Hari pertama mengikuti perkuliahan membuatku merasa sangat gugup yang aku pikirkan adalah bagaimana nanti aku dapat berkenalan. Ini menjadi pikiranku selama perjalanan, hingga aku tidak menyadari bahwa sudah berada di depan kampus.
“Sssssttt…” Suara hembusan nafasku.
“Oke sekarang waktunya!”
Bertemu dengan orang baru membuatku tidak percaya diri, hal ini membuatku memilih berdiam dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Namun, disatu sisi aku ingin mencari teman baru. Memang benar, terkadang pikiran dan hati tak selalu berjalan bersama.
“Daftar kelas Mahasiswa Baru 2010.” Pesan masuk muncul di handphone-ku.
. . .
Tidak seperti apa yang aku bayangkan sebelumnya, kalau anak Teknik itu cowok semua. Di kelasku terdapat delapan cewek dari tiga puluh anak di kelas. Meskipun sedikit, setidaknya ada spesies kaum kelamin datar di kelas ini. Kami sekelas kenalan satu sama lain dan ternyata rata-rata mereka tinggal dekat denganku. Hari pertama ternyata cukup membosankan, setiap dosen yang masuk hanya memperkenalkan dirinya. Berbeda dengan dosen yang lain kali ini ia langsung memberi kami tugas untuk menggambar dasar yaitu garis dan simbol-simbol gambar. Tidak tanggung-tanggung beliau langsung memberi kami deadline besok. Aku cukup terkejut, dan beberapa temanku protes akan hal itu.
“Jika kalian protes dan mengeluh keluar dari Universitas ini kalian gak pantas ada disini, cari Universitas yang lain sana!” Jawab Pak Dosen.
“Ada yang ingin ditanyakan?”
“Baik, jika tidak ada. Besok tugas dikumpulkan, selamat siang.” Sambungnya.
“Siang pak.”
. . .
Begitu banyak peralatan menggambar yang aku beli di toko buku tadi, karena beli peralatan ini hampir setengah dari uang bulananku terkuras. Dengan kedua alis yang menjadi satu dan bibir yang mengkerut kupercepat langkahku menuju kamar, alih-alih cepat sampai kamar aku tersandung sepatu. Bangsat adalah ucapan yang keluar pertama kali dari mulutku. Kutendang sepatu itu dan melanjutkan langkahku.
Aku sangat ambisius mengerjakan tugas ini, sudah lama aku tidak menggambar semenjak lulus dari sekolah. Aku memulai dari membuat kop pada sketch book kemudian membuat beberapa kotak untuk menggambar garis dan simbol-simbol. Sialan! Penghapus yang baru aku beli hilang. Aku mencoba mencari di tempat aku terjatuh tadi, sambil mengingat arah langkahku tadi. Kulihat kanan kiri tidak ada, tidak sengaja aku melihat kamar yang pintunya terbuka dan di kamar itu terdapat pedang dengan pegangannya berwarna silver berbentuk kepala naga dan mata pedang tersebut ditutupi oleh kain berwarna butih yang tercampur warna merah pekat.
“Eh, Roy nyari apa?” Ucap penghuni kamar tersebut.
“Oh ini kamar kamu Ben, aku lagi nyari penghapus tadi aku jatuh disekitar sini.”
“Oh penghapus baru ya, sebentar.”
“Nih, tadi aku nemu di depan pintu kamarku.”
“Syukur ketemu, makasih ya.”
“Sama-sama, lain kali hati-hati kalau jalan.”
“Hehe iya.” Jawabku. Aku berpaling dan jalan menuju kamar untuk melanjutkan menggambar kembali.
ns3.148.255.182da2