Bab 2: Lidah di Balik Topeng
929Please respect copyright.PENANA29QHcnoLnw
Sabtu malam.
Lira datang tanpa celana dalam, seperti yang diminta. Di balik mantel panjang, tubuhnya hanya terbungkus catsuit lateks dengan lubang terbuka di bagian bawah. Angin malam menyelip, menyentuh bibir vaginanya yang lembap dan siap.
929Please respect copyright.PENANASnJH4fwhlL
Ia masuk dari pintu belakang seperti yang tertulis di kartu. Petugas klub tidak berbicara, hanya menuntunnya masuk ke lorong sempit yang lebih gelap dan lebih sunyi daripada sebelumnya.
929Please respect copyright.PENANAoU4piVO7sV
Sampai di sebuah ruangan kecil tanpa lampu, hanya cahaya dari lubang bundar di tengah dinding. Ketinggian lubang itu sejajar dengan kelaminnya. Ia tahu apa yang diminta.
929Please respect copyright.PENANA8tlLKDMNac
Lira membuka kaki. Berdiri dengan celah yang cukup lebar. Ia condong ke depan, menempelkan perutnya ke dinding, mempersembahkan lubangnya yang basah kepada siapa pun di balik sana.
929Please respect copyright.PENANANxiMyhMBoC
Beberapa detik hening.
Lalu terasa.
Napas panas menyentuh bibir vaginanya. Lira mendesah kecil.
929Please respect copyright.PENANAduyIaUgLIH
Lidah itu datang tiba-tiba, menjulur panjang dan langsung menyapu seluruh celah dari bawah ke atas. Klitorisnya disentuh tepat sasaran, seakan lidah itu sudah kenal bentuknya. Ia bergetar.
929Please respect copyright.PENANAWS8mhTwBzC
“F-fuck…”
929Please respect copyright.PENANAv36B3lifwS
Lidah itu menjilat dengan irama pelan, panjang, penuh tekanan. Lira mencengkeram dinding. Setiap gerakan menimbulkan suara licin dari cairannya sendiri.
Kepalanya menunduk, dada bergetar, puting keras bergesek dengan lateks, menambah sensasi. Lidah itu masuk lebih dalam. Menggoreskan putaran di lubang basahnya, lalu kembali naik ke klitoris. Hisapan kecil. Tekanan lembut.
929Please respect copyright.PENANAAJJW7PHAMP
“Oh Tuhan… ya… terus…”
929Please respect copyright.PENANACn6MFKWq2C
Pria di balik dinding tidak berkata-kata. Hanya menjilati. Intens. Terampil. Licin dan liar. Sesekali dia menyentil klitoris dengan ujung lidahnya, membuat Lira memekik pelan, pinggulnya maju otomatis.
929Please respect copyright.PENANAduk67SRJtf
Dia tidak tahu siapa yang menjilatnya. Tidak bisa melihat wajah, tidak bisa mengenali suara. Tapi itulah yang membuat cairannya mengalir makin deras. Misteri dan kontrol yang bukan miliknya.
929Please respect copyright.PENANAHvAry7jg3A
Lidah itu semakin cepat. Klitorisnya digigit pelan. Lira menggigit tangannya sendiri agar tidak menjerit. Paha dan perutnya bergetar.
929Please respect copyright.PENANA3EiLXe8gQk
“Gila… aku keluar…”
929Please respect copyright.PENANAKhHj33jxdy
Dan dia benar-benar keluar. Orgasmenya datang panas dan deras. Kakinya goyah, cairannya menetes sampai ke paha. Tapi lidah itu tak berhenti. Ia menjilati semua yang menetes. Menyapu dan menghisap dengan rakus, sampai lubang Lira bersih, tapi tetap gemetar.
929Please respect copyright.PENANA04x7SskoZU
Lira menahan napas. Tubuhnya lemas, tapi puas.
929Please respect copyright.PENANAr0KfnBYU4Y
Saat dia menarik napas dan hendak membenahi diri, sebuah kartu kecil diselipkan dari lubang yang sama.
Tertulis:
929Please respect copyright.PENANAZOhuy6W5EF
> “Jika kamu suka rasa, coba dengarkan suara. Kamar 9. Sabtu depan.”
929Please respect copyright.PENANAXuzJgOPgTF
929Please respect copyright.PENANAkafjeR6j0w
929Please respect copyright.PENANA0twl6W0x6e
Lira mencium kartu itu.
Tubuhnya masih berdenyut. Tapi dalam pikirannya, ia sudah membayangkan seperti apa “suara” itu nanti.
ns216.73.216.206da2