
# 4 Sentuhan demi sentuhan
1974Please respect copyright.PENANA7e3fopN5ew
Pukul 18.28, setelah melaksanakan ibadah solat magrib, aku lekas kembali menuju ruang tamu, tapi tidak terlihat Fajar di sana. Aku membentangkan pandanganku ke seluruh penjuru ruang, mencari keberadaan remaja itu. Mungkin dia lagi keluar, pikirku. Kemudian aku beranjak menuju dapur dan memasak untuk makan malam.1974Please respect copyright.PENANAr4yuobk7nQ
1974Please respect copyright.PENANAqF0opsYtuw
Aku mengambil dua potong ayam dan meletakkannya di satu piring. minyak sudah terlebih dahulu ku panaskan. Tak lama kemudian, gemercik minyak terdengar Meletus-melutus. Kumasukkan satu persatu sepotong ayam, lalu membolak-balik-nya dengan hati-hati.1974Please respect copyright.PENANAqBQFOClXOz
1974Please respect copyright.PENANALMpuOW51ya
Tiba-tiba aku merasakan tangan yang melingkar di pinggangku. Lalu terdengar bisik yang membuat bulu kuduk ku merinding, “Cie masak buat Fajar.” Aku menoleh ke belakang sekilas, lalu kembali fokus memasak dan membiarkan Fajar memelukku.1974Please respect copyright.PENANAiEjRtr8Ojt
1974Please respect copyright.PENANALiHq6MZaXn
Aku terus membolak-balik-kan ayam, sementara Fajar terus memelukku dan sesekali mencium pipiku. Tapi, lama-kelamaan aku bisa merasakan kemaluan Fajar yang bergesekan dengan pantatku.1974Please respect copyright.PENANAFuuAisqCcx
1974Please respect copyright.PENANAWKgRnR6H2T
“Jar, Ih, tante lagi masak,” kataku.1974Please respect copyright.PENANAT06ywhFgxI
1974Please respect copyright.PENANARPu4AdsPbw
Fajar malah terkekeh, “Badan tante semok banget,” bisiknya di telingaku.1974Please respect copyright.PENANAkocPGMBEBq
1974Please respect copyright.PENANA5aHlDlAcTM
Jujur saja aku merasa bangga apabila di puji seperti itu. Harus ku akui bahwa tubuhku lumayan berisi, hanya saja cara berpakaian ku yang agamis yang membuat lekuk tubuhku tertutupi.1974Please respect copyright.PENANADSOeNXwMl3
1974Please respect copyright.PENANAWYiJQ8mYTm
Aku menggeser tubuhku dan meraih dua piring di selorok atas. “Jar, udahan,” kataku lagi.1974Please respect copyright.PENANAYeffarC3vs
1974Please respect copyright.PENANAYR4kCDyiSY
Fajar beranjak menjauh lalu duduk di meja makan. Kemudian aku meletakan satu persatu ayam di kedua piring, dan mengambil nasi di kosmos samping. Aku melangkah ke meja makan dengan dua piring di kedua tanganku.1974Please respect copyright.PENANAvIKJzOh7X3
1974Please respect copyright.PENANAHtlMlg1FlH
“Ayo, makan,” kataku sambil meletakan satu piring di hadapannya.1974Please respect copyright.PENANA5Qjf6Z8vuG
1974Please respect copyright.PENANAgdwfKLaCs2
Fajar malah tersenyum menatapku. Aku memicingkan mata dan menatapnya kembali. “Kenapa?” kataku agak garang.1974Please respect copyright.PENANABuOPB0NMyU
1974Please respect copyright.PENANAlYURrWDBFq
Fajar terkekeh. “Tante imut banget.”1974Please respect copyright.PENANAUDLQqSIT7G
1974Please respect copyright.PENANACUtsmTiia8
Sontak kedua pipiku merona. Remaja itu selalu saja menggombal. “Udah-udah, makan, nanti ngomongnya.”1974Please respect copyright.PENANAyCK0YvNNRz
1974Please respect copyright.PENANAYIoDKttbbO
“iya, sayang,” kata Fajar.1974Please respect copyright.PENANAAZWMyFHb9Z
1974Please respect copyright.PENANA2nj7EpCr4M
Aku semakin merona. Panggilan sayang yang diucapaknnya mampu membuat degup jantungku tak karuan. Kemudian, kami menyantap makanan masing-masing. Suara sendok dan piring menjamu keheningan.1974Please respect copyright.PENANANqtINm0zN2
1974Please respect copyright.PENANA6o8EsWe8m9
Tidak lama kemudian lauk habis tak tersisa. Aku menuangkan air di gelasku dan Fajar dan meminumnya.1974Please respect copyright.PENANADp39WxEssh
1974Please respect copyright.PENANAhaYGlkMl7c
Fajar beranjak berdiri. “Main ps yuk tan di kamar Adit,” ajaknya.1974Please respect copyright.PENANA5YLDr9WQ6N
1974Please respect copyright.PENANAjUvA8xKxak
Aku menggeleng. “Bosan, ih.”1974Please respect copyright.PENANASkech4wybq
1974Please respect copyright.PENANAvgWKv1qQJb
“Ngobrol aja di ruang tamu.”1974Please respect copyright.PENANAUsCIuazyHD
1974Please respect copyright.PENANAWAVU0XWje0
Aku mengganguk lalu melangkah di belakangnya. Kami duduk bersampingan di sofa. Seperti biasa Fajar melingkarkan tangannya di bahuku. Aku merasa sudah biasa atas perlakuannya yang manja seperti ini.1974Please respect copyright.PENANAuOtDXVPkR2
1974Please respect copyright.PENANAA0HzNMmaXF
“Mau ngopi lagi, Jar?” tanyaku.1974Please respect copyright.PENANAfY0UBcwVkI
1974Please respect copyright.PENANAMgIVJPA9lT
Fajar menggangguk. Aku hendak bangkit, tapi kemudian ia menahan lenganku. “Fajar aja yang bikin, tan.” Katanya.1974Please respect copyright.PENANAD6mkSmbnL1
1974Please respect copyright.PENANAOstcErFNdr
Aku tersenyum dan mengganguk. Lantas Fajar berdiri dan berjalan menuju dapur. Ada perasaan hangat ketika aku melihat punggungnya, sebuah perasaan yang sedikit bisa ku jelaskan, bahwa itu adalah percikan cinta yang timbul di hatiku.1974Please respect copyright.PENANATUKgdT4nRZ
1974Please respect copyright.PENANA62K9QHeS3l
Ya, aku mecintainya, tapi aku juga mencintai semuaku. Memang kontradiktif, tapi itu apaadanya. Mungkin jika orangtuaku mengetahui yang kuperbuat sekarang pastilah mereka akan memukulku sebab yang kulakukan adalah dosa yang besar, berselingkuh sekligus berzina.1974Please respect copyright.PENANAmPH9LGBFBO
1974Please respect copyright.PENANAJ3WD4B2yPH
Selain itu, aku juga merasa teramat bersalah kepada suamiku. Tapi, entah kenapa, hasrat untuk bersama Fajar lebih kuat daripada dosa. Aku sedikit bingung, tak pernah sebelumnya aku melakukan hal seperti ini. Pun, aku terdidik dari kalangan yang agamis yang selalu mengajarkan moral dan etika sesuai agama.1974Please respect copyright.PENANAl3KGNdzueN
1974Please respect copyright.PENANA3ObJL3xuX7
Semoga tuhan bisa memaafkan apa yang kuperbuat, mau bagaimanapun juga, aku masih percaya kepada-Nya, meskipun aku melakukan tindakan yang dilarangnya.1974Please respect copyright.PENANA76csmXdwBz
1974Please respect copyright.PENANA3KpeVMiHT7
Fajar datang dengan dua cangkir gelas yang ia pegang dengan kedua jari jempol dan telunjuknya. Ia duduk di sampingku sambil meletekan kopi. Aku memandanginya, alisnya tebal bagai bulu buruang, hidungnya mancung, tubuhnya tegap, yang membuatku kagum adalah rahangnya yang tampak mengeras. Kupikir pastilah ia sering berolahraga.1974Please respect copyright.PENANAIdvs69lZQf
1974Please respect copyright.PENANAH7oT1N0x3f
Kalau aku sendiri memiliki tubuh yang bagiku lumayan ideal. Tidak gemuk dan juga tidak kurus. Mata bidadari, begitulah Abiku sering berkata, sebab bola mataku besar. Hidungku sedikit mancung walaupun tak semancung Fajar. Aku sedikit bermasalah di tinggi badan, bukan berarti aku pendek. Untuk ukuran perempuan bisa dibilang tinggi rata-rata perempuan Indonesia.1974Please respect copyright.PENANARVPVpW3YnX
1974Please respect copyright.PENANA90rAzbbPpD
Kulitku putih, sejak SMA aku memang sering merawat wajahku, tak heran jika dahulu banyak lelaki yang mendekatiku dengan berbagai cara, ada yang dengan cara memamerkan hartanya, ada juga yang hanya bermodal tampang, tapi tak satupun kupilih, lagian masa-masa SMA aku tidak tertarik untuk pacaran. Dosa.1974Please respect copyright.PENANADCb6Vu6ff8
1974Please respect copyright.PENANAnerhlPxiBK
Aku menyesap kopiku sambil memejamkan mata. Kopi memang sahabat terbaik di segala keadaan. Ketika bahagia, sedih, gunda, kadang semua itu bisa diatasi dengan secangkir kopi, atau saat sedang berselingkuh seperti yang kulakukan sekarang ini.1974Please respect copyright.PENANAct885jNezf
1974Please respect copyright.PENANAuB9dWXuOVK
“Tan, besok jalan-jalan, yuk.” Fajar membuka obrolan.1974Please respect copyright.PENANAEhwwu2GQU9
1974Please respect copyright.PENANAr33vT7FqK0
“Ke mana?”1974Please respect copyright.PENANAnGEaSa4Why
1974Please respect copyright.PENANA3hNRvav0m2
Fajar terlihat berpikir. “Tante mau ke mana?”1974Please respect copyright.PENANAMFTbnOtFut
1974Please respect copyright.PENANAYUdCjikf5K
“Tante ikut aja, sih.”1974Please respect copyright.PENANAku16x43ADV
1974Please respect copyright.PENANAb4CG8Bk5P3
“Tapi temenin Fajar ke gereja bentar, ya?”1974Please respect copyright.PENANAREEPyE8BX7
1974Please respect copyright.PENANAvDXVyWGId6
Ludah berhenti di teggoralkan. Aku melupakan sesuatu, kalau Fajar tidak beragama islam. Selintas aku merasakan ketidaknyaman.1974Please respect copyright.PENANAcGKUulH0TP
1974Please respect copyright.PENANAdk5jvDzlHz
“Tan?” tanyanya lagi.1974Please respect copyright.PENANA9RZHM9GfGj
1974Please respect copyright.PENANAgtXI6TwyuF
Aku ragu untuk menjawab iya.1974Please respect copyright.PENANAsDnQfU8iJA
1974Please respect copyright.PENANADnOc4fY6bS
“Gimana, Tan?” ia terus bertanya.1974Please respect copyright.PENANAUxzxmjZLM1
1974Please respect copyright.PENANAKZtBMUHjcc
Aku menghela nafas sebelum memutuskan. “Tapi tante di mobil aja, ya. Engga sampe masuk,” kataku. Mau bagaimanapun aku tetap memiliki keyakinan tersendiri. Begitupun Fajar, perbedaan agama di antara kami tidak membuatku harus memaksakan kehendakku dan sebaliknya.1974Please respect copyright.PENANARCA43OWIHi
1974Please respect copyright.PENANA5j9QNnkJpx
Fajar tersenyum. “Iya tante sayang.”1974Please respect copyright.PENANAK606MPyNKB
1974Please respect copyright.PENANAiezcYe55wn
Lalu kami jatuh dalam sebuah obrolan yang panjang, selama mengobrol aku bisa merasakan kehangatan pada suaranya. suara yang sedikit berat. Terlebih ekspresinya ketika berbicara, seperti aku berada di pandang rumput yang luas dengan sepoi-sepoi angin. Di tambah dengan tuturnya yang begitu lembut.1974Please respect copyright.PENANAnZQgGFW6TE
1974Please respect copyright.PENANADsj8C1G3DP
Selama mengobrol aku senyam-senyum sendiri, antara kagum dan juga heran. Heran mengapa remaja setampan Fajar bisa-bisa-nya jatuh cinta kepadaku. Padahal perbedaan usia kami terpaut jauh.1974Please respect copyright.PENANAFWSpJXxnjr
1974Please respect copyright.PENANA7LYV4FfH7k
Lambat laun semakin malam. Aku sempat terlena untuk melaksanakan Solat Isya. Ketika aku hendak bangkit, Fajar menahan lenganku dan bilang, Nanti aja, Tan, ngobrol dulu, lagian tenggat waktu solat isya panjang.1974Please respect copyright.PENANAfe1yzkmEN9
1974Please respect copyright.PENANACHhdHr6RR0
Entah kenapa aku mengiyakan dan duduk kembali. Tak seperti biasanya, biasanya saat adzan berkumandang, aku segera menunaikan ibadah.1974Please respect copyright.PENANAAXjsdBrqsh
1974Please respect copyright.PENANAe61lSCxgFu
Lalu, kami kembali jatuh dalam obrolan. Fajar bercerita bahwa dia butuh waktu tiga bulan untuk menabung dan membelikan cicin yang terlingkar di jari manisku. Aku sempat untuk mengembalikannya, merasa tidak enak. Tapi Fajar mencegahku dan bilang, pemberian gak bisa ambil kembali. Fajar juga menambahkan bahwa aku harus terus memakai cincin pemberiannya. Lalu aku bilang, kalau suamiku tau gimana? Fajar menjelaskan, bilang aja kalau aku beli sendiri. Aku mengiyakan saja.1974Please respect copyright.PENANAfeO1rfMppX
1974Please respect copyright.PENANAHhGyW9jOfp
Malam semakin menyalak. Kami terus bersatu dalam obrolan. Sesekali Fajar mencium pipiku, sesekali juga ia mengendus area ketiakku. Perlahan aku mulai terbiasa. Kami tampak seperti pasangan suami-istri, di tambah dengan keadaan rumahku yang menyisakan kami berdua. Saksi daripada perselingkuhanku.1974Please respect copyright.PENANAGsvJC20uVX
1974Please respect copyright.PENANAXuUjDvmkpw
Aku melirik jam dinding, pukul 22.01, biasanya jam segini aku sudah berada dalam mimpi. Tapi, mengobrol dengan Fajar terasa begitu mengasikan, maka kuputuskan untuk tidur agak lama dari biasanya.1974Please respect copyright.PENANA9R1sv7VLXk
1974Please respect copyright.PENANAxELUEMsJIa
Kami membahas banyak hal, mulai dari masa kecil Fajar yang ada kaitan denganku. Yang tentu saja langsung kucerca dengan beragam pertanyaan. Aku mengetahui sesuatu bahwa Fajar sudah menyimpan perasaan denganku sejak di bangku SMP. Aku sempat tertawa sebab bagaimana bisa anak SMP jatuh cinta kepada ibu rumah tangga sepertiku ini.1974Please respect copyright.PENANA9N3xf4RC8Y
1974Please respect copyright.PENANAFjPr1P2Z5Y
Aku juga bercerita bahwa aku menyukainya baru-baru ini. Dia bertanya kenapa aku menyukainya. Kujelaskan kalau aku merasa nyaman berada bersamanya, merasa diperlakukan dengan mesra. Fajar tersenyum dan kemudian kembali mengendus ketiakku. Remaja itu sungguh menyukai ketiakku.1974Please respect copyright.PENANAMa1lhfsGDJ
1974Please respect copyright.PENANAeARq1kUzyt
Menjelang pukul 23.00, aku menyudahi aktivitas berbincang kami dan bangkit.1974Please respect copyright.PENANAFLd282KPO7
1974Please respect copyright.PENANAJbGc1WBbtq
“Tante mau tidur dulu,” kataku kepadanya.1974Please respect copyright.PENANA3IytwejaBy
1974Please respect copyright.PENANASWT2ZhKeyI
Terlihat wajahnya yang nampak kecewa. Aku terkekeh. “Besok lanjut lagi.”1974Please respect copyright.PENANAu4jmi0IHlh
1974Please respect copyright.PENANAvNoqq6fYXv
“Tidur di sini aja, tan,” katanya. “Fajar janji deh gak macem-macem.” ia mengangkat kedua telapak tangannya setinggi kepala.1974Please respect copyright.PENANA8shjR7D3fj
1974Please respect copyright.PENANA3s37BfM1x1
“Tante gak bisa tidur di sofa,” kataku.1974Please respect copyright.PENANABS0ixwGtv2
1974Please respect copyright.PENANAYmz6Mcn9Vk
Fajar mendengus, kemudian bangkit dan mendekat ke arahku. “Boleh cium bibir?” tanyanya.1974Please respect copyright.PENANAZfstvAgaFM
1974Please respect copyright.PENANAIjbfEaMGNd
Aku mengangguk pelan dan memejamkan mata. Kemudian, Terasa bibirnya menyentuh bibirku. Kali ini tidak ada lumatan, murni bibir ketemu bibir.1974Please respect copyright.PENANAOwxclWcLXV
1974Please respect copyright.PENANAlr97g7VkZF
“Selamat malam, Tan.” Fajar tersenyum ramah.1974Please respect copyright.PENANAnJujnCYUMg
1974Please respect copyright.PENANATzSioR6ELy
“malam juga, Jar.” Aku berbalik dan melangkah menuju kamarku. Sepanjang langkah, hatiku berbunga-bunga bagai mawar di taman para suci.1974Please respect copyright.PENANAzwXnreymtr
1974Please respect copyright.PENANApwGGnq01UB
***1974Please respect copyright.PENANAjRMtIUQJJH
1974Please respect copyright.PENANA84UzlMhBxC
Minggu pagi menyapa dengan semburat cahaya. Aku terlihat cantik pagi ini, dengan gamis pink dan balutan hijab lebar yang menutupi kedua buah dadaku. Aku berdandan secukupnya, memoles bibir dan memberi sedikit taburan make-up di wajahku. Begitupun Fajar, dia tampak tampan dengan kaos hitam dan celana jeans panjang. Aku sengaja menyuruhnya memakai pakaian anakku, sebab, waktu kami berbincang semalam ia hendak untuk pulang dan mengambil baju ganti, karena sudah larut, aku cegah.1974Please respect copyright.PENANAGkkP4cWO0X
1974Please respect copyright.PENANAKhx1EuVtiq
Sebelum berangkat pergi, seperti biasa aku dan ia ngopi terlebih dahulu di ruang tamu. Jam dinding menunjuk pukul 08.00, masih terlalu pagi untuk menuju gereja.1974Please respect copyright.PENANAxn7aq0aoQ2
1974Please respect copyright.PENANAb0ltzKXv0q
“Tante gak risih, kan? kalau ke gereja bareng Fajar?” tanyanya dengan kaki yang tersilang.1974Please respect copyright.PENANAKLiBydlhFK
1974Please respect copyright.PENANAVx6lie3jva
“Dikit,” kataku jujur. “Kamu gak bisa apa balik kaya dulu?”1974Please respect copyright.PENANAwE5xcaN8yq
1974Please respect copyright.PENANA9GqORS4fgE
Tentu saja Fajar mengerti apa yang kumaksud. Ia menggeleng, “Tante aja yang ikut aku, mau?”1974Please respect copyright.PENANAAPSeDuiDBx
1974Please respect copyright.PENANAxSMs5VgFfL
Sontak aku memukul pelan bahunya. “Apaan sih, Jar!”1974Please respect copyright.PENANAZJRmXytkD4
1974Please respect copyright.PENANAe6ERCEEGem
Fajar malah tertawa. “Bercanda, tan,” katanya sambil mengelus kepalaku. “Tapi kalau mau serius juga boleh.”1974Please respect copyright.PENANAGCggzmmoGT
1974Please respect copyright.PENANAsoLZ7RsYux
“Udah-udah,” kataku mencegah obrolan agar tidak berlanjut ke sembarang arah. “Ngobrol yang lain aja.”1974Please respect copyright.PENANAQqKuCNJsnL
1974Please respect copyright.PENANAvva01X08kx
Fajar berdehem. “Mau dinyanyiin lagi, Tan?”1974Please respect copyright.PENANAa7zxM3OUdK
1974Please respect copyright.PENANAL7BzhctK01
Aku menggangguk antusias.1974Please respect copyright.PENANAkPN6srmVOw
1974Please respect copyright.PENANAN2oIosULz5
“Bentar.” Fajar beranjak berdiri dan melangkah menuju kamar anakku, lalu kembali duduk di sampingku dengan gitar di pangkuannya.1974Please respect copyright.PENANAPTFLW8Ss1G
1974Please respect copyright.PENANAfX2jdvn2kP
“Mau lagu apa? Tan?” Fajar membenarkan posisinya menghadapku, begitupun aku.1974Please respect copyright.PENANAKlSqqpL9ld
1974Please respect copyright.PENANAaoJIPrFBox
Aku berfikir sejenak, lalu berkata, “Hujan di mimpi?”1974Please respect copyright.PENANApmfxPG4Nyp
1974Please respect copyright.PENANAhvuetOcJTi
“Tante yang nyanyi, Fajar yang main gitarnya. Oke?”1974Please respect copyright.PENANA4GTvNU63nv
1974Please respect copyright.PENANAy4lIyEk7BZ
Aku mengangguk. Perlahan terdengar petikan senar yang begitu indah, setiap nada saling melengkapi. Petikannya bervariasi dalam chord B. Kemudian Fajar menatapku. Aku mengerti.1974Please respect copyright.PENANAU7NTTLGodl
1974Please respect copyright.PENANAf0CIL7kBy2
“Semesta bicara tanpa suara, semesta ia kadang buta aksara. Sepi itu indah, percayalah. membisu itu anugrah.” Aku bernyanyi mengikuti irama dawai yang ia petik.1974Please respect copyright.PENANAMkXIz2jirG
1974Please respect copyright.PENANA9EmbpIO6jJ
“Seperti hadirmu di kala gempa, jujur dan tanpa bersandiwara. Teduhnya seperti hujan di mimpi, berdua kita berlari.” Aku memejamkan mata, menikmati setiap note-note yang berhamburan di ruang tamu.1974Please respect copyright.PENANAPtShCNGiBv
1974Please respect copyright.PENANAcHvy0bW5Yr
“Semesta bergulir tak kenal aral. Seperti langkahmu menuju kaki langit. Seperti genangan akankah bertahan. Atau perlahan menjadi lautan.” Aku terus bernyanyi dengan senyum yang tak pudar menatapnya. Mata kami saling bertemu dan memancarkan sebuah cinta. Saling menggenggam dalam kesatuan nada, irama, dan tempo.1974Please respect copyright.PENANAuwNYjEIBRb
1974Please respect copyright.PENANATcUjGgozww
Petikannya kembali mengisi ruang di antara kami. Romansa menyentak bagai kekasih yang akan selalu abadi. Pada binar matanya aku melihat sebuah ketulusan, pada jemarinya aku bisa melihat note-note cinta yang beterbangan, membentuk sebuah lagu cinta. Lalu, ia mengakhiri permainan gitarnya dengan genjrengan cantik dalam chord B.1974Please respect copyright.PENANAeNfmUBlx6l
1974Please respect copyright.PENANANmVCwOOave
Kemudian ia rebahkan gitar di sampingnya dan meraih tanganku. Bola matanya seakan ingin mengatakan sesuatu yang tercekat, yang tak bisa ia katakana.1974Please respect copyright.PENANA8A8kENCTFc
1974Please respect copyright.PENANApkd538ZJYX
“Kenapa?” tanyaku.1974Please respect copyright.PENANAAjW6HsZuEY
1974Please respect copyright.PENANAMajugtjA9s
Ia tak menjawab melainkan tersenyum. Aku menatapnya bingung. “kenapa?” tanyaku lagi.1974Please respect copyright.PENANApL50nVW3dj
1974Please respect copyright.PENANAcwMMfHavPk
Ia malah bangkit. “Yuk, Tan. Udah pukul Sembilan, nih.”1974Please respect copyright.PENANA3KHSDRhrg7
1974Please respect copyright.PENANAZ9UEZEMEtZ
Aku melirik jam dinding dan bangkit. Kemudian kami melangkah keluar. Masuk ke dalam mobil. Ketika mobil menyala, Fajar menoleh ke arahku, dan bertanya. “Malam ini? boleh tidur bareng?”1974Please respect copyright.PENANABrIysIMD9z
1974Please respect copyright.PENANA7buEoAHvf7
Aku tertegun. “Liat nanti, ya,” kataku ragu.1974Please respect copyright.PENANAPiQ5jrHVx2
1974Please respect copyright.PENANAXkGo6TVajL
Fajar tidak berkata lagi. Perlahan mobil yang kami kendarai berjalan keluar halaman, melewati setiap rumah dan menghambur di jalanan raya.1974Please respect copyright.PENANADfVxQVPmtg
1974Please respect copyright.PENANA78OaoWM02x
***1974Please respect copyright.PENANAD9hVPwPOrr
1974Please respect copyright.PENANAYWkjWYGqvA
Sesampainya di Gereja, Fajar memarkirkan mobil di antara hempitan mobil lain. Gereja tampak ramai, di pintu masuk berhamburan orang-orang yang akan menunaikan ibadah.1974Please respect copyright.PENANAmEk6I78msN
1974Please respect copyright.PENANAUH8fdc5atC
“Tunggu bentar ya, tan,” Kata Fajar sambil mematikan mobil.1974Please respect copyright.PENANAJB0VqvEreM
1974Please respect copyright.PENANABlnObodLdH
Aku menggangguk. Fajar membuka pintu mobil dan keluar. Dari kaca mobil aku bisa melihat ia masuk bersama yang lainnya. Jujur saja, ini kali pertama bagiku berada di gereja, walaupun hanya sekedar di halamannya.1974Please respect copyright.PENANAE21uagSVAo
1974Please respect copyright.PENANAXZaEJVlpiF
Gereja ini berbentuk seperti rumah pada umumnya, hanya saja di bagian atasnya terdapat tanda salib. Dengan sepasang bangku lebar dan meja yang menjadi penengah, di samping pintu. Halaman termasuk luas. Di atas atap, terdapat menara tinggi yang ujungnya berbentuk setiga dengan aluminium yang berbentuk salib dipuncak menara.1974Please respect copyright.PENANA6Iz9yTXh96
1974Please respect copyright.PENANAzBLRVIsdLe
Sewaktu aku kecil, aku diajarkan Abiku (Ayah) untuk selalu menghargai perbedaan agama. Masuk ke dalam tempat ibadah umat lain engga apa-apa, mbak, asalkan keyakinan kita tetap sama Allah, begitulah Abiku sering berkata.1974Please respect copyright.PENANAW2836th9c1
1974Please respect copyright.PENANACdxCRp9n3G
Perlahan terdengar suara mikrofon melengking, di susul dengan suara seorang pria berkhotbah. Sambil menunggu Fajar, aku berkutat dengan ponselku.1974Please respect copyright.PENANAEIcKPB4q0s
1974Please respect copyright.PENANAreRzsBvZ3U
Tiga puluh menit berlalu, Terlihat orang-orang berhamburan keluar Gereja. Aku memandangi kerumunan, mencari apakah Fajar ada di antara kerumunan itu. Tapi, tak kunjung kutemukan ia. Mungkin ia masih berdoa, pikirku. Lalu, aku berselancar kembali di media sosial. Menit berlalu, aku semakin bosan sebab Fajar tak kunjung keluar.1974Please respect copyright.PENANAs2QmrRwK2p
1974Please respect copyright.PENANAxH6ZUFUHj5
Tak lama kemudian, sosok yang kucari keluar dari pintu, tapi ia tidak sendirian. Ia bersama seorang pria tua yang pekiraanku berumur enam puluh tahunan, pria tua itu menggunakan jubah hitam dengan kalung salib yang melingkar di lehernya, yang kuyakini pastilah ia pendeta.1974Please respect copyright.PENANAwEaI1WJCqe
1974Please respect copyright.PENANATIN2IYzk0w
Fajar tidak lekas kembali masuk mobil, ia bersama pendeta itu duduk di satu meja samping pintu, berhadapan. Dari dalam mobil, aku memandangi mereka yang sedang bercakap-cakap. Sesekali pendeta itu memukul pelan bahu Fajar sambil tertawa, pastilah perbincangan mereka asik sekali.1974Please respect copyright.PENANA2VPWmM3SaX
1974Please respect copyright.PENANAqLjsFHn2w3
Maka, aku memilih untuk menunggu lagi. Aku memaklumi, mungkin hanya hari minggu saja Fajar bisa berbincang ria dengan pendeta itu.1974Please respect copyright.PENANAvUFSzBVKD0
1974Please respect copyright.PENANASRq5xYQQfA
15 menit berlalu. Fajar tidak hengkang atau menyudahi obrolan, malahan mereka semakin asik mengobrol. Aku yang memandangi mereka hanya bisa mendengus. Aku benci sekali jika menunggu, dan Fajar membuatku menunggu selama satu jam lebih.1974Please respect copyright.PENANA8IRRKFHHfv
1974Please respect copyright.PENANAtXVl0658JT
Tak lama dari itu, mereka berdua menoleh ke arahku. Lalu Fajar bangkit dan melangkah menuju mobil. Aku bernafas lega, akhirnya ia kembali.1974Please respect copyright.PENANAJgc47PrB6S
1974Please respect copyright.PENANAV0bBFhnF8I
“Tan, keluar bentar, pak pendeta mau ngobrol.,” kata Fajar sambil menahan pintu mobil.1974Please respect copyright.PENANA09ysvEyJvl
1974Please respect copyright.PENANAFaoYgJqPad
Aku tercekat, menatap bingung Fajar. Lagian, bagaimana jika orang-orang melihat perempuan berjilbab sepertiku duduk di depan gereja. “Gak ah,” kataku.1974Please respect copyright.PENANAWlpjOp8iz0
1974Please respect copyright.PENANASQsZjRV5eN
Masih menahan pintu mobil Fajar berkata lagi, “Bentar doang, Tan. Lagian Fajar gak enak sama pak pendeta.”1974Please respect copyright.PENANAhR3zuWs3nf
1974Please respect copyright.PENANAN6HQVeGsfW
Aku menggeleng, dan Fajar terus memaksaku. Remaja itu memang kerap memaksakan kehendak. Jika sudah begini, pastilah akan ribet. Aku berfikir sejenak. Kembali mengingat perkataan abiku. Sambil memutuskan aku menghela nafas dalam, lalu menggangguk pelan. Seketika itu Fajar tersenyum, lalu menutup pintu mobil dan melangkah kembali menuju bangku gereja.1974Please respect copyright.PENANAN4W9a7nFc9
1974Please respect copyright.PENANAVAziUYhQqZ
Aku membuka pintu mobil dan melangkahkan kakiku keluar. Untung saja gereja sudah sepi, mungkin hanya menyisakan kami bertiga. Lantas, aku melangkah menuju mereka dengan kikuk sambil menunduk.1974Please respect copyright.PENANAsUclwFcQCt
1974Please respect copyright.PENANAXTiskBQuAI
“Selamat pagi,” kataku memberi salam sambil menunduk sopan di hadapan pendeta itu.1974Please respect copyright.PENANAUtHhkMzpdH
1974Please respect copyright.PENANAZ3MACE82tG
Pendeta itu tersenyum. Agak kikuk aku duduk di samping Fajar, berhadapan dengan pendeta itu, dengan meja yang menjadi penengah di antara kami.1974Please respect copyright.PENANAeqzxxrvEqg
1974Please respect copyright.PENANA3EEixW7XuC
“Nak, Laras?” tanyanya sopan.1974Please respect copyright.PENANA0pKBtlMUeT
1974Please respect copyright.PENANALhSuMr2ZqL
Aku tersenyum, “Iya, pak.”1974Please respect copyright.PENANATSejnP6H8c
1974Please respect copyright.PENANAaNQWZuxAqe
“Pacarnya nak Fajar?” tanyanya, lagi.1974Please respect copyright.PENANAqRkLd5ZpKO
1974Please respect copyright.PENANALXZFAYQzD3
Aku menoleh Fajar sekilas. Agaknya ia sudah memberitahu hubungan gelap kami. “Iya, pak,” kataku pelan. Merasa tidak nyaman.1974Please respect copyright.PENANA999bN7Ww1P
1974Please respect copyright.PENANAuyNrYHjZ1v
“Calon istri juga, pak,” tambah Fajar. Sontak pendeta itu tertawa.1974Please respect copyright.PENANApqOqluZv3N
1974Please respect copyright.PENANAfMBv3ukpxX
Aku hanya bisa menatap kaki-kaki meja, suasana ini terasa canggung sekali.1974Please respect copyright.PENANAnCUAkdDjLq
1974Please respect copyright.PENANAWNycbX6YYJ
“Udah lama pacaran, nak?” tanya pendeta itu, lagi.1974Please respect copyright.PENANAvT8SG7IIRk
1974Please respect copyright.PENANA9cZuWZjRyD
Aku hanya menggangguk. Fajar malah mengusap kepalaku yang sontak kuberi pelototan tajam. Bagaimana ia bisa bersikap tidak sopan di hadapan pendeta.1974Please respect copyright.PENANAUxIUzx3zuo
1974Please respect copyright.PENANAzVnbjENghL
Pendeta itu hanya tersenyum memandangi kami. “Kalian cocok,” katanya.1974Please respect copyright.PENANAGz5me0CyHv
1974Please respect copyright.PENANAIc2UIlewOV
Fajar tersenyum dengan binar dimatanya. Mengiyakan. Sementara aku bergeming dan tidak merespon.1974Please respect copyright.PENANApoGafMyLt0
1974Please respect copyright.PENANAX3g2oRtHvR
Jauh dari pikiranku, ternyata. Pendeta itu teramat sopan sekali. Awalnya memang terasa kaku, tapi kelamaan aku semakin terbiasa, dan kadang menimpali. Pendeta itu juga memberi kami wejangan berupa pemikiran. Ia juga tidak membenarkan hubungan gelap kami, melainkan memberi nasehat.1974Please respect copyright.PENANAzdBM75R35w
1974Please respect copyright.PENANAsKiGXki7iZ
Yang aku suka dari pendeta itu adalah, ia tidak menasehatiku dengan ayat-ayat yang tercantum pada kitabnya, seakan ia menghargai keyakinanku. Begitupun aku. Seharusnya semua umat beragama harus seperti itu, saling menghargai dan tidak memaksakan pendapat. Mungkin, jika pemahaman seperti itu di terapkan, pastilah tanah air tercinta ini akan menjadi subur dan banyak cintanya.1974Please respect copyright.PENANAJ57EhxWe0w
1974Please respect copyright.PENANAKGFBr1BHbV
Pak pendeta juga berkata kepada kami, bahwa jika hubungan kami akan serius dan masuk dalam jenjang pernikahan, maka, salah satu dari kami harus mengalah. Dan aku mengerti maksud dari mengalah itu.1974Please respect copyright.PENANAW0dM7dv1Sp
1974Please respect copyright.PENANAv1iDRzMIMZ
Lalu, Pendeta itu berkata kepada Fajar untuk selalu menghargaiku sebagai perempuannya. Yang langsung ku respond dengan anggukan mantap. Perempuan bukanlah objek. Perempuan adalah Rahim bumi yang melahirkan tanaman yang subur, begitulah pendeta itu berkata.1974Please respect copyright.PENANAwM0R7vpnJj
1974Please respect copyright.PENANAEgDf6CFiJL
Di akhir perbincangan kami, ketika aku dan Fajar hendak bangkit, pendeta itu menyodorkan alkitab. Jantung mempopa darah dengan cepar, dan timbul perasaan tidak nyaman. tanpa mengurangi rasa hormat kepadanya, aku tersenyum dan menyatukan kedua tanganku di depan dada.1974Please respect copyright.PENANAEW4RDD7usz
1974Please respect copyright.PENANAcLkuDRhneU
“Maaf, pak,” kataku. “Saya gak bisa nerimanya.”1974Please respect copyright.PENANAGygUQu7bvn
1974Please respect copyright.PENANA0QDsLdRAbO
Pendeta itu tersenyum. “Nak, saya memberi alkitab ini bukanlah sebab agar kamu menghianati agamu. Melainkan untuk kamu belajar tentang agama yang lain.” Lalu ia merogoh kantung jubah satunya. “Bapak juga baca kitab kamu,” ia mengangkat kitabku.1974Please respect copyright.PENANArvGNPKQuPJ
1974Please respect copyright.PENANAc5zmZ3HgNt
Aku memandangi alkitab yang ia sodorkan kepadaku. Sekilas kulirik Fajar. Fajar mengganguk. Sambil menghela nafas, kuraih alkitab di tangannya.1974Please respect copyright.PENANALFNV9Zd0PJ
1974Please respect copyright.PENANALRj8jluCT1
“Baca, ya, nak.” Pendeta itu tersenyum. lalu memasukan kitabku di tangan satunya dalam kantung jubahnya.1974Please respect copyright.PENANAX8SMCbVtJS
1974Please respect copyright.PENANAEcDLnl7sQu
Aku membalas senyumnya. “Makasih, pak,” kataku sambil memasukan alkitab dalam tas yang melingkar di bahuku.1974Please respect copyright.PENANAsuFtuxyx6i
1974Please respect copyright.PENANAu4sytiDEMl
“Kami pulang duluan ya, pak,” Kata Fajar sambil menyalam punggung tangan pendeta itu. Aku ikutan menyalam punggung tangannya. Sebab mau apapun agamanya, aku diajarkan untuk selalu menghormati orang tua.Kemudian kami berbalik dan melangkah menuju mobil.1974Please respect copyright.PENANA7hMzWY2FQJ
1974Please respect copyright.PENANAm4W64Wc10s
terdengar suara mobil menyala, Fajar melirikku sekilas dan tersenyum. “Makasih, ya, tan.” Ia mengusap kepalaku mesra.1974Please respect copyright.PENANAyogqkoYMHu
1974Please respect copyright.PENANA4FDN3fOGmj
Aku membalas dengan tersenyum lebar.1974Please respect copyright.PENANAs9GuwTS3H6
1974Please respect copyright.PENANAyJtS3OTLoz
***1974Please respect copyright.PENANAKNaNOd6vfL
1974Please respect copyright.PENANA2p2Eg0q3uX
Jalanan terlihat ramai. Motor saling menyalip-nyalip, berisik kendaraan terdengar dari kaca jendela yang tertutup. Dengan kecepatan pelan, aku memperhatikan setiap orang yang duduk santai di kedai-kedai tepian jalan. Sepang kekasih, sahabat, teman, saling menabur rindu di minggu pagi.1974Please respect copyright.PENANAv27BNwIFEz
1974Please respect copyright.PENANA0AURL05XDr
Aku jadi teringat masa ketika awal pernikahanku. Dimas sering mengajakku berkunjung ke meseum. Aku tampak bahagia ketika itu. Kami saling bergandengan tangan bagai kekasih yang tak terpisahkan.1974Please respect copyright.PENANA1aC1bE1AmJ
1974Please respect copyright.PENANAUAHvVRk5fM
Memikirkannya membuatku merasa bersalah karena sudah menghianati cinta suci yang ia bangun. Aku juga menghianati anakku, entah apa yang dilakukannya jika ia mengetahui bahwa aku menjalin hubungan gelap dengan sahabatnya sendiri.1974Please respect copyright.PENANAbqpg6445tq
1974Please respect copyright.PENANAstXLq8onGE
Aku juga sempat terpikir untuk menyudahi hubungan gelap ini, terlanjur masih baru. Tapi, aku tidak bisa melakukannya. Ada sebuah hasrat penolakan dari diriku.1974Please respect copyright.PENANAvq2ojwQT8C
1974Please respect copyright.PENANAsYUeJQvLIe
Lambat laun mobil kami menembus kerumunan jalanan. Fajar fokus menyetir. Lama kelamaan aku merasa bahwa Fajar sungguh tampan sekali, memandanginya membuatku terpesona.1974Please respect copyright.PENANAv2CoDo8Mo1
1974Please respect copyright.PENANAScFFJxBZe3
“Masih lama, Jar?” tanyaku.1974Please respect copyright.PENANAcWGlrgoLBD
1974Please respect copyright.PENANAEiKxGeezcd
“Bentar lagi, Tan,” jawabnya.1974Please respect copyright.PENANAD4gVQIpsLC
1974Please respect copyright.PENANAwH9Yhk6BNR
Tiga puluh menit berlalu. Akhirnya, mobil yang kami kendarai terpakir di sebuah pantai di samping kedai minuman. Fajar keluar dari mobil, begitupun aku. Aku membentangkan pandangan, Pohon-pohon kelapa menjulang tinggi di pesisir pantai, desir ombak bergemuru, riuh suara pengunjung lain terdengar berisik.1974Please respect copyright.PENANAFt3KxHIWeC
1974Please respect copyright.PENANAinl9mExYJP
Kedai-kedai berjejer lurus dari sudut mata memandang. Fajar berdiri di sampingku. “Jar, pindah, ah, rame banget,” kataku.1974Please respect copyright.PENANA4mRUuytLhJ
1974Please respect copyright.PENANArEff07hgVx
“Fajar tau, kok, tempat yang sepi,” katanya. Kemudian ia melangkah menuju bagasi mobil. Lalu kembali dengan tas yang bertengger di punggungnya.1974Please respect copyright.PENANARVxnhCIjmC
1974Please respect copyright.PENANApdmo3ENJHR
“Kamu bawa apaan?” tanyaku bingung.1974Please respect copyright.PENANAxFgwLpzR9v
1974Please respect copyright.PENANAUsVzH7NJzi
“Perlengkapan buat piknik.”1974Please respect copyright.PENANAVcsw14l59z
1974Please respect copyright.PENANAnlRx4IcC0Z
Aku mengganguk. Akuu tidah tahu bahwa Fajar telah menyiapkan perlengkapan, di tambah ia tidak memberitahuku akan ke pantai.1974Please respect copyright.PENANAq6YumV8zxJ
1974Please respect copyright.PENANAuwPgz1YFMc
Kemudian kami melangkah di antara keramain orang. Penjual-penjual es, batagor, cilor, terlihat sepanjang kami melangkah. Fajar terlihat santai di sampingku. Ia tampak tinggi, membuatku harus mendongak memandanginya. Pastilah aku terlihat kecil jika berjalan di sampingnya.1974Please respect copyright.PENANAR9iG2hNP8I
1974Please respect copyright.PENANAnsLz2Rd5Uc
Kami terus melangkah sampai pada akhirnya kami menapak kaki di pantai. Aku bisa merasakan tanah-tanah halus yang menghabur di kakiku. “Masih jauh?” tanyaku.1974Please respect copyright.PENANAZYbSbxPd8a
1974Please respect copyright.PENANA9r6VKoTNtR
Fajar menunujuk ke arah depan. Dari kejauhan aku melihat dua pohon kelapa yang pendek dan melengkung. Sepanjang perjalanan, kami berbasi-basi. Fajar menceritakan legenda pantai ini. Katanya, pantai ini adalah bekas dari meteroit yang jatuh ke bumi ratusan tahun silam, terbukti dengan adanya beberapa batu besar di tengah-tengah laut. Ia juga menjelaskan tentang pulau kecil yang jauh di tengah laut. Katanya, pulau itu menjadi tempat persingahan nelayan di malam harinya.1974Please respect copyright.PENANA1WQd7mZ2Dq
1974Please respect copyright.PENANAXbk2fX9O6B
Gemuruh ombak semakin menyalak, aroma pasir tercium segar di cuping hidung. Angin-angin laut menemani kami sepanjang melangkah. Sampai pada akhirnya kami tiba dan menapak kaki di pesisir, di bawah pohon kelapa yang jaraknya tidak jauh dari kepalaku.1974Please respect copyright.PENANAg7sUPytvhA
1974Please respect copyright.PENANAX8uiGd8Ax4
Fajar menaruh tasnya di tanah. mambuka tasnya lalu mengeluarkan satu karpet lebar dan satu hammock. Ia membentangkan karpet di tanah, lalu mengingkat hammock di kedua pohon kelapa.1974Please respect copyright.PENANAuvIEHYoiEA
1974Please respect copyright.PENANACxIJo3FzIe
Aku lekas duduk di karpet, di susul Fajar. Kemudian ia mengeluarkan kompor gas Portable, serenceng kopi, panci kecil, dua cangkir, dan tiga botol aqua. ia sungguh sudah mempersiapkan ini semua.1974Please respect copyright.PENANAIlDnxApik7
1974Please respect copyright.PENANA9xVOZBYxgK
“Kamu excited banget, Jar.”1974Please respect copyright.PENANAwdYb3ptmrn
1974Please respect copyright.PENANApIjOhklQKZ
“Iya, dong. Kalau sama tante persiapannya harus matang.” Fajar meletakan kompor portable di tanah, lalu memasang gas. Aku bergeser mendekat ke arahnya, membuat tubuh kami bersentuhan.1974Please respect copyright.PENANAnYgP6YukGj
1974Please respect copyright.PENANAXGx0fMmHzy
“Tante mau minta cium?” godanya dengan senyum yang terkulum.1974Please respect copyright.PENANA8gvKscDlYc
1974Please respect copyright.PENANANPUHEntSfv
“Ih orang mau nolong.” Aku mengambil serenceng kopi dan membaginya menjadi dua. Lalu membuka satu persatu bungkus dan mengisinya ke dua gelang. Sementara Fajar memanaskan air.1974Please respect copyright.PENANATjFHfejDzi
1974Please respect copyright.PENANABFYDgstjhE
Sambil menunggu air mendidih kami fokus menatap lautan. Teduh rasanya, ombak-ombak bergoyang mengikuti irama angin. Burung-burung camar menari-menari mengikuti latunan ombak. Semilir angin menyapu wajah kami berdua.1974Please respect copyright.PENANAZumoI4nCgC
1974Please respect copyright.PENANA4xkW9Tnwgq
“Fajar cinta banget sama tante,” katanya, lirih. Wajahnya terlihat meringis, ada campuran duka pada suaranya. kedua tangannya memeluk kedua kakinya, membuatnya terlihat seperti kanak-kanak.1974Please respect copyright.PENANAVmdFpBs0rY
1974Please respect copyright.PENANAvMDwDOYJdh
“Tante juga cinta sama Fajar.” Aku memandanginya. Mata kami bertemu. Cukup lama. sampai pada akhirnya ia mendaratkan bibirnya di bibirku. Aku memejamkan mata, membiarkan bibir kami saling menyapa di antara berisiknya ombak dan sepoi-sepoi angin pagi.1974Please respect copyright.PENANAOAyQEYMB4N
1974Please respect copyright.PENANA2m6VexEV7X
Kami saling menatap kembali. Kini, ia pegangi kepalaku dengan kedua tangannya. Ia ciumi pipiku, kiri-kanan, bergantian. kurasakan ketulusan pada kecupannya. Terakhir, ia kecup keningku. Mesra sekali. Aku terbang bagai burung camar yang kulihat tadi, terbang bebas mengirama ombak.1974Please respect copyright.PENANA4UtfmabQG5
1974Please respect copyright.PENANAFPIS4RlCf7
Kemesraan itu berakhir dengan gemercik air mendidih. Fajar mematikan kompor. Lalu menuangkan air ke dua gelas. Ia menganduk kopinya dan kopiku bergantian. Bersamanya, aku seperti dilayanin dengan sebaik-sebaik-nya.1974Please respect copyright.PENANABH4ypWbH4e
1974Please respect copyright.PENANAVi05UJJr34
Aku meraih gagang gelas. Bersamaan dengan sepoi angin, kusesap kopi hitam. Terasa enak di lidah. Sepanjang pernikahanku, tak pernah aku merasakan kenyamanan ini. Dan ini adalah kali pertamaku. Sungguh.1974Please respect copyright.PENANAyyUkEa6aGs
1974Please respect copyright.PENANAdtYbYMW6bk
Tiba-tiba terdengar dering ponsel berbunyi. Aku mengeluarkan ponsel dari tasku, lalu menatap lekat layar ponsel yang bertuliskan: Abi. Aku menoleh ke Fajar sambil meletakan jari telunjukku di tengah bibir.1974Please respect copyright.PENANAygaem7Sx04
1974Please respect copyright.PENANAdBHpkD37p4
“Assamulaikum, bi,” kataku.1974Please respect copyright.PENANA96ncbpEbWs
1974Please respect copyright.PENANAMfq6hkl33V
“Waalaikumsallam, umi,” terdengar suaranya di sebrang sana. “Umi lagi di mana? berisik banget.”1974Please respect copyright.PENANAXbGzsxmG4W
1974Please respect copyright.PENANAnSQuAvyTqb
“Umi lagi di warung, nih. Sama Fajar,” jawabku, berbohong.1974Please respect copyright.PENANA731XoVKsg7
1974Please respect copyright.PENANABehH57wpxz
“Aawww,” aku memekik dan lekas menutup mulutku ketika kurasakan remasan di buah dadaku. Si pelaku malah tersenyum nakal. Aku memelotinya agar tidak kembali melakukan hal itu lagi.1974Please respect copyright.PENANAev24BGE7Cy
1974Please respect copyright.PENANAQu7qN2tcxP
“Umi kenapa?”1974Please respect copyright.PENANA30xO48LxxC
1974Please respect copyright.PENANAymG5g1cMMr
“Eh, engga, Bi. Ini masakannya kepedasan,” elakku.1974Please respect copyright.PENANAQQwIxXBDcT
1974Please respect copyright.PENANAojAWI1nsmm
Bukannya mengerti, tangan Fajar malah masuk ke dalam gamisku dan membelai betisku. Aku mencoba menggeser betisku sambil terus berbincang dengan suamiku. Fajar malah semakin menjadi, ia mendekat ke arahku dan mengangku tanganku yang satunya. Lantas, ia endus ketiakku.1974Please respect copyright.PENANAB7molLAIIO
1974Please respect copyright.PENANATfx8MU2UmN
“Umi Yang sabar ya, nunggu abi pulang.”1974Please respect copyright.PENANAwAaqQ8CjK8
1974Please respect copyright.PENANAHzORNvRs81
“Iya, bi,” jawabku singkat.1974Please respect copyright.PENANAFQuZzEnVkj
1974Please respect copyright.PENANA5qeeuOMDly
“Umi mau oleh-oleh, apa?”1974Please respect copyright.PENANAAANWECDuIy
1974Please respect copyright.PENANA9d4oY5VNfZ
“Terserah, bi.”1974Please respect copyright.PENANA2UQkwsOTSb
1974Please respect copyright.PENANAf9nUk7ItJQ
Fajar semakin menjadi, tanganya berpindah mengelus perutku, sontak aku merasa geli. Tapi tidak ada niatan untuk menyuruhnya berhenti. Elusan tangannya di perutku, membuatku mengabaikan telepon dari suamiku.1974Please respect copyright.PENANANYascF57wj
1974Please respect copyright.PENANAv6W0oeCWd3
Tindakannya semakin liar, perlahan ia remes buah dadaku dari balik gamis. Aku yang kepalang bosan menegurnya, akhirnya membiarkan. Remasannya semakin liar, membuatku harus menggigit bibir, menahan lenguhan agar tidak terkeluar.1974Please respect copyright.PENANAiF0cZ0YvX0
1974Please respect copyright.PENANAH1n5bKLuUE
“Umi?”1974Please respect copyright.PENANAjIfMaE9YcA
1974Please respect copyright.PENANAkv7pdM4r5I
“Eh, iya, bi. Kenapa?” jawabku tergagap.
1974Please respect copyright.PENANAFwwI4kcZQO
Bersambung.
ns3.133.83.123da2