliah di Ibu Kota. Ya, apapun hasilnya yang penting dia kuliah.2384Please respect copyright.PENANAT47dH1n4GG
2384Please respect copyright.PENANAwzrNAbOmQS
Aku kembali melihat jam dinding. Kemudian aku bangkit sambil meregangkan tangan, lalu menghela nafas secukupnya. Aku memutuskan untuk membuat kopi, caffein sangat ampuh untuk mencegah kantuk.2384Please respect copyright.PENANA8rBzF97BIC
2384Please respect copyright.PENANA8AP0JslTcu
Aku berjalan menuju dapur. Mengambil kopi hitam di selorakan meja dan juga gelas kaca. Sambil memanaskan air, aku kembali teringat soal pernyataan Fajar malam itu. Emangnya siapa dia? bisa memerintahku seenaknya begitu? Aku cukup merasa jengkel terhadap sikapnya yang seperti itu. bisa-bisa-nya dia menyuruhku untuk datang kerumahnya.2384Please respect copyright.PENANAS2MuMZlwCm
2384Please respect copyright.PENANAZo3F9ZwqTD
Gemercik air bergemuruh kecil, sigap aku mematikan kompor gas. Lalu menuangkan air panas ke gelas, tak lupa sendok ku taruh terlebih dahulu. Fisika dasar, sendok bisa menjadi penghantar panas. Jika langsung kutuangkan tanpa sendok, kemungkinan gelas akan retak.2384Please respect copyright.PENANAMxSxOQQN53
2384Please respect copyright.PENANAgC0d6nLCcI
Aku kembali ke sofa ruang tamu dengan kopi hitam di atas meja. Duduk takzim sambil sesekali menyesap kopi. Aku menyukai kopi sudah lama. aku hanya sekedar penikmat saja, untuk jenis-jenis kopi, aku tidak terlalu tahu.2384Please respect copyright.PENANAdjbLrEjdCf
2384Please respect copyright.PENANAjkcWep8Se1
Terdengar suara pintu terbuka. Adit tersenyum kepadaku dan beranjak mendekat.2384Please respect copyright.PENANA1kzXXCNBOL
2384Please respect copyright.PENANA4DoqKMaZxZ
“Umi, laper,” kata Adit sambil duduk di sofa, berhadapan denganku.2384Please respect copyright.PENANA0ePoMXQnrp
2384Please respect copyright.PENANARUfJLOowLO
“Umi udah masak ayam goreng, makan gih,” kataku.2384Please respect copyright.PENANAgOMveQFNVk
2384Please respect copyright.PENANADpCniNrONg
Adit meletekan tasnya disampingnya. Wajahnya tampak kusam dan berminyak. “Fajar tadi ke sini, mi?” Tanya Adit.2384Please respect copyright.PENANAjssCAqJjOx
2384Please respect copyright.PENANAgSeZlDikQV
Aku menggelang.2384Please respect copyright.PENANAEO0FXORYB4
2384Please respect copyright.PENANAQ3upcfoN6d
“Dia gak sekolah tadi, tumben banget.”2384Please respect copyright.PENANAZvbRE36G11
2384Please respect copyright.PENANA7OA1BSu6aY
Aku ber-oh saja. “Mungkin lagi demam.”2384Please respect copyright.PENANAw0lTntdcEh
2384Please respect copyright.PENANAaOyxSTjd9C
“Yaudah, mi. Adit mau makan dulu, laper.” Adit meraih tasnya kemudian berdiri.2384Please respect copyright.PENANAevnIX3fIQT
2384Please respect copyright.PENANAYCYY1wnCBj
“Ganti baju dulu, sayang,” kataku.2384Please respect copyright.PENANAHfe0eKk3yL
2384Please respect copyright.PENANAkowv579pIs
“Iya umiiii.” Adit melangkah menuju kamarnya,2384Please respect copyright.PENANAiz9RMf2PcE
2384Please respect copyright.PENANAijXGvlkfv4
Aku kembali menyesap kopi. Aku sebenarnya tahu alasan Fajar tidak sekolah, ia pasti menunggu kehadiranku di rumahnya. Ia menyangka bahwa aku akan datang, mengenaskan sekali jika ia berfikir seperti itu. Aku bukanlah perempuan murahan yang akan tunduk kepadanya. Lagian, aku sudah mempunyai keluarga. Jadi, apapun yang dia lakukan, pasti akan sia-sia. Pasti.
Bersambung
2384Please respect copyright.PENANAyM2tcjLRtv