
#2 Perspektif3128Please respect copyright.PENANA5KiMRwcmWe
3128Please respect copyright.PENANAcXJ3A9tWGy
Klakson-klakson kendaraan saling bersahutan. Aku memandang ke keluar jendela mobil. Kota Pekanbaru terlihat indah di malam hari. Di bahu jalan, muda-mudi saling berkasih di bawah cahaya lampu. Pedagang kaki lima menyebar di setiap tempat, membuat riuh ramai kebersamaan.3128Please respect copyright.PENANA63A09VyxxM
3128Please respect copyright.PENANAmRJkXcqgYF
Dimas fokus menyetir, sesekali ia bersenandung. Aku menoleh ke arahnya. “Abi gak ada kesibukan, kan?” tanyaku, memastikan. “Kalau sibuk kita putar balik aja.”3128Please respect copyright.PENANAZo8OKJZmsR
3128Please respect copyright.PENANAAx4DUxJnbx
Dimas menggeleng. “Engga, umi.” Pandangannya masih ke depan, fokus ke arah jalan.3128Please respect copyright.PENANAO429ZvRQJn
3128Please respect copyright.PENANAyBx3DESBHk
Aku tersenyum, lalu kembali memandang keluar jendela mobil. Jalanan ini mengingatkan ku tentang banyak hal. Dahulu, di tahun pertama aku menikah. Aku dan Dimas menyimpan banyak kenangan di pinggiran jalan. Dulu kami berdua tidak punya cukup uang untuk makan di restoran bintang lima, atau tempat megah lainnya. Alternatif yang kami pilih adalah angkringan di tepian jalan, dengan riuh orang-orang, aroma sate bakar, di tambah dengan berisik kendaraan lalu-lalang.3128Please respect copyright.PENANAbRRW9u4ycL
3128Please respect copyright.PENANAxktAu9LdRx
Aku rindu suasana itu. Sekarang, kami tidak punya cukup waktu untuk bernostalgia tentang masa-masa awal pernikahan. Tapi aku cukup bangga dengan suamiku. ia mempunyai daya juang yang cukup besar, sehingga kami bisa sampai pada titik ini, ya, walaupun tidak kaya-kaya banget.3128Please respect copyright.PENANAO6PSbhsr2U
3128Please respect copyright.PENANAW8BbAskiLJ
Kami berhenti Di sebuah Gedung dengan halaman yang luas. Dimas memarkirkan mobil berdempetan dengan mobil lain. Aku dan Dimas segera membuka pintu mobil dan turun. Sejenak kupejamkan mataku, menikmati suasana.3128Please respect copyright.PENANA1XSLnWgf7m
3128Please respect copyright.PENANAutZxhk6B1D
Dimas melangkah terlebih dahulu. Sementara Aku melangkah pelan sambil memperhatikan sekitar. Di samping Gedung, banyak sekali stand makanan, minuman, dan lainnya. Di tambah dengan riuh pengunjung yang saling berdesakan. Bau-bau keringat saling berbaur menjadi satu. Terdengar juga suara tawa dari kejauhan. Bazar, memang selalu semegah ini.3128Please respect copyright.PENANAZqZ4FbeqTS
3128Please respect copyright.PENANAfwKFfnjyOZ
Dimas berhenti sebentar dan menoleh kebelakang. Ke arahku. Aku menyengir, pastilah ia menyuruhku untuk berjalan cepat. Buru-buru aku menghampirinya. Aku sendiri belum memutuskan mau berbelanja apa. Bazar ini tidak melulu perihal makanan atau minuman, beragam jenis terdapat di sini. Pakaian, perlengkapan sekolah anak, buku-buku bekas, dan lain-lain.3128Please respect copyright.PENANAOb88bA0QGP
3128Please respect copyright.PENANANtyH4oVMWp
Aku dan Dimas terus melangkah berdampingan sambil memutuskan mau berbelanja apa. Suasana ramai membuatku harus hati-hati berjalan, khawatir menabrak pengunjung lain. Aku memepetkan bahuku ke bahu Dimas. Dimas melirik-ku dan tersenyum, kemudian ia melingkarkan tangannya ke pundakku. Kami terus melangkah. Tak lama kemudian, Kami berhenti di sebuah stand minuman.3128Please respect copyright.PENANAHHDyhlcFiu
3128Please respect copyright.PENANAan9QfvRnXj
“Pop ice rasa mangga satu, sama rasa cokelat satu,” kata Dimas sambil menatap beragam rasa dari pop ice yang tergantung.3128Please respect copyright.PENANANRPdAnmRyX
3128Please respect copyright.PENANAApCZMM4j5w
Aku mengulum senyum. Dimas masih tahu perihal rasa kesukaanku, dan itu cukup untuk membuat pipiku merona.3128Please respect copyright.PENANANtqbFoHSUi
3128Please respect copyright.PENANAOnobKCEqkK
Si penjual mengangguk. Dengan piawai ia memasukan bubuk pop ice dan juga es batu ke dalam blender. tak lupa ia tuangkan air sebagai perantara. Tak lama, ia jentikan jarinya ke tombol penghancur, sepersekian detik itu pula terdengar suara bentrokan es batu dan bubuk pop ice yang menyatu bersama air. Warung sebelah tak ingin kalah, suara letupan-letupan minyak membahana. Di tambah dengan riuh pengunjung yang berbelanja. Aku bisa merasakan lalu-lalang yang intens di belakangku. Dari remaja, pemuda, sampai orang tua. Semuanya membaur menjadi satu.3128Please respect copyright.PENANAfswyLhMAkN
3128Please respect copyright.PENANAyUeoIMBQmM
Si penjual menyodorkan dua cup pop ice yang di bungkus dengan plastik putih, tak lupa ia tersenyum ramah kepada kami berdua.3128Please respect copyright.PENANAGMnnslDQOz
3128Please respect copyright.PENANAtC8rrvfnM2
“Makasih.” Dimas meraih pop ice itu, lalu mengeluarkan dua lembar uang pas, dan menyodorkan kepada si penjual.3128Please respect copyright.PENANASHLnyTxXqs
3128Please respect copyright.PENANAqkcKs9jA2I
Kami kembali melangkah, berdampingan. Aku menyesap pop ice dari sedotan, perpaduan manis coklat mendinginkan tenggorokanku. Sambil melangkah, kami mengobrol sedikit perihal akan membeli apa lagi.3128Please respect copyright.PENANA1hr1T05ohX
3128Please respect copyright.PENANArBbaiqzC6b
“Mau ke tempat Fajar, mi?” Dimas melirik kiri-kanan.3128Please respect copyright.PENANASgdDcfC8L0
3128Please respect copyright.PENANAHHpFMLWn3P
Aku mendongak ke arahnya. “Fajar buka stand, bi?”3128Please respect copyright.PENANAYnyYilDkAM
3128Please respect copyright.PENANAeQ0XRdmhHg
“Dia jaga stand buku.”.3128Please respect copyright.PENANAoZV1viaUwI
3128Please respect copyright.PENANAxnOPRjMRXI
Aku mengangguk. Sudah tiga hari lamanya aku tidak bertemu sahabat anakku itu. Dimas menggenggam tanganku. Hangat. Aku tersenyum sambil membalas genggaman tangannya. lalu Kami menuju stand Fajar sambil berpegangan tangan layaknya pengantin baru.3128Please respect copyright.PENANAJx7Jrja29s
3128Please respect copyright.PENANAABetNJv8mm
Dari kejauhan, aku bisa melihat sosok remaja tinggi yang tak lain adalah Fajar. Stand bukunya lumayan ramai, ia terlihat sibuk melayani pembeli. Tak sabaran, aku mempercepat langkah. Membuat Dimas harus menyamakan langkahnya dengan langkahku.3128Please respect copyright.PENANA7SoESqfkog
3128Please respect copyright.PENANAj1ADaHwkkm
Tibanya di stand buku Fajar, aku memanggilnya dengan riang. “tante baru tahu kamu jaga stand buku, lho.” Aku melirik ke bawah, tumpukan-tumpukan buku berjejer rapi di atas meja. Kemudian aku melirik ke kanan, di rak kecil terdapat beragam buku juga. Di samping kanan pun sama.3128Please respect copyright.PENANA6OZOBKNJHc
3128Please respect copyright.PENANACEB3dcT4tr
Fajar berdiri menyambut kehadiran kami. Ia melirikku dan Dimas bergantian. “Om-tante. Mau beli buku?”3128Please respect copyright.PENANASiSm4kYDsQ
3128Please respect copyright.PENANAxH3JENwAsI
Dimas memperhatikan tumpukan buku di meja. ia mengangguk-angguk. Lalu menunjuk salah satu buku. “Jar, om beli yang ini.”3128Please respect copyright.PENANA8XgEe5ysZz
3128Please respect copyright.PENANAfyAxhJFcqV
Sigap Fajar meraih buku itu, dan mengemasnya ke dalam plastik merah. Dimas merogoh dompet dan menyodorkan satu lembar uang.3128Please respect copyright.PENANAewKjPE0bXJ
3128Please respect copyright.PENANAk2gLN8Vfwo
“Gratis, om.” Tolak Fajar.3128Please respect copyright.PENANAly3EYCeuTj
3128Please respect copyright.PENANARVMxAPMJ9h
Dimas tersenyum. “Udah, ambil aja.” Tangannya masih terangkat.3128Please respect copyright.PENANAieV32xcRQg
3128Please respect copyright.PENANAHGGMKeujUA
Fajar meletakan kantung kresek itu di atas tumpukan buku. Dimas menggeleng, menurunkan tangannya, lalu meraih kantung kresek di meja. “Makasih, ya, Jar.”3128Please respect copyright.PENANAH7IQuPLc0t
3128Please respect copyright.PENANAd0MIC3jqtd
Fajar menggangguk. Aku hanya memperhatikan mereka sedari tadi. Sesekali aku melirik Fajar, begitupun Fajar. Kami seperti saling mencuri-curi pandang.3128Please respect copyright.PENANAaqalczw61W
3128Please respect copyright.PENANAmtmbxTZJgn
“Tunggu bentar, Mi.” Aku menoleh ke arah Dimas. Ia merogoh ponselnya, kemudian beranjak menuju tempat sepi. Aku membiarkannya saja, barangkali ada telepon penting.3128Please respect copyright.PENANAWfhjvFCkXc
3128Please respect copyright.PENANAKI7lgiBCJC
Fajar memindahkan bangku di belakangnya ke samping bangkunya. Sambil tersenyum ia mempersilahkanku duduk. Aku melangkah melewati cela kecil di samping kanan, dan duduk di sebelahnya. Duduk berdua dengannya membuat degup jantungku berdetak cepat, tidak seperti biasanya.3128Please respect copyright.PENANA1lZ9hyGWAp
3128Please respect copyright.PENANAlFTF2O77YL
Jejak kaki terdengar ribut seperti angin topan yang melanda desa. Di tambah dengan lalu-lalang orang-orang di hadapanku. Tapi, yang membuatku betah adalah aroma harum kertas yang menyeruak cuping hidungku.3128Please respect copyright.PENANADOy2TygwKO
3128Please respect copyright.PENANAEVtDeoBD83
Seorang lelaki menghampiri Stand tempat aku berada. Fajar berdiri dan tersenyum kepadanya. Lelaki itu melirikku sekilas. Ia berbisik kepada Fajar. “Pacarmu, Jar?” Walaupun bisik itu kecil dan suara pengunjung lain begitu riuh, tapi aku masih bisa mendengarnya.3128Please respect copyright.PENANAPFfRP8D4PY
3128Please respect copyright.PENANArwrLjt9pWX
“Istri saya,” Fajar balas berbisik. Sekilas ia melihat ke arahku.3128Please respect copyright.PENANAX2ACuQ6fPA
3128Please respect copyright.PENANAAYSBg0u6ct
Aku menelan ludah. Anehnya aku tidak marah dan justru merasa senang. Aku tidak tahu kenapa. Lelaki itu tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.3128Please respect copyright.PENANA2PxRjNWtB6
3128Please respect copyright.PENANA1UIZKdNISb
Setelah melayaninya, Fajar lekas duduk di sampingku. Aku menatapnya dengan tajam. “Tante denger, lho.” Aku menyilangkan kedua tanganku di depan dada.3128Please respect copyright.PENANAGiTQLlsO2Z
3128Please respect copyright.PENANAVQMpEiZxYq
Fajar terlihat gelagapan. “Emang Fajar bilang apa tadi, Tan?”3128Please respect copyright.PENANAIPEpZZaDIo
3128Please respect copyright.PENANANQyLpUnW7O
“Kamu bilang Tante istri kamu.” Aku mengernyitkan wajah memasang ekspresi garang.3128Please respect copyright.PENANAsDJoBYfIn7
3128Please respect copyright.PENANA1mKmOH75Wr
“Tante salah dengar kali.” Fajar bertahan, matanya lekat memandang lalu lalang orang. Ia terlihat gugup, seperti maling yang keciduk. Belum sempat aku menginterogasinya lebih lanjut. Dimas terlebih dahulu datang.3128Please respect copyright.PENANAzCzIoTr6rT
3128Please respect copyright.PENANALSTpvdblu2
“Mi, abi ada urusan mendadak.” Dimas meringis sambil menggaruk hidungnya.3128Please respect copyright.PENANAjB50y5Fa9A
3128Please respect copyright.PENANATftlY3bOVc
Aku menghela nafas. “Jadi, mau pulang?” aku berkata dengan wajah cemberut.3128Please respect copyright.PENANAdoXO2npclJ
3128Please respect copyright.PENANAIW4WBgOS0M
Dimas berdehem sebentar. Ia melirik Fajar sekilas. “Jar, nanti kamu bisa anter tante pulang? Om ada urusan.”3128Please respect copyright.PENANAInAiBY0bC0
3128Please respect copyright.PENANAEGpfE0rHmG
Aku menoleh ke Fajar. Menunggu jawabannya.3128Please respect copyright.PENANANspITrmpq5
3128Please respect copyright.PENANAFjTgycsgAL
“Dengan senang hati, om,” Jawab fajar sambil berdiri, lalu menunduk sopan.3128Please respect copyright.PENANAhO8hJIkxB9
3128Please respect copyright.PENANAdspS8Jo9dO
Dimas melirikku. “kalau umi masih mau di sini, nanti pulangnya sama Fajar, ya? Abi gak bisa lama-lama. Maaf ya, mi.”3128Please respect copyright.PENANAZSLkb5i9jw
3128Please respect copyright.PENANArol8QWnXzO
Aku mengangguk tidak rela, tapi mau tak tamu aku harus membiarkan suamiku yang super sibuk itu kembali berkutat dengan pekerjaannya.3128Please respect copyright.PENANAHO1G02TbOO
3128Please respect copyright.PENANATaYUBZJrIR
Aku dan Fajar kembali ke dalam obrolan. Menit berlalu. Obrolan kami semakin intens. Obrolan kami kadang terhenti sejenak, Sebab Fajar haris melayani pembeli. Lalu kami jatuh dalam obrolan lagi. Menit ganjil menjelma genap. Obrolan semakin serius. Deru kaki pengunjung lain mulai mereda.3128Please respect copyright.PENANAPiATkGYHEG
3128Please respect copyright.PENANAnqWLj0Pu6N
“Kamu rencananya mau lanjut kuliah atau kerja, Jar?” tanyaku, menoleh ke arahnya.3128Please respect copyright.PENANA4GV1OWW5ho
3128Please respect copyright.PENANA5FHiOZqU5C
ia tersenyum. Sebuah senyum yang jika aku lihat dengan dalam, memancarkan sebuah kesedihan. “Fajar gak lanjut, Tan.”3128Please respect copyright.PENANAUFfwuDu8iV
3128Please respect copyright.PENANAn2YeFkTdFH
Aku menyedot pop iceku. “Sayang banget, sih, Jar. Kamu tuh anaknya rajin, lho,” kataku. Jujur saja, menurutku pribadi, Fajar sangatlah pintar. Ia bisa beradaptasi dalam kondisi apapun.3128Please respect copyright.PENANAtlH7GcvvGI
3128Please respect copyright.PENANACsQJy4j4QH
“Fajar juga maunya gitu, Tan. Pengen kaya teman-teman yang lain. Tapi, mau gimana lagi?” ia tertawa, getir. Kemudian melanjutkan, “terkadang, keadaan membuat seseorang mati langkah.” Ada racikan duka yang kurasakan di setiap kalimatnya. ia berkata lagi. “Sebagian orang terlahir beruntung. Sebagian lagi, hanya menghiasi mereka yang beruntung,” ia terkekeh, getir.3128Please respect copyright.PENANARQn6JiWD1d
3128Please respect copyright.PENANAvNHCtOwbmR
Akhirnya aku bersuara. “Menurut tante, setiap orang beruntung, kok. Ya, kalau belum beruntung berarti coba lagi.”.3128Please respect copyright.PENANAQQWowD2fbk
3128Please respect copyright.PENANATR4BW2fixQ
Hening sejenak. Derup langkah tidak terdengar lagi. Pengunjung kian menyepi. Hembusan angin menerpa wajahku, wajahnya, dan setumpuk buku. Fajar berdiri, menoleh ke arahku.3128Please respect copyright.PENANA02VtQ5qFpS
3128Please respect copyright.PENANA8NKwb3Dt8o
“Udah sepi, tan. Waktunya tutup,” katanya. “Tante gak masalah, kan, kalau bantuin Fajar berkemas?”3128Please respect copyright.PENANACpj1FnNctR
3128Please respect copyright.PENANAnFY9ZDQ9W0
Aku ikutan berdiri. tersenyum kepadanya. “Dengan senang hati,” kataku, riang.3128Please respect copyright.PENANA2aQEURVwel
3128Please respect copyright.PENANArkvyEjYNCg
***3128Please respect copyright.PENANAr6BpjiwWa4
3128Please respect copyright.PENANAaDkwrl9V4u
Kami berdua berjalan bersampingan, menuju sepeda motor Fajar yang terletak di belakang Gedung. Hening malam seperti ini teramat kusukai. Jauh dari berisik kendaraan. Angin berhembus kencang di kemalaman, Bangku-bangku di depan setiap Stand sudah sunyi tak berpenghuni.3128Please respect copyright.PENANANfyuj3D10Y
3128Please respect copyright.PENANAIrsSjE9wKq
“Pernah naik motor, Tan?” Tanya Fajar sesampainya kami di depan motornya.3128Please respect copyright.PENANAYO3HypYVsu
3128Please respect copyright.PENANAkfh2d2Xs5g
“Waktu kuliah, tante sering naik motor, kok.” Jawabku.3128Please respect copyright.PENANAaPBcBJR134
3128Please respect copyright.PENANAGfvoPuT9du
Fajar menyodorkan helmnya kepadaku. Aku menatapnya heran. “Kamu aja yang pakai. Kan kamu yang bonceng.”3128Please respect copyright.PENANA8q17yX7PqB
3128Please respect copyright.PENANAb4nB2hG1hZ
Fajar tersenyum, kemudian mendekat ke arahku. Aku tercekat. Jarak kami dekat. sangat dekat. Ia mengangkat kedua tangannya dan memasangkan helm di kepalaku. Degup jantungku seakan mau melompat keluar. Bau keringatnya menyeruak cuping hidungku. Aku menelan ludah. Sudah lama aku tidak pernah diperlakukan seromantis ini.3128Please respect copyright.PENANAIwIlY2H7mR
3128Please respect copyright.PENANAAxga5l33Qq
“Pakai, ya, tan.” Fajar membungkuk sedikit. Mensejajarkan wajahnya dengan wajahku. Wajah kami terlalu dekat. aku bisa merasakan hembusan nafasnya.3128Please respect copyright.PENANAo5XfVImuVh
3128Please respect copyright.PENANAvvs7PB5i1z
“Debaran jantung tante kedengaran, lho.” Fajar mengedipkan mata. Aku bisa merasakan pipiku memanas. Fajar berkata lagi. “Pipinya juga merah.” Ia mengulum senyum.3128Please respect copyright.PENANAWipZA3PXsU
3128Please respect copyright.PENANALS8CtkGTK2
Aku menunduk menyembunyikan semburat rona di wajahku. Tak ada satupun kata yang mampu keluar dari mulutku.3128Please respect copyright.PENANAtlxizAznnp
3128Please respect copyright.PENANAV0TSC6XzvB
“Ayo tan.” Fajar sudah siap di atas motor. “Jangan salting mulu.” Ia kembali menggodaku. Dengan pipi yang masih merona, aku menaiki motornya.3128Please respect copyright.PENANADQL3HlzYMr
3128Please respect copyright.PENANA0szNJsmDOQ
“Duduknya jangan jauhan, nanti jatuh, lho,” Fajar menoleh sekilas ke belakang.3128Please respect copyright.PENANAzApjlPJ4xh
3128Please respect copyright.PENANAEjddgSCWhj
Aku memukul pelan punggungnya. “Nyebelin!”3128Please respect copyright.PENANAaKDv742iV2
3128Please respect copyright.PENANA3dpJ23Unm5
Fajar malah terkekeh. Aku meletakan tanganku di depan dada, menjadi penyangga antara dadaku dan punggungnya. Ia memacu gas, perlahan kami menembus udara malam.3128Please respect copyright.PENANAxPzGfkz8I5
3128Please respect copyright.PENANAHh8AyQ2mBo
Di spion motor, aku bisa melihat senyumnya. Sebuah senyum yang membuatku malah ikut tersenyum. Berisik knalpot motor di depan dan belakang kami, seakan menjadi pengiring musik perjalanan.3128Please respect copyright.PENANAx0i30dsqC0
3128Please respect copyright.PENANAmrYU8cfsH2
Aku berpaling kanan-kiri, hotel-hotel menjulang tinggi. Bunyi-bunyi klakson saling bersahutan tak mau mengalah. Warung bakso, nasi padang, mie ayam, terlihat ramai. Gerombolan remaja berjalan di bahu jalan, saling tertawa.3128Please respect copyright.PENANAYs1ecmUn33
3128Please respect copyright.PENANA6FuUZetEcQ
Aku menatap wajahnya dari spion, tak di sangka, ia malah melirik ke spion dan tersenyum. Sepersekian detik, aku memalingkan wajahku, kembali menatap jalanan. Remaja itu selalu membuatku tersipu dan salah tingkah. Entah kenapa.3128Please respect copyright.PENANAWwbPWIqFop
3128Please respect copyright.PENANA0sYJ7yazEh
***3128Please respect copyright.PENANAaZ5wtx1jX0
3128Please respect copyright.PENANAvFumioOrw3
Kami tiba di rumah. Aku turun dari motor. Melepas helm dan mengembalikan kepada Fajar.3128Please respect copyright.PENANAFtdEvoEeGq
3128Please respect copyright.PENANAzQ3Rc3e0JQ
“Mau mampir dulu, Jar?” Tawarku.3128Please respect copyright.PENANAMENPKFzX4g
3128Please respect copyright.PENANALxKyqhOark
Sambil mengenakan helmnya, Fajar menyahut, “Besok aja, deh, Tan. Mau pulang dulu, capek.”3128Please respect copyright.PENANAJGwlYW6DuM
3128Please respect copyright.PENANAfedm9Ewmci
Aku membalas senyumnya. “Hati-hati, jangan ngebut.”3128Please respect copyright.PENANASIVxF2bQrD
3128Please respect copyright.PENANATTPjo6MhKv
Fajar mengangguk, melambaikan tangan. “Pulang dulu ya, tan.” Fajar meliuk-kan motornya. Sebelum ia menancap gas, ia menoleh kebelakang, lalu membuka kaca helm.3128Please respect copyright.PENANAA83RQdTcYt
3128Please respect copyright.PENANABcPD7dnaWo
“Oh, iya, tan. Perihal bisik-bisik tadi. Fajar bilang sama teman Fajar, kalau tante istri Fajar.” Fajar berkata dengan lugas. Aku tergagap. Fajar melanjutkan. “Fajar tahu, kok, tante udah tahu.” Ia mengedipkan matanya.3128Please respect copyright.PENANAiGvbCDS0LM
3128Please respect copyright.PENANAlyRU4UER2M
Untuk yang tidak tahu keberapa kalinya pipiku kembali memanas. Dan desir itu kembali datang, lagi dan lagi. Dua detik kemudian, terdengar suara knalpot motornya. Ia menancap gas, keluar dari pekarangan rumah, lalu menghilangkan dari pandanganku.3128Please respect copyright.PENANAdKEyfpnGhB
3128Please respect copyright.PENANAbq0hIloS9K
Aku berbalik dan melangkah menuju pintu dengan wajah yang kian merona. Tak bisa dipungkiri, bahwa aku sangat menikmati kebersamaan bersama Fajar. Ada sebuah gejolak dalam jiwaku yang meletup ketika Remaja itu menggodaku. Sedetik kemudian aku tersadar, lantas aku menggelengkan kepala. Engga, engga boleh.3128Please respect copyright.PENANAVux28l70wG
3128Please respect copyright.PENANA879SXU0jUy
Tiba aku di ruang tamu. Aku memperhatikan Adit, anakku, yang sedang duduk di sofa sambil bermain ponsel. Lekas aku menghampirinya, lalu duduk di sampingnya.3128Please respect copyright.PENANAMQNaTLlw8V
3128Please respect copyright.PENANAfVN0Fyf9Ux
“Abi udah pulang?” tanyaku kepadanya.3128Please respect copyright.PENANANtkZw8Nfmi
3128Please respect copyright.PENANAwGO6zCLNpW
“Belum, mi.” Adit menjawab singkat, matanya masih fokus ke layar ponsel.3128Please respect copyright.PENANA4pVWiX3d68
3128Please respect copyright.PENANAQgVjn0GVr1
Aku menghela nafas. “Adit, kalau umi ngomong, bisa gak stop main hp?”3128Please respect copyright.PENANAfbueNNJ1Pf
3128Please respect copyright.PENANAflpDVMwozT
Dengan raut wajah muram, Adit meletakan ponsel di atasnya meja. “Iya, mi, iya. Maaf, Adit salah.”3128Please respect copyright.PENANAOaR0gZlJAt
3128Please respect copyright.PENANAwYi8cjnv5B
Aku malah terkekeh. Melihatnya seperti itu membuatku tergelitik.3128Please respect copyright.PENANAe2hnS3t8RC
3128Please respect copyright.PENANAldCYzR4FvY
Adit merubah posisi duduknya menghadapku. Wajahnya terlihat antusias. “Umi mau tau gak?”3128Please respect copyright.PENANAuVBBlccKD4
3128Please respect copyright.PENANAJ8Ak8x9gN0
Aku mengernyit heran. “Gimana umi mau tahu. Kamu belum ngomong apa-apa.”3128Please respect copyright.PENANAjDELu7gES7
3128Please respect copyright.PENANAO8YxRjJtbl
Adit tertawa ringan. Matanya sedikit membesar, seakan ingin menyampaikan sebuah berita penting. “Barusan pacar Fajar, chat Adit, katanya dia lihat Fajar bonceng cewek.”3128Please respect copyright.PENANAJqI99DVCdW
3128Please respect copyright.PENANA6qICdD2oIc
Aku membenarkan posisiku. Entah kenapa aku malah tertarik. “Terus?”3128Please respect copyright.PENANAfBLoPRsKaG
3128Please respect copyright.PENANATd7rKAAv76
Adit melanjutkan. “Fajar selingkuh Umi. Adit gak habis fikir sama Fajar.” Adit menepuk jidatnya.3128Please respect copyright.PENANAVd8pkuBetS
3128Please respect copyright.PENANA11EIgybxI6
Aku tertawa sambil memegang perutku. Anakku malah bingung. Aku mengambil nafas sejenak. “Bilang sama pacarnya Si Fajar, yang dibonceng Fajar, itu Umi.”3128Please respect copyright.PENANABaFhv1bMQA
3128Please respect copyright.PENANAcgNX8D4HoL
Giliran Adit yang tertawa. “Udah Adit duga.” Adit menggelengkan kepala, Kemudian ia meraih ponselnya. Aku menggeser tubuhku bersentuhan dengan bahu anakku.3128Please respect copyright.PENANAdlD0OpWGFb
3128Please respect copyright.PENANAKOQ9y3Rf0x
“Kamu chatingan sama pacarnya Fajar?” tanyaku fokus menatap layar ponsel Adit.3128Please respect copyright.PENANAKFXCUfNlZG
3128Please respect copyright.PENANAMtaIVueRy3
Adit menarik ponselnya menjauh dariku. “Ih, umi, kepo banget urusan anak muda.”3128Please respect copyright.PENANADCvxiBvUzL
3128Please respect copyright.PENANAvIo7uHy1NN
“Umi penasaran doang,” kataku.3128Please respect copyright.PENANAcEYU1l5AFo
3128Please respect copyright.PENANATwzCNqCcxL
“Kan umi yang nyuruh Adit buat bilang sama pacarnya Fajar.”3128Please respect copyright.PENANAvcFqriWcdT
3128Please respect copyright.PENANAA5LSAhF305
Entah kenapa, ada sebuah tusukan kecil dalam hatiku. yang membuatku merasa gundah. Apakah itu cemburu? Aku tidak tahu.3128Please respect copyright.PENANA4rpWFuX1r3
3128Please respect copyright.PENANAIg7j4MSEqC
Kemudian, Aku bergeser empat jengkal menjauh dari anakku. Memberi ruang privasi kepadanya. Fajar sudah punya pacar, ternyata. Mengetahui kenyataan itu membuatku sedikit merana. Terus kenapa dia memperlakukanku dengan romantis begitu? tapi, yang lebih anehnya, kenapa aku harus marah? Aku bersikap seolah-seolah sedang jatuh cinta kepadanya. Lantas aku menggeleng-geleng. Engga, Engga boleh. Aku udah punya suami.3128Please respect copyright.PENANAYumWEgGYzw
3128Please respect copyright.PENANAHCAERG4xbw
“Umi kenapa?” Adit menatapku heran.3128Please respect copyright.PENANANCGT2ul1o2
3128Please respect copyright.PENANAfvNFAzPlvJ
Aku memasang wajah galak, berpura-pura. “Umi lagi kesal sama abi!” aku malah menyalahkan suamiku, padahal yang membuatku kesal adalah sahabat dari anakku sendiri.3128Please respect copyright.PENANAlydqhYdgo9
3128Please respect copyright.PENANA8A09ZFb2DX
Adit hanya terkekeh, kembali menatap layar ponsel. Aku berkata lagi, sedikit galak, “Awas aja kalau kamu ketahuan sama umi kalau pacaran.”3128Please respect copyright.PENANAGuH6jgcI8t
3128Please respect copyright.PENANA1lXfhf6YBn
Adit menoleh. “Iya umiku yang paling cantik.”3128Please respect copyright.PENANAf3Wpf1UEa0
3128Please respect copyright.PENANA5tBtnzOrZ2
Aku tersenyum lebar, lalu mengusap kepalanya lembut. “Itu baru anak umi.”3128Please respect copyright.PENANAurZEhuD0Ly
3128Please respect copyright.PENANA0cLIE2nWqe
Sebenarnya, aku bukan tidak menyuruh Adit berpacaran, atau dekat dengan perempuan. Aku sendiri akan mengiyakan jika dia sudah bisa memilih keputusan dengan baik. Bukan juga aku menormalisasikan perzinahan. Aku tidak ingin mengekang kebebasannya. Yang aku bisa, hanya menasehatinya, dan menjauhkannya dari larangan-Nya.3128Please respect copyright.PENANAzkBxamcQLF
3128Please respect copyright.PENANA35Qs0zVw1b
***3128Please respect copyright.PENANAfh5WGr3jAn
3128Please respect copyright.PENANA9sf7PqZSs4
Aku berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit kamar. Entah kenapa pikiranku masih berkecamuk perihal Fajar. Ada yang menjanggal di benakku.3128Please respect copyright.PENANA0nKslK1iYt
3128Please respect copyright.PENANAlQGnWw5tUv
Aku menoleh ke samping, wajah Dimas terlihat terlelap. Entah kenapa ada racikan bersalah ketika aku melihat wajahnya. Bisa-bisanya aku memikirkan pria lain sementara dia berada di sampingku. Bukankah itu adalah perbuatan dosa? entahlah, hanya tuhan yang tahu.3128Please respect copyright.PENANAAc35kASGMx
3128Please respect copyright.PENANAnTcnw91zI1
Sayup-sayup suara terdengar berisik. itu pastilah anakku yang sedang bermain console game tengah malam begini. Jika sudah begini, aku harus turun tangan. Mana pula besok ia harus sekolah. Aku beranjak berdiri, melangkah menuju pintu kamar.3128Please respect copyright.PENANAHUqXTAv6IV
3128Please respect copyright.PENANAdm0mogROWV
Sayu suara itu saling bersahutan. Selintas aku berfikit, jangan-jangan itu Fajar? Tapi, bukankah ia berkata ingin pulang? Untuk memastikan, aku melangkah cepat menuju kamar anakku.3128Please respect copyright.PENANAN8gH0nnKSc
3128Please respect copyright.PENANAifmxAbVNsG
Tebakanku benar, Adit dan Fajar sedang asik bermain console game.3128Please respect copyright.PENANAtwMiUHWaOV
3128Please respect copyright.PENANAFJrkKz9Aji
“Udah malem, gak ada puas-puas-nya main game.” Aku berdiri di tengah pintu, menatap tajam mereka bergantian.3128Please respect copyright.PENANAdlNzXVKB5o
3128Please respect copyright.PENANAZTP3RyWamD
“Lo sih Jar berisik.” Adit menoyor pelan baju fajar.3128Please respect copyright.PENANAeZUvd641jx
3128Please respect copyright.PENANAzF4SuLPQsW
Fajar menatapku lekat. Aku memalingkan wajah, tak kuat akan tatapannya. “Kalian lekas tidur, besok sekolah.” Aku berkata sambil memalingkan wajah.3128Please respect copyright.PENANAyccwJQka4L
3128Please respect copyright.PENANARUU8uOCGg5
Adit mendengus, beranjak bangkit dan berbaring di ranjang. Sementara fajar mendekat ke arahku. Otomatis aku mundur satu langkah, mempersilahkannya. Sekilas, ketika ia melewatiku, ia melirikku dengan senyum simpul. Yang aku tak paham maksudnya. Bagai tersihir aku mengekor di belakangnya, sementara pintur kamar anakku, kubiarkan terbuka.3128Please respect copyright.PENANAPIZ7fUWJZK
3128Please respect copyright.PENANA4sp6NGfsY5
Fajar berhenti di ruang tamu dan duduk di sofa. Ia mendongak menatapku. “Kenapa tan?”3128Please respect copyright.PENANAI4dVgBS7Gb
3128Please respect copyright.PENANA3V9VpFXTMp
Aku tergagap. “Susah tidur,” jawabku sedikit kikuk.3128Please respect copyright.PENANANGcfcDDH1g
3128Please respect copyright.PENANAAjzhTcPaRd
Fajar hanya ber-oh saja. Aku duduk di sofa, berhadapannya dengannya. Hening menyapa. Fajar merogoh kantung celananya, mengeluarkan sebatang rokok lalu membakarnya.3128Please respect copyright.PENANAu16Ut1F4ei
3128Please respect copyright.PENANAZobLXSuEAl
“Tante baru tahu kalau kamu merokok,” kataku memecah hening di antara kami.3128Please respect copyright.PENANAExzFFFdCGF
3128Please respect copyright.PENANAJVZRrl4lfU
Fajar mengepulkan asap. “Jarang, kok, tan. Palingan kalau pengen aja.”3128Please respect copyright.PENANAIJWNzt7xyO
3128Please respect copyright.PENANA5LzxA9tuVa
Aku mengangguk. “Oh, iya. Tadi ada kejadian lucu tauk.” Aku terkekeh. “Waktu kamu bonceng tante, pacar kamu ngira, kalau tante selingkuhanmu.”3128Please respect copyright.PENANACjXMfSbMs4
3128Please respect copyright.PENANAsqgGUpm9Ua
“Adit udah cerita, tan,” Fajar berkata singkat. Kemudian ia berdiri, beranjak duduk di sampingku.3128Please respect copyright.PENANAiv4v7BgEDC
3128Please respect copyright.PENANAhQNmREd7dp
Aku menelan ludah dan bergeser sedikit.3128Please respect copyright.PENANA1Ybf8fep7H
3128Please respect copyright.PENANAMgQLPaJVZt
“Tante cemburu?” dia menoleh.3128Please respect copyright.PENANAqC9Y8EdCnW
3128Please respect copyright.PENANABEgnuHaKa1
Aku menggelengkan wajah, tak berani aku menoleh dan menatapnya.3128Please respect copyright.PENANAZIbJaPwcNr
3128Please respect copyright.PENANANCZ9Y7on1t
Fajar bergeser semakin dekat. Aku kembali menelan ludah. Semuanya terasa hening, suara detik jam terasa melengking. Ia kemudian mengendus area ketiakku. Entah kenapa aku membiarkannya, padahal perbuatan itu tidak pantas.3128Please respect copyright.PENANA3sEX1ieCh0
3128Please respect copyright.PENANAujJYKZSw1n
“Tante bau ketek.” Ia bergeser agak menjauh.3128Please respect copyright.PENANAzaimRI97bc
3128Please respect copyright.PENANAxi7g8D6iu6
Sontak aku menatapnya tajam. “Tante udah mandi!” Aku berkata ketus.3128Please respect copyright.PENANAyLV8u39HTJ
3128Please respect copyright.PENANA1U8kweMQt6
Fajar malah terkekeh. Ia kembali mendekat ke arahku. “Lagian tante di tanya diem doang. Kaya ngomong sama tembok.”3128Please respect copyright.PENANA3gFAxwSFgw
3128Please respect copyright.PENANAnAF01Yixiq
Aku menyahut. “Lagian pertanyanmu aneh!” Aku memalingkan wajah, sebal.3128Please respect copyright.PENANAhP7owjO9s3
3128Please respect copyright.PENANARpB070W551
“Aneh atau memang iya?” Fajar terus mencecer. “Tante juga gak nolak waktu aku endus ketiaknya.”3128Please respect copyright.PENANARceDPy5YwP
3128Please respect copyright.PENANAf12DozNX7B
“Jangan aneh-aneh, deh, Jar.” Aku berkata dengan nada sedikit tinggi. Bagaimanapun juga, ia sudah melampaui batas. Dan Jujur saja, aku tidak ingin terlampau jauh.3128Please respect copyright.PENANAP9WSgfdeKj
3128Please respect copyright.PENANAaQf0F7j6Zt
Fajar tak menghiraukan. Dia malah menggodaku lagi. “Bau ketiak tante enak lho. Fajar suka. Harum.”3128Please respect copyright.PENANAHCwUcfYyrQ
3128Please respect copyright.PENANAWZrl2WsDZi
Aku merasa terhina atas perkataanya barusan, tapi entah kenapa aku masih ingin terus berbincang dengannya. Tapi, aku tidak mau obrolan kami mengarah ke hal tabu.3128Please respect copyright.PENANAFFxK7cLwvA
3128Please respect copyright.PENANABjBabnT8QT
“Bahas yang lain, Jar. Tante gak suka bahas hal kaya gitu.” Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.3128Please respect copyright.PENANAhskAwJW14n
3128Please respect copyright.PENANAr2RTJNUY6B
Fajar masih kekeuh. Kali ini ia semakin berani. Dengan lembut ia mengusap kepalaku bagai seorang ibu mengusap kepala anaknya. Lagi-lagi aku tak menolak, pun marah. Desir hangat itu kembali lagi, membelengguku dalam dosa yang aku sadari.3128Please respect copyright.PENANAiwn9Lhzvnl
3128Please respect copyright.PENANAUuC7icqNw1
Fajar menarik daguku menghadapnya. Mata kami bertemu. Bagai berada di kutub utara, aku seketika membeku. Perlahan ku rasakan jemarinya berjalan lembut di pipiku, lalu menuju keningku. Aku hanya diam, membiarkan jemarinya menyelusuri seluk-beluk wajahku. Desir darahku bergejolak ketika jemarinya menapak jejak di bibirku. perlahan ia usap halus bibirku dengan jemarinya.3128Please respect copyright.PENANA3yZnog9NUe
3128Please respect copyright.PENANAauXtg1DACD
Entah kenapa, sentuhan lembut jemarinya di bibirku membuatku memejamkan mata. Tiba-tiba terdengar suara tertawa. Aku membuka mata, menatap bingung Fajar yang terkekeh.3128Please respect copyright.PENANAO110yB6XCd
3128Please respect copyright.PENANAogF1mrPzDI
“Tante minta di cium?” Fajar bertanya dengan wajah gembira.3128Please respect copyright.PENANAr19kEE1voO
3128Please respect copyright.PENANAh4O1WU0aXQ
Aku menatapnya kesal. Ia seolah-olah mempermainkan perasaanku, dan itu sangat mejengkelkan sekali. Lekas aku berdiri. Fajar menarik tanganku, membuatku kembali duduk.3128Please respect copyright.PENANA2W4VP0TSPv
3128Please respect copyright.PENANAQjKQxbhJ79
Ia mendekat. Jantungku berdegup kencang. Lagi-lagi aku memejamkan mata, seakan rela jika ia mencumbu bibirku. Fajar malah berbisik, deruh nafasnya bisa kurasakan saking bibirnya dengan dengan telingaku.3128Please respect copyright.PENANAOxtylPGN3S
3128Please respect copyright.PENANA8v5AfPL2sI
“Besok pagi kerumahku, Tan.” Seketika aku merinding mendengarnya. Kerumahnya? Kenapa? Untuk apa?3128Please respect copyright.PENANAjwHenjCeIK
3128Please respect copyright.PENANA28ISp1Ohqv
Belum sempat aku bertanya, ia lekas beranjak berdiri sambil tersenyum kepadaku. Aku menatapnya penuh tanda tanya. Fajar malah berbalik, melangkah menujur kamar anakku.3128Please respect copyright.PENANALQMr2an94d
3128Please respect copyright.PENANACPJMyYWfxR
Pada sebuah cela kesadaraan, aku menyadari sesuatu. Bahwa aku jatuh cinta kepadanya, kepada sahabat anakku sendiri. Aku menghela nafas, dalam. Kamu gak boleh melanjutkan ini lagi. Laras, kamu harus sadar, kamu udah bersuami sekaligus ibu rumah tangga. Laras, kamu bisa. Ini semua dosa.3128Please respect copyright.PENANARHLATy83KQ
3128Please respect copyright.PENANAE24cdqHCBz
***3128Please respect copyright.PENANARfxAkNYwHj
3128Please respect copyright.PENANA5TjYxFcb2G
“Mati kau mati, kau akan terlahir berkali-kali”.3128Please respect copyright.PENANAZz81WLAqgs
3128Please respect copyright.PENANA93fsYXEcIH
Sebuah kutipan yang aku ambil dari sebuah novel yang barusan aku baca. Aku memang kerap mengisi waktu soreku dengan membaca. Sejak dahulu, Ralat, lebih tepatnya sejak kecil, aku memang hobi membaca. Kebiasaan tersebut terbawa sampai sekarang.3128Please respect copyright.PENANA3bYay8Fngf
3128Please respect copyright.PENANAc8zOPsaqVm
Aku mendongak ke atas, melirik jam dinding. Sudah pukul tiga sore. Sekiranya, aku menghabiskan waktu satu jam untuk membaca buku. Rumah sepi, Adit belum pulang. Di hari tertentu, seperti hari ini, selasa, Adit biasanya pulang pukul empat, sebab ia mengikuti sebuah eskul di sekolahnya.3128Please respect copyright.PENANAcVrjTvCiUT
3128Please respect copyright.PENANAJVv0dfXrDk
Semalam, Aku dan Dimas membahas perihal Pendidikan Adit. Bulan depan, ia sudah lulus. Adit sendiri memilih untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Tentu saja aku dan Dimas mensupport hal tersebut. Pendidikan anak tetap nomer satu.3128Please respect copyright.PENANAb42bMxmI7a
3128Please respect copyright.PENANAvSbUeRnAsf
Dimas sedikit berbeda pendapat denganku. Aku sendiri ingin Adit masuk kuliah di kota ini. Sementara Dimas, menyuruhnya kuliah di Ibu Kota. Ya, apapun hasilnya yang penting dia kuliah.3128Please respect copyright.PENANAx4T9qEVZ5C
3128Please respect copyright.PENANAVEWJtNxAfQ
Aku kembali melihat jam dinding. Kemudian aku bangkit sambil meregangkan tangan, lalu menghela nafas secukupnya. Aku memutuskan untuk membuat kopi, caffein sangat ampuh untuk mencegah kantuk.3128Please respect copyright.PENANAFG2Swred7h
3128Please respect copyright.PENANA4f2qcxoX18
Aku berjalan menuju dapur. Mengambil kopi hitam di selorakan meja dan juga gelas kaca. Sambil memanaskan air, aku kembali teringat soal pernyataan Fajar malam itu. Emangnya siapa dia? bisa memerintahku seenaknya begitu? Aku cukup merasa jengkel terhadap sikapnya yang seperti itu. bisa-bisa-nya dia menyuruhku untuk datang kerumahnya.3128Please respect copyright.PENANAdjLmrjFObb
3128Please respect copyright.PENANAgwzDMHF9KQ
Gemercik air bergemuruh kecil, sigap aku mematikan kompor gas. Lalu menuangkan air panas ke gelas, tak lupa sendok ku taruh terlebih dahulu. Fisika dasar, sendok bisa menjadi penghantar panas. Jika langsung kutuangkan tanpa sendok, kemungkinan gelas akan retak.3128Please respect copyright.PENANAQKYMIqsHCJ
3128Please respect copyright.PENANAeLV63u5ypT
Aku kembali ke sofa ruang tamu dengan kopi hitam di atas meja. Duduk takzim sambil sesekali menyesap kopi. Aku menyukai kopi sudah lama. aku hanya sekedar penikmat saja, untuk jenis-jenis kopi, aku tidak terlalu tahu.3128Please respect copyright.PENANAlro063Ss0s
3128Please respect copyright.PENANAE0bWSKTQen
Terdengar suara pintu terbuka. Adit tersenyum kepadaku dan beranjak mendekat.3128Please respect copyright.PENANAd1QuNl8ePs
3128Please respect copyright.PENANA4h8XWlYPw3
“Umi, laper,” kata Adit sambil duduk di sofa, berhadapan denganku.3128Please respect copyright.PENANAmqSXiUa3G8
3128Please respect copyright.PENANACrZlxDxQgw
“Umi udah masak ayam goreng, makan gih,” kataku.3128Please respect copyright.PENANA5LIC33r0rf
3128Please respect copyright.PENANArrnDpArQGD
Adit meletekan tasnya disampingnya. Wajahnya tampak kusam dan berminyak. “Fajar tadi ke sini, mi?” Tanya Adit.3128Please respect copyright.PENANAS9VYTP98wb
3128Please respect copyright.PENANAlkXzUH1nKz
Aku menggelang.3128Please respect copyright.PENANA85TAMx8tIi
3128Please respect copyright.PENANAbpCKHBXzVX
“Dia gak sekolah tadi, tumben banget.”3128Please respect copyright.PENANA5BGi09WUIz
3128Please respect copyright.PENANA7MtzaGZwbR
Aku ber-oh saja. “Mungkin lagi demam.”3128Please respect copyright.PENANAGdx8ehRriX
3128Please respect copyright.PENANAdzYAe8tJIv
“Yaudah, mi. Adit mau makan dulu, laper.” Adit meraih tasnya kemudian berdiri.3128Please respect copyright.PENANARUqli7Nojz
3128Please respect copyright.PENANAMHzMzYCBzZ
“Ganti baju dulu, sayang,” kataku.3128Please respect copyright.PENANAukJbcHlm0w
3128Please respect copyright.PENANADJCygdX4wz
“Iya umiiii.” Adit melangkah menuju kamarnya,3128Please respect copyright.PENANAXKLc2n6ha1
3128Please respect copyright.PENANAGGUtDEfjU9
Aku kembali menyesap kopi. Aku sebenarnya tahu alasan Fajar tidak sekolah, ia pasti menunggu kehadiranku di rumahnya. Ia menyangka bahwa aku akan datang, mengenaskan sekali jika ia berfikir seperti itu. Aku bukanlah perempuan murahan yang akan tunduk kepadanya. Lagian, aku sudah mempunyai keluarga. Jadi, apapun yang dia lakukan, pasti akan sia-sia. Pasti.
Bersambung
3128Please respect copyright.PENANAWFqtjHhmgi