Haruka mencoba memejamkan mata tapi pikirannya seperti dipaksa untuk mengingat detail kejadian buruk yang dia alami saat disekap oleh Ja'far. Masih tergambar jelas dalam benak Haruka, bagaimana Ja'far menjamah tiap jengkal tubuhnya, bahkan mencoba untuk memperkosanya. Bukan hal mudah untuk Haruka melupakan begitu saja tiap detik kengerian yang diciptakan oleh Ja'far pada malam itu.
Perlahan gadis itu bangun dari tidurnya, rasa perih di pergelangan tangan membuat Haruka sedikit meringis saat mencoba bangun. Dilihatnya jam dinding di kamar Rama, sudah hampir jam 12 malam, terdengar suara televisi di ruang tamu apartemen, dia menduga Rama juga masih terjaga malam ini, Haruka kemudian melangkahkan kakinya keluar kamar.
"Belum tidur?" Kata Haruka, sedikit mengagetkan Rama yang sibuk memencet-mencet remote tv.
"Oh, hai...Iya belum bisa tidur." Jawab Rama dengan gugup, apalagi dia baru menyadari jika dia hanya memakai celana boxer tanpa baju. Rama terlihat bingung mencari potongan t-shirt nya yang entah berada dimana saat ini.
"Cari ini?" Tanya Haruka sambil mengangkat t-shirt Rama yang dia temukan di belakang sofa.
"Iya, terima kasih." Kata Rama sambil menyambar t-shirt yang dipegang Haruka dan langsung memakainya.
"Mau duduk?" Tanya Rama setelah selasi berpakaian.
"Yup." Jawab Haruka sambil melempar tubuhnya ke atas sofa.
"Auuuwwww!!" Haruka meringis kesakitan saat tanpa sengaja luka di pergelangan tangannya menyentuh permukaan sofa.
"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Rama dengan wajah khawatir.
"Nggak apa-apa kok, cuma sedikit perih aja." Ucap Haruka sambil memicingkan matanya menjadi lebih sipit karena menahan perih di pergelangan tangannya.
"Sebentar, Aku ambilkan sesuatu untuk lukamu."
Rama beranjak meninggalakan Haruka, beberapa saat kemudian dia kembali dengan membawa perban kasa, kapas dan sebotol alhohol.
"Ini agar lukamu tidak terlalu sakit lagi saat bersentuhan dengan sesuatu." Kata Rama, dengan berlutut di bawah tubuh Haruka yang duduk di atas sofa, Rama mulai membersihkan luka Haruka dengan alkohol yang sudah dituangkan pada kapas.
"Auuuuuww!!" Haruka kembali menjerit saat Rama mulai mengolesi lukanya dengan alkohol.
"Sakit?" Tanya Rama.
"Sedikit."
"Tahan ya, cuma sebentar kok." Ucap Rama kembali sambil mengumbar senyumnya pada Haruka.
Selesai mengolesi dengan alkohol, Rama kemudian membalut luka Haruka dengan perban tipis, tanpa dia sadari diam-diam Haruka mencuri pandang. Haruka baru menyadari jika dibalik sikap yang menyebalkan, ternyata Rama juga pria yang lembut hal itu dia buktikan dengan sikap lembut saat mengobati dan membalut luka pada pergelangan tangan Haruka.
"Nah, sudah selesai."
Ucap Rama, sedikit mengagetkan Haruka karena secara tiba-tiba Rama mengarahkan pandangannya pada wajah Haruka yang sedari tadi diam-diam memperhatikan tiap detail tubuh Rama saat membalut lukanya.
"Eh iya, terima kasih." Kata Haruka sedikit gugup, kali ini gadis itu mulai bisa melemparkan senyuman pada Rama.
"U'r welcome, by the way, Kamu lapar nggak?" Tanya Rama sambil mengemasi alkohol dan perban yang dibawanya.
"Sedikit sih, emang kenapa?"
"Hmmm, kebetulan kalo gitu, gimana kalau Kamu coba spaghetti buatanku?" Tanya Rama dengan antusias.
"Really? Kamu bisa masak spaghetti?" Tanya Haruka dengan raut wajah tak percaya.
"Yup, tenang saja rasa masakanku nggak kalah kok dengan rasa masakan restoran mewah, hehehehe." Rama kemudian melangkahkan kakinya ke dapur yang hanya beberapa langkah saja dari ruang tv.
"Perlu bantuan?" Tanya Haruka sambil membelakangi punggung sofa tempat dia duduk.
"Nope, tugasmu sekarang adalah menikmati acara tv sambil menunggu Aku selesai memasak." Kata Rama, tangannya mulai sibuk memotong-motong sesuatu.
"Ok, Aku nonton tv aja kalo gitu."
Ucap Haruka sebelum membalikkan badannya kembali mengarah ke televisi. Dalam hatinya cukup surprise setelah mengetahui jika pria yang diberikan tugas untuk menjaganya ini juga bisa memasak, keahlian yang jarang dimiliki oleh seorang pria.
87Please respect copyright.PENANAjbhOJoOQHW
***
87Please respect copyright.PENANA97lzCwvjOT
"Iwao, Aku mohon maaf telah sedikit lalai menjaga Haruka, tapi Kau tenang saja anak buahku sudah menemukan putrimu, dia dalam keadaan baik-baik saja."
"Aku hargai usahamu Yoshi, tapi Aku tidak ingin mengambil resiko terlalu besar untuk keselamatan putriku."
"Maksudmu?"
"Seperti yang pernah Aku ceritakan dulu padamu, Aku menduga ada seseorang dalam klan Yoshinawa yang memiliki rencana buruk terhadapku dan keluargaku."
"Tapi Aku jamin keselamatan Haruka selama dia berada di sini Iwao."
"Aku percaya kepadamu Yosh. Tapi sekali lagi, resikonya terlalu besar untuk Haruka jika dia masih berada di Jakarta."
"Lalu?"
"Aku sudah menyuruh orang untuk menjemput Haruka dan mengantarkannya kembali ke Jepang, dia harus kembali ke sini secepatnya."
"Baiklah jika itu kemauanmu Iwao."
"Aku mengucapkan terima kasih kepadamu Yosh, karena sudah mau menjaga putriku selama berada di Jakarta, Aku tidak akan pernah melupakannya."
"Sudah menjadi kewajibanku Iwao, apapun yang Kau butuhkan Aku siap membantu."
Om Yosh menekan tombol end call setelah sambungan telponnya dengan Iwao terputus. Dalam hatinya sedikit merasakan sedikit kelegaan setelah mendengar keinginan dari Iwao agar Haruka segera kembali ke Jepang, itu artinya dia bisa kembali berkonsentrasi pada pekerjaannya tanpa harus pusing memikirkan keselamatan dan keamanan dari Haruka selama berada di Jakarta.
Om Yosh tau betul resiko apa yang bakal dia hadapi jika terjadi hal buruk kepada Haruka saat berada dalam tanggung jawabnya. Iwao pasti akan melakukan hal yang sangat buruk pada dirinya jika mengetahui Haruka tergores sedikit saja, satu-satunya yang dia pikirkan saat ini adalah mengkondisikan Haruka agar tidak menceritakan kejadian penyekapan yang telah terjadi kemarin malam.
TOK
TOK
TOK
Om Yosh melangkahkan kakinya menuju pintu rumahnya yang terdengar baru saja diketuk oleh seseorang.
BRAAAKKKKK!!!
BUG!!!
BUUGG!!
BUGG!!!
Tubuh Om Yosh terpelanting ke belakang, terhuyung sebentar kemudian ambruk. Beberapa orang secara tiba-tiba menyerang pria itu sesaat setelah membuka pintu rumahnya, beberapa orang yang bertugas menjaga rumahnya tidak muncul untuk membantu Om Yosh karena terlebih dahulu telah dilumpuhkan oleh orang-orang tersebut.
"Si..siapa kalian..??!" Ucap Om Yosh sambil mengerang kesakitan akibat tendangan keras yang mengarah tepat pada ulu hatinya, terlihat dari mulutnya mulai mengucur darah segar.
"Aku adalah mimpi burukmu." Kata seseorang yang muncul dari belakang.
"Sa..Sato...?" Kata om Yosh setelah melihat Sato menampakkan batang hidungnya dari nalik kerumunan orang yang baru saja menyerang tubuhnya.
"Halo Yoshi, apa kabar?" Kata Sato dengan ekspresi dingin, ekspresi yang selalu dia perlihatkan saat akan melakukan hal buruk pada seseorang.
87Please respect copyright.PENANAwSaR4dMaXZ
***
87Please respect copyright.PENANA0Bb7gZL6ut
Haruka tampak ragu saat akan menyuapkan potongan spaghetti ke mulutnya, sementara Rama terlihat antusias menunggu gadis Jepang itu merasakan hasil masakannya.
"Ayo cobain." Kata Rama.
"Hmmmmm...Hmmmm...."
Haruka mulai mengunyah, raut wajahnya berubah, sementara kepalanya terlihat mengangguk-angguk bebarengan dengan kunyahan mulutnya.
"Gimana? Enak?" Tanya Rama penasaran menunggu reaksi dari Haruka.
"Not bad, tapi sedikit pedas." Jawab Haruka, senyumnya kembali mengembang melihat Rama begitu antusias menunggu komentar terhadap masakannya.
"Hahahaha! Apa kubilang, masakanku rasanya nggak kalah kok dengan resep restoran mewah, Hehehehe." Kata Rama sambil menuangkan air putih ke dalam gelas.
"Kalau dibandingkan dengan masakan restoran masih jauh sih menurutku." Haruka kembali menyuapkan potongan spaghetti ke dalam mulutnya.
"Hahahaha, nggak apa-apa kok kalau Kamu nggak mau mengakui keenakan masakannku, tapi yang pasti Kau menyukainya."
Haruka hanya tersenyum menanggapi pernyataan dari Rama barusan. Keduanya kemudian larut dalam obrolan-obrolan ringan di atas meja makan. Haruka mulai menceritakan bagaimana kehidupannya di Jepang. Rama hanya sesekali menimpali pembicaraan Haruka, dia memposisikan dirinya sebatas sebagai pendengar yang baik untuk Haruka.
Rama tau betul jika wanita sedang berbicara tentang hidupnya, maka yang dibutuhkan bukan saran tapi lebih pada perhatian atas cerita tersebut. Saat seorang merasa diperhatikan maka kemudian rasa nyamanlah yang akan muncul, Rama sudah sangat memahami konsep seperti ini dan ingin Haruka merasa nyaman saat menceritakan semua keluh kesah. Emosinya sedikit terpancing saat Haruka mulai menceritakan kejadian penyekapan kemarin malam, darahnya mendidih ketika dengan gamblangnya Haruka bercerita tiap detail perlakuan biadab Ja'far terhadap dirinya. Tapi bukan Rama namanya jika tidak bisa mengontrol emosi ketika berhadapan dengan seorang wanita. Rama mencoba bersikap tenang dan tidak menunjukkan letupan-letupan kecil dalam dadanya.
"Lalu apa rencanamu sekarang?" Tanya Rama.
"Entahlah, tapi yang pasti Aku harus menemukan keberadaan makam Ibuku." Jawab Haruka.
"Jogja?"
"Yup, Aku harus pergi ke kota itu setelah tubuhku benar-benar pulih." Jawab Haruka tanpa keraguan.
"Bukannya Aku ingin mencegahmu untuk pergi, tapi Aku harus mengkonsultasikan keinginanmu itu pada Om Yosh." Kata Rama setelah menenggak sedikit anggur dari dalam gelas.
"Om Yosh...?" Haruka tampak tidak asing dengan nama itu.
"Yup, dia yang memberi tugas kepadaku untuk menjagamu."
"Dengan atau tanpa persetujuan darinya Aku akan tetap berangkat ke Jogja, ini sudah menjadi tekadku." Kata Haruka, Rama kembali mengembangkan senyumnya pada gadis itu.
"Tenang saja, Aku yakin Om Yosh akan memahami keinginanmu kok, Aku sudah lama mengenalnya, Kamu tidak perlu mengkhawatirkannya." Kata Rama santai.
BRAAAAKKKK!!!
Rama dan Haruka terperanjat kaget saat pintu apartemen terbuka dengan paksa. Mereka berdua menyaksikan tubuh Om Yosh ambruk berlumuran darah tepat di depan pintu masuk yang sudah terbuka. Rama dan Haruka segera berlari panik mendekati tubuh Om Yosh.
"Om!! Ada apa ini??!!" Teriak Rama panik sambil mencoba mengangkat tubuh Om Yosh. Haruka bergidik ngeri saat melihat tubuh Om Yosh penuh luka sayatan benda tajam, nyaris tubuh Om Yosh tertutup oleh warna merah darah.
"Ra..Rama...cepat pergi...bawa Haruka pergi...keselamatan kalian terancam.." Ucap Om Yosh terbata, nafasnya begitu lemah.
"Siapa yang melakukan ini Om??!!" Teriak Rama.
"Ce..cepat pergi Rama...selamatkan Haruka...Sa..Sato segera datang ke sini..." Setelah mengucapkan kalimat itu Om Yosh terdiam tak mengeluarkan nafas, tubuhnya mendadak menjadi dingin di pelukan Rama.
"Om...!!! Om!!! Bangun Om!! Om!!"
Rama menggoncang-goncangkan tubuh Om Yosh, berharap pria itu kembali sadar dan menjelaskan apa yang telah terjadi. Haruka yang sedari tadi berdiri mematung dengan perasaan ngeri mulai memberanikan diri mendekatkan tubuhnya pada tubuh Om Yosh. Haruka menempelkan jarinya pada pergelangan tangan Om Yosh, mencoba mencari detak nadi yang mungkin masih bisa dirasakan.
"Rama...dia sudah tewas." Ucap Haruka lirih, terlihat Rama meneteskan airmata, jiwanya benar-benar terguncang saat mengetahui Om Yosh telah meninggal.
"Rama, kita harus segera pergi dari sini." Kata Haruka sambil memegang pundak Rama.
"Siapa Sato?! Hah?!! Siapa??!!!" Tiba-tiba Rama membentak Haruka, dia yakin betul jika apa yang terjadi pada Om Yosh erat hubungannya dengan Haruka.
"Nanti Aku ceritakan semua Rama, yang penting kita pergi dulu dari sini." Jawab Haruka ketakutan, baru kali ini dia melihat wajah Rama menjadi bengis, seperti seekor serigala yang hendak menerkam mangsanya.
"Jawab dulu pertanyaanku!! Siapa Sato?!! Hah?!!" Hardik Rama kembali.
"Dia calon suamiku!!! Sekarang Kau mau tetap di sini dan mati konyol seperti Om Yosh atau pergi menyelamatkan diri dan mencari tau apa yang sebenarnya terjadi?! Hah?!!" Bentak Haruka, gadis itu tampak ikut terpancing emosinya setelah menerima hardikan dari Rama.
"Jika Kau tetap berada di sini, Sato akan menyiksamu perlahan sampai akhirnya Kau benar-benar mati." Ucap Haruka sebelum pergi meninggalkan Rama yang masih bersimpuh memangku kepala Om Yosh.
87Please respect copyright.PENANApzwfeX4260
***
87Please respect copyright.PENANAxQFt6LYuin
"Apa?!" Iwao tampak sangat terkejut saat mendengar suara Sato melalui ponselnya.
"Lalu bagaimana dengan Haruka?!"
"Aku tidak mau tau, bagaimanapun caranya Kau harus bisa menemukan Haruka dan segera membawanya kembali ke sini!"
Iwao mematikan ponselnya, raut wajahnya begitu tegang setelah menerima kabar dari Sato tentang larinya Haruka bersama seorang pria, anak buah dari Yoshi. Menurut Sato, Yoshi berencana menyekap Haruka dan meminta uang tebusan kepada Iwao. Sato berhasil melumpuhkan Yoshi tapi salah satu orang kepercayaan Yoshi berhasil membawa kabur Haruka.
Cerita yang sulit dipercayai oleh Iwao, dia sangat mengenal Yoshi, pria itu bukan tipe orang yang suka menusuk sahabatnya dari belakang. Apalagi malam sebelumnya Yoshi telah memberi kabar tentang insiden penyekapan Haruka oleh orang misterius. Iwao mulai menyadari jika duri dalam klan Yoshinawa yang dipimpinnya tidak lain adalah calon menantunya sendiri, Hiroshi Sato.
Dia tidak ingin menunjukkan kecurigaannya itu saat menerima telepon dari Sato, karena itu akan semakin mengancam keselamatan dari Haruka. Iwao tau betul apa yang bisa dilakukan oleh Sato saat berada dalam keadaan terdesak, bukan tidak mungkin calon menantunya itu akan segera menghabisi nyawa Haruka sebelum sempat Iwao menyelamatkan putri satu-satunya itu.
Hal yang berada di pikiran Iwao saat ini adalah mencari seseorang yang berada di balik layar, orang lain dalam klannya yang ikut serta dalam rencana busuk Sato terhadap dirinya dan Haruka. Iwao begitu yakin jika Sato tidak mungkin bekerja sendirian untuk merealisasikan rencananya.
"Kendo, siapkan mobil, kita pergi ke Tokyo hari ini!" Perintah Iwao pada seorang pria yang sedari tadi berdiri di depan pintu ruang kerjanya.
"Baik Bos, tapi mohon maaf, Saya ingin memberikan informasi penting sebelum kita berangkat ke Tokyo." Kata Kendo.
"Informasi tentang apa?"
"Tentang hubungan Sato dengan Ibu Ariyani." Kendo sedikit gugup saat menyebut nama terakhir itu. Dahi Iwao mengkerut sesaat, lelaki tua itu sepertinya sangat terkejut setelah mendengar perkataan dari anak buahnya.
"Tutup pintunya." Perintah Iwao pada Kendo, menurutnya informasi yang akan dia dengar penting untuk tidak diketahui oleh orang lain.
87Please respect copyright.PENANAldmsDjJKZm
BERSAMBUNG
ns216.73.216.176da2