Pagi itu, aku terjaga dengan kehangatan yang luar biasa. Ada sesuatu yang bergerak di sebelah aku, satu sentuhan yang membuatkan aku menggigil dengan kenikmatan yang samar. Melissa.
Dia tidak berkata apa-apa, hanya membiarkan tubuhnya bergerak dengan perlahan, seolah-olah menikmati detik antara sedar dan mimpi. Aku menghulurkan tangan, menarik pinggangnya lebih rapat, dan membiarkan bibir aku menyentuh tengkuknya.
Aku mulai menggosok batang zakar aku di antara celahan punggungnya. Dia mengerang dengan kuat, punggungnya dihalakan lebih dekat seakan mahukan lebih lagi sentuhan. Aku bergerak sedikit dan mulai menjolok masuk kearah cipapnya yang sudah kebasahan.
"ummphhh, nak yang macam tadi..." dia berkata dengan suara lembut dan penuh ghairah. Menghulurkan tangannya, menarik keluar batang zakar aku dan mula menekannya ke arah lubang punggungnya.
Melissa terus mengerang kesedapan, menggesel dan menekan kuat punggungnya kearah batang zakar aku. Dia menonggek sedikit sehingga punggungnya sedikit melentik.
Dari sudut ini, kerandut zakar aku meluncur di sekitar bibir cipapnya yang sudah kebasahan. Dia akhirnya bangun, pergi ke almari pakaiannya, dan mengeluarkan sebotol pelincir kecil durex berperisa strawberry.
Dia kemudian menuang sedikit ke atas batang zakarku, dan mengocok perlahan untuk melicinkan batangku "Dah, jolok punggung aku..."
"Betul ke ni, batang aku ni besar, tak muat nak masuk dalam tu," kata aku, mengusik tetapi masih dengan nada serius.
Dia merangkak, mengambil jari aku, dan mula menghisapnya. "Guna lah jari dulu, lepas dah renggang baru la kau jolok masuk pelan-pelan."
Melissa kemudian menonggeng didepan aku, dan melentikkan punggungnya. Walaupun sedikit pucat dan tidak sebesar punggung Umminya, tetapi ia masih mempunyai bentuk bulat yang sangat cantik.
Mata aku menyesuaikan diri dengan cahaya pagi dari luar tingkap, dan aku mengagumi bentuk punggungnya yang melentik cantik. Aku menuang, membasahi jari aku dengan pelincir perisa strawberry itu dan perlahan-lahan memasukkan satu jari ke dalam lubang punggungnya.
Ketat, sangat ketat dan sangat hangat. "umphh, dalam lagi..." Dia berkata, bernafas dengan berat.
Aku meletakkan diri aku di sebelahnya dan perlahan-lahan menggigit telinganya dengan lembut, "dalam lagi?" Aku bertanya, dan menolak masuk jauh ke dalam lubang punggungnya.
Jari aku menggali lubang punggungnya, merobek dagingnya yang lembut dan kenyal itu. Badannya menggigil sedikit, tetapi dengan cepat, aku dapat merasakan nafasnya yang semakin berat. Badannya seakan mengikut rentak jari aku.
"mmpphh. Ooooh. Ya, jolok dalam-dalam... Ya, seperti itu. umphhh. dalam. dalam lagi... Mmmhhh...Abi " desahnya sambil punggungnya yang mulai meliuk-liuk kesedapan.
Selepas beberapa minit, sudah tiga jari aku di dalam lubang punggungnya, merenggangkan ke tahap yang tidak pernah dirasakannya, sambil aku melahap cipapnya dari belakang.
Lubang punggungnya hangat, berdenyut-denyut dengan keseronokan. Aku dapat rasakan cengkaman di jari aku yang semakin kuat. Suaranya seolah-olah dalam keadaan khayal, mabuk dalam kenikmatan. "ummph..." Dia mendesah lembut sambil aku terus merenggangkan lubang punggungnya.
"Ummph, cepat lah jolok Abi, Baby tak tahan dah ni." Dia akhirnya mengeluh.
Aku dapat merasakan badannya sudah semakin tenang, dan lubang punggungnya tidak lagi seketat tadi, nampak dia dah benar-benar ghairah dan bersedia. Aku menarik tiga jari aku keluar dari lubang punggung itu dan meletakkan badan aku di belakangnya.
Aku memegang batang zakarku dan mendorongnya kearah lubang punggung yang sudah ternganga luas itu. Kepala zakarku sudah terbenam sepenuh kedalam lubang punggung itu sebelum aku menariknya keluar, apabila melihatnya seakan menahan kesakitan.
"Tidak, tidak, jangan keluarkan. Jolok masuk balik Abi!." ujarnya sedikit teruja.
Aku memasukkan semula perlahan-lahan, tetapi Melissa dengan cepat menghentak punggungnya, menekan masuk batang zakar aku terus kedalam lubang punggungnya.
Tak sampai beberapa saat, aku dapat rasakan cengkaman yang sangat kuat, mengepal batang zakarku hingga aku serta merta terpancut di dalam lubang punggungnya. "mmmppphhh!, ketat gilaa, sorry Baby, Abi tak tahan sangat!."
"oowhhhh~mmphhhh," dia mengerang ketika air maniku mulai mengalir keluar dari lubang punggung ketatnya itu.
"Baby nak lagi Abi!," katanya. Ketika dia mencabut keluar batang aku dan memusing badannya, dan mengulum batang aku dengan penuh nikmat.
"Sedap tak rasa lubang punggung Baby?" ujar aku memejam mata menahan kuluman manja Melissa.
"Sangat sedap, campur dengan air mani Abi!" katanya penuh semangat, menjilat sampai licin batang zakar aku.
Tanpa menunggu lama, aku mula memasukkan semula jari aku ke dalam lubang punggungnya yang masih berlendir dengan sisa air maniku, memandangkan mulutnya masih mengulum batang zakarku dengan rakus.
"Jolok lagi lubang punggung baby! please Abi." katanya sambil sekali lagi menonggek di hadapan aku dan melebarkan punggungnya menggunakan kedua tangannya.
Aku memegang pinggulnya, dan menolak masuk batang zakarku yang sudah mulai menegang, kedalam luabng punggungnya dengan sekali hentakkan. Ketegangan itu masih terasa, namun tidaklah seketat seperti sebelum ni.
Aku dapat menjolok sedalam-dalamnya, dan membiarkan ia terendam seketika. Aku perlahan-lahan bermain dengan rambutnya yang panjang, dan membiarkan dirinya menolak punggungnya untuk menerima lebih dalam batang zakarku.
"Jolok baby kuat-kuat Abi! Renggangkan lubang punggung Baby!" desahnya sedikit kuat, seakan menikmati permainan ini dan ini benar-benar membuatkan nafsu aku membara.
Aku menerpa kearah tubuhnya, lutut aku menekan pahanya, dan badannya mulai terbaring diatas tilam sambil aku menindih dari atas dengan batang zakar ku masih didalam lubang punggungnya.
Kami berdua mengerang dan menjerit, ketika aku menghentaknya sepenuh hati, batang zakarku masuk dan keluar dari lubang punggungnya dengan laju dan kasar. "ummphhhh laju lagi Abi!.." rintihannya semakin menggila, hentakkan aku semakin berterusan, dipompa dengan kuat.
"Mesti seronokkan kalau ada orang lain jilat cipap Baby! sambil Abi jolok punggung Baby laju-laju macam ni." aku mulai mengutarakan idea gila, sesuatu yang secara spontan muncul dalam benak pikiranku.
"mmmppphhh..." dia mengerang dengan kuat dan keras mendengar cadangan ini seakan tiada bantahan. Aku dapat merasakan cipapnya mulai bergetar dan berdenyut kuat.
Air squirtnya mulai memancut-mancut membasahi tilam. Tubuhnya melengkung, menggejang dalam sensasi yang mengalir deras. Tanganku melingkar di sekitar lehernya, menahan, merasakan detak jantungnya yang berdegup kencang.
Dia mendesah pelan, matanya dipenuhi keghairahan yang membara. Perlahan, dia merapatkan dirinya ke dalam genggamanku.
"Baby tak kisah berkongsi batang zakar Abi dengan perempuan lain?" aku bertanya lagi, inginkan kepastian.
Dia menggigit bibirnya, nafasnya masih terputus-putus. "Mmm... Baby tak kisah, asalkan Abi ajak Baby join sekali," bisiknya, suaranya bergetar di antara desahannya.
"Betul ni, Baby tak akan cemburu?" tanyaku, mataku menelusuri ekspresinya, mencari kepastian dalam tatapannya.
Dia mendesah pelan, matanya penuh keinginan. "Boleh, tapi Abi hanya boleh pancut dalam cipap Baby sahaja," bisiknya perlahan.
"Jadi Abi hanya boleh pancut dalam cipap Baby je lah!" tanyaku, sambil mendorong batangku masuk semula kedalam punggungnya
"Ya. Air mani Abi hanya untuk Baby seorang sahaja..." bilik itu mulai terasa hangat. Kami berdua tercungap-cungap. "ummphh lubang punggung Baby dah makin renggang, batang Abi dah boleh keluar masuk dengan senang."
"Abi, pancut dalam lubang punggung Baby please.." rayunya dengan suara manja.
"Boleh, Abi akan pancut banyak-banyak sebagai hadiah sebab menjadi anak yang baik.." Aku menghentak sedalam yang mungkin, kerandut zakarku mulai berdenyut mengosongkan sepenuhnya air maniku ke dalam lubang punggungnya.
Aku terbaring lelah, batang zakarku sudah mulai lembik, masih berada dalam lubang punggungnya yang hangat dengan air maniku. Aku terlentang jatuh disisinya, dan dia memandangku penuh semangat, "Terima kasih Abi, Baby sayang sangat dekat Abi.."
Kami tertawa kecil saat dan bangun menuju ke bilik air, tubuh masih saling berpelukkan dalam kelelahan yang hangat. Air sejuk mengalir di atas kulit kami, membasuh sisa-sisa malam yang penuh gairah. Setelah selesai, kami terlelap hingga matahari sudah tinggi di langit.
Saat jarum jam menunjukkan pukul 10 pagi, aku terbangun lebih dulu. Dengan senyum di bibir, aku menuju dapur, memutuskan untuk membuatkan nasi goreng—untuk sarapan pagi kami bersama.
Hujung minggu itu, kami terus bersama dengan penuh nafsu, berjimak tanpa mengira waktu. Namun, apa yang lebih penting bagi kami adalah saat-saat di mana kami dapat merasai bagaimana seronoknya hidup bersama tanpa gangguan.
Bebas untuk mandi, berjalan tanpa seurat benang di hadapan satu sama lain, saling menggoda tanpa batasan, dan bersatu pada tahap yang paling dalam selepas keghairahan yang membara. Kami menikmati fantasi hidup sebagai pasangan suami isteri. Kami sedar hujung minggu itu akan berakhir terlalu cepat. Kami seakan tidak mahu ia berlalu pergi.
Setiap kali kami beromen, aku sering mengusiknya dengan cadangan nakal tentang seorang lagi wanita akan turut serta dan aku menjadi Abi yang tegas terhadapnya. Perkara itu benar-benar menaikkan kegairahannya. Seperti juga Umminya, Mak Long Alina. Aku berjaya menjumpai suis untuk menaikkan keghairahan mereka.
Malam Ahad itu, kami tahu akan menjadi malam terakhir sebelum Mak Long dan Pak Long pulang, Melissa akhirnya meluahkan sesuatu yang aku tidak duga. Ketika aku sedang menjolok ke dalam lubang punggungnya dari belakang, dia menoleh dengan renungan yang penuh godaan.
"Abi nak threesome dengan Baby dan Ummi kan?" aku sangat terkejut mendengar pertanyaan itu. Aku mulai menghentak lebih keras. Aku menarik rambutnya dan membongkoknya ke belakang, dan menggunakannya sebagai pegangan untuk menunggang badannya untuk memaksimumkan jolokkan batang zakar aku masuk dan keluar dari punggungnya.
"umphh, batang Abi dah makin keras! Mesti Abi suka kan dapat rasa tubuh Baby dan Ummi serentak?" ujarnya dengan nada menggoda sambil punggungnya dijolok kasar.
Aku terasa sangat ghairah hanya memikirkan senario itu dan mulai mempercepatkan hentakkan aku dan mula batang zakarku sudah mulai berdenyut-denyut.
"Nakalnya Abi ni, sampai Ummi pun Abi nak rasa!" dan Melissa menolak aku ke bawah, dan kami berada pada posisi 69. Kami saling menjilat kemaluan masing-masing dengan penuh bernafsu.
"ummmpphhh, Abi dah makin keras ya bila dengar pasal Ummi dan Baby." usiknya dengan manja.
"Iya, Abi nak jolok Baby dan Ummi serentak!" Aku melahap cipapnya penuh bernafsu, menjolok dua jari aku kedalam lubang punggungnya.
"ummpppp.." Melissa menggeli, kulumannya terhadap batang zakarku semakin kuat, mulutnya turun melahap kerandut zakarku, menyedut penuh nafsu dikawasan itu. Badan kami meliuk-liuk menahan kesedapan.
Dia menyambung kembali usikkannya, "Mesti seronok kan, tengok batang Abi bergilir-gilir jolok kami anak beranak... mula-mula dalam cipap Ummi..." dia berkata, mengulum batang aku dengan cengkaman keras. "Lepas tu pancut dalam cipap Baby pula.."
"itu yang Abi mahukan? Untuk merasa cipap kami serentak dalam satu masa?" Melissa kemudian memusingkan badan kami. Dia kini sudah berada diatas, menghalakan cipapnya kearah batang zakarku. Menunggang perlahan-lahan. Aku menampar-nampar manja punggungnya.
"Ya... Abi... cipap kami ini memang untuk Abi... cipap Baby dan Ummi memang khas untuk batang zakar Abi..." matanya mulai melebar, dengan mulut sedikit ternganga, kepalanya sedikit terlentuk kebelakang.
Dia kemudian memejamkan matanya sambil mengerang dengan kuat, menggigil, dan aku dapat rasakan denyutan yang sangat kuat, mengepal dan menggengam batang zakarku.
Orgasmanya menggegarkan seluruh tubuhnya dan bergetar dengan sangat kuat. Aku mulai merasakan seluruh badan aku basah lencun, air nikmatnya mengalir deras, seakan begitu terangsang dengan permainan kata-kata nakalnya.
Tubuhnya rebah dan kami berciuman seketika, membiarkan diri kami tenggelam dalam kenikmatan dan selepas itu, kami terlelap, dalam keadaan tanpa seurat benang.
Berbogel diatas tilam yang basah dengan peluh dan sisa air kenikmatan kami. Aku masih ingat saat aku memejamkan mata, berharap hujung minggu ini boleh berlangsung selamanya.
###
Aku terjaga dengan kelelahan yang luar biasa, tetapi pada masa yang sama, perasaan puas yang sukar digambarkan. Seluruh hujung minggu ini adalah satu kegilaan.
Nafsu yang tak terkawal, detik-detik yang berbahaya, godaan yang menggila—semuanya berlaku di bawah satu bumbung, di dalam rumah ini.
Dan pagi ini, honeymoon kami seakan sudah berakhir. Aku bangkit dari katil, Melissa masih tertidur di sebelah aku, tubuhnya berselimut separuh, wajahnya tenang dan tersenyum dalam tidur.
Aku menarik nafas dalam, cuba menenangkan degupan jantung aku. Tepat jam 7:30 pagi, aku terdengar bunyi enjin kereta memasuki halaman rumah.
Pak Long dan Mak Long Alina sudah pulang. Aku cepat-cepat mandi, membersihkan segala 'kesan' malam tadi, dan berpakaian seperti biasa. Ketika aku keluar dari bilik, Melissa sudah duduk di meja makan, berpakaian longgar dan kelihatan seperti gadis yang suci dan tidak bersalah.
Mak Long Alina masuk ke dalam rumah sambil membawa bungkusan makanan. "Abi dan Ummi beli nasi lemak dan kuih untuk sarapan, Jom makan sama." katanya dengan senyuman mesra.
Aku hanya mengangguk, cuba bersikap seperti biasa. Pak Long masuk, meletakkan kopiahnya di atas meja sebelum duduk dengan tenang, membuka surat khabar seperti kebiasaannya.
Kami mula makan, dan untuk seketika, suasana terasa damai, seolah-olah semuanya seperti biasa. Tetapi kemudian— Pak Long mengeluh kecil sambil melipat surat khabar.
"Hm. Dunia sekarang makin teruk." Aku dan Melissa memandang sekilas ke arah Pak Long, pura-pura tidak tahu apa yang dimaksudkannya.
"Kenapa, bang?" Tanya Mak Long Alina.
Pak Long mengetuk jari ke tajuk utama surat khabar.
"Kes hubungan sumbang mahram makin menjadi-jadi. Makin ramai yang tak takut dosa, yang hanyut dengan nafsu sendiri. Apa nak jadilah dengan masyarakat sekarang."
Melissa hampir tersedak, tetapi dia cepat-cepat meneguk air dan menundukkan kepala, menahan senyuman. Aku pula cuba mengawal ekspresi wajah, menahan diri dari tergelak.
Aku dapat rasa kaki Mak Long menyentuh kaki aku di bawah meja, sengaja menggesek sedikit. Aku menjeling ke arahnya, dan ketika mata kami bertemu, dia tersenyum kecil, penuh makna.
Pak Long masih berceloteh tentang dosa dan bala, tetapi kami hanya berpandangan sesama sendiri, berkongsi senyuman penuh rahsia yang hanya kami berdua faham.
Dan di dalam hati, aku tahu—ini tidak akan berhenti di sini. "Mungkin dunia makin teruk," aku berkata dalam hati, "tapi bagi aku, dunia baru saja menjadi lebih menarik."
Aku dan Pak Long berpindah duduk diruang tamu, sementara Melissa mengemaskan meja makan bersama Umminya, tiba-tiba telefon Mak Long Alina berdering. Dia mengangkat panggilan itu dengan tenang, wajahnya berubah sedikit ketika mendengar suara di hujung talian.
Aku dan Melissa saling berpandangan sekilas, cuba menahan rasa ingin tahu.
"Oh... hmm, ya... ya, Aina. Ummi faham. Hmm... Baiklah, nanti Ummi cakap dengan Abi dulu." Dia mengangguk beberapa kali, sebelum akhirnya meletakkan telefon di atas meja.
Pak Long yang dari tadi sibuk membaca surat khabar, mengangkat kepalanya. "Siapa telefon tu?"
"Aina." Mak Long Alina menarik nafas perlahan. "Dia dan suaminya ada kursus hujung bulan ini. Mereka perlukan seseorang untuk menjaga anak mereka di Kuala Lumpur selama beberapa hari."
Pak Long mengangguk perlahan, berfikir sejenak. " Awak pergilah. Saya kena jaga Madrasah. Lagi pun, Hakim dan Melissa ada di sini untuk tolong kalau ada apa-apa."
Aku hampir tersedak, terkeluar nasi lemak dari hidung. Melissa pula menutup mulutnya dengan tangan, tetapi aku dapat lihat matanya bersinar dengan seribu kemungkinan.
Mak Long Alina akan pergi selama beberapa hari. Pak Long pula akan sibuk dengan hal di Madrasah. Dan aku serta Melissa akan tinggal berdua di rumah. Nampak kami berdua akan ada banyak masa bersama lagi untuk honeymoon.
Hujung minggu yang lepas bukanlah pengakhiran. Sebaliknya, ia hanyalah permulaan kepada sesuatu yang lebih berbahaya, lebih menggoda... dan lebih menggila.
Aku tersenyum perlahan, sebelum menjeling ke arah Melissa. Dia tersenyum kembali. Dan dalam hati, aku tahu—kami berdua akan melakukan sesuatu yang lebih gila dan lebih nakal.
· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·
- TAMAT -
· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·
Complete ebook available :
Extra Chapter : Threesome with Baby & Ummi
ns3.145.28.3da2