
#7 Semesta membawaku padanya
1956Please respect copyright.PENANAGrUrpGtrvW
“Mau dientot lagi, tan?” bisiknya sambil terus menusuk kemaluanku.1956Please respect copyright.PENANAVwlHtrVw6i
1956Please respect copyright.PENANAA0Sl5R6W0b
“Empshh…, Mauu Jar….” Aku menjawab dengan lugas, seakan sudah terbiasa. Kenikmat yang ia berikan sungguh mampu merubah diriku. Aku seakan menghinakan diri kepadanya. Seakan tunduk terhadap penisnya.1956Please respect copyright.PENANArehlYVPsUd
1956Please respect copyright.PENANACN7jijfuJ5
Lama-kelamaan tubuhku terasa ingin menghamburkan segala nikmat yang sedari tadi ia berikan. Aku mengigit prlsn bibirku. sesekali kuseka keringatku dengan bantal. Sampai pada ambang batas, aku mendesah lengking.1956Please respect copyright.PENANAJY9x8PqM4t
1956Please respect copyright.PENANApmB8k6CQDJ
“Jar…, Tante…, keluar…,”1956Please respect copyright.PENANASKJALKfq4m
1956Please respect copyright.PENANArb3YqeSVE1
Fajar berbisik, “Fajar pengen hamilin tante.”1956Please respect copyright.PENANA7SqR1ktDUU
1956Please respect copyright.PENANAHoXY98DYqD
Sontak, pupil mataku membesar. Entah kenapa aku selalu melupakan satu hal: Fajar menyetubuhiku tanpa menggunakan pengaman.1956Please respect copyright.PENANAOxraOoD5fT
1956Please respect copyright.PENANAIsVtrclEWS
Tapi, aku sudah tidak berdaya untuk melawan. Aku merasakan kenikmatan. Dalam satu dorongan penisnya, tubuhku mengelinjang, mataku tertarik ke atas, bibirku sedikit bergeter, racauku sudah tak karuan, bersamaan dengan itu, perlahan ku rasakan cairan hangat dalam kemaluanku. Sebuah cairan cinta yang ia berikan. Aku hanya bisa berharap agar cairan itu gagal membuahiku.1956Please respect copyright.PENANAtVDn2YVpkY
1956Please respect copyright.PENANApNKxHRCISG
Fajar merebahkan tubuhnya di sampingku. Aku masih tengkurap, sesekali mencuri nafas. Mataku sayu, dadaku kempang-kempis. Sungguh, aku tidak pernah merasakan kenikmatan yang begitu megah selain bersetubuh dengannya.1956Please respect copyright.PENANAc9tpcWI3jw
1956Please respect copyright.PENANA4jsIpk8Bms
“Makasih, Tan.” Fajar mengelus rambutku yang bercampur keringat dengan mesra.1956Please respect copyright.PENANAjafPPrLxY6
1956Please respect copyright.PENANAwQXDgeCEfZ
Aku hanya mengganguk kecil. Mataku terasa berat. Kantuk terlebih dahulu menyapa. Orgasme yang kukeluarkan membuatku tertidur, berbantal lengannya.1956Please respect copyright.PENANAe157waPIa1
1956Please respect copyright.PENANAyrSQUWl93v
***1956Please respect copyright.PENANAu1H1RKyV14
1956Please respect copyright.PENANAhGtQJHgruF
Aku bersandar di penyangga ranjang dengan selimut yang menutupi dadaku. Fajar terlihat puas dalam tidurnya. Jarum jam menujuk pukul 03.00. Aku menghela nafas dalam, lagi-lagi aku jatuh dalam persetubuhan yang seharusnya tidak kulakukan. Apalagi kali ini ia mengeluarkan cairannya dalam kemaluanku.1956Please respect copyright.PENANA0ftABrK3Ry
1956Please respect copyright.PENANAryVEgz65LC
Bagaimana kalau aku hamil?1956Please respect copyright.PENANALN70J84BIK
1956Please respect copyright.PENANA61eO0YxTH8
Pertanyaan itu terus saja bergema dalam ruang pikir. Menghantarkanku pada alam khayal. Katakanlah jika iya, bagaimana aku harus memberitahu suamiku dan anakku? Seberapa besar mereka akan kecewa? Dan apa yang terjadi jika Dimas menceraikanku?1956Please respect copyright.PENANAFP5iLH3ZBO
1956Please respect copyright.PENANAUpAetbPQyT
Sungguh, jika alam khayal itu menjadi realita, akan jadi apa aku? Bagaimana reaksi kedua orang tuaku. Memikarkannya saja membuat bulu kuduku merinding.1956Please respect copyright.PENANA0AR92CC0Xh
1956Please respect copyright.PENANAI8DF2pmgYd
Di lain sisi, aku juga merasa bersalah karena menyelingkuhi Dimas, Tapi, sekalipun aku merasa bersalah, aku malah melakukannya lagi. Sungguh Hipokrit.1956Please respect copyright.PENANABqv1IIm6FM
1956Please respect copyright.PENANA5KNAtOeg6J
Aku membelai rambut Fajar. Wajahnya terlihat senduh dengan mata yang terpejam. Aku tidak bisa menyalahkannya akan perbuatannya kepadaku. Sebab, bagaimanapun, aku juga menikmati persetubuhan tadi.1956Please respect copyright.PENANAKfeDU1aTUi
1956Please respect copyright.PENANAZPRjT0ReCr
Aku menarik selimut ke atas, sampai bahunya, melindunginya dari dingin yang menyerang. Kemudian aku beranjak dari ranjang. Dalam keadaan telanjang aku melangkah menuju kamar mandi yang letaknya tidak jauh dari ruang makan. Langkahku terasa berat, seperti ada batu besar yang kupikul di kedua bahuku.1956Please respect copyright.PENANAFfE6VnPEyW
1956Please respect copyright.PENANAHuHIzriPCa
Tiba di kamar mandi, aku segera menyalakan shower. Dinginnya air membasuh tubuhku, semoga ia juga membasuh setiap dosaku. Aku menyeka rambutku dengan kedua tangan, membasuh ketiak, leher, dan juga selangkangan. Mataku terpejam, gemercik air terdengar syahdu, bagai alunan musik indie. Bau wangi shampo pada rambutku begitu harum, di tambah dengan harumnya sabun mandi.1956Please respect copyright.PENANA2EGkaDwoym
1956Please respect copyright.PENANABAbbuSg8CT
Merasa sudah bersih, aku mematikan shower, mengambil handuk yang tergantung di dinding. Ku seka setiap air yang tersisa ditubuhku. Dengan handuk yang terlilit, aku melangkah keluar, menuju kamar.1956Please respect copyright.PENANAE42HPmtnqf
1956Please respect copyright.PENANARFG7sUSkqz
Jarum jam menunjuk pukul 04.30, aku berganti pakain, mengenakan gamis. Fajar masih terlihat pulas dalam tidurnya. Aku tersenyum sekilas. Seharusnya, aku menyesali apa yang kulakukan, tapi entah kenapa, aku malah menormalisikan.1956Please respect copyright.PENANA0ULVXGO09W
1956Please respect copyright.PENANAL0FA1e1bZQ
Kemudian Adzan subuh berkumandang. Aku mengambil telukung dan mengenakannya. Sajadah ku letakan di samping tempat tidur. Sekilas aku meliriknya lagi. Kemudian, aku menatap khusyuk sajadah.1956Please respect copyright.PENANAQ97Lv5zIRy
1956Please respect copyright.PENANAMSkgoedWZT
“Laialahailah.” Terdengar merdu suara Adzan. Aku menghela nafas sejenak, memejamkan mata, lalu merampal niat.1956Please respect copyright.PENANAxsjF7uPq1t
1956Please respect copyright.PENANAkzz6vuOHB3
***1956Please respect copyright.PENANAXh1gz5jetW
1956Please respect copyright.PENANApa5rXym57O
“KepadaMu yang ubun-ubunku berada dalam genggamanMu. Engkau zat yang paling berkuasa dari penguasa manapun, dan Engkau adalah Raja daripada Raja. Kumohon, maafkan setiap dosaku, setiap kelalainku. Aku hanyalah manusia yang tak luput dari dosa.”1956Please respect copyright.PENANAb0YHd5BqKg
1956Please respect copyright.PENANACUJ4IF9srh
Aku merampal doa dengan kedua telapak tangan yang terangkat setinggi wajah. Bola mataku terangat ke atas. Barangkali Ia menatapku dari atas sana. Tak terasa air mataku terjatuh, merambat melewati pipi, kemudian jatuh membashi telekung.1956Please respect copyright.PENANALs0eg5Z6Hb
1956Please respect copyright.PENANARS4Ingj6QV
Tersirat sebuah makna yang kemudian kusadari, bahwa aku telah jauh dari arah yang seharusnya. Kemudian kurampalkan doa lagi.1956Please respect copyright.PENANAuWWM6c1SRE
1956Please respect copyright.PENANAJ4djCr4lj3
“Engkau adalah yang maha pemaaf dan pengampun. Aku hanyalah titik kecil dalam kertas. Aku bukanlah apa-apa, tidakpun aku menjadi siapa-siapa. Barangkali yang kulakukan terlampu batas yang Kauciptakan. Aku memohon pengampunan.”1956Please respect copyright.PENANAYaV88ymwD5
1956Please respect copyright.PENANA4cNbLa7XRj
Selesai berdoa aku beranjak bangkit, melepas telekung, melipat sajadah, dan memasukannya ke dalam lemari. Fajar terlihat masih pulas. Sejenak, kupandangi wajahnya, kemudian aku tersenyum. Remaja itu sungguh telah membuatku jatuh cinta kepadanya.1956Please respect copyright.PENANApaIkbXyB2C
1956Please respect copyright.PENANASk2eFBgJVC
Pintu kamar terbuka setengah. Lagi, kulirik wajahnya. Ia masih tertidur pulas. Dalam helaan nafasku, aku membentangkan kaki menuju ruang tamu.1956Please respect copyright.PENANATfTpaVYPRv
1956Please respect copyright.PENANAFXixhmstMB
Ruang tamu terasa lenggang. Dari kaca jendela di samping terlevisi, terlihat kaki langit yang mulai bersinar, walaupun agak malu. Mataku terhenti di pintu kamar anakku. Rasa bersalah kembali menaungi.1956Please respect copyright.PENANAgDejlu5dCc
1956Please respect copyright.PENANAHova5yzRF0
Aku selalu mengajarkan kepada anakku untuk selalu menghindari dosa, sedangkan aku sendiri malah melakukannya dengan sadar. Bukankah aku adalah manusia yang munafik. Aku juga sering berkata kepada anakku untuk menghindari perzinahan. Sementara aku malah melakukannya.1956Please respect copyright.PENANA7kMc2fsefr
1956Please respect copyright.PENANAfbVEctKqBQ
Dari kaca jendela ruang tamu, semburat cahaya orange menghambur, mencium mesra wajahku. Selintas, aku menyungging sebuah senyum. Pagi mulai menyapa. Dari kejauhan, terdengar derit pintu terbuka. Telingaku cukup peka untuk mendengar sesuatu dari keheningan. Terdengar langkah kaki mulai menyusul. Aku memejamkan mata sesaat. Langkah itu semakin terdengar. Aku masih menunduk, menatap kaki meja.1956Please respect copyright.PENANA6HQsV80aKH
1956Please respect copyright.PENANAAIu8YpyG1o
“Udah bangun, Tan,” Kini suara itu jelas terdengar.1956Please respect copyright.PENANAsYLcBl8N3K
1956Please respect copyright.PENANAuXtA2nTZWO
Aku mengangkat wajahku perlahan. Sepersekian detik kemudian aku kembali menunduk. Fajar duduk di hadapanku tanpa menggunakan sehelai pakain. Penisnya sempat terlihat sekilas olehku, berdiri tegak, dengan bulu-bulu tipis di sekitarnya.1956Please respect copyright.PENANARsUxabCoz6
1956Please respect copyright.PENANAYT06pRV2JS
“Pake baju!” kataku, masih menunduk.1956Please respect copyright.PENANAgDS2ctbKfO
1956Please respect copyright.PENANAu5xjsIFJi0
“Tante kaya gak pernah liat Fajar bugil aja,” katanya. “Lagian kita semalam udah ngentot juga,” sambungnya dengan vulgar.1956Please respect copyright.PENANAUDYZWJVnow
1956Please respect copyright.PENANAfnLjSEVI5E
“Kamu kenapa sih, Jar, selalu ngomong vulgar gitu?” aku memberanikan diri mengangkat wajahku. Menatapnya. Walaupun fokusku lebih menuju arah kemaluannya.1956Please respect copyright.PENANATLiFLZ3LAz
1956Please respect copyright.PENANAfjRKqXwTgx
Fajar berdehem. Ia mengelus dagunya dengan jari jempol dan telunjuk. Terlihat sedang berfikir.1956Please respect copyright.PENANA6vsZjMDSo1
1956Please respect copyright.PENANAameJXJLgwT
“Kenapa ‘ngentot’ termasuk kata kasar? ‘ngentot’ bukannya sama dengan bercinta? Bersetubuh?” Wajahnya berkerut. Ia memandangiku, meminta jawaban.1956Please respect copyright.PENANAyTPMpLFpOJ
1956Please respect copyright.PENANA2A4edkLwB8
“Ya, karena kata bercinta terdengar lebih sopan.” Jawabku.1956Please respect copyright.PENANAWKHPGwK4X9
1956Please respect copyright.PENANAAAvwMxnoYq
Fajar mencodongkan badannya. Lagi-lagi, bola mataku teralih pada kemaluannya. terlihat kulup penisnya bewarna merah muda. desir hangat itu, kembali menjamu.1956Please respect copyright.PENANAajncpnwRuD
1956Please respect copyright.PENANAxuph7HeSsr
“Berarti, vulgar atau tidaknya tergantung pembahasaan?” alisnya sedikit berkerut. “Kata, ‘kontol’ sama kemaluankan sama. Tapi, kenapa kalau orang bilang ‘kontol’ ia di kategorikan toxic? Aneh, kan, Tan?”1956Please respect copyright.PENANAXuNy7KjqID
1956Please respect copyright.PENANAptDsXvSiUx
“Ya, karena masyarakat menjujung tinggi nilai adab dan kesopanan.” Jawabku.1956Please respect copyright.PENANAZQGEVZMEHs
1956Please respect copyright.PENANA2TBfZD11qD
Fajar menarik tubuhnya, bersandar di sofa. Kini penisnya terlihat jelas. Besar, panjang, dan menggairahkan.1956Please respect copyright.PENANAFGaBR9VXqo
1956Please respect copyright.PENANAWsq5BB4IkO
“Udah, jangan dibahas lagi,” kataku ketika ia hendak berkomentar lagi. Sebab, jika sudah begini, pastilah di antara kami tidak akan ada yang mau mengalah.1956Please respect copyright.PENANAE6z1NUdx4T
1956Please respect copyright.PENANAnZ1yc9E0tD
“Kamu mandi, gih,” aku beranjak bangkit. “Tante mau masak dulu.” Kemudian aku beranjak melangkah menuju dapur.1956Please respect copyright.PENANAepOQTOmqwZ
1956Please respect copyright.PENANAmIk3sBYvkr
Sesampainya di dapur. Aku lekas memanaskan minyak. Meletakan lima potong ayam di piring. Tak lupa mengolesnya dengan tepung. Letup-letup kecil dari minyak mulai terdengar. Penuh hati-hati kumasukan ayam ke dalam wajan. Membiarkannya terpanggang hingga merah.1956Please respect copyright.PENANAisa7Fk6Wmv
1956Please respect copyright.PENANAhuib2uzutr
Setelah itu, aku meletakan ayam goreng dan nasi di atas meja, di samping teko air. Tak lama kemudian, terlihat sosok Fajar mendekat dan duduk di hadapanku.1956Please respect copyright.PENANATG2vRVkcQ2
1956Please respect copyright.PENANAuywtH8otfZ
Aku tersenyum memandanginya. Rambutnya terlihat masih basah, beberapa helai menutupi wajahnya. ia menggunakan kaos hitam berlengan pendek, khas kaos yang sering digunakan anakku.1956Please respect copyright.PENANAVd7WBxJGr2
1956Please respect copyright.PENANA4CAaMVKVc4
Rahangnya terlihat mengeras, ciri khasnya. Urat-urat pergelangan tangannya terlihat jelas, menambah kesan lelaki genjtle.1956Please respect copyright.PENANA3eTI41Uhsi
1956Please respect copyright.PENANAQFmi4hlfmG
Kemudian, hanya hening yang mengisi. Dengan takzim, kami melahap makanan. Sesekali mata kami bertempu dan saling melempar senyum. Lagi, dan lagi, aku kembali jatuh.1956Please respect copyright.PENANA02SIvWZi03
1956Please respect copyright.PENANAWJEKwoFGwx
***1956Please respect copyright.PENANAgkDtoE74Zg
1956Please respect copyright.PENANADp17IzP2E0
“Jangan lama-lama, Tan!” Terdengar suaranya sedikit berteriak dari ruang tamu. “Tante gak dandan juga cantik.”1956Please respect copyright.PENANAqYY6WC27VB
1956Please respect copyright.PENANAaCNgmLmtI1
“Tunggu!” Balasku dengan berteriak.1956Please respect copyright.PENANAPfEqcI5Bnf
1956Please respect copyright.PENANAFWEvKPPNB2
Aku sedang memoles wajahku dengan make-up, menyemportkan Farfum non alkohol, dan juga meliuk-kan pinggangku, memastikan penampilanku sudah cantik hari ini.1956Please respect copyright.PENANAoDKQa2H7Om
1956Please respect copyright.PENANAWLTIe7gLqY
Tak lama kemudian, aku keluar dari kamar, menghampiri Fajar di ruang tamu. Ia sendiri, masih berpakain sama sewaktu di meja makan. Celana pendek bewarna nila, dan kaos hitam lengan pendek. Kemudian, kami keluar rumah, beranjak menuju halaman dan masuk ke dalam mobil.1956Please respect copyright.PENANAMLoAlE9yF6
1956Please respect copyright.PENANAofAZcbOObs
Sewaktu di meja makan, Fajar mengajakku untuk berkeliling kota pekanbaru. Sebuah kota yang teramat kusayangi. Tanah kelahirkanku, tempat kubertumbuh, berpaduh kasih, dan menabur benih cinta.1956Please respect copyright.PENANAE0f4XmeBc2
1956Please respect copyright.PENANAxXx2Rk60Kv
Pekanbaru, kota panas, ya, tak dipungkiri jika disiang harinya, terik matahari sungguh terasa membakar kepala. Tapi, percayalah, Kota ini adalah kota yang yang teramat indah sekali. Jika seseorang berkata, Jogja adalah kota terbaik dan terindah. Mungkin, mereka bilang gitu karena belum pernah ke Pekanbaru.1956Please respect copyright.PENANAlFU2Sea1MZ
1956Please respect copyright.PENANA37mpOwOY1O
Aku memandang ke arah jalanan dari jendela yang tertutup. Warung-warung makan terlihat sepi, mungkin karena belum jam makan. Gedung-gedung menjulang tinggi di sepanjang jalanan.1956Please respect copyright.PENANAbo5EMxulNt
1956Please respect copyright.PENANA8pKkkVrNCI
“Tan, mau ke Indrustintin?” Terdengar suara Fajar memecah lamunan.1956Please respect copyright.PENANAoPuTjrmLAs
1956Please respect copyright.PENANANzCqmFeJGx
Aku meliriknya sekilas dengan siku yang bertopang di jok mobil. “Rame, Jar.” Jawabku singkat. “Tempat lain, aja.”1956Please respect copyright.PENANACuUo3W5ocB
1956Please respect copyright.PENANAPZ8bWXQ8Rk
Fajar mengangguk, fokus menyetir. Aku kembali membentangkan pandangan keluar jendela mobil. Sayup-sayup suara knalpot kendaraan roda dua dan empat terdengar. Di kaca mobil depan, kerumunan orang berkendara terlihat ramai. Di setiap sudut jalanan.1956Please respect copyright.PENANABE55u1XSaN
1956Please respect copyright.PENANApTrsq41qQl
Angkot-angkot terlihat menepi di bahu jalan. Di depan, dari sudut aku memandang, terlihat anak-anak SD yang sedang jajan, salah satu dari mereka terlihat riang memakan gulali. Aku tersenyum, sebuah pemandangan yang membuat hatiku meriah.1956Please respect copyright.PENANA4T82O4jFGP
1956Please respect copyright.PENANAK3wdaptf5u
Kami berhenti di sebuah pemakaman. Fajar memarkirkan mobil di tepi jalanan. Kemudian, aku dan ia turun dari mobil. Melangkah menuju setapak pemakaman.1956Please respect copyright.PENANA0nZzENaMDq
1956Please respect copyright.PENANADS3raB8wt2
Kuburan-kuburan terbentang luas menemani langkah kami. Pohon-pohon kamboja terlihat syahdu. Kami terus melangkah, tanpa bersuara. Aku membiarkannya membawaku.1956Please respect copyright.PENANAByR6qgKP2Z
1956Please respect copyright.PENANA6Jnj2XDKrA
Tak lama, kami berhenti di sebuah kuburan, yang di nisannya tertulis sebuah nama: Maya.1956Please respect copyright.PENANA3bUSyJO1Fx
1956Please respect copyright.PENANAglwhIvh7zE
Fajar berjongkok di depan kuburan itu, tangannya memegang nisan. Aku ikut berjongkok di sampingnya. Sekilas, kulihat wajahnya yang terlihat sendu.1956Please respect copyright.PENANAtg2fVBx10l
1956Please respect copyright.PENANA4lZC3VScj6
“Ini, Ibu, Tan,” Katanya. Suaranya terdengar pilu.1956Please respect copyright.PENANAKf3KSFV95W
1956Please respect copyright.PENANAtWKShF5rj6
Aku tidak menjawab. Aku membiarkannya melepas rindu kepada sosok perempuan yang telah melahirkannya ke dunia ini.1956Please respect copyright.PENANAxkHzvraQHJ
1956Please respect copyright.PENANA7rtAY9bsB7
Terdengar suaranya sedikit terkekeh. “Bu, Itu laras. Ibu sahabatnya Fajar,” ia melirik ku. Lalu kembali menatap kuburan. “Sekaligus kekasihnya Fajar.”1956Please respect copyright.PENANATk2eQu0Ov1
1956Please respect copyright.PENANArqLtIlHkEg
Lagi-lagi aku diam.1956Please respect copyright.PENANAj38JaKGGUE
1956Please respect copyright.PENANA6OrPPtPlxe
“Fajar, udah murtad, Bu.” Kali ini suaranya terdengar serius. “Ibu kecewa gak? Maaf kalau ibu kecewa. Maaf, ya, bu.” Tangannya mengelus kuburan, mengelus tanah kasar bewarna agak merah. Ia melanjutkan. “Makasih banyak udah ngelahirin Fajar ke dunia.” Terdengar helaan nafasnya. Kemudian, ia beranjak bangkit.1956Please respect copyright.PENANANUhFbJEiZp
1956Please respect copyright.PENANAcvwkzwSmDS
Di sepanjang perjalanan keluar kuburan, aku tidak bersuara. Fajar juga begitu. Hanya keheningan yang menyapa di setiap langkah kami.1956Please respect copyright.PENANArBNOoEROnB
1956Please respect copyright.PENANAsxC1jEQ7Y5
Dalam mobil, aku bertanya kepadanya. “Mau kemana lagi?”1956Please respect copyright.PENANAJaycNFVKj7
1956Please respect copyright.PENANAYYeZ0xy1mm
Fajar menoleh ke arahku. Kedua tangannya memegang kemudi. Dia tersenyum dan berkata, “Mutar-mutar gak jelas aja, mau, Tan?”1956Please respect copyright.PENANA6Xr5Z0bTka
1956Please respect copyright.PENANApwTleLR6Zk
Aku balik tersenyum. Mengangguk.1956Please respect copyright.PENANA7yeXLakY2U
1956Please respect copyright.PENANACszu3UWVLK
Tangan kirinya, meraih tangan kananku. Kemudian ia genggam. Sudut bibirnya terangkat ke atas, mencipta sebuah senyum hangat.1956Please respect copyright.PENANAADWXxCX2Gw
1956Please respect copyright.PENANAqzQUTAXk6X
“Makasih.”1956Please respect copyright.PENANABPIMdCBdSs
1956Please respect copyright.PENANAuHI8BNciFk
***1956Please respect copyright.PENANAvPJY1grucm
1956Please respect copyright.PENANAEsBCIYkiiJ
Riuh tawa, perbicangan hangat, sentuhan-sentuhan, mengisi perjalanan tidak jelas kami. Dalam mobil aku merasakan sekuntum bunga yang bermekaran. Aromanya sungguh wangi sekali, lebih wangi dari parfum ruangan yang dibandrol dengan harga yang sangat mahal.1956Please respect copyright.PENANAdbppwIqVgm
1956Please respect copyright.PENANAlVfxV5oIHv
Menjelang siang, kami berhenti di kedai tepi jalan. Duduk di satu meja. menikmati Es kelapa muda.1956Please respect copyright.PENANAmIcdgWzzNn
1956Please respect copyright.PENANASMBoLPGDoq
Seperti pasangan suami-istri, kami berbincang sana-sini. Membahas setiap hal yang tidak perlu, tidak bermanfaat. Tapi, obrolan semacam itu, malah menghangatkan.1956Please respect copyright.PENANAtDB0ptvGCY
1956Please respect copyright.PENANAuis9mkvbaO
Tidak ada jarak usia di antara kami berdua. Piyur seperti sepasang kekasih. Ia juga tidak berprilaku seperti biasanya. Biasanya ia sering menggodaku. Sekarang, ia malah bersikap lemah-lembut. Ini. Ini sosok yang aku inginkan darinya. Dari remaja seumuran anakku.1956Please respect copyright.PENANAQDOTpgCvK9
1956Please respect copyright.PENANAVNWeURukwU
Sehabis itu, kami terus menapak di jalanan Pekanbaru. Kota yang teramat kucintai. Kami berbincang, dan terus berbincang. Sesekali ia melempar jokes.1956Please respect copyright.PENANAbXtf0boxlG
1956Please respect copyright.PENANAYPD6fMHFHH
“Karya, karya apa yang enak?” tanyanya sambil mengulum senyum.1956Please respect copyright.PENANApQetZjzmvy
1956Please respect copyright.PENANA6kMoL6T0Lf
Aku berfikir sejenak. “Karya kudapan!” jawabku, antusias.1956Please respect copyright.PENANAOQZjRMXV4d
1956Please respect copyright.PENANA8Dup1qsxh1
Fajar menggeleng.1956Please respect copyright.PENANAPZGtAOep6l
1956Please respect copyright.PENANAtVzIsG12Ky
Aku berdehem. Kembali berfikir. Detik berlalu. Akhirnya aku menyerah.1956Please respect copyright.PENANAVsutyNoI6o
1956Please respect copyright.PENANA76H7Z5aU5B
“Karya Anyaman.” Tawanya tertahan di dada. “Anyaman-anyaman.” Kali ini tawanya pecah. Tangan kanannya memukul kemudi. Wajahnya dipenuhi gores senyum. Terdengar gelak tawa di seisi ruang mobil. Aku ikut tertawa, walaupun tidak terbahak sepertinya.1956Please respect copyright.PENANAi2SjGUsm6C
1956Please respect copyright.PENANA5boLGVPJDP
Kami juga sempat berhenti di sebuah toko buku. Hanya melihat-lihat saja, tidak ada keinginan untuk membeli. Perkiraanku, kami menghabiskan waktu dua jam hanya untuk membaca buku gratis di ruang baca yang telah disediakan.1956Please respect copyright.PENANANR2y41hh89
1956Please respect copyright.PENANA2zoRiSyV16
Perihal buku, Fajar selalu serius. Wajahnya terlihat fokus menatap deretan huruf-huruf. Sementara aku, menyandarkan kepalaku di bahunya. Ya, entah kenapa aku mulai terbiasa bersikap manja kepadanya. Sebuah penerimaan.1956Please respect copyright.PENANAsPhdbFNDPf
1956Please respect copyright.PENANAcvxxseTkAN
“Ih, kamu fokus banget baca buku.” Kataku, memanyunkan bibir. Berpura-pura ngambek. Fajar meletakan bukunya di meja. ia beranjak berdiri, mengambil satu buku di rak samping tempat kami duduk.1956Please respect copyright.PENANA8mxzdoRaiF
1956Please respect copyright.PENANAQ4THS29Crw
“Mau dibacain dongeng?” Alisnya berkerut. Tangan nya mengangkat buku setinggi dadanya.1956Please respect copyright.PENANAn14fCWlj8L
1956Please respect copyright.PENANATguezsneWr
aku malah terkekeh. “Tante bukan anak kecil,” kataku.1956Please respect copyright.PENANAzXWjoUttOo
1956Please respect copyright.PENANAzCBfqbMMdU
Ia kemudian beranjak duduk di sampingku. Tangannya menarik kepalaku agar bersandar di bahunya.1956Please respect copyright.PENANAdu9XcnEHTh
1956Please respect copyright.PENANAWd8NloXDLM
Aku memejamkan mata. Rasa nyaman kembali kurasakan. Terlebih ruang baca hanya ada kami berdua. Aroma wangi parfumnya tercium. Harum.1956Please respect copyright.PENANAu7GEF0yVoG
1956Please respect copyright.PENANAoElnaAr8xf
Perlahan, terdengar lembaran buku terbuka. Suaranya menyusul kemudian. Dengan piawai, Fajar berdongeng seperti seorang ayah kepada anak gadisnya. Aku memejamkan mata, menikmati suaranya yang terdengar merdu masuk dalam telingaku. Ini, Ini yang kucari.1956Please respect copyright.PENANA2RbyfWfWMQ
1956Please respect copyright.PENANAN6YTOI7RhZ
Keluar dari toko buku, kami membeli jajanan ringan, lalu masuk ke dalam mobil. Memakan jajanan di dalamnya. Di parkiran tepi jalan, kami menikmati pedasnya pentol tusuk. Sesekali ia mengadu kepedasan, dan kusambut dengan tawa. Lalu kusodorkan sebotol air kepadanya. Kami juga saling ber suap-suapan. Lagi, lagi, dan lagi, bunga-bunga bermekaran di taman hatiku. Ini, ini yang kucari.1956Please respect copyright.PENANA5eHw4KtaZd
1956Please respect copyright.PENANAkCH4wb93go
***1956Please respect copyright.PENANAvYfhvNb8Pa
1956Please respect copyright.PENANAzxVDYTfVm4
Dari kaca jendela mobil, langit-langit menguning. Waktu berlalu begitu cepat. Dari pagi hingga sore, kami menghabiskan waktu berdua, menabur kenangan di setiap sudut jalan Pekanbaru. Seharian dengannya, terasa begitu mengasikan. Hal-hal kecil yang kami lakukan terasa begitu indah.1956Please respect copyright.PENANAfKasRNtW1q
1956Please respect copyright.PENANABAiLO4tOi9
Aku meliriknya. Pandangannya fokus ke depan, ke arah jalan. Wajahnya terlihat sedikit kusam sebab cahaya matahari di siang hari tadi.1956Please respect copyright.PENANAWsu9nJErLK
1956Please respect copyright.PENANA7KobZAfLpK
“Langsung mau pulang?” tanyaku.1956Please respect copyright.PENANArHDzYjzuIJ
1956Please respect copyright.PENANACdRhCoi3jm
Fajar menoleh ke arahku dan tersenyum. “Tante mau pulang?” tanyanya balik.1956Please respect copyright.PENANANZM6ORZlBw
1956Please respect copyright.PENANAcgcKfdupGx
Aku memanyunkan bibir lalu menggeleng. Menolak untuk menyudahi kebersamaan ini.1956Please respect copyright.PENANAIgmTkLhVrg
1956Please respect copyright.PENANAAbAMZE0MkC
“Mau makan?” tanyanya. Senyumnya masih sama. Menghangatkan.1956Please respect copyright.PENANAYB603VjQp0
1956Please respect copyright.PENANA4TRNn9ZToX
Aku mengangguk, antusias.1956Please respect copyright.PENANAwjPm7sGXTA
1956Please respect copyright.PENANAUEtxrsfsj1
Kemudian tangan kirinya mengelus puncak kepalaku yang terbalut jilbab dengan mesra.1956Please respect copyright.PENANAd2p0clfeYd
1956Please respect copyright.PENANAyEzyEWgBnT
Aku tersenyum hangat kepadanya. Dalam mobil, cinta bersemi seperti sekuntum bunga yang wangi.1956Please respect copyright.PENANA82dgRrgl3y
1956Please respect copyright.PENANAZ6vI0HBDh5
Tidak lama kemudian, mobil yang kami kendarai berhenti di sebuah warung bakso di tepian jalan. Fajar memarkirkan mobil sedikit lebih jauh dari warung.1956Please respect copyright.PENANAF3zjTej6q3
1956Please respect copyright.PENANApVbsp11i1M
Kami keluar dari mobil. berjalan menuju warung bakso bergandengan tangan, seperti sepasang kekasih.1956Please respect copyright.PENANAzSlzGM9FdR
1956Please respect copyright.PENANAhDyLqiTLDq
“Pak, dua, ya. Yang pedas satu, satunya biasa aja,” katanya kepada si tukang bakso. Sekilas ia melirikku ke arahku, tersenyum. Aku membalas tersenyum.1956Please respect copyright.PENANAvcEowMahxY
1956Please respect copyright.PENANAzhXzfFLjwB
Kemudian kami duduk di satu meja, di pojok ruang. Warung bakso ini tidak terlalu besar. Hanya terdapat tiga meja dengan dua bangku berhadapan, di samping kiri. di samping kanan (tempatku dan Fajar duduk) terdapat 3 meja, dua meja kecil dengan dua bangku, dan satu meja lebar dan dua bangku lebar.1956Please respect copyright.PENANAg8Hvb7sW8G
1956Please respect copyright.PENANAMy7ou1J44z
“Tan, habis makan, ke taman, yuk?” Fajar melipat tangannya di atas meja. tubuhnya sedikit condong ke arahku.1956Please respect copyright.PENANAkwEHyfIxyH
1956Please respect copyright.PENANAircnMCfhpw
Aku berdehem. “Boleh.” Jawabku, singkat.1956Please respect copyright.PENANABvRqEFlA3v
1956Please respect copyright.PENANAQb0CwFGA2v
Lalu, kami jatuh dalam kesibukan masing-masing. Dengan lahap aku mengunyah bakso. Rasa asin kuah terasa menyatu dengan lidah. Di tambah dengan rasa pedas yang membuat rasa menjadi nikmat.1956Please respect copyright.PENANA4XC8GHZsUp
1956Please respect copyright.PENANAIQpofamoYZ
Aku agak heran, kenapa sebagian orang tidak menyukai rasa pedas, agaknya ada yang masalah dari lidah mereka.1956Please respect copyright.PENANAySA6dYRZP5
1956Please respect copyright.PENANAQAlLqNFhk3
Sambil mengunyah bakso, aku meliriknya sekilas. Mata kami bertemu. Ia tersenyum kepadaku dengan bibir yang terlihat berminyak. Aku membalas senyumnya. Lalu, kami melanjutkan memakan bakso masing-masing.1956Please respect copyright.PENANAlEwbDEicN3
1956Please respect copyright.PENANAPczt3xExio
“Hari ini seru banget, kan, Tan?” Fajar menuang air ke dua gelas. Gelas satunya ia sodorkan kepadaku.1956Please respect copyright.PENANA8IO2eUUh8V
1956Please respect copyright.PENANAZ1wAyOWa7J
Baksoku sudah habis, hanya menyisakan mangkok dan kuah yang bewarna kemerahan. Kuteguk air perlahan, lalu menyeka bibirku dengan tisu yang kuambil di atas meja, di samping teko air.1956Please respect copyright.PENANAE7aMOgJsBl
1956Please respect copyright.PENANAKHMASJ4wji
“Seru,” jawabku. “Baru kali ini tante ngerasain sebahagia ini. Seru banget, sangat, sangat, sangat, seru.”1956Please respect copyright.PENANAsUNUJODCax
1956Please respect copyright.PENANAO7zPMs6Pst
“Lebih seru daripada sama Om Dimas, kan?” tanyanya lagi.1956Please respect copyright.PENANAXPh2sM2uzw
1956Please respect copyright.PENANARrY4hpzxgW
Aku menunduk. Tidak menjawab. Pertanyaan itu terlalu sulit untuk ku jawab. Walaupun dalam hatiku, aku merasakan kebahagian lebih jika bersama Fajar daripada suamiku. Aneh.1956Please respect copyright.PENANALXo8TkhwzS
1956Please respect copyright.PENANAynAbQ6ua30
“Habis ini, kita langsung ke taman?” tanyaku, mengalihkan pembicaraan. “Habis tante solat Magrib aja, ya?”1956Please respect copyright.PENANAyDWUUxin9f
1956Please respect copyright.PENANAGwB2jwAB3n
Fajar tersenyum dan mengangguk.1956Please respect copyright.PENANAoy3fe9Vhxs
1956Please respect copyright.PENANAwChOyiA75W
Kali ini, aku memberanikan menyentuh telapak tangannya. Sambil tersenyum, kutatap manik matanya. Dari bola mata hitamnya, terlihat aku di sana. Hanya aku.1956Please respect copyright.PENANA8SSeVQ99Yd
1956Please respect copyright.PENANA2y5MmqM71w
“Makasih,” kataku, pelan.1956Please respect copyright.PENANANaV0bO1FuT
1956Please respect copyright.PENANAGpadM3fYY5
***1956Please respect copyright.PENANAqM75u8MVkD
1956Please respect copyright.PENANAGHsWSo39jh
Langit-langit menghitam. Lampu-lampu jalan bercahaya terang mengisi kegelapan malam. Bangunan-bangunan yang berjejer rapi, terlihat memukau dari setiap sudut mereka yang memandang. Jarum jam di lenganku menunjuk pukul 18. 59, hampir menyentuh pukul 19.00.1956Please respect copyright.PENANAIUvtSbFc42
1956Please respect copyright.PENANAle1I1iD7E9
Fajar masih fokus menyetir. Bibirnya bergerak, melahirkan senandung kecil yang terdengar merdu. Aku menyandarkan kepalaku di bahunya. Memejamkan mata sambil menikmati kemesraan yang tidak pernah pudar ini.1956Please respect copyright.PENANA7R9s0dmCpK
1956Please respect copyright.PENANACfTx4JOCmB
“Masih jauh?” tanyaku.1956Please respect copyright.PENANADIar5f1OeR
1956Please respect copyright.PENANA2WtASBmuvT
Terasa tangannya mengelus puncak kepalaku. “Dikit lagi sampe,” jawabnya.1956Please respect copyright.PENANA5J0NPZHggP
1956Please respect copyright.PENANAcZnH4hT1ap
Aku mengangguk pelan.1956Please respect copyright.PENANArl3yuG4bkw
1956Please respect copyright.PENANAGkAthtfTcc
Sesekali aku mengusel di bahunya seperti kucing yang bermanja kepada tuannya. Aku memang seperti ini, sosok yang teramat manja aslinya, tapi kadang aku juga bisa bersikap tegas.1956Please respect copyright.PENANAtmvXDTRYN8
1956Please respect copyright.PENANA7RmuNZ6VIX
Detik berlalu, menjadi menit. Satuan bersatu menjadi belasan. Mobil yang kami kendarai, berhenti di sebuah taman yang letaknya di pinggiran jalan. Fajar memarkirkan mobil di dalam taman, di samping bangku taman.1956Please respect copyright.PENANA2MOfchqRHM
1956Please respect copyright.PENANAMGNBXpl5r6
Dari samping jendela mobil, terlihat lampu-lampu bersinar terang menyinari seisi taman. Tak sabaran, aku membuka pintu mobil dan langsung melangkah.1956Please respect copyright.PENANAreadSWdINX
1956Please respect copyright.PENANAfnEewFnLvV
“Jangan lari, Tan,” Terdengar suaranya dari belakang.1956Please respect copyright.PENANASXP075EBIM
1956Please respect copyright.PENANAylJMxsiBxO
Aku menghiraukannya dan terus berlarian kecil menuju bangku taman yang letaknya agak jauh dari posisi mobil. Langkahku terhenti seketika.1956Please respect copyright.PENANADxvyJSbJiW
1956Please respect copyright.PENANAwet90s32KR
Mataku tertuju ke arah jembatan yang melengkung, yang letaknya tidak jauh dari arahku berdiri. Jembatan itu terlihat bersinar terang, sebab penyanggahnya dikelilingi oleh lampu lilit.1956Please respect copyright.PENANA4jeMpmoFXe
1956Please respect copyright.PENANAgh2KUt2yJ2
Aku melangkah menuju jembatan itu. Tiba-tiba hatiku terasa hangat. Aku berputar kecil sambil memejamkan mata. Kedua telapak tanganku bertopang di penyanggah jembatan.1956Please respect copyright.PENANAFuKVZMDOIj
1956Please respect copyright.PENANAVT90qGQRRI
Ikan-ikan kecil terlihat menyembul dari kolam. beberapa ikan besar juga terlihat, seperti sengaja menampakkan diri.1956Please respect copyright.PENANAUbcqUpnntx
1956Please respect copyright.PENANAfIMvnGoc95
“Indah, kan, Tan?” Tiba-tiba terdengar suara Fajar. Ia berdiri di sampingku.1956Please respect copyright.PENANAMUktOj0HhI
1956Please respect copyright.PENANAescnHbFCps
Aku mengangguk, masih menatap kolam. Senyumku terkulum, menahan mekar di dada. Cahaya bulan jatuh dalam air, membuat lingkaran cahaya.1956Please respect copyright.PENANA5PEcunpjTb
1956Please respect copyright.PENANAv6xgwSIVYE
“Makasih, ya,” kataku, pelan, menoleh ke arahnya.1956Please respect copyright.PENANAQqzL4cQ52Y
1956Please respect copyright.PENANAsvCC4hwcwn
Fajar membalas tersenyum. Sekilas, kurasakan ketenangan dari raut wajahnya yang terlihat begitu menangkan.1956Please respect copyright.PENANAtCLkALFGPo
1956Please respect copyright.PENANAdMFbPEWPz1
Lembut, kurasakan sentuhan hangat di jemariku. Rasanya seperti mengudara dan terbang di angkasa. Dalam satu tarikan, ia rengkuh tubuhku dalam peluknya.1956Please respect copyright.PENANANYYbPQBeKx
1956Please respect copyright.PENANAf2vm5yC8Kx
Di bawah sinar rembulan, kami berpelukan. Bising kendaraan seakan tidak terdengar, tidak mengusik kemesraan kami sama sekali.1956Please respect copyright.PENANAKyt9p76Of2
1956Please respect copyright.PENANAIwVt9IuVBu
Lalu, kami saling menatap. Bola mata kami seperti memancarkan sebuah kilau kasih yang tidak terbendung. Aku berjinjit sedikit, kini, giliran aku yang mendaratkan cumbuan di bibirnya.1956Please respect copyright.PENANA2Pm0a6vBw2
1956Please respect copyright.PENANAO0RbaM4RyF
Sembari menutup mata, aku melumat lembut bibirnya. Ia membalas lumatanku. Kedua tangannya melingkar di kepalaku. Kami jatuh dalam lumatan penuh gairah, di sebuah taman, pinggiran jalan. Berteman malam dan cahaya rembulan. Di jembatan atas kolam. Ini. Ini yang kucari selama ini.
Bersambung
1956Please respect copyright.PENANAhEDI9jpDaP
1956Please respect copyright.PENANACb2PZoai2K