Mobil Rama sudah berada di depan pagar tinggi sebuah rumah mewah di kawasan Dago Bandung. Beberapa saat kemudian pintu pagar itu terbuka, terlihat seorang pria dengan perawakan tinggi besar dengan memakai pakaian safari gelap membukakan pintu pagar itu untuk Rama. Rama membuka kaca mobilnya, melongokkan kepalanya keluar.
"Om Yosh ada?" Tanya Rama pada pria besar itu.
"Ada Mas, sudah ditunggu di dalam" Jawab pria itu dengan senyum ramah pada Rama.
"Oke, makasih ya." Balas Rama yang kemudian kembali memacu mobilnya menuju halaman rumah mewah itu.
Setelah memarkirkan mobilnya tepat di bawah altar rumah, Rama beranjak menuju ruang tamu, tempat dimana Om Yosh sudah menunggunya. Sesaat dia melirik jam tangan rolex miliknya, sudah hampir subuh, ada maksud apa Om Yosh memanggilnya selarut ini? Apa ada masalah dengan pekerjaannya?
Pertanyaan-pertanyaan itu sedari tadi telah dipikirkan oleh Rama karena memang tidak biasanya Om Yosh memanggilnya pada jam-jam istirahat seperti ini. Rama memasuki ruang tamu rumah mewah itu, matanya menjelajah seluruh isi ruangan tapi sosok Om Yosh tak ditemukannya berada di sana.
"Baru datang?" Rama mendongakkan kepalanya, mencari sumber suara itu, didapatinya Om Yosh sedang berjalan menuruni tangga menuju ruang tamu.
"Iya Pi, baru aja nyampek." Jawab Rama.
"Ayo duduk dulu, mau minum apa? Wine? Vodka? "
"Duh jangan Pi, ntar nggak bisa balik ke Jakarta kalo minumnya kayak gitu, hehehe."
"Kenapa harus buru-buru? Ada urusan mendesak di Jakarta? Hmmm?" Tanya Om Yosh sambil menyodorkan gelas yang berisi cairan bening pada Rama.
"Enggak sih Pi." Jawab Rama dengan intonasi ragu.
"Kalo nggak ada yang mendesak hari ini Kamu tidur di sini saja, nanti kalo udah nggak terlalu capek baru balik ke Jakarta. Ayo minum dulu." Kata Om Yosh, pelan tapi tegas, permintaan yang seperti biasa tidak akan bisa ditolak oleh Rama.
"Ehhmmm, gimana hari ini? Lancar kerjaan kamu Ram?" Tanya Om Yosh kembali.
"Lancar kok Pi, standar seperti biasanya? Kalo boleh tau apa ada masalah dengan pekerjaan saya Pi? Kok sampai harus ketemu Papi selarut ini?"
"Hmmm,nggak ada masalah, tenang aja, justru karena kerjaan kamu sangat memuaskan selama ini, Aku memanggilmu sekarang."
"Maksudnya gimana Pi?" Tanya Rama bingung.
"Begini Ram." Om Yosh berdiri dari tempat duduknya sambil memegang gelas.
"Aku ingin beberapa hari ke depan Kamu menjaga putri sahabatku dari Jepang."
"Menjaga? Seperti seorang bodyguard gitu Pi?" Tanya Rama masih dengan mimik wajah bingung.
"Yaahh kurang lebih seperti itu, tapi lebih pada tugas seorang guide. Putri sahabatku ini baru pertama kali datang ke Indonesia, sebelum dia menikah akhir bulan nanti dia ingin menikmati liburan di negeri yang sama sekali belum pernah dia kunjungi." Jelas Om Yosh, Rama memperhatikan dengan detail tiap kalimat yang diucapkan oleh bos nya itu.
"Tapi ingat Rama, tugasmu hanya menemaninya saja. Jangan sekalipun coba-coba untuk menyentuhnya, nama baikku dipertaruhkan dalam tugas ini." Tegas Om Yosh dengan mimik wajah serius.
"Baik Pi, saya sanggup menjalankan tugas itu, tapi kalo boleh tau, kenapa Papi menyerahkan tugas itu pada saya?"
"Karena cuma kamu yang bisa Papi percaya."
207Please respect copyright.PENANApP8YiQHVjS
***
207Please respect copyright.PENANAzz6ZvRhGxu
FLASHBACK 2019-RAMA POV
Aku masih duduk menunggu Bu Mayang di sebuah cafe kawasan Sudirman, seseorang yang diutus oleh Perusahaan ansuransi Adhy Raksa untuk menegosiasikan kesepakatan asuransi untuk seluruh karyawan Om Yosh. Ya, Om Yosh punya rencana untuk memberikan fasilitas ansuransi kesehatan bagi seluruh karyawan yang bekerja di perusahaan retailnya. Untuk membicarakan detail kesepakatan sebelum penandatanganan kontrak, Om Yosh mengutusku untuk menegosiasikannya.
Sudah hampir lima bulan aku bekerja untuk Om Yosh, sebenarnya tidak ada jabatan tertentu yang aku emban dalam pekerjaan ini. Tugasku seperti seorang sekretaris, membuat notulen pertemuan bisnis dan menyiapkan berkas-berkas tertentu untuk kepentingan pertemuan bisnis adalah job desk utamaku, tapi tetap saja sebutan sekretaris membuatku risih mendengarnya karena profesi itu identik dengan perempuan. Aku lebih suka disebut sebagai orang kepercayaan Om Yosh, terdengar lebih macho, yah meskipun kualifikasi tugasnya adalah sebagai sekretaris.
Bekerja pada Om Yosh merupakan lompatan karier yang luar biasa bagiku, tidak pernah sekalipun terpikir di benakku akan bekerja dengan suasana perkantoran seperti ini. Hanya dengan bermodalkan ijazah SMA kini aku digaji 10 juta/per bulan, sulit rasanya membayangkan bagaimana mimpi-mimpiku tentang kesuksesan terwujud begitu cepat. Pertemuanku dengan Om Yosh seolah menjadi jalan pembuka mimpi-mimpiku.
Kini aku tak perlu lagi menahan lapar saat uang dikantong hanya menyisakan beberapa lembar puluhan ribu, tempat tinggalkupun sudah sangat layak tak seperti kamar kos kecil berukuran tak lebih dari 3x3 meter yang hampir 1 tahun aku tempati setibanya di Jakarta. Belum lagi satu bulan ini Aku sudah mendapat fasilitas tambahan lain dari Om Yosh, yaitu mobil pribadi, hanya dalam rentang waktu tak lebih dari 1 tahun aku sudah mendapat berbagai macam kemewahan dari Om Yosh.
Awalnya aku sempat menolak ajakan Om Yosh untuk ikut membantunya dalam menjalankan bisnis retail, bukan karena maksud tertentu, Aku hanya merasa tidak nyaman jika keputusanku mengembalikan tas Om Yosh dianggap sebagai tindakan yang membutuhkan pamrih. Tapi Om Yosh meyakinkanku jika pekerjaan yang dia tawarkan memerlukan kualifikasi orang sepertiku, kejujuran dan loyalitas. Akhirnya aku menerima tawaran itu, sebisa mungkin aku menjalankan tugasku dengan baik, aku tidak ingin mengecewakan kepercayaan dari orang yang telah menyelamatkanku dari lubang kemiskinan.
Satu bulan terakhir tugasku bertambah, Om Yosh mulai sering memintaku untuk mewakili dirinya dalam hal menegosiasikan berbagai macam kesepakatan dengan pihak lain sehubungan dengan bisnis retailnya. Entah apa pertimbangan beliau mempercayakan urusan ini kepadaku, yang pasti aku menjadi bangga karena ternyata kinerjaku selama ini cukup memuaskan Om Yosh hingga aku diberi kepercayaan untuk mewakili dirinya dalam urusan bisnis.
Seperti halnya hari ini, sudah hampir satu jam aku menunggu orang yang bernama Mayang untuk menegosiasikan kesepakatan asuransi karyawan. Aku tipe orang yang sangat menghargai waktu, bagiku intregitas seseorang diukur dari ketepatan waktunya dalam menjalankan tugas. Telat 1 jam sudah memberikan gambaran padaku tentang kualitas orang bernama Mayang ini.
"Sorry, benar ini Pak Rama?" Suara seorang perempuan muda kira-kira berusia 23 tahun tiba-tiba menyadarkanku dari lamunan.
"I-iya benar" Jawabku gugup.
"Saya Mayang, sorry telat, udah lama ya nunggunya?" Cerocosnya sambil menarik tempat duduk di depanku.
Aku masih mengamati wanita itu, wajahnya yang putih bersih dengan khas oriental terbalut blazer gelap dan rok hitam setinggi lutut membuat tubuhnya yang langsing dan padat d daerah dada membuat pandangan mataku teralihkan untuk sesaat.
Jujur saja selama tinggal di Jakarta interaksiku dengan lawan jenis tidak begitu banyak, jadi wajar saja jika pikiranku menjadi kacau hingga membuat mulutku tergagap saat melihat Mayang untuk pertama kali. Tanpa aku sadari Mayang ternyata mengetahui kegugupanku itu, senyumnya mengembang, sungguh itu senyum termanis yang pernah aku lihat.
"So, kita jadi kan membicarakan masalah pekerjaan?" Sekali lagi Mayang berhasil mengagetkanku.
"Eh, I-Iya. Kita mulai sekarang?" Jawabku terbata-bata sambil mengalihkan pandanganku pada isi tas, mencoba mencari beberapa berkas yang sebetulnya sudah aku hapal di luar kepala.
Entah kenapa siang ini Aku bertindak random sekali saat bertemu Mayang. Selanjutnya selama hampir tigapuluh menit Kami berdua membicarakan tentang detail-detail kontrak, sebisa mungkin Aku curahkan konsentrasi pada pekerjaan meskipun pesona Mayang begitu menyita perhatianku.
"Well, jadi untuk realisasi kontrak bisa kita lakukan kapan Pak?" Tanya Mayang setelah membereskan beberapa berkas ke dalam tas kerjanya.
"Secepatnya, biasanya paling lama satu minggu udah bisa tanda tangan." Jawabku.
"Oke, sekarang kita mau gimana?" Tanya Mayang kembali, dan itu membuatku bingung.
"Maksudnya?" Tanyaku dengan muka bengong.
"Iyaa, Kita gimana habis ini?"
"Sorry, Saya bener-bener nggak ngerti dengan maksud Mayang." Mayang bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri kursi yang Aku duduki.
Tiba-tiba buluku dibuat merinding oleh Mayang saat bibirnya mendekati telingaku dan membisikkan sesuatu yang sama sekali tidak pernah Aku duga sebelumnya.
"Saya akan muasin Bapak hari ini, dimanapun Bapak mau."
207Please respect copyright.PENANAP8693ZIxRF
***
207Please respect copyright.PENANAmu3fkjZSmx
"AAARRGGHHTT!!! FUCK ME RAMA!!! YEEEESSS FUCK ME !!"
Dengan posisi menungging seperti ini tubuh Mayang terlihat makin sexy, ditambah buliran keringatnya yang mengalir di seluruh tubuh membuatku semakin bertambah beringas menghajar lubang vaginanya dari belakang. Sudah hampir setengah jam aku menyetubuhi gadis cantik ini di ruang kerjaku, meja kerjaku sudah berantakan akibat kenakalan kami yang menjadikannya sebagai ranjang dadakan.
Referensiku yang begitu minim tentang tempat mesum aman di sore hari membuatku akhirnya membawa Mayang ke kantor untuk melepaskan nafsu birahi. Satu-satunya pertimbanganku untuk melakukan aktifitas sex di kantorku adalah suasana ruanganku yang terpisah jauh dari ruang kerja karyawan lain. Ya, ruang kerjaku terletak di lantai paling atas, hanya ada dua ruangan di situ, ruangan Om Yosh dan ruanganku. Kenyataan bahwa hari ini Om Yosh sedang berada di Jepang membuatku terpikir untuk menggunakan ruang kerja sebagai lokasi eksekusi.
Aku masih menggerakan pinggulku maju mundur, tanganku memegang erat pinggul Mayang yang menungging di depanku. Dua tangan Mayang memegang erat permukaan meja kerjaku agar tubuh rampingnya tak terhempas terlalu jauh saat penisku mengoyak-ngoyak isi vaginanya.
"Oooohhhhh! Oooohhhh!! Yeesss!! Lebih keras Rama!! Fuck !!"
Aku semakin bersemangat menggenjot tubuh wanita itu dari belakang, gerakanku semakin cepat dan keras. Satu tanganku menjambak rambut Mayang dari belakang, membuat kepalanya terdongak ke atas. Ini adalah pengalaman pertamaku bercinta dengan seorang wanita, baru kali ini aku bisa mempraktekan adegan dalam porn movie yang terkadang aku tonton saat memiliki waktu senggang. Ternyata benar kata orang, praktek itu lebih mengasyikkan dibanding dengan hanya teori.
"Aaaaarrgghhhtttt!!!"
Aku mengerang kencang saat aku rasakan dorongan kuat dari batang penisku, seperti ada sesuatu yang harus segera aku semprotkan keluar. Segera aku cabut batang penisku dari dalam vagina Mayang, Aku mengocok sebentar batang penisku yang terasa lengket dan basah akibat cairan vagina Mayang. Sesaat kemudian tubuhku mengejang hebat saat dari ujung penisku menyemprotkan cairan kental berwarna putih ke atas pantat Mayang yang masih berdiri menungging di depanku.
"AAARRGGHHTTTT!!! AAARHHTTTT!!!"
Sekali lagi Aku berteriak kencang, ejakulasi pertamaku benar-benar membuat tubuhku merasakan sensasi yang luar biasa, sensasi yang sampai sekarang sulit aku gambarkan. Semprotan terakhirku pada tubuh Mayang membuat lututku sedikit gontai dan lemas, Aku rebahkan badanku pada sofa yang terletak di belakang tempatku berdiri. Tubuhku benar-benar lemas setelah menyemprotkan sperma, aku mencoba mengatur nafas yang tersenggal-senggal.
Mayang tiba-tiba membalikkan badannya, mata sipitnya menatapku dengan tatapan lucu, senyumnya kembali merekah saat melihat tubuhku yang lemas di atas sofa. Perlahan Mayang menghampiriku, sungguh wanita ini masih terlihat sangat cantik meskipun keringat telah membasahi tubuhnya. Mayang menjongkokan tubuhnya di hadapanku, Aku menatapnya dengan heran karena Aku tidak tau apalagi yang akan dia lakukan padaku.
"Aku bersihin ya." Katanya lembut.
Sebelum aku memberikan ijin, mulut Mayang sudah berada di dekat penisku yang masih mengeras, dia kembali mengulum penisku, menghisapnya dengan lembut, menyedot semua sisa sperma yang mungkin masih tersisa di dalam penisku. Mayang benar-benar membuatku bertambah lemas, tapi meskipun begitu hisapan mulutnya kembali membangkitkan gairahku untuk kembali bercinta, entah harus sampai berapa ronde lagi, tapi yang pasti Aku benar-benar ingin kembali melepaskan semua nafsu birahiku pada tubuh Mayang.
"Keras lagi nih." Goda Mayang sesaat setelah melepaskan batang penisku dari dalam mulutnya.
Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya, tak menunggu lama Aku mengangkat tubuh Mayang, memangkunya dengan posisi saling berhadapan, Aku menciumi bibir ranum Mayang yang sedari tadi menjahili batang penisku, ciuman yang kemudian berlanjut pada ronde-ronde berikutnya. Sore itu dari dalam ruang kerjaku suara erangan dan teriakan saling bersahutan. Mayang benar-benar telah berhasil membangkitkan sisi lain dari dalam diriku, sisi liar tentang fantasy sex yang selama ini aku tahan dan aku pendam.
207Please respect copyright.PENANAGCmWQ5Fsre
BERSAMBUNG
ns3.148.201.19da2