462Please respect copyright.PENANAtmfloVpnTs
462Please respect copyright.PENANARwAVnks0ZH
Hari selanjutnya, Mereka berempat mencoba mencari pekerjaan lagi. Namun, lagi-lagi seperti kemarin mereka ditolak oleh orang-orang. Lantas menyerah dan pulang ke rumah. Begitupun rasa lelah dan lapar meski waktu makan siang masih dua jam lagi.
Nora sejak kehilang sosok ayah ia jadi lebih manja. Sangat suka mengekori ibunya. Saat ini Meldina tengah pergi mencoba mencari pekerjaan. Awalnya pun ia tak mengizinkan Nora ikut, tetapi karena rengekannya Meldina mengalah.
"Kalau begini, aku harus benar-benar pergi," ujar Theon di tengah keheningan mereka berempat di meja makan. Tempat yang menjadi berkumpulnya keluarga ini.
"Aku juga ikut." Seperti kemarin Seema juga ingin pergi bersama kakaknya.
"Tidak, kau akan tetap di sini. Ingat, kau perempuan." Lagi, Theon seperti kemarin juga, menolak.
"Apa kau bilang? karena aku seorang perempuan, jadi tak boleh pergi bekerja di tempat jauh." Seema menghela napas dan langsung mengebrak meja cukup kuat. "Hei! Aku juga bisa jaga diri, ingat umur kita hanya berbeda setahun," sungut Seema yang tak terima dia direndahkan.
Theon kesal, ia akan segera berkata lagi. Namun, Genio menyelanya. "Ya, sudah, kita berangkat semuanya."
"Gila, ibu bagaimana, hah!" Sentak Theon.
"Biasa saja, jangan berbicara seperti itu kepada Genio." Seema menatap dan berkata dengan nada yang tak kalah kesal juga.
Mereka berdua mulai berdebat. Karena Theon masih menolak keinginan Seema. Sedangkan Genio langsung terdiam, dia takut ketika kakaknya sudah marah. Gea yang berada di antara mereka, menonton dengan diam. Sampai ketika Theon dan Seema saling meninggikan suara.
Gea tiba-tiba merasakan sakit di kepala. Memegang kepala yang memakai ikat kepala oleh kain Merah maroon sehingga menutupi seluruh keningnya. Ia tak tahu kenapa, tapi kata Meldina ada luka yang tak ingin membuat Gea merasa malu. Ia sempat ingin melepaskan, tetapi Meldina melarang. Bahkan ketika mengganti ikan kepala pun harus Meldina yang melakukannya. Karena ia ingin jadi anak penurut, Gea tak pernah protes lagi soal itu.
"Aakh!" teriak Gea saat rasa sakit itu terasa begitu menyakitka. Membuat Theon dan Seema langsung menghentikan berdebatan yang tak tahu kapan selesainya.
Genio yang kebetulan berada di dekat Gea langsung memegang bahunya.
"Hei, Gea, ada apa?"
Theon dan Seema segera menghampiri Gea yang kini kedua tangannya memegang kepala kuat-kuat.
Di tengah rasa sakitnya, ia mendengar suara loceng saling saling bersahutan memenuhi indra pendengarannya. Lantas tubuhnya lemas dan pingsan.
****
Putih dan menyilaukan.
Gea membuka mata secara perlahan. Lantas ia terkejut, dirinya entah ada di mana di sini hanya warna putih dan sinar yang sangat terang di depannya.
Gea berdiri dari posisi duduknya. Sesekali ia pun harus menghalangi sinar itu dengan tangan kananya.
"Mengapa aku di sini?" batinya dengan penuh tanya.
Ia hanya berdiam di tempat sampai suara merdu nan lembut terdengar jelas.
"Kemarilah, ini sudah waktunya semua terlepas."
"Si-siapa itu?" tentu saja Gea takut. Apakah ia mati? Pikirnya yang mulai gemetaran.
"Ayo! Melangkahlah. Jangan takut, kau tidak mati justru kau akan abadi."
Suara itu muncul lagi, seakan-akan juga dapat membaca pikiran Gea. Gea pun tak luput dari kata penasaran. Baiklah, ia mulai menghilangkan rasa takut itu dan perlahan-lahan melangkah. Menuju cahaya yang menyilaukan.
Makin mendekati cahaya itu, semakin menyilaukan bagi mata Gea serta entah dari mana rasa sejuk terasa diseluruh badannya. Cahaya itu pun perlahan lenyap.
Semuanya berubah gelap dan Gea tak merasakan apapun.
"Gea! Gea! Bangunlah, jangan pergi." Meldina memanggil-manggil anak tengahnya dengan air mata yang terus membasahi pipinya.
Ketika perjalanan pulang, dia berpapasan dengan Genio tang terburu-buru. Lantas memberitahukan apa yang sedang terjadi.
Seperti waktu itu Meldina langsung panik, ia berlari sembari memegang tangan Nora.
Saat tiba di rumah dan melihat keadaan Gea yang terbaring dengan lemah seperti menahan sakit. Seketika itu jugan air matanya luruh, hal itu sangat mengingatkan dengan sosok Jaswan, suami tercintanya.
"Lihat! Matanya mulai terbuka," ujar Seema yang langsung membuat yang lain menatap ke arah Gea.
Gea perlahan-lahan membuka matanya, ketika telah membuka mata sepenuhnya Meldina langsung memeluk putrinya dengan rasa syukur yang besar. "Akhirnya kau bangun."
Segera, ketika Meldina melepaskan pelukannya Nora langsung memberikan air putih yang langsung diminum oleh Gea. Yang lain langsung merasa lega, terlebih lagi Theon yang berdiri di ambang pintu kamar Seema dan Gea.
Semuanya membiarkan Gea merasa tenang beberapa saat kemudian mulai mengajukan pertanyaan.
"Gea, tadi kenapa? Kau sakit?" tanya Seema terlebih dahulu dan ia hanya mendapatkan jawaban dengan gelengan lemah dari Gea.
"Aku tidak tahu, tiba-tiba kepalaku sakit dan tak ingat apapun." Meski, aku tak tahu apa yang tadi aku alami itu. Sambung Gea dalam hatinya. Ia masih belum berani menceritakan hal-hal aneh. Apalagi takut membuat ibunya merasa khawatir karena hal itu.
"Kalau begitu, mengapa kau bisa tak sadarkan diri selama tiga jam?" tanya Genio yang tengah berdiri dekat Theon. Hal itu membuat Gea cukup terkejut. Namun, Gea hanya menggelengkan kepalanya lagi. Yang lain pun mempunyai pikiran yang sama dengan Genio.
Meldina mengusap lembut puncak kepala Gea. "Ya, sudah, istirahat saja. Mungkin kamu kecapean."
Meldina pun langsung menyuruh yang lain ke luar kamar. Lantas mereka kembali berkumpul di meja makan.
"Mungkin gara-gara kalian berdua yang saling berteriak." Genio langsung berkata ketika ia baru saja mendudukan diri di kursi.
Sontak hal itu langsung dipeloti oleh Theon dan Seema. Lantas keduanya berpaling menatap sang ibu, Meldina.
"Maksudnya, kalian bertengkar? Apa yang menjadi penyebabkan. Sudah ibu katakan kalian sudah besar jangan bertengkar di depan adik-adik kalian," tutur Meldina dengan menatap keduanya yang menunduk.
"Kami hanya berdebat soal kemarin," Seema menjawab dengan nada rendah.
"Karena dia ingin ikut pergi juga bersamaku, ibu." Theon menimpal dengan sedikit menegakkan kepalanya.
"Aku juga bisa menjaga diri." Seema berkata dengan rasa kesal seperti tadi.
Saat Theon akan membalas perkataan Seema, Meldina langsung menghentikan itu.
"Sudah, hentikan. Lagipula ibu belum mengatakan setuju atau tidak untukmu Theon."
Semua terdiam, Nora dan Genio hanya menonton tanpa ingin ikut terlibat. Setelahnya, Meldina pergi meninggalkan meja makan, ia pergi masuk ke dalam kamarnya. Meninggalkan keheningan di meja makan.
462Please respect copyright.PENANAJXynB4n8L0
462Please respect copyright.PENANAJICuaWfppV
462Please respect copyright.PENANA4CrsKTguna
462Please respect copyright.PENANAkSnSzsS2Kp
462Please respect copyright.PENANA3OpKcI3n5b
462Please respect copyright.PENANA1ajzL0tOks
462Please respect copyright.PENANAD670cs2CLX
462Please respect copyright.PENANARbm5ecrILm
462Please respect copyright.PENANA8zW0uOnysT
462Please respect copyright.PENANAhGal0W8ske
462Please respect copyright.PENANAUgkBfnWbAc
462Please respect copyright.PENANAgZdA7gH6Le
462Please respect copyright.PENANA4MTjQKyxJI
462Please respect copyright.PENANAaqb9LuhxhF
462Please respect copyright.PENANAfuZto5m9qT
462Please respect copyright.PENANAZ1iXt6Gs5J
462Please respect copyright.PENANAcHjMzHYa1X
462Please respect copyright.PENANAoBrZ1CMVuN
462Please respect copyright.PENANAvmlxrBlpgs
462Please respect copyright.PENANAhg81nYCfKa
462Please respect copyright.PENANASL7jtpZq0y
462Please respect copyright.PENANA7cec4zWeYZ
462Please respect copyright.PENANAzA6JwTp1w2
462Please respect copyright.PENANA851I0rRH6E
462Please respect copyright.PENANAIfL4j5Amc4
462Please respect copyright.PENANAldivcmUfuv
462Please respect copyright.PENANAFADJmQXlKO
462Please respect copyright.PENANAeGXC8KmqNf
462Please respect copyright.PENANAslmrFKF4aB
462Please respect copyright.PENANAyf7VJsS6ir
462Please respect copyright.PENANAIWYxYVoZJl
462Please respect copyright.PENANAHZT4yscfOX
462Please respect copyright.PENANABNXe1voajq
462Please respect copyright.PENANA89CNI9v55d
462Please respect copyright.PENANAjAAtblbxgI
462Please respect copyright.PENANAYd7wWuWzLx
462Please respect copyright.PENANA0Wbqs82R6W
462Please respect copyright.PENANAYb6tu8VgeQ
462Please respect copyright.PENANAbl6okGh0MH
462Please respect copyright.PENANAvV5U77KSsu
462Please respect copyright.PENANABQFVOgivHW
462Please respect copyright.PENANAzkSBUkTfYk
462Please respect copyright.PENANARXvGCeOt11
462Please respect copyright.PENANAC9c00Jnocx
462Please respect copyright.PENANAkXYZyaXSPI
462Please respect copyright.PENANAdl7ppx5Uka
462Please respect copyright.PENANALgLeinkmub
462Please respect copyright.PENANAbipU9OK0wZ
462Please respect copyright.PENANAQ41FUkNznk
462Please respect copyright.PENANAaOuU5kR7yA
******462Please respect copyright.PENANAkNBeBUg2uW