BAB 1 : PERKENALKAN
Hai, perkenalkan nama ku Gia. Ini adalah cerita tentang ku sebagai pribadi yang tidak semangat dalam menjalani hidup (hehehe) pada awalnya, sampai pada akhirnya aku mengerti arti pertemanan dan membuat ku lebih menghargai arti hidup ini.
Aku terlahir dari keluarga yang sederhana, cenderung biasa saja. Aku mempunyai satu kakak laki-laki. Aku lahir dan tinggal di sebuah kota besar di pulau Jawa. Saat aku masih TK sampai kelas 3 SD, aku masih diantar dan dijemput menggunakan sepeda oleh ayahku. Saat kelas 1 – 3 SD, sekolahku cukup jauh dari rumah, dan aku belum bisa naik angkot sendiri, sehingga ayahku harus mengantar dan menjemput setiap hari.
Saat perjalan pergi dan pulang, kami sering bercerita dan walaupun aku sering diperhatikan teman – teman ku karena hanya aku yang diantar dan dijemput menggunakan sepeda, aku tidak peduli dan aku benar - benar menikmatinya. Saat – saat itulah aku semakin dekat dengan ayahku, yang mungkin sulit didapatkan oleh anak - anak lain.
Ada juga saat – saat dimana ayahku menjemputku tidak menggunakan sepeda, tapi naik angkot, karena jarak antara sekolah ku dengan terminal cukup jauh, kami sering berjalan dahulu baru kami naik angkot. Terkadang aku harus menunggu ayah ku cukup lama, dan aku tidak diperbolehkan keluar dari sekolah. Saat kami jalan kaki, kami juga sering ngobrol, dan kami juga sering beli gorengan untuk ganjal perut sebelum nanti makan siang di rumah. Hal – hal sederhana seperti itu benar – benar melekat sampai aku dewasa.
Kelas 4 SD, aku pindah ke sekolah yang lebih dekat dari rumah. Sekolah ini adalah sekolah negeri, sebelumnya aku bersekolah di sekolah swasta, dan di sekolah baru ku ini lah aku mulai belajar arti persahabatan, yang akhirnya menjadi salah satu nilai yang sangat aku hargai sampai sekarang. Di sekolah ini teman – teman ku mulai beragam, mulai dari tempat tinggal, latar belakang orang tua, dan karakter.
Di sekolah ku yang sebelumnya bukan tidak ada, tapi karena sekolah swasta, anak –anaknya banyak yang dijemput oleh orang tua masing – masing dan juga jarak rumah kami yang saling berjauhan, sehingga kami tidak benar – benar saling mengenal, mungkin saja aku sudah mendapatkannya, tapi mungkin aku tidak menyadarinya.
Sekolah baru ku ini jaraknya dekat dari rumah, sehingga aku pergi dan pulang sendiri. Saat itu aku tidak benar – benar tahu kenapa aku pindah, tapi dugaan ku karena keadaan ekonomi. Awal aku bersekolah, aku sempat di “bully”, sebagaimana yang mungkin terjadi kepada anak yang baru pindah sekolah (mungkin juga sapai sekarang).
Setelah beberapa lama, akhirnya aku sudah tidak di “bully” lagi, dan justru aku jadi akrab dengan teman – teman baru ku ini. Aku jadi sering ke rumah teman – teman ku karena jarak yang dekat dan bisa di bilang masih satu lingkungan. Aku jadi semakin akbrab, dan makin sering ngumpul.
Biasanya saat kami kumpul, kami sering ke rental PS (Play Station), yang mana saat itu masih PS 1, bermain sepak bola, dan banyak permainan 2000-an lainnya. Saat kami bermain sepak bola, kami sering tanding (atau bahasa kami dulu ngadu) dengan anak – anak sekolah lain ataupun anak dari lingkungan lain.
Pertandingan sepak bola yang kami lakukan berbeda dengan anak di jaman sekarang. Biasanya anak jaman sekarang bermain sepak bola di lapangan futsal, pada saat jaman ku dlu, kami bermain di lahan – lahan kosong, yang penting cukup untuk kami bermain dan kami menggunakan bola plastik. Bola plastik ini kami beli secara patungan. Gawangnya pun dari sandal ataupun dari batu, kadang – kadang nyeker (tidak pakai alas kai), dan batas atas gawangnya adalah tinggi loncatan kipernya (hehehe).
Terkadang saat ngadu kami taruhan. Saat sudah taruhan inilah, biasanya semua jadi serius (sudah seperti pemain profesional hehehe). Taruhannya sebenarnya tidak banyak, tapi karena yang dipakai taruhan adalah uang jajan, jadi kalau kalah ya nyesek juga, dan kalau kami ngadunya dengan sekolah lain, selain uang harga diri sekolah kami juga dipertaruhkan (hehehe).
Saat kalah, maka karakter teman – teman kita akan terlihat. Ada teman yang bisa menerima kekalahan, tapi ada juga yang kesal karena kalah, biasanya tipe teman begini yang akan menyalahkan temannya yang jadi kipper, padahal dia sendiri juga tidak bisa main bagus (hehehe).
Kehidupan SD ku yang baru ini secara umu sebenarnya sama seperti anak SD pada umumnya. Pada saat pulang sekolah, aku pulang sebentar ke rumah, ganti baju, setelah itu makan, selesai makan langsung ke rumah teman. Rumah teman yang kami jadikan tempat nongkrong biasanya rumah teman yang banyak hal menarik. Di salah satu rumah teman ku yang sering dijadikan tempat nongkrong ada gitar. Di rumah teman ku inilah aku dan teman – teman ku belajar gitar, yang akhirnya alat musik yang bernama gitar ini bisa merubah cara pandang ku akan hidup dan akan menjadi hal yang akan aku ceritakan.
Selain nongkrong di rumah teman, kalau ada uang jajan lebih/sisa, biasanya kami patungan main PS. Seperti kebanyakan anak SD di jaman ku, kami patungan main PS, yang pada saat itu masih PS 1 dan masih 2 ribu rupiah/jam. Klub yang kami sering pakai adalah klub – klub liga Italia yang di tahun 2000-an sangat popular.
Sambil menunggu main sepak bola di sore hari, kami main PS 2 jam. Tipikal anak – naka 2000-an main PS, kami main Winning Eleven (biasanya kami singkat WE), kalau di ingat – ingat tipikal teman – teman ku pun sangat beragam. Ada yang sangat serius, ada juga yag hanya sekedarnya saja, ada juga yang iseng suka mencederai lawannya, dan ini tipikal yang paling menyebalkan (hehehe).
Ada yang menyebut tahun 2000-an sebagai masa peralihan, karena anak – anak 2000-an masih merasakan permainan para seniornya (aku dulu menyebutnya sebagai abang – abangan), dari main sepak bola di lapangan, benteng, petak umpet dan lainnya yang bisa dilakukan diluar ruangan, tapi di sisi lain juga anak 2000-an sudah merasakan bagaimana internet sudah mulai menyebar.
Penyebaran internet di awal 2000-an dimulai dari warnet, walaupn sebagai anak kampong yang uang jajan masih pas – pasan, kami kadang ke warnet. Awal kami buka internet pu, kami masih bingung situs apa yang akan kami buka. Setelah diberitahu teman yang sudah lebih berpengalaman, kami akhirnya tahu apa yang akan kami buka, dan kami buka primbon.
Primbon adalah situs pertama kami buka. Primbon merupakan situs yang menampilkan foto – foto penampakan. Situs tersebut jugalah, yang membuat kami merasakan sensasi horror pertama yang bersumber dari internet. Setelah itu kami mulai bisa mencari foto – foto artis/band kesukaan kami di google. Pengalaman pertama yang sulit dilupakan (hehehe).
Kehidupan sekolah anak 2000-an, menurut ku sangat berbeda dengan kehidupan sekolah di tahun 2010-an, apa mungkin memang selalu seperti itu (hehehe), selain seperti yang sudah kuceritakan sebelumnya, pada saat belajar di sekolah pun aku rasa anak sekolah 2000-an atau mungkin dari generasi sebelumnya banyak yang tidak terlalu memikirkan nilai akademis, walaupun sebenarnya hal ini tidak baik.
Kehidupan sekolah ku dulu masih banyak yang peduli dengan persahabatan. Kami masih sering main ke rumah teman – teman kami, saat malam minggu sering menginap di rumah salah satu teman kami, bahkan untuk mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah) pun kami masih sering kerja kelompok. Hal tersebut masih bisa kami rasakan mungkin karena perkembangan teknologi yang belum seperti sekarang sehingga rasa kami saling membutuhkan masih tinggi. Akses internet di jaman ku dulu juga belum besar seperti sekarang yang sangat memudahkan dan juga bisa menjadi cara untuk mendapatkan informasi dengan cepat bahkan bisa membuat banyak orang jadi kaya raya, tapi walaupun begitu, menurut ku nilai – nilai kebersamaan sebaiknya tetap dipertahankan.
Nilai – nilai yang mengajari tentang persahabatan dan kebersamaan menurut ku lebih baik di bandingkan memiiki hidup yang terlalu individualis, karena sesekali aka nada saat seseorang kecewa dengan hasil yang tidak sesuai harapan dan pada saat itu dia akan benar – benar butuh seseorang yang bisa membantu menenangkan dirinya.
1766Please respect copyright.PENANAQ1Yi3GfRnB
BAB 2 : MASUK SMP
Tak terasa kehidupan SD ku berakhir. Kehidupan SD ku yang telah banyak memberikan pengalaman dan hal – hal baru, terlebih setelah pindak ke SD negeri akan berakhir dan akan berlanjut ke jenjang berikutnya yaitu SMP. Aku masuk SMP yang menjadi primadona di lingkungan ku.
SMP ku dekat dengan rumah, jadi saat SMP pun, pergi dan pulang sekolah aku masih jalan kaki. Awal aku mask, aku sempat “ditakut – takuti” oleh para abang – abangan ku kalau SMP itu sangat berbeda dengan saat SD, tapi dengan konotasi yang agak negatif, walaupun tentu saja SD dan SMP berbeda, di awal – awal aku sempat kepikiran juga akan seberat apa kehidpan SMP ini. Proses belajar – mengajarnya berbeda, karena SMP sudah menerapkan sistem 1 mata pelajaran 1 guru, sedangkan SD hampir semua mata pelajaran di ajar oleh 1 guru. SMP juga menambahkan beberapa mata pelajaran yang tidak ada saat SD seperti Fisika dan juga Biologi, tapi selain itu antara SD dan SMP cenderung sama dan tidak ada yang perlu di cemaskan, memang dasar abang – abangan senang banget nakutin anak kecil (hehehe).
Awal masuk SMP, atau masuk ajaran baru, biasanya ada perkenalan guru dan mata pelajaran yang akan dia ajar, dan aja momen yang membekas bagi ku hingga saat ini. Waktu itu perkenalan guru olah raga, dank arena baru perkenalan kami berkumpl di kelas. Saat itu guru olah raga kami sempat bercerita kalau dulu dia bisa membuat roket kecil dan bisa menerbangkannya walau hanya sebentar. Dia menceritakan cukup lama bagaimana proses dia menciptakan roket tersebut dan kami terdiam mendengar ceritanya. Saat itu aku sempat bingung dan aku bertanya ke teman ku “Dia itu sebenarnya guru olah raga apa Fisika?” (hehehe).
Setelah beberapa minggu menjadi anak SMP, kelasku mendapatkan tugas mata pelajaran biologi untuk membawa alat – alat praktek. Siswa di kelas ku dibagi menjadi beberapa kelompok. Saat itu aku dan kebanyakan anak di kelasku menganggap tugas tersebut sangatlah sulit, terlebih juga karena kami yang baru saja menjadi murid SMP.
Cara berpikir seperti itulah yang membuat kami (sekitar 15-an anak cowok), bersepakat untuk tidak membawa tugas – tugas kami. Tugas tersebut diberikan 1 minggu sebelum hari “H”, dan dari sejak awal diberikan kami semua bersepakat unutk tidak membawa tgas sama sekali dan alas an solideritas menjadi salah satu yang menguatkan kami (hehehe). Saat itu menjadi pengalaman konspirasi pertama dan mungkin satu – satunya yang aku lakukan (seingatku ya hehehe).
Datanglah harinya, hari dimana praktek biologinya berlangsung. Ruang prakteknya berada di ruangan khusus praktek biologi. Kami berlima belas orang tetap berada di kelas kami (sebelumnya kami dikumpulkan dulu di kelas, baru pindah ke ruang praktek). 5 – 10 menit pertama semua berjalan lancer. Kami sembunyi di dalam kelas, sambil bercanda, cerita – cerita dan melakukan hal yang tidak jelas lainnya.
Sampai pada akhirnya, mungkin karena kami terlalu ribut, dan menganggu kelas disamping kami, guru yang mengajar di samping kelas kami tersebut mengecek ke kelas kami, dan bertanya, “kalian kelas apa?”, dan kami semua bingung harus menjawab apa.
Pada saat itu, mungkin karena panik juga, temanku menjawab biologi. Setelah itu dia menanyakan lebih terperinci, dan mungkin karena itu, dia langsung menghubungi guru biologi kami. Setelah dia bilang seperti itu, seketika itu kami semua langsung pucat dan berkeringat (hehehe).
Seketika itu juga kami semua berandai – andai apa yang akan terjadi. Setelah praktek selesai, guru biologi kami dan teman – teman sekelas kami yang ikut praktek kembali ke kelas. Saat kembali itu juga, kami yang tidak ikut praktek di beritahu bahwa orang tua kami akan dipanggil ke sekolah.
Seperti pada umumnya, setelah semua yang terjadi, kami semua merasa menyesal dan penyesalan memang selalu datang terlambat (hehehe). Ada satu hal yang menjadi pertanyaan ku sampai saat ini, kenapa guru kami tidak langsung memanggil kami saat praktek dimulai.
Kehidupan SMP ku yang baru berjalan beberapa minggu langsung mendapat masalah yang berat. Pukulan telak yang membuat ku kepikiran selama beberapa hari dan sambil mencari cara bagaimana cara memberitahu orang tua ku kalau mereka dipanggil ke sekolah.
Akhirnya setelah beberapa hari aku berpikir, aku memberitahu orang tua ku, dan aku menyampaikan secara jujur apa yang sebenarnya terjadi. Hari pemanggilan tiba. Aku melihat juga orang tua teman – teman ku dan orang tua kami secara bergantian masuk ke ruang guru dan menemui guru Biologi kami. Hari pemanggilan diadakan di hari biasa dan saat jam sekolah masih berlangsung.
Jam pulang sekolah pun tiba, kami langsung pulang ke rumah kami masing – masing dan merasa deg – degan dengan apa saja yang tadi dibicarakan dan bagaimana nasib kami selanjutnya. Pada saat sudah sampai rumah, aku memberanikan diri bertanya ke ayahku (karena yang datang ke sekolah adalah ayahku), dan dia bilang tidak ada masalah yang berat.
Seketika itu juga aku merasa lega, dan kehidupan SMP ku yang baru dimulai dan sempat terlihat gelap akhirnya cerah kembali. Aku jadi kepikiran bagaimana dengan teman – teman ku, dan aku juga akan menanyakan mereka apa yang mereka dapatkan (apa mereka dimarahi orang tua mereka), walaupun setelah aku bertemu di sekolah, aku urungkan niat ku dan tidak ada satupun dari kami yang membicarakan hal tersebut lagi.
Kasus ini benar – benar membuat kami lebih serius dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi. Setelah kejadian itu, kami selalu mengerjakan tugas yang diberikan (walaupun tetap semampu kami hehehe), dan akhirnya menpengaruhi kami ke hal – hal lain seperti kerapihan kami dalam berpakaian dan berpenampilan, seperti seragam sebisa mungkin kami masukkan, memakai ikat pinggang, rambut dicukur rapi dan lain sebagainya.
Tadi aku sempat bilang kalau kasus yang tadi akan menjadi pelajaran yang berharga, tapi tidak lama setelah itu kami nyaris melakukan hal yang sama (aduh). Tapi bebrbeda dengan sebelumnya, yang kali ini kami nyaris kena kasus kembali di mata pelajaran kesenian.
Saat itu guru kesenian kami menugaskan pada kami untuk praktek menari, dan seperti biasa kami harus membuat kelompok. Dasar memang masih anak – anak, kami lagi – lagi berpikir untuk tidak praktek (hehehe). Pada saat itu kami berpikir kalau tidak bisa menari dan menari itu bukan yang dilakukan cowok.
Setelah kami saling berdiskuksi, akhirnya kami ikut praktek tersebut. Selain karena memang wajib, juga karena kami tidak ingin terjatuh di tempat yang sama untuk kedua kalinya. Akhirnya kami semua membentuk kelompok, dan berdiskusi tarian apa yang akan kami praktekkan minggu depan.
Saat SMP, adalah saat pertama kali kami menonton live concert band – band rock tahun 2000-an, seperti Linkin Park, Limp Biskit, dan band – band lainnya. Seperti kebanyakan konser bank rock, maka ada yang Moshing, dan dari hal tersebut teman ku mengusulkan bagaimana kalau untuk tugas tarinya kita Moshing saja.
Setelah kami berpikir beberapa hari, akhirnya kami semua sepakat akan Moshing, walaupun sebenarnya tugas tersebut adalah tarian daerah, apa boleh buat, dan karena mudah, kami tidak perlu latihan (hehehe), dan daripada tidak ikut praktek lagi. Akhirnya hari tersebut datang, sebelum giliran kelompok kami, kami memberitahu dulu guru kami. Kami sudah bersiap untuk praktek dan kami Moshing. Teman sekelas kami yang lain sangat heran, tarian macam apa ini, tapi kami sudah tidak punya pilihan, toh guru kami tidak mempermasalahkan kami lanjut sampai lagunya selesai, kalau tidak salah lagu yang kami pakai lagu dari band Linkin Park. Akhirnya tugas praktek selesai, dan kami sangat lega, walaupun aku tidak ingat apa nilai yang aku dan teman – teman ku dapat (hehehe).
Tak terasa kami naik ke kelas 2, walaupn dengan segala permasalahan yang sempat aku jalani. Nilai ku saat kelas 1 tidak terlalu bagus, tapi yang penting cukup untuk naik kelas (hehehe). Berbeda saat SD, kenaikan kelas saat SMP sudah menggunakan sistem pembagian kelas. Pembagian kelas diatur oleh para guru, dan pengumuman pembagian kelas dilakukan hari Senin pada saat upacara bendera. Nama kami dipanggil satu ersatu dan langsung berbaris sesuai dengan kelas kami. Aku dapat kelas 2 – 2, dan saat aku SMP tingkatan kelas masih menggunakan angka 1, 2, dan 3.
Gedung sekolah kami terbagi menjadi 2 gedung utama, yaitu gedung baru dan gedung lama. Saat kelas 2 ini, aku berada di gedung lama, begitu juga kelas 2 yang lain. Saat pertama kali masuk kelas, hal yang paling menarik perhatian ku adalah bangku kelas yang menggunakan bangku panjang (mirip bangku warteg), dan ubin kelas yang berwarna kuning.
Teman – teman ku di kelas 2 ini, sebagian kecil adalah teman – teman ku di kelas 1. Mungkin seperti kebanyakan siswa sekolah lainnya, saat awal masuk kelas, kita memilih sendiri tempat duduk yang akan kita tempati dan biasanya teman 1 meja kita adalah orang yang sudah kita kenal sebelumnya. Aku duduk dengan teman yang aku sudah kenal dari kelas 1, dan orang yang duduk di depan ku juga teman yang sudah ku kenal dari kelas 1.
Jujur, selama aku kelas 2 (sebenarnya selama sekkolah hehehe), tidak banyak hal yang aku ingat, terutama kegiatan belajar – mengajar. Salah satu dari sedikit hal yang aku ingat adalah aku dan teman – teman ku yang duduknya paling dekat sering bercerita tentang film Warkop. Hampir setiap hari kami ngobrol tentang film Warkop.
Sebenarnya film Warkop itu sudah sering kami tonton, tapi entah kenapa kami selalu asyik kalau sudah bercerita tentang ini. Saat aku SMP, film Warkop sering diputar di TV setiap hari Sabtu siang, dan mungkin karena sensor TV belum seketat sekarang, film Warkop masih boleh di tayangkan. Saking asyiknya kami, masing – masing dari kami selalu punya cerita andalan yang tetap lucu diceritakan walaupun kami sudah tahu ceritanya.
Walaupun tadi aku sempat bilang kala aku tidak terlalu ingat apa saja yang aku lakukan selama kelas 2, tapi ada 1 hal dimana hal tersebut aku ingat sampai sekarang dan akhirnya secara tidak langsung merubah cara ku memandang hidup saat aku dewasa, dan hal tersebut adalah gitar.
Saat sekolah, ada seorang teman ku yang sering membawa gitar ke sekolah, bahkan walaupun tidak ada pelajaran kesenian. Pada awalnya aku tidak tertarik dengan gitar, apalagi untuk mencoba mempelajarinya, karena aku merasa tidak berbakat dalam music, bahkan do, re, mi saja aku fals.
Gitar tema ku itu sering dipinjam oleh anak kelas lain, bahkan saking seringnya, teman ku yang bawa gitar tidak sempat memaikan gitarnya sendiri. Selang beberapa waktu, teman – teman ku, satu persatu mulai belajar gitar, dari lagu- lagu band dalam negeri, sampai lagu barat.
1766Please respect copyright.PENANAMAzgpBJcHS
1766Please respect copyright.PENANA5lzfzqDpu2
1766Please respect copyright.PENANAukNUvdHKI8
1766Please respect copyright.PENANAXEOCHrM7sl
1766Please respect copyright.PENANAiuTPYCcqrx
1766Please respect copyright.PENANAQe39cnrLqK
1766Please respect copyright.PENANAouLaKMUn6M
1766Please respect copyright.PENANAXLKyG6tdIq
1766Please respect copyright.PENANAkkf4qtK1xx
1766Please respect copyright.PENANAofUnFppdMo
1766Please respect copyright.PENANAvo4sKaUS8V
1766Please respect copyright.PENANApJ84i5P0y9
1766Please respect copyright.PENANAaHlQj602kd
1766Please respect copyright.PENANAGBOPuWbPL1
1766Please respect copyright.PENANAJyFodw19nq
1766Please respect copyright.PENANAOywK28XYX5
BAB 3 : PERKENALAN DENGAN GITAR
Seiring berjalannya waktu, aku mulai tertarik untuk belajar gitar. Ketertarikan ku di mulai karena melihat teman – teman ku yang belajar, dari awal yang tidak bisa sama sekali, lalu tahu chord (aku dulu menyebutnya kunci), dan akhirnya bisa 1 lagu dari awal sampai akhir. Aku juga mulai berpikir kalau bisa main gitar sepertinya keren dan akhirnya aku mencoba untuk mulai belajar gitar. Di kelas ku ada cewek yang mahir bermain gitar, dan akhirnya aku belajar gitar dari dia, dan sejak saat itu aku mulai lebih serius untuk belajar gitar.
Awal belajar, aku biasanya meminjam gitar teman ku dan sekalian dengan MBS (Music Book Selection) kalau dia punya. Di buku tersebut sudah ada lirik, kunci dan gambar kuncinya, selain itu harga MBS cukup murah dan terjangkau untuk anak – anak sekolah (walaupun aku lebih sering pinjam hehehe). Lagu - di MBS juga cukup banyak mulai dari lagu lokal sampai lagu luar, baik lagu lama ataupun lagu baru. Band – band Indonesia yang lagunya sering aku pakai untuk belajar biasanya Peterpan, Dewa, Sheila on 7, dan band – band yang ngetop tahun 2000-an lainnya. Selain karena kuncinya mudah untuk pemula, juga karena lagu – lagunya aku suka.
Di sekolah kita, biasanya ada teman kita yang jago main gitar, begitu juga di sekolah ku. Di sekolah ku, lebih tepatnya di kelas aku ada yang jago bemain gitar, dan dia sudah belajar gitar dari kelas 5 SD. Saat dia bermain, aku sering memperhatikan dan mengingat – ingat caranya, dan karena teman, aku sering belajar gitar di rumahnya.
Awal aku belajar gitar, aku belum punya gitar sendiri. Aku sering meminjam gitar teman – teman ku dan aku bawa pulang, setelah beberapa hari baru aku kembalikan, hal ini aku lakukan karena aku belum bisa meyakinkan orang tua ku untuk membelikan ku gitar, terlepas dari keadaan ekonomi, orang tua ku ingin melihat keseriusan ku terlebih dahulu.
Aku dan hampir semua teman – teman ku belajar gitar secara otodidak. Kami hanya mengandalkan pendengaran (atau bahasa kerennya earing) dan mencoba mengulik sebuah lagu dari kaset atau CD. Melihat teman kami yang lebih mahir bermain sambil mencoba mengingat caranya juga menjadi pilihan cara kami belajar. Saat itu Youtube belum ada (atau mungkin belum sebesar sekarang) dan akses mendapatkan video yang cukup sulit.
Setelah beberapa minggu aku belajar, akhirnya aku bisa memainkan 1 buah lagu secara utuh. Lagu pertama yang bisa aku mainkan adalah “Mimpi yang Sempurna” dari Peterpan. Seperti kebanyakan orang yang akhirnya ada perkembangan dalam belajar, aku sangat senang sekali dan aku merasa cukup berani untuk minta dibelikan gitar ke orang tua ku.
Bermodalkan 1 lagu tersebut, akhirnya aku bilang ke orang tua ku untuk dibelikan gitar. Dengan gitar pinjaman, aku memainkan lagu yang aku bisa, dan akhirnya orang tua ku setuju untuk membelikan aku gitar. hari minggu, aku dan ayah ku pergi untuk beli gitar. aku lupa dimana gitar pertam ku di beli, tapi selama perjalanan aku senang sekali.
Gitar pertama ku adalah gitar berharga murah dan merknya adalah parodi dari merk gitar “Yamaha”, dan merk gitar ku adalah Suzuki. Secara kondisi, sebenarnya gitar tersebut bukan gitar yang bagus. Jarak senar gitar dengan neck yang jauh, tuner (atau dulu kami menyebutnya steman) yang keras dan nada standarnya yang tidak di E. Aku tahu hal tersebut karena sebelum membeli aku sempat bertanya ke teman ku bagaimana tips dalam memilih gitar.
Dengan segala kondisi gitar pertama ku, aku tetap senang akhirnya bisa punya gitar sendiri dan akhirnya memacu ku agar belajar lebih keras lagi. Gitar tersebut aku mainkan setiap hari, dank arena sudah punya gitar sendiri jugalah aku juga membeli MBS.
Di saat aku mulai remaja, cara mendengarkan lagu mulai bergeser. Di zaman abang – abangan, cara mendengarkan lagu biasanya pakai kaset dan di putar di radio, jika agak kaya ditambahkan speaker lagi. Sebelum adanya VCD/DVD player, menonton video menggunakan VHS/BETAMAX player. Setelah itu teknologi berkembang lagi, hingga adanya walkman. Walkman adalah sebuah alat pemutar kaset berukuran kecil, dan digunakan saat berpergian. Teknologi berkembang lagi, mendengarkan lagu bergeser ke CD dan sama seperti walkman, saat itu juga ada alat untuk mendengarkan CD saat berpergian yaitu Diskman . Toko – toko kaset masih banyak dan selalu ramai. Banyak anak di generasi mungkin tidak terlalu merasakan zaman kejayaan toko – toko kaset, karena saat aku SMP, kaset sudah ditinggalkan, bahkan bisa di bilang saat aku SMP merupakan akhir dari CD.
Tahun 2000-an awal, pembajakan sangat merajalela. Pembajak bahkan secara terang – terangan menjual barang bajakan di pinggir jalan dan jumlahnya sangat banyak. Saat itu 1 keping CD, tidak berisi 1 album yang umumnya berisi 10 – 15an lagu, tetapi berisi 100-an lagu dan keeping CD tersebut disebut MP3. Bayangkan, 1 CD original yang dijual di toko kaset/CD resmi “hanya” berisi tidak lebih dari 15-an lagu dan dijual dengan harga yang cukup mahal (terutama untuk kalangan ekonomi menengah ke bawah), tiba – tiba “ditawarkan” sebuah CD yang berisi 100-an lagu yang terdiri dari banyak band/musisi dengan harga yang jauh lebih murah, tentu akan banyak masyarakat yang membelinya.
CD bajakan tersebut juga sering dipindah tangankan dari teman ke teman. Biasanya teman yang sudah mengerti dan memiliki komputer, akan meminjam CD tersebut dan di copy ke komputernya. Ini saat petama kali aku mengetahui hal tersebut. Orang – orang yang tidak memiliki komputer, mereka akan membeli CD/DVD player biasanya dari Cina yang harganya terjangkau. Pengaruh MP3 bajakan untuk masyarakat memang sangat besar, tetapi tidak terlalu lama karena setelah itu muncul internet.
Kemunculan internet dan HP yang bisa menyimpan data membuat cara masyarakat mendengarkan lagu bergeser kembali, jika sebelumnya ada MP3 bajakan, maka saat ini ada download lagu dari internet. Teman – teman ku yang sudah tahu bagaimana caranya download lagu di internet, biasanya setelah pulang sekolah mampir dulu ke warnet. Mereka biasanya download lagu – lagu yang mereka suka dan menyimpannya di HP. Saat di sekolah, aku biasanya bertanya ke teman – temanku lagu apa yang mereka punya, dan jika ada lagu yang aku suka, aku minta dia mengirim lagu tersebut menggunakan Infrared/Bluetooth. Saat itu ukuran internal HP tidak besar, jadi kalau ingin menyimpan lagu/data yang lebih banyak, kami harus membeli memori internal yang sebenarnya juga tidak besar, tapi lumayan untuk menyimpan data/lagu lebih. Walaupun dengan segala keterbatasan, aku (dan mungkin kebanyakan orang) sudah sangat senang karena bisa mendegarkan lagu menggunakan HP.
Dari banyak manfaat kemajuan teknologi tersebut, ada satu hal yang bisa dibilang kekurangan ku (mungkin juga kebanyakan orang), saat itu aku tidak terbiasa mendengarkan satu album penuh band/penyanyi, saat itu aku terbiasa hanya mendengarkan beberapa lagu yang aku suka saja, padahal untuk menjadi musisi/anak band, wawasan music yang luas sangat penting. Orang – orang yang dulu mendengarkan kaset, mereka terbiasa mendengarkan full 1 album, selain karena sulit untuk mengatur kaset, mereka juga merasa saying kalau hanya mendengarkan beberapa lagu saja. Hal tersebut yang membuat ku berpendapat kalau anak -anak yang besar tahun 80-an memiliki wawasan musik yang lebih luas dibandingkan anak – anak yang besar tahun 2000-an.
Selain dari kirim – kiriman lagu dengan teman, cara ku untuk mendengarkan musik adalah dengan menonton Mtv. Diujung masanya, Mtv masih menjadi primadona anak – anak muda untuk menikmati sekaligus menambah wawasan musik. Mulai dari band/ musisi luar negeri sampai musisi dalam negeri, Mtv selalu memberikan berita terbaru, dan para pemirsanya (dulu sebutannya anak nongkrong), bisa me-request atau meminta lagu yang ingin mereka dengarkan.
Mtv benar – benar membantu ku untuk menambah wawasan musik. Saat menonton Mtv, aku sering mendapatkan referensi lagu – lagu, baik band/musisi dalam negeri ataupun luar negeri, dari band/musisi yang baru pertama kali aku dengar, sampai band/musisi yang sudah aku suka. Jika ada hal – hal menarik, aku sering cerita ke teman – teman ku apakah mereka sudah mendengarkan lagu- lagu tersebut atau belum.
Jangka waktu aku menikmati Mtv bisa terbilang cukup singkat, sekitar 4 – 5 tahun. Menurutku, kenapa Mtv tidak dilanjutkan lagi mungkin karena Youtube yang sudah benar – benar berkembang. Dan membuat masyarakat lebih mudah melihat video musik/video klip. Saat masih mengandalkan Tv, aku memiliki kebanggaan tersendiri jika menjadi yang pertama melihat/mendengarkan lagu baru dari band/musisi yang kami suka (agak berlebihan memang hehehe).
Setelah beberapa bulan aku belajar gitar dan sering ngobrol musik dengan teman – teman ku, akhirnya aku membentuk sebuah band. Band pertama ku terbentuk saat aku masih di kelas 2 SMP. Seperti kebanyakan orang, biasanya dalam membuat band, kita akan mencari orang – orang yang memiliki kesukaan genre musik yang sama dan mencari 1 orang gitaris yang mahir untuk dijadikan lead guitar (atau dulu kami menyebutnya yang megang melodi).
Akhirnya setelah mencari kesana – kemari, aku berhasil mengumpulkan para personilnya. Personil band pertama ku terdiri dari 4 orang, aku bermain gitar ritem, Aris (Lead Giutar + Vocal), Aldo Drum, dan Tomo Bass. Kami semua 1 sekolah, dan kami suka lagu rock baik lagu dalam negeri ataupun luar negeri. Awal terbentuk, kami berencana untuk langsung mencoba latihan ke studio, dan sebelum itu kami ngobrol lagu – lagu apa saja yang akan kami bawakan.
1766Please respect copyright.PENANA9SYNiif5AZ
1766Please respect copyright.PENANAWO8cL9XIbB
1766Please respect copyright.PENANAQtMDU3P82s
1766Please respect copyright.PENANAhfsm1sZC7S
1766Please respect copyright.PENANAZgI0WfDlrI
1766Please respect copyright.PENANAOaCSNHardD
1766Please respect copyright.PENANAnUtNsZGtQm
1766Please respect copyright.PENANAiDn83YOJVr
1766Please respect copyright.PENANAYcRRluIrb4
1766Please respect copyright.PENANAsMiAJoVvUk
1766Please respect copyright.PENANAJdsFBndbjg
1766Please respect copyright.PENANA7zU5JebsBj
BAB 4 : MEMBENTUK BAND
Sabtu sore setelah pulang sekolah, kami berencana ke studio untuk latihan. Setelah kami pulang ke rumah sebentar, kami berangkat ke studio dengan berjalan kaki. Aku menelepon Aldo, “Do sudah siap belum? Aku ke rumah mu sekarang ya?”, dia pun menjawab “sebentar lagi, kalau mau jalan langsung saja, biar yang lain tidak terlalu lama menunggu” dan aku menjawab “okelah, aku ke reumah mu sekarang”. Walaupun tadi aku bilang kalau kami suka lagu rock, tapi awal kami latihan lagu – lagu yang kami cover kebanyakan lagu – lagu pop Indonesia dari band – band seperti Peterpan, Netral, Dewa 19 dan band – band pop Indonesia lainnya.
Kami sewa studio selama 1 jam, biasanya untuk bayar kami patungan, tapi lebih sering Aris yang bayar karena dia lebih kaya dari yang lain (hehehe). Kami latihan sesuai dengan daftar lagu – lagu yang kami buat sebelumnya. Tomo memulai, “ok, kita langsung saja ya, sesuai dengan daftar, dan kami menjawab “ok”. Awal – awal latihan kami masih sering salah, dan yang lebih penting kami masih menyesuaikan paling tidak temponya tidak berantakan dan vokalnya tidak fals.
Latihan pertama kami akhirnya selesai, kami pulang ke rumah, selama perjalanan pulang kami ngobrol latihan yang tadi, apa saja yang harus diperbaiki, lagu apa saja yang akan kami cover lagi dan yang tidak terpakai, dan lagu – lagu lain apa lagi yang akan kami cover. “Kayaknya ada beberapa lagu yang kedepannya tidak usah kita bawakan lagi” kataku, Tomo merespon “sepertinya iya, sebelum latihan lagi, kita harus menyusun ulang daftarnya lagi dan menambahkan lagu baru”, Aris pun merespon, “ok, nanti di sekolah kita bicarakan lagi”. Hal yang aku dapatkan pertama kali latihan, selain ternyata ngeband itu menyenangkan, ternyata untuk menyamakan persepsi banyak orang itu bukan hal yang mudah walaupun terhadap teman sendiri.
Kami makin sering latihan, seminggu paling tidak 1 kali, kadang 2 kali. Lagu – lagu yang kami sering maikan mulai terlihat. Ada 2 – 3 lagu yang selalu kami bawakan, seiring berjalannya waktu kami juga mulai mengcover lagu – lagu dari band – band luar seperti Green Day, GnR, dan Muse. Referensi musik kami juga makin bertambah dengan semakin besarnya Youtube dan adanya internet di rumah Aris. Kami makin sering melihat video klip ataupun live concert musisi dalam negeri ataupun luar negeri.
Seperti biasa, hari sabtu sore kami berangkat ke studio, kebetulan saat itu ada orang yang sedang latihan dan kami harus menunggu. Biasanya di sebuah studio ada orang yang menjaga studio tersebut, dan karena kami cukup sering ke studio tersebut, akhirnya kami akrab dengan mas – mas penjaga studio tersebut, namanya Adam. Kami makin sering ngobrol, biasanya masih tentang musik, dan dari obrolan dengan dia, kami jadi tahu lagu – lagu Dream Theater, G3 (saat itu formasinya Joe Satriani, Steve Vai, dan Yngwie Malmsteen), lagu – lagu yang saat itu kami tidak tahu. Mengulik lagu – lagu GnR saja bagi kami sudah sulit, apalagi lagu – lagu seperti itu (hehehe).
Biasanya kalau kita hobi ngeband, maka aka nada tempat kita nongkrong sebelum ataupun sesudah latihan. Tempat kami nongkrong sebelum dan sesudah ke studio biasanya di rumah Aris. Kami nongkrong di rumahnya, dan karena rumahnya yang cukup besar dan fasilitas yang memadai, rumahnya menjadi tempat nongkrong yang akomodatif. Setelah kami pulang sekolah, kami pulang dulu ke rumah masing – masing, dan setelah itu kami kumpul di rumah Aris, setelah semua kumpul, kami nongkrong dulu sebentar, baru kami berangkat ke studio.
Selain ngeband, kami juga suka main PS, makin lama kami sering nongkrong di rumah Aris, kami akhirnya kami juga sering menginap di rumahnya. Saat kami menginap, kami sering bermain PS, dan saat itu klub – klub yang sering dipakai adalah klub Serie A. kami biasanya main cup, dan kami sering bermain sampai Minggu subuh, dan jika kami bosan main cup, kami juga sering bermain Master. Hampir setiap minggu kami menginap di rumah Aris.
Kembali lagi ke ngeband, saat di studio kami sering menunggu giliran. Kami sering mendengar band – band yang latihan sebelum kami dan mencoba membandingkannya dengan kami (hehehe). Kami juga sering mengintip ke dalam studio lewat kaca, walaupun yang latihan bukanlah orang yang kami kenal. Setlah masuk ke dalam studio, kami langsung memegang alat masing – masing dan mulai berdiskusi lagu apa yang akan kami mainkan terlebih dahulu dan setelah itu kami benar – benar fokus. Setelah selesai, kami sering berdiskusi apakah sudah cukup bagus dan lanjut ke lagu lain.
Kami sering memainkan lagu yang sama berulang – ulang kali sampai kami merasa cukup, setelah itu kami akan sedikit penyegaran. Biasanya kami bertukar posisi dan memainkan lagu secara spontan, dan hali tersebut sering kami lakukan saat waktu sewa studio sudah tinggal sedikit.
Lampu studio padam, artinya waktu sewa sudah habis, sebelum pulang kami kadang duduk – duduk dulu di studio dan ngobrol dengan mas – mas penjaga studio, dan dari dia jugalah kami mendapatkan informasi tentang festival band. Kami sangat antusias dan sangat ingin ikut walaupun dengan skill kami yang masih seadaanya.
Mendapatkan hobi baru memang menyenangkan, terlebih jika hobi kita tersebut kita semakin berkembang ke arah yang lebih baik. Saat SD aku benar – benar tidak kepikiran untuk membuat band, rutin latihan, sampai mencoba ikut festival band.
Di sekolah kita biasanya akan memperingati hari jadi sekolah, dan biasanya akan diadakan acara Pentas Seni. Acaranya akan diisi dari masing – masing ekskull, dan acara musik. Saat kami mengetahui akan ada acara musik, kami bersemangat, dan kami langsung daftar ke OSIS, dan yang mendaftar adalah Aldo. Setelah mendaftar kami diberitahu akan ada technical meeting untuk membicarakan peraturan dan mengundi nomor urut tampil.
Beberapa hari kemudian technical meeting dilakukan, dan karena Aldo yang mendaftar, dia yang datang ditemani juga oleh Tomo. Hasil dari technical meeting tersebut adalah masing – masing band membawakan 2 lagu, boleh dari dalam negeri ataupu luar negeri, dan peraturan selama di panggung seperti tidak boleh menginjak speaker (seperti yang dilakukan band profesional saat manggung), kami sudah harus datang saat acara Pensi sudah dimulai untuk konfirmasi, dan kami mendapatkan nomor urut 9.
Setalah diberitahu segala peraturannya, kami mulai berdiskusi lagi dan latihan lebih keras lagi. Latihan kami yang biasanya 1 jam, ditambah jadi 2 jam, pilihan lagunya pun kami buat lebih sedikit, dan memikirkan bagaimana agar tidak terlalu memalukan (hehehe) karena ini bisa dibilang merupakan panggung pertama kami dan ditonton 1 sekolah, jika memalukan kami bisa “dihina” (atau dulu bahasanya dicengin) 1 sekolah selama 2 tahun kedepan (hehehe).
Kami punya waktu sekitar 2 minggu untuk mempersiapkan diri. Selain jam latihan yang ditambah, hari latihan pun ditambah. Kami latihan hampir setiap hari selama 2 minggu. Setelah pulang sekolah, kami pulang sebentar, setelah itu langsung latihan ke studio. Uang jajan kami pun banyak habis untuk biaya latihan, tapi demi panggung pertama kami senang menjalankannya. Setiap kami latihan di studio, kami sering mengulang lagu yang sama sampai kami merasa cukup bagus.
3 hari sebelum hari H, kami akhirnya memutuskan pemilihan lagu, dan karena band kami ada 4 orang, pemilihan lagu jadi cukup lama. Masing – masing dari kami memiliki keinginan berbeda, dan untuk mendapatkan 2 lagu yang kami semua cocok, kami berdiskusi dengan cukup alot. Akhirnya setelah 1 jam berdebat, kami dapat 2 lagu yang akan dimainkan, yaitu Sweet Child O Mine GnR dan Terbang Tenggelam Netral.
Pemilihan lagu yang cukup jompang, tapi waktu itu kami berpikir bahwa 2 lagu itu adalah lagu – lagu yang bisa kami mainkan paling rapi, dan di sisa waktu, kami hanya latihan lagu – lagu tersebut walaupun bosan tapi kami harus tetap konsisten demi panggung pertama kami yang akan membuat kami bermimpi lebih jauh lagi.
Pensi pun tiba, kami datang pagi sesuai jadwal. Saat itu kami memakai seragam seperti biasa dan saat itu kami belum bawa alat sendiri dan kami memakai alat yang sudah disediakan. Seperti Pensi pada umumnya, kami harus mendengarkan terlebih dahulu kata sambutan dari kepala sekolah, dan mengikuti susunan acara yang telah dibuat. Sebelum acara musik ada pertunjukan dari masing – masing ekskull. Saat itu musik belum menjadi ekskull resmi karena biasanya ekskull ada pengajar dari luar sekolah dan ada anggota ekskull.
Setelah masing – masing ekskull sudah tampil, akhirnya acara musik dimulai. Band yang ikut pun ternyata cukup banyak, dan kami mendapat nomor urut 9, jadi kami menunggu cukup lama. Band – band lain ada juga yang membawakan lagu – lagu band luar seperti Linkin Park dan Simple Plan dan juga band – band dalam negeri seperti Samson, Peterpan, dan Slank.
Akhirnya giliran kami tiba. Lagu pertama yang kami mainkan adalah Sweet Child O Mine, dengan pembukaan yang seadaanya, kami lanjut memainkan lagunya. Jika aku ingat – ingat penampilan kami saat itu benar – benar sangat culun, kami sangat kaku di atas panggung. Lanjut lagu kedua dan lagi dengan pembukaan seadaanya kami lanjut main. Saking gugupnya, aku bahkan tidak berani melihat ke arah penonton dan hanya menunduk (padahal penontonnya sebenarnya teman – teman kami juga hehehe), dan fokus dengan gitar ku.
Dua lagu di panggung pertama ku terasa sangat lama, bukan karena tidak suka tetapi lebih karena gugup, walaupun selama latihan aku cukup yakin kalau permainan kami sudah cukup bagus, tetapi tetap saja di kenyataannya berbeda. 2 lagu pun selesai, kami akhirnya turun dan seingatku respon yang kami dapat cukup bagus (hehehe), dan setelah itu kami senyum – senyum sendiri.
Setelah turun panggung kami menonton band – band lain, dan aku benar – benar senang dan membuat ku ingin ikut festival – festival band lainnya, dan saat itu (mungkin sampai saat ini) banyak festiva – festival band yang diadakan mulai dari 17-an, antar sekolah seprovinsi, walaupun kami mungkin tidak menang, tapi tidak mematahkan semangat ku untuk ikut.
Setelah acara Pensi, kami mulai membicarakan untuk ikut festival band diluar acara sekolah. Kami tetap rutin latihan walaupun intensitasnya tidak sesering saat mempersiapkan Pensi. Latihan kami masih membawakan lagu –lagu yang sudah sering kami mainkan, sambil disisipkan lagu – lagu baru sebagai variasi agar tidak bosan.
Kami juga mulai fokus mencari festival band. Saat itu internet belum menjadi hal umum, sehingga proses kami mencari festival agak sulit. Kami sering melihat pamphlet – pamphlet yang di temple di tembok ataupun di tiang listrik pinggir jalan. Kami juga menitipkan pesan ke teman – teman kami kalau mereka mendapatkan info agar menghbungi kami.
Akhirnya, setelah beberapa lama menunggu, teman kami memberitahu ada festival band yang diadakan RTnya untuk acara 17-an. Kami langsung bersemangat dan ingin mendaftar, teman kami pun langsung menyampaikan kalau dia akan membantu mendaftarkan. Saat itu masih kira – kira kami masih punya 1 bulan untuk latihan. Festival band tersebut ada hadiahnya, walaupun kami tidak berpikir harus menang, tapi paling tidak hal tersebut menambah motivasi kami.
Setelah seminggu, kami mendapatkan info dari teman kami, bahwa band kami sudah di daftarkan, dan hari Sabtu akan diadakan Techical Meeting. Hari Sabtu pun tiba, kami berangkat ke tempat Techinical Meeting. Secara umum, peraturan festivalnya masih sama seperti saat Pensi dulu, tapi karena acara Kemerdekaan, ada lagu wajib yang harus kami pilih. Masing – masing band membawakan 2 lagu, 1 lagu bebas dan 1 lagu wajib yang disediakan panitia. Lagu wajibnya bertemakan Nasionalisme, dan dari daftar lagu yang disediakan, kami memilih lagu Bendera dari Cokelat.
Setelah technical meeting, kami langsung studio untuk latihan. Lagu Bendera belum pernah kami pakai saat latihan, tapi karena Aris tahu kuncinya, kami langsung mencoba latihan. Lagu Bendera memang menjadi fokus latihan kami, sambil memikirkan lagu lain yang akan kami bawakan. Kami belum memutuskan apakah lagu yang sudah sering kami pakai latihan atau mencari lagu baru lagi.
Program latihan 2 jam pun kami lakukan kembali, walaupun tidak setiap hari. Selama proses persiapan, kami juga mencari referansi lagu – lagu baru yang mungkin akan kami bawakan saat festival nanti, apalagi ini merupakan festival band di luar sekolah pertama kami dan kami ingin sesuatu yang berbeda dibanding membawakan lagu yang sama saat Pensi.
Setelah hampir 1 bulan latihan, akhirnya kami memutuskan untuk membawakan lagu Pangeran Cinta Dewa sebagai lagu bebas. Lagu baru yang sebelumnya tidak pernah kami bawakan saat latihan, tapi karena kami ingin membawakan lagu yang beda akhirnya lagu tersebut yang kami pilih. Festival ini merupakan festival band pertama kami di luar sekolah, tapi kami tidak memikirkan hadiahnya dan hanya fokus di hasil penampilan kami.
Akhirnya hari festival tiba, kami datang sesuai jadwal yang diberikan. Kami datang pagi, sebelum acaranya di mulai. Festivalnya diadakan di lapangan terbuka, dan penontonnya cukup banyak. Saat itu pertama bagi kami melihat band yang membawa alat sendiri, pakaian yang terkonsep dan saat itu kami terkesima melihat persiapan band – band yang sudah lebih matang dari kami. Ada sekitar 30-an band yang ikut serta.
Kami mendapat nomor urut 11, dan sampai giliran kami tiba, kami menonton band – band sebelum kami. Festival ini juga pertama kali kami melihat sklill band yang jauh di atas kami, dan kami terkesima melihatnya. Band – band tersebut juga beragam, mulai dari yang memainkan lagu rock, ska, pop bahkan sampai punk., benar – benar pertunjukan yang menarik bagi kami, yang bisa dibilang merupakan peserta paling muda diantara yang lain. Saat itu juga kami belajar bahwa sebuah lagu tidak harus dimainkan sama persis dengan band aslinya dan sering kali perbedaan aransemen justru menjadi nilai tambah jika dimainkan dengan baik.
Akhirnya saat bagi kami tiba, dan saat kami sudah diatas panggung akhirnya kami benar – benar menyadari kalau kami belum pernah tampil di depan banyak orang asing, dan saat itu kami sangat gugup bahkan lebih gugup dibandingkan Pensi. Kami memaninkan lagu Bendera sebagai lagu pertama, kami memainkan cukup bagus (sesuai saat latihan), dan lanjut lagu kedua yaitu Pangeran Cinta. Di lagu kedua ini kami sudah cukup tenang dan kami bisa memainkan lagu kedua kami dengan lancar juga. Kedua lagu sudah kami mainkan, dan respon yang kami dapat cukup bagus, kami mendapatkan cukup banyak tepuk tangan (mungkin karena masih anak – anak hehehe).
Akhir acara pun tiba, para pemenang pun diumumkan. Para pemenang naik ke atas panggung, dan hadiah pun diserahkan. Saat kami melihat para pemenang, kami juga berharap suatu saat nanti bisa merasakan juara festival band, tapi sebelum itu masih banyak hal yang perlu kami pelajari dan kami harus tetap terus belajar.
Acara selesai sekitar jam 5 sore, dan kami pulang ke rumah. Selama perjalanan pulang (kami pulang berjalan kaki), kami ngobrol mengenai festival tersebut, walaupun kami tidak menang tapi kami sangat senang dan memacu kami untuk berlatih lebih keras lagi dan festival ini mengajarkan kami bukan hanya tentang skill tapi juga mempersiapkan faktor – faktor non teknis.
Keesokan harinya, di sekolah kami bertemu dengan teman kami yang memberitahu acara festival tersebut, dan bagaimana hasilnya (dia tidak bisa menonton acaranya), kami pun bercerita seperti apa band – band yang tampil dan perasaan di tonton banyak orang dan kami berterima kasih padanya. Dia juga bilang kalau acaranya tersebut di rekam ke CD (mungkin dia lupa memberitahu sebelumnya) dan akan dibagikan ke masing – masing peserta. CD tersebut bisa diambil pada hari Minggu di tempat pendaftaran.
Hari Minggu pagi kami berempat langsung ke tempat pendaftaran, disana sudah banyak peserta –pesarta lain yang ingin mengambil CD juga. Setelah dapat, kami langsung ke rumah Aris untuk menonton aksi kami manggung (hehehe). Setelah kami menonton keseluruhan videonya, kami melihat bahwa kami sangat kaku, dan hal tersebut harus kami perbaiki ke depannya, dan secara teknis, hasilnya cukup bagus (menurut kami hehehe). Setelah menonton video itu juga, kami makin ingin untuk ikut festival lagi.
Atas ide Tomo, CD tersebut kami tulis di bagian cover CDnya yaitu nama band kami dan tanggal festival band tersebut, dan nama band kami adalah “Lucky Star”. Waktu itu kami belum tahu cara mengcopy data dari CD ke komputer, jadi video itu tidak sempat kami simpan, dan yang terakhir pegang adalah Aris, dan CD tersebut akhirnya hilang.
Setelah festival tersebut, kami kembali ke latihan normal, menunggu sampai ada festival lainnya. Saat itu kami bercita-cita untuk menjadi musisi profesional (atau bahasa kami dulu jadi rocker), apalagi melihat Peterpan yang berhasil menjual 2 juta copy album “Bintang di Surga”, bahkan konon kabarnya versi bajakannya lebih banyak penjualannya, dan Peterpan merupakan inspirator terbesar kami, terlebih setelah kami makin sering menonton konser – konser band favorit kami, dan menghayal suatu saat nanti menjadi seperti mereka.
Peterpan menjadi inspirator banyak anak – anak seusiaku yang baru ngeband, dan Ariel menjadi seorang vokalis yang sangat ikonik dan menjadi role model band vokalis jaman itu, bahkan yang bukan anak band pun banyak yang meniru gaya rambutnya, aku pun sempat menirunya (hehehe). Setelah era Peterpan, menurutku penjualan fisik sudah mulai menurun, dan tidak banyak band yang bisa menjual banyak rilisan fisik.
1766Please respect copyright.PENANAWwLkXKbvUl
1766Please respect copyright.PENANAk0nz5NUoPW
1766Please respect copyright.PENANARaEqEBkt1i
1766Please respect copyright.PENANAA61Gbshrnu
1766Please respect copyright.PENANAyzDM5jZdpI
1766Please respect copyright.PENANA4azwYXBKsF
1766Please respect copyright.PENANA9aGmuHtmYb
1766Please respect copyright.PENANA3uow2ocAMa
1766Please respect copyright.PENANAJUVZumcMCk
1766Please respect copyright.PENANAEF6nxA8DgJ
1766Please respect copyright.PENANAzthGn8ZYnz
1766Please respect copyright.PENANAlAZDJX3NAG
1766Please respect copyright.PENANApwcRV0RXyO
BAB 5 : FESTIVAL BAND ANTAR SMP
Sudah cukup lama sejak festival 17-an, kami tetap latihan, tapi semangat kami agak menurun. Setelah bosan menunggu dan mencari, akhirnya kami mendapat info festival, dan yang memberitahu kami adalah guru kesenian SMP kami. Festival ini adalah festival band SMP tingkat provinsi. Kami dan 1 band lagi diminta guru kami untuk mewakili SMP kami. Acaranya diadakan 1 bulan lagi, dan kami membawakan 2 lagu, karena mewakili sekolah, kami tidak perlu ikut technical meeting. Setelah dapat info tersebut, beberapa hari kemudian kami dan teman kami yang ikut juga, langsung ngobrol untuk persiapan.
Kami sering ngobrol bareng agar kami tidak membawakan lagu yang sama dan karena mewakili sekolah, kami ingin agar kami memiliki konsep lagu yang berbeda. Lucky star lebih memilih lagu rock, sedangkan teman kami memilih lagu pop. Kami juga sering latihan bareng dan nongkrong bareng, selain agar lagunya beda, kami juga saling memberi masukan (hal yang belum pernah kami dapat sebelumnya). Masukan – masukan dari teman benar –benar membuat kami mengetahui apa saja kekurangan kami.
Selama hampir 1 bulan, kami sering latihan dan nongkrong bareng, karena mewakili sekolah, kami dapat dana dari sekolah (hehehe). Guru kesenian kami memberi kebebasan bagi kami untuk mengatur hal – hal teknis, seperti pemilhan lagu dan konsep kostum pada kami. Beberapa hari sebelum acara, Lucky Star sudah memutuskan lagu yang akan kami bawakan, yaitu lagu Sweet Child o Mine dan Terbang dan Tenggelam Netral.
Kami menyampaikan ke guru kesenian kami, lagu yang akan kami bawakan, begitu juga dengan teman kami, setelahnya guru kesenian kami yang akan mendaftarkan lagu pilihan kami. Setelah menyampaikan, kami memutuskan untuk tidak latihan lagi, dan fokus memikirkan kostum apa yang akan kami pakai, walaupun bisa di bilang acara sekolah, tapi kami bebas memakai kostum apa saja.
Setelah berunding, kami memtuskan untuk memakai konsep militer, walaupun tidak full memakai baju tentara, tapi ada konsep militer yang kami pakai, kalau tidak baju, ya celana, sedangkan teman kami tetap memakai seragam. Teman kami membawa 2 lagu pop, tapi aku lupa lagu apa (hehehe).
Hari yang di nantikan pun tiba, kami berangkat dengan mobil dan karena acaranya diadakan di hari Senin kami mendapatkan dispensasi dari sekolah. Acaraya diadakan di sebuah sekolah, dan ternyata selain festival band, ada juga perlombaan lain. Festival bandnya dimulai agak siang, jadi perlombaan yang lain dulu yang di mulai. Suasananya seperti festival pada umumnya cukup ramai, dan karena memakai konsep militer, kami cukup menarik perhatian.
Saat itu lagi – lagi kami mendapatkan pengalaman baru, yaitu kami melihat band – band seusia kami tapi beda sekolah dan melihat juri di depan kami secara langsung, berbeda saat festival 17-an dulu. Acara tersebut mencari juara 1 – 3, walaupun tetap kami tidak memikirkan juaranya. Festival band akhirnya dimulai, kami tampil keempat, dan sambil menunggu giliran, kami melihat band – band yang tampil, walaupun masih SMP, tapi skill mereka bisa dibilang banyak yang bagus. Skill mereka membuat kami berpikir, ternyata diluar sana banyak yang skillnya melebihi umur mereka, walaupun kami sudah pernah melihat orang – orang berskill bagus, tapi orang – orang tersebut lebih senior dari kami, tapi kali ini mereka adalah orang – orang seumuran.
Band – band tersebut banyak yang membawakan lagu luar (walaupun aku lupa lagu apa hehehe). Penontonnya tidak sebanyak saat festival 17-an, tapi karena seumuran, kami merasa ada yang berbeda dibanding festival – festival sebelumnya. Kami akhirnya tampil, karena sudah 2 kali ikut festival, kami tampil lebih santai, dan cara kami pembukaan juga lebih santai dan lancar. Lagu pertama kami adalah Sweet Child o Mine.
Setelah menyelesaikan lagu pertama dengan cukup baik (menurutku hehehe), kami lanjut ke lagu kedua, karena sudah pernah 2 kali ikut festival, kami sudah berani menatap penonton, walaupun masih ragu kalau menatap dewan juri. Lagu kedua selesai, kami turun panggung, respon yang kami dapat cukup bagus, dan kami cukup puas dengan penampilan kami.
Banyak band yang tampil setelah kami, termasuk band teman kami. Kami lanjut menonton, sampai waktu pengumuman pemenang dumumkan. “Akhirnya selesai juga” kata Aris, “iya” jawabku. “Penampilan band – band lain cukup bagus ya”, “iya” jawab Aldo, “target kita kan tampil sebaik mungkin, urusan menang – kalah urusan belakangan” lanjutnya. Kami menunggu sampai akhirnya saat – saat pengumuman.
Seperti biasa, pengumuman diawali dengan ucapan terima kasih atas partisipasi para partisipan. Setelah itu, inilah saat – saat yang dinantikan, pengumuman juara festival band tingkat SMP. Pemenang ketiga, Lucky Star !!!. sontak kami kaget, dan antara percaya atau tidak percaya. Kami saling tatapan selama beberapa detik, sampai akhirnya kami menyadari kami dapat juara 3. Aldo yang mewakili pengambilan piala dan hadiah.
“Kita menang cuy”, kata Aldo, “Iya, gak nyangka” kata Tomo. Kami semua benar – benar senang, dan merasa kalau ini merupakan pencapaian besar (paling tidak untukku) walaupun tidak juara 1. “Latihan kita akhirnya membuahkan hasil” kataku, teman – teman kami juga memberi selamat, “selamat Gin, sekolah kita bisa dapat juara, mantap !!!. Kami semua sangat senang dan aku menyadari kalau ini bukan hanya kebanggaan band ku saja, tapi juga kebanggaan sekolah kami, karena terlalu senang (mungkin berlebihan hehehe), aku sampai lupa siapa yang juara 1 dan 2.
Sekitar jam 17.00 kami pulang. Guru kesenian kami yang selama festival belum sempat ketemu karena mengurusi hal lain, juga memberi selamat. Piala yang kami dapatkan ditaruh di sekolah kami. Selama perjalanan dari sekolah pulang ke rumah, kami masih membicarakan hal tersebut (agak norak ya hehehe), tapi karena masih senang kami tetap membicarakannya.
Hadiah dari festival itu, secara total 200 ribu rupiah, dan saat di bagi, masing – masing dari kami dapat 50 ribu. Uang tersebut adalah pertama kalinya aku (atau mungkin kami semua), kami dapatkan tanpa meminta dari orang tua, dan saat itu aku benar – benar senang, dan uang tersebut aku belikan tas sekolah. Di sekolah beritanya tersebar diantara teman – teman. Saat instirahat kami nongkrong di kantin tiba – tiba salah seorang teman kami ngomong “Hebat juga kalian bisa menang”, “ya kebetulan saja” jawab Tomo. Kami jadi sering di tanya bagaimana bisa sampai juara festival, jadinya kami menceritakan semanya dari awal, sampai beberapa hari akhirnya kami tidak di tanya lagi.
Setelah festival itu pun kami masih tetap latihan, referensi lagu kami juga makin bertambah. Jumlah lagu latihan kami juga bertambah, walaupunlagu Sweet Child o Mine tetap rutin kami bawakan dan bisa dibilang menjadi lagu andalan kami. Setelah kami latihan hari sabtu, kami menginap di rumah Aris, dan di sana kami membicarakan apa langkah selanjutnya. Tomo menyampaikan ide “bagaimana kalau kita tetap mengikuti festival?”, Aldo menjawab “iya, kalau ada kesempatan lagi, tidak ada salahnya ikut, toh juga kita baru pernah 3 kali, hitung – hitung tambah pengalaman. Aku pun bilang setuju, begitu pula dengan Tomo. “Kita juga harus meningkatkan skill lagi” kata Aris, dan kami berpikir benar juga yang dikatakan Aris, tapi saat itu kami masih SMP dan uang jajan kami juga belum banyak, untuk latihan saja sudah pas – pasan, jadi ide Aris kami simpan dulu.
Kami belum bisa beli alat sendiri, jadi untuk meningkatkan skill, kami pakai alat yang sudah kami punya, yaitu gitar akustik. Cara kami meningkatkan skill, yaitu mengulik lagu yang saat itu kami rasa memiliki tingkat kesulitan yang ebih tinggi dibanding lagu – lagu yang biasa kami bawakan. Proses itu kami lakukan secara rutin, dan kami melakukannya nyaris setiap hari. Kami mengulik di rumah masing – masing, saat kami kumpul, kami bawa referensi kami masing – masing, khusus Aldo karena dia tidak punya drum di rumah, dia menguliknya langsung di studio.
Proses mengulik lagu menurutku menyenangkan, tapi kadang kesal juga kalau tidak ketemu – ketemu, karena waktu itu akses youtube belum semudah sekarang, kami mengulik lagu benar – benar mengandalkan telinga, walaupun kadang di bantu MBS, kalau tidak dapat juga, bertanya ke teman –teman yang di rasa bisa memainkan lagu tersebut. Berbeda dengan sekarang, jika kita sudah mentok, kita bisa melihat cover gitar di youtube, dan banyak video yang bahkan memberitahu secara detail, mulai dari chord sampai melodi sebuah lagu. Videonya pun bisa diulang maupun di download.
Hal tersebut bisa di bilang kekurangan atau justru kelebihan, karena hal tersebut justru bisa melatih seseorang untuk lebih gigih kalau ingin mendapatkan sesuatu dan menyadari bahwa tidak ada jalan pintas untuk berkembang, dan kadang hasil yang di dapat belum tentu sesuai dengan yang di harapkan.
1766Please respect copyright.PENANAACn52LqN1F
1766Please respect copyright.PENANAlBfVxJfjI2
1766Please respect copyright.PENANAbXjkxzC2Np
1766Please respect copyright.PENANAg3SWAwMV2Y
1766Please respect copyright.PENANAsofgtD4F72
1766Please respect copyright.PENANAOEDP9AEgEw
1766Please respect copyright.PENANAiEBrQfxw3Q
1766Please respect copyright.PENANAeO3oomt30U
1766Please respect copyright.PENANAiFbkxTeMZX
1766Please respect copyright.PENANAQI4ewv2fMx
1766Please respect copyright.PENANAZNZOmvfrCu
1766Please respect copyright.PENANAm6L1x56AXY
1766Please respect copyright.PENANAFyVklDRj0K
1766Please respect copyright.PENANASK2nVKWuTm
1766Please respect copyright.PENANA8GO25UhrOc
1766Please respect copyright.PENANAdcgXzluNCp
BAB 6 : MIMPI ANAK SMP
Kehidupan anak SMP yang bermimpi menjadi musisi menurutku sangat menarik. Saat itu untuk bisa ngulik sebuah lagu kita sering harus melihat abang – abangan kita main. Kita juga sering ngobrol ke teman – teman yang suka ngeband juga, dan saling berbagi skill dan referensi. Persahabatan juga terasa akrab dan rasa saling memiliki juga tinggi, hal yang menurutku (mungkin aku salah), sudah mulai berkurang di kalangan anak sekolah jaman sekarang.
Hal – hal seperti itu juga yang berkesan sampai sekarang, kemana – mana bareng, mengerjakan tugas bareng, sampai menginap di rumah teman bareng. Jika ada teman kami yang belum pulang ke rumah, maka teman – teman yang dekat dengan dia akan dihubungi oleh orang tuanya (mungkin karena belum pegang HP juga), kadang juga di sekolah kena hukum bareng, mulai dari tidak mengerjakan PR, sampai masalah kerapihan.
Saat SMP sampai SMA, sekolah – sekolah sering mengadakan razia, dan waktunya acak. Razia tersebut mulai dari seragam (baju dan celana), sepatu, ikat pinggang, dan rambut, jika tidak sesuai aturan sekolah, maka akan kena hukuman. Anak cewek biasanya aman, tapi berbeda dengan anak cowok. Biasanya masalah anak cowok adalah rambut gondrong, dan kalau razia akan banyak anak cowok yang kena.
Hukuman bagi anak cowok yang kena razia adalah di cukur oleh salah satu guru kami. Hasil cukurannya tidak rapi, tapi berantakan dan selama di sekolah kami harus menahan malu (hehehe), dan setelah pulang sekolah kami langsung ke tukang cukur, dan keesokan harinya akan ada banyak anak cowok berkepala botak.
Belajar dari pengalaman, jika ada tanda – tanda akan ada razia (biasanya razia dilakukan dari kelas ke kelas), kami yang merasa akan kena langsung mencoba kabur. Kami kabur naik – turun lantai, mengumpat di toilet, sampai mengumpat di kantin. Hampir semua anak cowok akan kabur, dan terbagi ke berbagai tempat.
Hal tersebut terjadi setiap ada razia, dan bukan hanya rambut, tapi juga razia yang lain. Razia sepatu juga sering diadakan, dan kalau kena razia sepatu, maka sepatunya akan diambil dan dikembalikan jika sekolah sudah selesai, jadi selama jam sekolah kita tidak pakai sepatu (nyeker).
Apalagi kalau hari Senin, maka razia akan lebih ketat. Hari Senin, sebelum Upacara, para siswa akan bersiap di kelas masing – masing dan memakai atribut seperti dasi, topi, dan ikat pinggang. Biasanya ada saja yang lupa membawa salah satu atribut dan mulai panik. Saat upacara dimulai, dan jika ada siswa yang tidak lengkap atributnya, maka akan disuruh berdiri di dekat para guru.
Ada satu momen saat upacara hari Senin yang masih kuingat, yaitu Kepala Sekolah mengumumkan jika sekolah kami baru saja mendapatkan juara 3 festival band dan hal itu membuat kami terkejut sekaligus bangga karena hal tersebut dimumkan ke seluruh sekolah.
Akhirnya, aku merasa bisa membanggakan sekolah, apalagi di kelas 1 dan baru berjalan 1 bulan, aku sudah harus terkena masalah besar, dan 1 tahun setelahnya aku (atau kami lebih tepatnya), sudah bisa memberikan piala ke sekolah kami. Hidup memang misterius, kadang kita melakukan hal buruk, tapi tidak berapa lama kemudian, kita bisa melakukan hal yang baik, begitu juga sebaliknya.
Setelah pengumuman tersebut membuat kami membicarakan kembali langkah apa yang akan kami ambil untuk kedepannya. Kami belum mendapatkan info festival lagi, walaupun tetap latihan rutin, tapi saat itu kami merasa latihan saja belum cukup untuk berkembang.
Aldo “Sob, gimana nih, kita belum dapat info festival lagi, apa sementara kita cukup latihan saja?”, “Iya sih, tapi gimana lagi untuk sementara kita cuma bisa latihan” jawab Tomo. “Kita tingkatkan skill saja selama latihan, jadi kalau ada festival kita sudah lebih siap” kataku menambahkan. Kami akhirnya juga merasa kalau meningkatkan skill saat latihan juga penting, daripada hanya fokus mencari festival, yang sebenarnya kalau saat latihan kemampuan kami menurun justru saat festival nanti penampilan kami juga otomatis menurun.
Beberapa bulan menunggu festival yang tidak kunjung datang, akhirnya kami mendapatkan informasi yang menarik. Aris mendapatkan info dari Ayahnya ada kesempatan untuk mengisi sebuah acara. Saat istirahat sekolah kami ngobrol, “Cuy, bagaimana nih, sudah berapa minggu belum ada festival”, kata Tomo. “Yah, bagaimana lagi sudah coba cari belum dapat juga” jawab Aldo, sedangkan aku diam saja, tiba – tiba datang Aris.
“Woy, lemes banget” kata Aris, “Masih bingung belum dapat info juga”, kata Tomo. “Ini aku dapat info dari bapakku, ada kesempatan untuk mengisi acara festival” lanjut Aris. Kami sempat diam sejenak, karena belum mengerti maksud Aris. “Maksudnya bagaimana ris ?” tanya ku. “Bapakku tanya apa kita mau mengisi acara festival band, tapi bukan sebagai peserta tapi sebagai pengisi acara” kata Aris.
“Berarti kita tidak perlu daftar ?” tanya Tomo. “Tidak, kalau kita mau, nanti aku kasih tahu bapakku”, “nanti kita di kasih tahu kapan dan dimana tempatnya” jawab Aris. “Tapi kita tidak punya alat ?’ tanya ku. “Kita masih bisa pakai alat yang disediakan panitia” lanjut Aris. Akhirnya setelah dapat info tersebut, kami memutuskan untuk ikut atau tidak pada saat latihan hari Sabtu.
Sebenarnya aku sendiri setuju untuk ikut, tapi karena ini band, aku harus menunggu pendapat teman – teman yang lain. Hal yang kami pertimbangkan waktu itu adalah, kami belum merasa cukup jago untuk dijadikan sebagai pengisi acara, dan terlebih lagi kami juga belum banyak mengikuti festival, jadi kami merasa pengalaman kami belum cukup.
Hari Kamis, Aris membawa info baru lagi. Dia memberitahu kalau hari festivalnya diadakan hari Minggu, dan diadakan di sebuah tempat yang cukup jauh dari tempat tinggal kami, dan kami kesana naik mobil Ayahnya. Sebenarnya kami belum memutuskan ikut atau tidaknya, tapi ayahnya Aris sudah memberitahu lebih dulu. Keputusan ikut atau tidaknya tetap pada hari Sabtu nanti.
Hari Sabtu tiba, seperti biasa, setelah pulang sekolah kami pulang ke rumah sebentar, setelah itu lanjut ke studio. Selama di jalan kami ngobrol mengenai jadi pengisi acara festival besok. “Cuy, bagaimana mau ikut atau tidak?” tanya Aris. Aku yang dari awal sudah ingin ikut jawab “kalau aku ok”, sedangkan Tomo ikut jika kita semua mau, yang belum memberikan jawaban hanya Aldo, dia bilang setelah latihan baru akan memutuskan.
Latihan kami berjalan seperti biasa, karena kami tidak mempersiapkan diri untuk ikut festival kami tidak menambah waktu latihan, karena jadi pengisi acara kami belum 1 suara. Latihan kami hanya membawakan lagu – lagu yang sudah sering kami pakai latihan, tanpa ada lagu baru. Selama latihan kami belum membahas hal tersebut, dan kami sudah janji baru akan membahasnya saat selesai latihan.
Latihan 2 jam kami akhirnya selesai, sebelum pulang kami nongkrong dulu di studio. Saat nongkrong tersebut kami langsung ngobrol hal tersebut, karena hanya Aldo yang belum memberikan tanggapan, Aris langsung bertanya ke Aldo. “Do, bagaimana?, soalnya acaranya besok. “Ok, aku mau” jawab Aldo. “Nah gitu dong” lanjutku, berarti besok kita ikut ya”.”Ya, kalau sudah begini besok kita ikut” lanjut Aris. “Lagunya apa?” tanya Agus. Setelah berpikir beberapa lama, akhirnya kami membawakan 2 lagu yang sama saat Festival band antar sekolah.
Saat jalan pulang aku iseng bertanya ke Aldo kenapa dia membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memutuskan. Dia merasa kalau kami masih membutuhkan waktu untuk bisa menghibur di sebuah acara. Dia merasa kalau banyak hal yang masih harus ditingkatkan dan diperbaiki, karena kalau masih peserta kita tidak perlu berpikir apakah kami sudah menghibur penonton atau belum, sedangkan kalau pengisi acara maka kita harus bisa menghibur penonton.
Saat itu aku berpikir kalau apa yang dipikirkan Aldo itu benar, dan aku sempat heran karena dia sudah bisa mempertimbangkan sampai hal – hal yang seperti itu, hal yang mungkin 3 orang yang lain tidak pertimbangkan. Saat itu aku hanya berpikir, karena belum dapat info festival, maka tawaran ini tidak boleh kami lepas, dan kami sudah berkembang menjadi pengisi acara tanpa mempertimbangkan apakah kami sudah bisa menghibur orang lain atau belum.
Besok acaranya, dan kami menginap di rumah Aris. Semua hal untuk persiapan besok sudah dibicarakan tadi dan dari beberapa hari yang lalu, sekarang kami fokus bagaimana agar besok semuanya berjalan dengan lancar, dan seperti yang dibilang Aldo, bisa menghibur juga.
Acara mulai jam 10.00 pagi. Kami sudah bersiap dari jam 07.00, dan kami sengaja menginap di rumah Aris (walaupun kami sering menginap) untuk persiapan lebih dan agar kami tidak terlambat sampai tempat acara, dan juga agar kami tidak perlu koordinasi lagi. Jam 07.00 kami sudah bangun dan bersiap-siap, kami hanya memakai kaos dan celana jeans serta sepatu.
Yang pertama bangun adalah Tomo. Dia bangun dari sebelum jam 07.00 dan langsung mandi, jadi saat kami bangun dia sudah rapi. “Udah bangun aja Mo” Kata Aris, “Iya, tadi jam 06.00 sudah bangun”, setelah itu Aris bangun dan langsung bersiap, baru aku dan terakhir Aldo. Setelah kami semua siap, kami berangkat jam 08.30 diantar oleh ayahnya Aris.
Saat itu kami masih belum punya alat sendiri, jadi kami masih memakai alat panitia. Itu juga pertama kali bagi kami manggung di tempat yang jauh dari rumah kami. Sepanjang perjalanan, ayahnya Aris sempat bertanya bagaimana perasaan kami, dan kami kompak kalau kami tegang walaupun kami sudah beberapa kali ikut festival dan sempat juara juga, tapi ini beda karena kami tampil sebagai pengisi acara, dan dia juga memberitahu kalau sudah sampai sana kita langsung ke belakang panggung dan bertemu panitia
Perjalanan kami cukup lama, dan seingatku kami keluar – masuk pintu tol beberapa kali. Kami sampai tempat jam 09.30, dan saat sampai kami langsung menuju belakang panggung, sedangkan ayahnya Aris menunggu sampai kami selesai acara, karena itu memang sekalian acara hiburan, jadi ada tenda makanan dan minuman. Di belakang panggung kami bertemu dengan panitia acara dan disuruh menunggu di belakang panggung sampai giliran kami tampil.
Saat itu pertama kali bagi kami ada di belakang panggung dan merupakan tempat pengisi acara, dan kami juga melihat ada beberapa pengisi acara lain juga. Biasanya kami kalau sebagai peserta festival menunggu di sekitaran panggung, panas – panasan, sekarang kami dapat kesempatan berada di tenda adem (hehehe). Dasar memang masih norak, kami akhirnya keluar tenda juga untuk melihat situasi sekitar sambil beli minum. Saat itu kami merasa 1 langkah lebih maju dan merasa bangga juga.
Saat kami keluar ternyata banyak juga yang menonton. Kami beli minuman di warung dekat tenda. “Ramai juga yang menonton” kata ku, “Iya, walaupun kita beberapa kali ikut festival, tapi ini rasanya beda”, kata Tomo, “paling tidak jangan sampai buat malu ayahnya Aris yang sudah mengajak kita kesini” lanjutnya. Aku setuju dengan Tomo.
Dapat kesempatan di dalam tenda membuat kami bisa melihat lebih dekat bagaimana persiapan band – band pengisi acara yang lain (yang aku yakin sudah lebih profesional dari kami) mempersiapkan diri. Saat festival 17-an yang lalu, kami hanya melihat dari jauh, kini kami dapat melihat lebih dekat bagaimana gitar dan bass yang dibawa menggunakan hardcase, dan juga efek gitar yang dibawa sendiri. Kami berharap suatu saat nanti kami juga punya alat – alat kami sendiri.
Jam 10.00, acara festivalnya dimulai. Kami keluar tenda lagi untuk melihat peserta yang tampil. Kami diberitahu panitia untuk tidak terlalu jauh dari tenda agar mudah memberitahu informasi kalau kami sudah harus naik ke panggung. Menonton peserta festival tetap sangat mengasikan walaupun kami saat itu bukan sebagai peserta juga. Kami merasa banyak dari peserta yang penampilannya sangat menarik, bukan hanya dari skill, tapi juga dari pemilihan lagu.
“Pesertanya canggih – canggih ya” kata Aris, “Iya, bukan hanya skillnya tapi juga pemilihan lagunya menarik” kata Aldo. “Lumayan menambah referensi” lanjut Aris, “Sepertinya kedepan coba aliran lagu yang benar – benar berbeda boleh menarik juga” kataku. Tidak semuanya memainkan lagu rock, ada juga yang pop, jazz, bahkan reggae, dan semua peserta menurutku tampil dengan baik dan terlebih lagi mereka punya warna sendiri dan mereka berani umtuk menampilkan warna mereka, dan hal itu juga yang harus kami cari dan kami dapatkan.
Band – band rock ada banyak, tapi kami harus dapat warna dan ciri khas kami sendiri, dan saat itu kami sadar ada hal lain lagi yang harus kami dapatkan, tapi kali ini bukan dengan cara latihan tapi lebih ke karakter masing – masing kami dan dicurahkan menjadi karakter band kami, suatu hal yang menurutku suatu hal yang abstrak.
Sebelum kami ada band lain yang tampil sebagai pengisi acara, dan mereka bawa alat sendiri, sebelum tampil mereka sudah check sound terlebih dahulu. Kami baru tahu jika band – band yang sudah sering menjadi pengisi acara, mereka sudah setting sound mereka terlebih dahulu. Mereka akan minta operator yang di depan panggung untuk minta setting sesuai keiinginan mereka.
1766Please respect copyright.PENANANMYZfMqT7R
1766Please respect copyright.PENANA3hT5OB6AeP
1766Please respect copyright.PENANAudsiFNr3gm
1766Please respect copyright.PENANA9nr3izUc1s
1766Please respect copyright.PENANA5DzpOuLpzk
1766Please respect copyright.PENANA2HML4REOfq
1766Please respect copyright.PENANANArMf4001B
1766Please respect copyright.PENANAHupTJhSud3
1766Please respect copyright.PENANAZy9PqJv0MW
1766Please respect copyright.PENANAUKsq3RfvCn
1766Please respect copyright.PENANA04Wph6WlZx
1766Please respect copyright.PENANAVAbudUifN5
BAB 7 : PENGALAMAN BARU
Saat itu kami mengira kalau setting sound hanya di amplifier yang ada diatas panggung dan juga efek gitar saja. Kami tahu hal tersebut karena dikasih tah oleh panitia yang merupakan kenalan ayahnya Aris. “Mantap ya kalau sudah sering jadi pengisi acara, kita bisa minta setting sesuai keinginan kita” kata Tomo, “Iya, baru tahu juga kalau bisa seperti itu”, “level kita masih jauh dari sana ya” kata ku.
Menurutku sound juga bisa menjadi salah satu hal yang bisa menjadi ciri sebuah band, selain suara vokalisnya. Pemilihan sound yang unik juga bisa menjadi hal yang menarik. “Kedepannya kita juga harus belajar caranya atur sound minimal suara ampli dan efeknya” , “biar tidak terlalu pecah dan tidak sampai menganggu suara vokalnya” kata Aris. “Benar itu, jadi kita tidak asala colok lagi” balas Tomo.
Saat itu kami hanya colok alat dan menaikkan volume saja tanpa tahu fungsi dari tombol – tombol yang lain. Bagi kami saat itu musik rock harus terdengar keras, tapi kadang suara gitarnya justru tidak jelas dan kadang malah menganggu suara vokalnya, kalau sampai menganggu justru menjadi tidak enak di dengarnya. Kesempatan kami menjadi pengisi membuat kami mengetahui banyak kekurangan kami.
Penampilan band pengisi sebelum kami (aku lupa namanya) sangat bagus dan rapi, walapun sebelumnya kami sudah pernah melihat band yang membawa alat sendiri, tapi band tersebut bisa memaksimalkan lebih lagi, dan juga band tersebut membawakan lagu sendiri dan mendapatkan respon yang bagus dari penonton, walaupun kami juga ingin membuat lagu sendiri, tapi hal itu kami simpan dulu karena ada banyak hal lain yang harus kami pelajari terlebih dahulu.
Saatnya kami tampil, kami naik ke atas panggung dan memainkan lagu pertama. Kami sudah lebih tenang, dan kami sudah memperkenalkan nama kami satu persatu (dulu kami belum melakukannya) dan kami juga sudah tenang dan terbiasa melihat ke arah penonton. Seingatku saat itu para penonton tetap fokus menonton kami, hal yang membuatku senang karena itu merupakan tanda yang bagus.
Lanjut lagu kedua dan aku melihat para penonton masih menonton kami dan setelah lagu berakhir kami mendapat tepuk tangan yang cukup banyak, setelah mengucapkan terima kasih kami turun panggung. Saat di belakang panggung salah seorang panitia (teman ayahnya Aris) memberi selamat dan bilang kalau penampilan kami cukup bagus.
Setelah itu kami keluar tenda untuk beli minuman lagi, sebenarnya panitia menyediakan minum, tapi kami tetap beli sekalian ngobrol juga. “Rasanya jadi pengisi acara berbeda dengan jadi peserta ya” kataku, “Iya, kalau jadi peserta kita tidak harus memikirkan perasaan penonton, paling kalau penampilan kita jelek kita yang malu” kata Aris. Pemikiran Aldo sebelum ikut ada benarnya, walaupun baru sekali tapi kami senang jika berhasil menghibur penonton.
Sekitar jam 16.00 pengumuman pemenang, dan setelah penyerahan hadiah, jam 17.00 acara selesai, sebelum pulang kami berterima kasih kepada para panitia yang sudah mengijinkan kami ikut terkhususnya ke teman ayahnya Aris, setelah selesai, kami menuju mobil untuk pulang, dan kami merasa cukup lelah namun sangat senang. Di mobil ayahnya Aris sudah menunggu.
“Bagaimana perasaan kalian?” tanya ayahnya Aris, dan kami menjawab senang dan lumayan lelah. Setelah itu dia menanyakan kembali apakah kalau ada kesempatan lain kami mau ikut, dan kami menjawab mau. Selama perjalanan pulang aku masih berpikir apakah penampilan kami sudah ada peningkatan dibanding sebelumnya, walaupun kalau ada kesempatan lagi tentu aku mau. Teman – teman yang lain pun mau, Aldo yang sempat ragu pun langsung menjawab mau, berarti selain tetap ikut festival jika ada, fokus kami yang lain adalah jadi pengisi acara.
Jam 18.00 kami sampai rumah Aris, karena keesokan harinya sekolah kami langsung pamit dan tidak lupa berterima kasih ke ayahnya Aris. Keesokan harinya di sekolah, kami masih membicarakan acara yang kemarin. Di sekolah juga kita ngobrol jika ada kesempatan lagi, bagaimana pemilihan lagu dan hal lainnya.
“Sob, aku masih memikirkan acara yang kemarin, menurut kalian bagaimana penampilan kita kemarin?” tanyaku. “Menurutku penampilan kita kemarin cukup bagus, walaupun jika dibandingkan dengan pengisi acara yang lain yah masih jau” kata Aris. “Aku juga sependapat” sambungku. “Aku setuju dengan Aris, penampilan cukup bagus walaupun masih banyak yang harus diperbaiki” kata Tomo.
Berkat bisa menjadi pengisi acara, Aris akan dibelikan gitar listrik oleh ayahnya. Aris menjadi personil pertama kami yang akan memiliki alat band sendiri, walaupun Tomo sudah punya stik drum tapi dia belum masuk kriteria punya alat band sendiri (hehehe). Kami mendapat bayaran untuk menjadi pengisi acara sebesar 50 ribu rupiah per orang, dan itu bayaran pertama kami menjadi pengisi acara.
Aris juga bilang kalau kedepannya kemungkinan besar kita akan mendapat tawaran untuk menjadi pengisi acara lagi dan kita akan tetap latihan rutin setiap minggu dan ikut festival band juga tetap menjadi hal yang kami pikirkan. Kami juga sudah memkirkan cara untuk mempunyai warna sendiri paling tidak secara vokal bisa mendapat ciri kami sendiri.
Saat itu Aris, sebagai vokalis masih mencoba untuk meniru vokalis yang dia suka dan berkat acara tersebut dia juga mencoba untuk mencari nadanya sendiri. Saat menyanyikan lagu Sweet Child o Mine sebenarnya dia tidak mencoba meniru Axl karena perbedaan suara, tapi dia masih mencoba meniru orang lain. Dia juga mulai mencari chord lagu yang sesuai dengan suaranya, mencoba menaikan dan menurunkan nada sebuah lagu, dan di latihan juga kami sudah mulai menyesuaikan, dan lagu yang kami coba juga ditambah.
Aku juga sebenarnya suka mendengarkan lagu – lagu band/musisi Jepang dari soundtrack anime. Aku tidak langsung membawanya ke latihan, tapi lebih sebagai referensi. Awal 2000-an, banyak anime jepang yang disiarkan di tv, dan setiap hari (biasanya sore hari), stasiun tv mulai menayangkan anime. Banyak soundtrack anime – anime seperti Samurai X, Yuyu Hakushou, One Piece sampai Naruto yang menrutku sangat enak didengar.
Pada hari Minggu stasiun tv bahkan menayangkan anime dari pagi sampai siang hari. Stasiun tv berlomba – lomba menayangkan anime. Dulu aku (atau generasiku) belum menyebutnya anime, masih kartun jepang, dan aku juga baru mengetahui kalau itu disebut anime. Awal 2000-an menjadi waktu yang dirindukan untukku (mungkin juga seangkatanku), karena saat itu benar – benar banyak tontonan anime yang menarik dan juga soundtrack yang enak didengar saat internet belum sebesar sekarang, dan tidak tahu kenapa setelah tahun 2010 (sepengetahanku), anime sudah sangat sedikit ditayangan, padahal menurutku tidak ada yang salah dengan anime.
Selain dengan teman – teman bandku, aku juga sering bertukar referensi dengan teman – teman ku yang lain, biasanya yang juga suka dengan soundtrack anime. Biasanya kami membahas soundtrack, baik opening ataupun ending dan kalau ada temanku yang bisa memainkan soundtrack yang aku suka, aku minta di kasih tahu apa saja chordnya. Biasanya anime yang kami suka dari anime Samurai X.
Aku juga suka mengulik soundtrack – soundtrack anime yang menurutku bagus dan tidak terlalu sulit (hehehe), dan jika ada temanku yang minta di kasih tahu chordnya, aku pun juga memberitahunya, jadi kami bukan hanya saling bertukar referensi, tapi juga saling berbagi ilmu. Teman – teman band ku yang lain tidak terlalu mengikuti anime, jadi aku tidak sampai membawa soundtrack anime ke latihan band.
Aku memang suka soundtrack anime dan meluas ke artis – artis Jepang, tapi aku tidak sampai membuat band lagi, hal itu dikarenakan menurutku akan sulit membagi waktu dan konsentrasi kalau punya 2 band, apalagi Luck Star sudah mempunyai target yang harus diraih.
Kami tetap latihan sambil mencari festival band dan mrngisi acara, walaupun lagu yang kami pakai latihan diperbanyak, lagu yang akhirnya tetap menjadi andalan kami cenderung sama. Aku tidak tahu bagaimana dengan band lain, tapi aku merasa walaupun lagu latihan diperbanyak, tapi tidak semua lagu yang feelnya benar – benar enak kami bawakan, walaupun secara permainan kami rasa cukup bagus.
Saat latihan kami sering berdiskusi hal tersebut. “Cuy, untuk lagu yang ini aku merasa kurang dapat feelnya” kata Aldo. “Iya, walaupun secara permainan cukup bagus, tapi memang ada yang kurang” kata Tomo. Aku dan Aris juga merasa begitu, kadang aku berpikir apa karena ada lagu yang chordnya disesuaikan dengan nadanya Aris, jadi sepertinya ada yang kurang.
Seperti yang aku ceritakan sebelumnya, kalau kami mencoba mencari warna kami sendiri, dan salah satunya dengan menyesuaikan nada sebuah lagu dengan nadanya Aris sebagai vokalis. Penyesuaian tersebut sebenarnya bukan hal yang buruk, justru merupakan hal yang bagus, tapi memang ada lagu – lagu yang jika nadanya diubah maka bisa menghilangkan “magic” lagu tersebut.
Hal tersebut memang membuat kami harus memilih dengan tepat dan mungkin karena itu juga lagu yang menjadi andalan kami cenderung sedikit dan itu – itu saja, meskipun demikian itu artinya kami mulai menemukan warna kami sendiri, dan menurutku hal tersebut membuat kami selangkah lebih maju, mungkin tidak secara teknis tapi lebih kearah nonteknisnya.
Latihan kami tetap rutin, walaupun belum ada info dari festival sampai pengisi acara, tapi kami tetap latihan dengan semangat. Masing – masing dari kami juga punya selera musik yang berbeda, Aris suka dengan musik rock 80 – 90an walaupun kami juga suka tapi dia yang mengulik lebih dalam, Tomo musik Rock n Roll 70-an, Aldo mengemari Pop Punk, dan aku yang suka dengan musik jepang atau biasa disebut Japanese rock atau Japanese pop dan juga Emo. Hal itu membuat referensi kami lebih banyak, walaupun akhirnya tidak semua genre lagu kami suka, tapi cukup bagus untuk dijadikan sebagai referensi.
1766Please respect copyright.PENANAoeKRPsrzGB
1766Please respect copyright.PENANAC6iLeI4a2X
BAB 8 : NAIK KELAS
Beberapa minggu atau mungkin sudah 1 bulan kami menunggu, akhirnya kami mendapat kabar dari Aris kalau kami mendapat tawaran untuk mengisi sebuah acara. “Sob, kita dapat tawaran lagi nih untuk mengisi sebuah acara” kata Aris saat istirahat sekolah. “Bedanya acaranya diadakan malam hari, dan kemungkinan sampai lewat jam 9 malam baru selesai” lanjutnya. “Aku tidak masalah, yang penting transportasi aman” kata Tomo. “Aku juga sepakat dengan Tomo”, kata Aldo, demikian juga denganku.
Aris melanjutkan kalau untuk transportasi, kita akan ikut dengan teman ayahnya, dan kita akan kumpul di rumahnya, dan selesai acara kita akan menginap di rumah Aris seperti biasanya. Pengalaman yang kami dapat sebelumnya menjadikan kami lebih percaya diri, dan kita jadi lebih paham bagaimana persiapan menjadi pengisi acara. Berkat jadi pengisi acara sebelumnya, Aris dibelikan gitar oleh ayahnya dan kami bisa bermain gitar listrik lebih sering (hehehe).
Acaranya diadakan 2 minggu lagi, dan kami antusias untuk mengisi acara tersebut. Saat di sekolah kami juga sering membahas hal tersebut, dan lagu apa yang akan kami bawakan. Kami masih membawakan lagu orang lain, berbeda dengan pengisi acara yang biasanya membawakan lagu sendiri. Kami juga menyadari kalau kedepannya kami harus mulai menciptakan lagu kami sendiri.
Saat di sekolah pun Aris sudah memberikan masukan untuk mulai menciptakan lagu sendiri, tapi saat itu yang lain masih berpendapat kalau tidak apa – apa masih membawakan lagu orang lain, paling tidak untuk acara 2 minggu lagu, setelah itu baru kami akan pikirkan lebih matang jika sudah mulai mencoba membuat lagu sendiri.
Hal itu kami lakukan agar fokus kami tidak terpecah, dan penampilan nanti kami bisa maksimal, agar tidak mengecewakan orang yang sudah mau memanggil kami sebagai pengisi acara. Hal itu tetap penting walaupun orang tersebut adalah orang yang sama, apalagi band kami juga masih band anak sekolah dan masih perlu banyak kesempatan tampil di acara – acara musik.
Membuat lagu kami kesampingkan dulu, dan kami fokus latihan dan akhirnya kami memutuskan untuk mencoba membawakan 1 lagu baru, masih tetap lagu rock, tapi lagu ini adalah lagu yang masih jarang kami bawakan saat latihan, hal ini jug aide dari Tomo, yang berpikir kalau lagu ini secara vokal sangat cocok dengan Aris.
2 minggu sebelum acara kami tetap membicarakan acara tersebut dan mempertimbangkan hal – hal teknis seperti haruskan Aris memakai gitar sendiri atau memakai punya panitia dan apakah kali ini kami mengkonsep pakaian kami. Hal – hal itu tetap menjadi hal yang kami pertimbangkan walaupun bukan hal utama, tapi paling tidak kami mempersiapkan diri lebih baik.
Aris sebenarnya masih ragu untuk memakai gitar sendiri karena dia merasa kalau gitarnya bukan gitar yang cukup bagus untuk di pakai di panggung dan lebih baik kalau pakai gitar panitia saja. Menurut kami gitarnya cukup bagus (walaupun waktu itu kami belum paham gitar listrik hehehe), dan tidak masalah kalau pakai gitar dia sendiri.
“Sob, sepertinya aku tidak pakai gitar sendiri, aku merasa kalau gitarku tidak cukup untuk dipakai acara”, katanya. “Yah, kalau gitu sayang sudah punya gitar tapi masih pakai punya panitia, sekalian coba langsung di panggung” kata Aldo. Menurutku Aldo ada benarnya karena kalau tidak dicoba dia tidak benar – benar tahu hasilnya. Memakai ampli yang lebih besar dan efek yang lebih banyak tentu berpengaruh Aldo memang yang paling berharap Aris untuk memakai gitar sendiri, sedangkan aku dan Tomo tergantung Aris saja.
Hal tersebut adalah hal yang belum pernah kami pikirkan sebelumnya dan menurutku hal tersebut menarik untuk dibahas sekalian mencoba hal baru dan aku merasa membawa alat sendiri membawa kami ke 1 tingkat lebih profesional (hehehe). Aris masih bimbang dan belum memutuskan dan dia bilang dia akan memutuskan 1 hari sebelum acara.
Pemilihan lagu sudah, konsep baju sudah (kami memutuskan sesuai selera masing masing), dan demi “pekerjaan” (hehehe) kedua kami, kami memikirkan lebih serius daripada sebelumnya. Hari Jumat kami kumpul lagi di sekolah dan akhirnya Aris memutuskan untuk tidak bawa gitar sendiri dan hari Sabtu sore kami langsung kumpul di rumah Aris.
Sabtu sore kami kumpul ke rumah Aris, dan kami sudah siap untuk berangkat, karena kali ini kami bareng dengan panitia teman ayahnya Aris yaitu om Heru. Rumah om Heru tidak jauh dari rumah Aris, kami diantar oleh ayahnya Aris, dan kami berangkat beriringan. Kami berangkat sekitar jam 6 sore dan acaranya dimulai jam 7 malam.
Setelah sampai tempat, kami cukup kaget karena tempatnya lebih luas dan penontonnya lebih banyak (mungkin karena malam hari). Kami langsung diantar ke tenda belakang panggung dan ternyata pengisi acaranya lebih banyak dari sebelumnya dan disitu kami baru diberitahu kalau ini bukan acara festival, tapi acara musik.
Setelah mengetahui hal tersebut kami kaget karena kami mengira kalau acara tersebut sebuah lomba band, tapi ternyata acara musik untuk menghibur warga daerah tersebut dan semua band yang ada di belakang panggung merupakan para pengisi acaranya. Kami merasa senang karena artinya kami dinilai sudah cukup layak untuk mengisi sebuah acara dan bukan sekedar “pelengkap” saja.
Di acara sebelumnya, pengisi acaranya tidak banyak, hanya kami dan 2 band lain, tapi kali ini sekitar 10 band yang menjadi pengisi acara dan hanya kami yang belum punya lagu sendiri. Band – band lain juga masih membawakan lagu orang , tapi mereka lebih menonjolkan lagu mereka sendiri dan mereka membawakan lebih banyak lagu dibanding kami.
Bisa 1 panggung dengan band – band yang lebih profesional dari kami dan jumlah yang lebih banyak membuat kami lebih bersemangat. Saat itu kami merasa kami sudah mulai dianggap mampu untuk tampil di acara dengan penonton yang lebih banyak dan bisa sepanggung dengan band – band yang sudah lebih senior, walaupun kami tidak tahu kenapa kami bisa menjadi pengisi acara (mungkin ada band yang tidak bisa hehehe).
Kami tampil sekitar jam 9 malam, dan karena saat itu malam Minggu, semakin malam, semakin banyak yang datang. Penonton yang ada di depan panggung juga banyak dan antara penonton dan panggung dipisah pagar besi. Pertama kali bagi kami melihat secara langsung penonton yang dibatasi pagar besi.
Di acara ini ada kejadian yang tidak biasa, yaitu strap gitar ku lepas dan untungnya ada panitia yang membantuku untuk memasang kembali starpnya yang ternyata bukan sekedar lepas, tapi robek dan orang tersebut mengikatnya dengan plakban hitam. Saat itu aku berpikir kalau menjadi band besar, maka akan ada kru yang membantu persoalan teknis dan aku sudah sedikit pernah merasakannya (hehehe).
Selesai 2 lagu, kami turun panggung dan kembali ke tenda belakang panggung. Setelah kami masih banyak band – band yang tampil, dan setelah istirahat sebentar kami menonton band – band yang lain. Band – band lain banyak (atau mungkin semua) yang membawakan lagu sendiri. Lagu – lagu mereka beragam, banyak genre dan kami sangat menikmati lagu – lagu mereka walaupun kami belum pernah dengar sebelumnya dan bukan lagu rock.
Kami mulai berdiskusi lagu – lagu tersebut. “Lagu mereka bagus – bagus ya” kataku, “Iya, dan beragam juga, lumayan untuk menambah referensi kalau kita nanti buat lagu” Kata Tomo. “Iya benar, dan sepertinya kita harus mulai mencoba membuat lagu” lanjutku, “Iya, setelah ini ada hal lain lagi yang harus kita pikirkan dan coba” kata Aris. Aldo hanya mengangguk sambil menonton band yang tampil.
Sekitar jam 12 acara selesai, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih ke om Heru atas kesempatannya dan kami dapat uang sebesar 50 ribu lagi sebagai “bayaran” kami jadi pengisi acara. Setelah semua hal di tenda belakang panggung selesai, kami langsung ke mobil dan pulang ke rumah Aris. Sepanjang perjalanan pulang kami tidak banyak ngobrol mungkin karena sudah lelah dan sekitar jam 1 malam kami sampai rumah Aris. Sesampainya kami, kami langsung ke kamar Aris dan langsung tidur (tanpa mandi hehehe). Pengalaman baru lagi dan saat itu aku (aku yakin yang lain juga) sangat senang.
Keesokan harinya kami bangun lebih lama dibanding biasanya. Setelah bangun kami bergantian mandi dan karena masih lelah kami memutuskan untuk tidak latihan. Kami hanya bermain PS dan ngobrol bagaimana rencana kami membuat lagu. Dasar masih labil, kami akhirnya memikirkan hal itu nanti dan malah beristirahat dan main PS, padahal semalam kami menggebu-gebu (hehehe).
Hari Minggu pagi kami habiskan hanya beristirahat dan main PS. Sekitar jam 11 siang, kami pamit ke orang tua Aris dan pulang ke rumah kami masing – masing. Sampai rumah pun aku masih istirahat dan memeriksa apakah ada PR yang harus dikumpul besok. Uang hasil manggung yang pertama aku belikan tas sekolah, sedangkan uang yang kemarin, aku belum memutuskan akan ku pakai beli apa
Keesokan harinya di sekolah, kami masih membahas acara kemarin. Kami dari dulu memang sering ngobrol mengenai band di sekolah dan itu juga keuntungan kalau punya band teman 1 sekolah dan tetap sering kumpul di luar sekolah. Kami membahas mengenai membuat lagu sendiri dan siapa yang akan membuat lagu.
“Sob, bagaimana rencana membuat lagu sendiri?, dan siapa yang buat?” tanya Aris. Sepengetahuan kami saat itu, biasanya dalam sebuah band ada 1 atau 2 orang yang sering membuat lagu dan biasanya orang tersebut akan menjadi “pentolan” band tersebut. Berhubung kami semua belum ada yang pernah membuat lagu, kami sempat buntu dan lagi band kami tidak ada “pentolannya”.
“Bagaimana kalau masing – masing dari kita mencoba buat sendiri dulu, nanti aransementnya baru kita pikirkan bareng – bareng?” usul Aldo. Menurutku ide Aldo masuk akal, karena kalau hanya dibebankan ke 1 orang aja akan terasa berat, malah takutnya tidak jadi, terlebih kami belum pernah ada yang mencoba membuat lagu sebelumnya.
“Aku setuju dengan Aldo” jawab ku, “Masing – masing coba buat 1 lagu, nadanya dulu tidak masalah yang penting ada dasarnya dulu” lanjutku. “Ok, kita sudah sepakat seperti itu, minggu ini kita coba, hari Sabtu seperti biasa kita kumpul di rumah ku. Tomo mengangguk tanda setuju dan sepertinya Aris dan Tomo setuju kalau masalah lirik dan aransement dipikirkan belakangan.
Setelah hal tersebut, selama di sekolah kami tidak terlalu banyak membahas band lagi, dan sepertinya masing – masing dari kami benar – benar fokus membuat lagu. Aku yang baru beberapa bulan belajar gitar, juga mulai membuat lagu. Saat itu menurutku, saat sudah mencoba membuat lagu, lagu yang kubuat selalu terdengar tidak bagus. Aku belum tahu apa yang dialami teman – teman yang lain, tapi hal itu selalu terjadi padaku.
Hari Sabtu tiba, seperti biasa sore hari kami kumpul di rumah Aris. Aldo sampai lebih dahulu, setelahnya aku sampai. Baru saja aku tiba, aku langsung ditanya sudah buat lagu. Aku langsung menjawab belum, setelah itu aku balik bertanya apa kalian sudah buat lagu, dan ternyata mereka juga belum. Kami semua diam sejenak dan menunggu Tomo.
Tomo agak lama datang, dan sambil menunggu Tomo, kami bertiga berdiskusi. Kami bertiga menemui kesulitan dalam membuat lagu, Aris sama sepertiku, lagu yang dia buat terdengar tidak enak, sedangkan Aldo lain lagi masalahnya, dia merasa kalau lagu yang coba dia buat terdengar sama dengan lagu – lagu yang sudah ada.
20 menit sejak ada sampai, akhirnya Tomo sampai, sama sepertiku, saat dia baru datang, dia juga langsung ditanya apakah sudah membuat lagu. Dia pun belum membuat tapi alasan dia agak “lain”, karena dia drummer dan jarang memegang gitar (walaupun dia punya gitar) dia bingung harus memulai dari mana.
Biasanya saat mencoba membuat lagu, seseorang akan membuat susunan chord dari lagu yang dia pernah mainkan dan mencoba mengganti notasinya, tapi karena dia drummer, dia belum terbiasa atau belum dapat polanya. Jadilah seminggu pertama kami tanpa hasil, walaupun sebenarnya tetap ada yang bisa kami pelajari dari kegagalan ini. Kami jadi tahu apa yang jadi masalah terbesar kami dan akan mencoba mempelajari dan memperbaikinya.
“Dari hal yang tadi sepertinya ada hal yang harus kita cari jalan keluarnya dulu” kata Aris, “baru kita bisa mulai mencoba lagi” lanjutnya. “Iya, ada yang punya ide?” tanyaku. “Kalau masalah lagunya enak atau tidak enak, kita pikirkan nanti saja, yang penting kita punya paling tidak 1 lagu dulu”, “jadi tidak langsung di hentikan” kata Aldo. “Iya, aku juga berpikir begitu, itu juga sama untuk masalahnya Aldo” Kata Tomo, “kalau terus seperti itu tidak akan jadi” lanjutnya.
Setelah berdiskusi cukup panjang, akhirnya kami sepakat kalau yang penting buat saja dulu, masalah bagus atau mirip dengan lagu lain dipikirkan belakangan dan hari Sabtu minggu depan yang sudah punya lagu langsung ditunjukkan hasilnya. Lagi, seminggu ini kami tidak latihan ke studio dan santai – santai lagi di rumah Aris (hehehe).
Di sekolah kami tetap kumpul, walaupun tidak banyak yang kami bahas, sepertinya belum ada diantara kami yang berhasil buat lagu. Ternyata buat lagu tidak mudah, setiap hari aku mencoba buat lagu, walaupun kami sepakat yang penting jadi dulu, tapi tetap tidak mudah. Setiap pulang aku mencoba, dan setiap itu juga aku gagal.
Hari Sabtu nanti saat kumpul di rumah Aris, aku berharap teman – teman yang lain ada yang sudah membuat lagu. Saat itu aku benar – benar sudah buntu, dan berharap yang lain tidak sampai buntu sepertiku. Kami memang tidak membahas perkembangan pembuatan lagu, dan baru dibicarakan hari Sabtu.
Hal itu kami lakukan agar tidak sampai membebani terlalu berat yang justru bisa merusak band kami sendiri. Kami sebisa mungkin tetap menikmati proses walaupun tetap kepikiran juga. Proses tetap yang utama, hasil menyusul (sok bijak hehehe). Hari Jumat tiba, walaupun aku menahan agar tidak membicaran sebelum hari Sabtu, tapi akhirnya aku menanyakan juga ke Tomo.
‘Tom, sudah ada lagu?” tanyaku. “Belum” jawabnya singkat. “Yang lain ada kabar?” tanyaku lagi. “Kalau yang lain aku belum tahu”, “tapi semoga ada” jawabnya lagi. Aku pun berharap demikian, dia tidak menanyakan hal tersebut kepadaku, mungkin karena dia sudah tahu jawabannya. “Kalau yang lain tidak ada juga bagaimana ya?” iseng aku bertanya. “Kalau yang lain tidak ada bisa susah, apalagi festival dan pengisi acara belum ada lagi dan lagu sendiri merupakan fokus kita saat ini” lanjutnya.
Hal yang aku takutkan adalah band ini mengalami jalan buntu dan akhirnya tidak lanjut lagi. Festival yang belum kunjung dapat, begitu juga pengisi acara, takutnya kalau terlalu lama tidak melangkah, maka akan sampai ke titik jenuh. Band ini juga belum lama berjalan, dan masih banyak yang ingin dicapai kedepannya, walaupun kami masih mau latihan (terlepas 2 minggu off), tapi untuk tetap semangat hal itu tidak cukup.
“Kita tunggu besok bagaimana dengan yang lain, apapun hasilnya besok kita bicarakan” kataku lagi. “Aku setuju, pilihan terbaik saat ini hanya itu” kata Tomo. Pulang sekolah, aku coba lagi buat lagu di rumah, dan lagi aku belum bisa membuatnya. Saat itu aku berpikir apa memang sesulit ini membuat lagu, bagaimana dengan musisi – musisi yang bisa membuat banyak lagu sampai beralbum-album, bahkan sampai menciptakan untuk orang lain, mereka kreatif sekali, pikirku.
Hari Sabtu tiba, pagi hari aku berangkat sekolah. Dari pagi sampai jam sekolah aku masih memikirkan bagaimana nanti sore, apakah sudah ada yang bisa buat. Pulang sekolah, kami berempat kumpul sebentar, setelah itu pulang dan sorenya kumpul di rumah Aris. Aku pergi ke rumah Aris sekitar jam 3 sore, dan kali ini aku yang pertama kali sampai.
Baru saja aku sampai, Aris langsung bertanya, dan aku jawab belum. Dia langsung menghela nafas, seperti ada suatu pengharapan tapi ternyata tidak terwujud, setelah itu dia bercerita kalau dia belum bisa membuat juga, walaupun minggu lalu kami sudah sepakat tidak usah terlalu banyak pertimbangan, tapi dalam praktiknya ternyata tidak seperti yang kami bayangkan.
Kami berdua menunggu kedua teman kami dan berharap ada yang membawa lagu, walaupun aku tahu kalau Tomo juga belum, tapi saat itu aku tetap berharap. Lama kami menunggu, kedua orang itu belum datang juga. Hampir 1 jam sejak aku datang dan ini lebih lama dari biasanya.
Akhirnya Tomo datang, dan seperti yang aku kira sebelumnya, dia belum membuat lagu. Aris terlihat kecewa, walaupun aku yakin dia tidak menyalahkan Tomo. “Kalau Aldo tidak ada juga, bagaimana ini?” tanya Aris, “Yah, mau bagaimana lagi, terpaksa kita coba terus sampai ada yang bisa” kataku”, “Aku setuju sama Gia,, masalah punya lagu sendiri atau tidak, tidak bisa dibebankan ke 1 orang saja, terlebih kita sudah sepakat dari awal” kata Tomo.
Diantara kami berempat, memang Aris yang paling terobsesi secepat mungkin punya lagu sendiri, walaupun hal itu bukan hal yang buruk (selama tidak menyalahkan orang lain), tapi proses membuat lagu sendiri tentu tidak mudah. Berbeda dengan menyanyikan lagu orang lain, yang kita “hanya” perlu mengikuti lagu tersebut sambil menyesuaikan lagu tersebt, menbuat lagu sendiri tentu berbeda, karena kita membuat sesuatu yang bia dibilang abstrak.
Hampir 1 jam sejak Tomo datang, dan Aldo belum kunjung datang. Saat menunggu Aldo, tidak banyak yang kami bertiga bicarakan. Aris bermain gitar, aku main PS, dan Tomo browsing internet. Akhirnya Aldo datang, dan tanpa menunggu lama, kali ini aku yang bertanya. “Do, bagaimana lagunya, bisa?”. “Belum, bagaimana dengan kalian?” dia balik bertanya. Kami juga belum” jawab Tomo, sedangkan Aris hanya menaikan alisnya.
Kami berempat terdiam sejenak. “Sepertinya masalah lagu harus kita tambah waktunya, terlebih sudah 2 minggu kita tidak latihan ke studio, kalau seperti ini terus kita bisa tidak semanagat latihan” kata Aldo. “Aku sepakat dengan Aldo, lagu sendiri memang penting, tapi latihan juga penting” kataku. “Lagipula band kita juga terbentuk baru beberaapa bulan, jadi jangan terlalu dipaksa” lanjutku.
2 orand yang lain sepertinya setuju. “Baik, kalau begitu proses lagu sendiri kita tambah waktunya, tapi bukan berarti kita sepelekan” kata Aris. Kami bertiga mengangguk, “siapapun yang sudah buat lagu, langsung kasih tahu yang lain” kata Tomo. Akhirnya kami menemkan kata sepakat, dan besok kami latihan lagi di studio. Aku tetap menganggap latihan penting, karena kami belum menjadi band profesional, sehingga untuk lagu sendiri masih bisa kami pikirkan sambil jalan, yang penting band ini tetap latihan.
Hari Sabtu kami tetap menginap di rumah Aris. Kami bermain PS sampai pagi, dan besok paginya kami latihan ke studio. Minggu pagi datang, kami siap –saip untuk latihan, jam 10.00 pagi kami berangkat ke studio. Kami latihan selama 2 jam, dan setelah latihan kami langsung pulang ke rumah masing – masing.
Setelah sampai rumah, aku berpikir lagi mengenai lagu sendiri, seperti bagimana cara untuk memulai lagi (karena aku belum benar – benar dapat polanya) dan bagimana kalau dalam jangka waktu lama kami belum bisa membuatnya. saat ini kita bisa mencari inspirasi atau bahksn cara membuat lagu di Youtube, sedangkan saat itu aku belum punya internet di rumah dan tidak ada uang jika harus ke warnet.
Aku benar – benar mengandalkan feeling dan berharap juga kepada teman yang lain (hehehe). Minggu sore aku coba lagi, dan kembali belum dapat lagi dan aku berpikir besok di sekolah aku akan bertanya ke teman – teman yang lain bagaimana dengan mereka. Aku memutuskan untuk langsung bertanya saja tanpa menunggu hari Sabtu nanti.
Istirahat sekolah tiba, aku jajan ke kantin, dan disana aku bertemu dengan Aldo. Saat istirahat, kami berempat memang tidak selalu bersama, masing – masing dari kami berada di kelas yang berbeda. “Do, bagaimana, sudah ada?” tanyaku, “sudah sih, tapi liriknya belum” kata Aldo. “Serius Do, masalah lirik kan kita sudah sepakat dipikirkan belakangan, yang penting nadanya sudah ada” kataku.
“Iya sih, tapi aku juga merasa laguku tidak bagus, masih ada yang mengganjal” katanya lagi. “”Itu juga kita sudah sepakat dipikirkan belakangan, aku sudah bisa dengar?” tanyaku. “Nanti sajalah hari Sabtu, sambil aku pikirkan liriknya juga, siapa tah aku bisa sekalian menulis liriknya” jawabnya. “Ok Do, mantaplah kalau begitu” balasku. Saat itu aku benar – benar senang mendengarnya, dan menantikan datangnya hari Sabtu. Aldo juga minta agar jangan diberitahkan ke teman – teman yang lain dulu, dan aku sudah berjanji untuk tidak menceritakannya. Jika Aldo sudah membuat, akhirnya Lucky Star ada lagu sendiri (walaupun baru 1) dan itu menjadi 1 langkah yang membuat kami lebih dekat dengan cita – cita kami.
Hari berganti hari, kami jarang kumpul, dan akan kumpul hari Sabtu. Berhari – hari juga aku belum bisa menciptakan 1 lagu pun, tapi aku masih bisa tenang karena Aldo sudah ada lagu. Sambil memikirkan lagu sendiri, aku juga sempat takut masalah lagu ini bisa merusak chemictry yang sudah kita bangun selama ini.
Aku ingin band ini bisa berjalan selama mungkin, aku ingin kita lebih menikmati prosesnya dulu, terlebih kami masih SMP, dan band ini juga belum lama berdiri. Bisa meraih cita – cita memang penting, tapi menikmati proses menurutku adalah hal yang utama, tapi dengan adanya personil lain tentu sulit menyamakan persepsi terus – menerus.
Aku masih belum mengutarakan hal ini ke yang lain, karena aku masih belum waktunya, jika masalah lagu terus berlarut-larut dan bisa merusak keharmonisan band, maka mau tidak mau akan aku sampaikan juga. Jujur, aku senang bisa main band dengan mereka, kami menjadi akrab dan punya orang – orang yang bisa berbagi cerita sangat menyenangkan.
Hal lebih parah lagi, kalau band ini akhirnya tidak lanjut dan hubungan kami jadi buruk, hal itu sangat aku tidak inginkan dan mungkin yang lain juga begitu dan persahabatan menurutku lebih penting dibanding target – target yang sudah kami rencanakan, tapi sekali lagi teman – teman yang lain juga punya pikiran mereka sendiri dan hal tersebut juga harus dihargai.
Hari Sabtu 2 hari lagi, dan aku masih menjalankan rutinitas yang sama, berangkat sekolah, pulang, istirahat sebentar, coba buat lagu, mengerjakan PR dan lain sebagainya. Jenuh? Iya, tapi sebagiamana anak sekolah pada umumnya tetap aku jalani, terlebih 2 bulan lagi aku akan naik ke kelas 3. Kelas 3 nanti tambah lagi yang harus dipikirkan, yaitu UN.
BAB 9 : LAGU SENDIRI
Hari Sabtu tiba, Tomo sampai lebih dahulu, seperti minggu lalu, dia belum bisa membuat lagu, setelah itu aku tiba dan akupun belum bisa membuat lagu. Aldo datang sekitar 1 jam setelah aku datang, setelah dia datang, Aris langsung bertanya apa dia sudah buat lagu, dan dia bilang sudah. Saat itu mereka berdua langsung berbinar-binar, sedangkan aku yang sudah tahu sebelumnya tidak terkejut.
Sampai hari Sabtu, aku memang belum menceritakan sama sekali ke mereka berdua. Setelah tahu akan hal tersebut, Aris langsung meminta Aldo untuk memainkan lagu tersebut menggunakan gitar. Aldo langsung memainkannya dan kami bertiga mendengar dengan seksama. Hal yang pertama membuat aku kaget adalah ternyata Aldo sudah membuat liriknya.
Lagu Aldo berdurasi sekitar 3 menit, selesai memaninkan kami berpikir sejenak dan mencoba menganalisa. Menurutku lagu ciptaan Aldo cukup bagus, liriknya tentang cinta, seperti kebanyakan lagu Pop Indonesia. “Lagu yang bagus” kataku memulai, “Iya lagu yang bagus, tapi sepertinya chordnya harus disesuaikan dengan vokal Aris” kata Tomo, “Aku setuju dengan mereka berdua, untuk chord sepertinya memang harus disesuaikan, kalau lirik kita pakai lirik ini saja” lanjut Aris.
“Besok kita coba latihan di studio untuk menyoba mengarasemen lagunya” kata Aris. Kami bertiga setuju dan sepanjang hari Sabtu itu, Aris langsung mempelajari lagunya Aldo, sambil aku dan Tomo memberikan masukkan. Dari sore sampai malam Aris terus mempelajari dan mencoba menyesuaikan chord gitar dengan vokalnya, dan juga mencoba mencari melodinya.
Aldo benar – benar serius latihan, begitu juga dengan kami bertiga, aku dan Aldo mempelajari chord yang sudah disesuaikan oleh Aris, dan Tomo mempelajari tempo lagunya. “Lagunya mau diarasemen seperti apa?” tanyaku sambil bermain gitar akustik, “Kalau aku rock alternatif atau Punk Rock ” kata Aris, “Punk Rock sepertinya asik, seperti Netral” kata Aldo. Aku setuju dengan ide Aris. “Kalau begitu temponya dipercepat, biar rocknya dapat” kata Tomo.
Sepanjang hari kami asyik mengulik lagunya Aldo, walaupun aku dan Tomo kadang curi waktu untuk main PS juga (hehehe), tapi kalau ada ide langsung kami sampaikan
Besok kami langsung mencoba mengarasemen di studio, dan sudah diptusan kami akan mebuat lagu rock atau punk rock. Sekitar jam 11 malam kami baru selesai mempelajari lagu ciptaan Aldo dan saat itu kami belum memutuskan judul lagu tersebut. Selesai latihan, Aldo langsung tidur, Aris masih mengulik dengan gitarnya, sedangkan aku dan Tomo lanjut main PS.
Minggu pagi, kami pulang sebentar ke rumah kami masing – masing dan setelah itu kami berangkat ke studio. Sesaimpainya di studio, kami langsung mengaransemen lagu dan jam latihan kami pakai sebanyak mungkin untuk mengaransemen lagu. Proses mengaransemen sebuah lagu ternyata merupakan proses yang sulit juga, apalagi jika masing – masing punya ide dan ego sendiri.
Baru juga menentukan intro lagu, langsung ada perdebatan. “Sepertinya untuk intro dimulai dari drum dulu deh” kata Aldo, “loh kok berubah, kemarin kita sepakat kalau dari gitar dulu, baru setelah itu yang lain baru masuk” kata Tomo. “Iya, tapi setelah kita coba tadi sepertinya kurang bagus kalau dari gitar” lanjut Aris. “Yah sudah, kalau gitu sekarang kita coba dari drum” Aldo coba menengahi.
Aku diam saja, menurutku dimulai dari gitar sudah cukup bagus, tapi tidak ada salahnya mencoba hal lain. Setelah beberapa kali dicoba dari drum dan gitar akhirnya kami sepakat kalau intronya dimulai dari gitar, Aris tampak kecewa, tapi karena kalah suara dia akhirnya setuju. Setelah intro, kini ada hal lain yang jadi perdebatan, yatu masalah tempo.
Aldo merasa temponya agak almbat dan kurang rock. “Cuy, sepertinya temponya harus dipercepat, kalau temponya sepeti tadi rocknya kurang dapat”, “mau dipercepat nih?” tanya Tomo memastikan. “Kalau temponya dinaikkan, aku susah menyanyikannya, agak keteteran” kata Aris. ‘Tapi kalau begitu jadinya lagu pop, bukannya kita mau buat lagu rock” kata Aldo lagi. “Kalau begitu, kita coba naikkan temponya, kalau memang Aris keteteran dan hasilnya tidak bagus, maka harus kita pikirkan lagi” kataku. Setelah dicoba beberapa kali memang Aris keteteran dan akhirnya kita istirahat latihan sejenak.
“Kita harus pikirkan cara agar lagunya tetap rock dan Aris tidak keteteran menyanyikannya” kata Tomo, “Iya, tapi tidak bisa sekarang karena waktunya tidak cukup” kataku, “ok, kalau begitu aransemen lagunya kita cukupkan dulu ya, paling tidak untuk beberapa bagian kita sudah dapat” kata Aris. Kami berempat sepakat kalau aransemen dicukupkan dulu, karena waktunya masih ada beberapa menit, kami latihan lagu yang biasa kami bawakan.
Setelah latihan, kami pulang ke rumah kami masing – masing, walaupun proses aransemen belum selesai dan ada perdebatan, tapi aku senang karena kami sudah bisa melangkah lagi, walapun selangkah demi selangkah. Proses aransemen sudah berjalan dan apa yang menjadi kegelisahanku sebelumnya saat ini bisa kembali tenang.
Walaupun proses aransemen belum sepenuhnya selesai dan Sabtu nanti kami masih harus memikirkan hal tersebut, tapi paling tidak kami sudah tah apa yang ingin kami cari dan bagaimana caranya. Aku juga baru menyadari kalau proses mengaransemen sebuah lagu ternyata cukup sulit dan bisa memakan waktu cukup lama dan terbayag bagaimana sulitnya sebuah band untuk membuat 1 album, jadi sudah sewajarnya jika para penikmat musik lebih menghargai para musisi dengan membeli karya mereka secara legal dan juga untuk para seniman lainnya.
Aku juga kagum dengan para musisi yang bisa banyak membuat album dan tetap konsisten mebuat karya walaupun mungkin karya mereka tidak selalu laku di pasaran atau maraknya bajakan yang ada di pasaran yang berdampak langsung terhadap hak – hak yang bisa mereka dapatkan dari lagu atau album mereka.
Selesai pulang sekolah, aku masih mencoba untuk mencoba membuat lagu dan memikirkan ide – ide untuk aransemen lagu. Setaip siang masih dengan gitarku, jika sudah buntu, aku memainkan lgu – lagu yang aku suka dan jika dapat ide aku coba mengingatnya dan saat di rumah Aris atau di studio akan aku sampaikan. Aku akan menyampaikan ide – ide yang aku punya, masalah diterima atau tidak itu urusan belakangan. Hal yang aku pelajari saat ide kita ditolak adalah jangan sakit hati dan dipakai sebagai pembelajaran dan juga sebagai langkah pendewasaan.
Saat di sekolah aku sempat beberapa kali ngobrol masalah lagu ke teman – teman yang lain, salah satunya Aldo. Sebagai pencipta lagunya, aku penasaran bagaimana sebenarnya dia inginkan untuk lagu ciptaannya sendiri, jadi mumpung hanya kami berdua langsung aku tanyakan. “Do, untuk aransemen, sebanrnya apa yang kamu inginkan sebagai pencipta lagunya?”, “kalau aku sebenarnya tidak harus lagu rock tidak masalah, selama masih bagus”. Aku sempat berpikir sejenak, apa yang dikatakan Aldo ada benarnya.
Ada satu hal yang langsung mengganjal di pikiranku kenapa tidak diutarakan saja, jadi langsung kutanyakan, “kenapa tidak langsung diutaran waktu latihan?”, “aku masih ragu, siapa tahu memang bisa buat lagu rock, jadi aku simpan dulu hal ini” jawabnya. “Kalau untuk judul bagimana?” tanyaku, “untuk judul aku sudah ada beberapa, mungkin hari Sabtu nanti aku kasih tah” jawabnya lagi.
Bel selesai istirahat berbunyi, kami kembali ke kelas kami masing – masing. Judul lagu sudah ada, seharusnya lagu sendiri sudah semakin dekat kami selesaikan, walaupun aransemen belum selesai, tapi seperti bermain puzzle, sedikit demi sedikit sudah mulai terisi dan gambarnya sudah makin terlihat tinggal berapa lama lagi waktu yang diperlukan hingga puzzlenya selesai.
Seperti yang sering aku bilang, aku ingin menikmati prosesnya juga, dan sekalian mempelajari hal – hal baru di setiap proses yang berjalan. Hal tersebut juga yang membuatku semangat dan tetap semangat ngeband, karena kalau hanya terobsesi dengan hasil akan membuatku lelah apalagi aku belum tahu berapa banyak waktu yang diperlukan sampai kami bisa mendapatkan hasil yang kami inginkan.
Bel pulang sekolah berbunyi, rutinitasku kembali berlanjut, tapi kali ini berbeda karena aku sudah kelas 3 SMP, aku juga harus fokus mempersiapkan ujian sekolah dan ujian nasional begitu pula dengan teman – teman bandku yang lain. Rapotku selama kelas 2 tidak ada istimewa, targetku hanya naik kelas dengan sebaik-baiknya.
Di angkatanku untuk masuk SMA sudah memaki sistem nilai UN, jadi kalau nilainya terlalu kecil, maka siap – siap sulit mencari SMA khusunya yang negeri, jadi walaupun fokus band, belajr untuk UN tidak bisa diabaikan. Sebenarnya ada 1 ujian lagi, yaitu ujian sekolah, tapi karena yang menentukan nilai adalah sekolah masing – masing, maka tidak seberat UN.
Berapa bulan kedepan Lucky Star tidak akan terlalu mencari festival band dan fokus ke buat lagu sendiri saja, kecuali ada tawaran untuk jadi pengisi acara lagi (karena dapat uang hehehe). Akhir kelas 2 kami tidak ikut festival (karena tidak dapat info) dan juga belum pernah dapat tawaran jadi pengisi acara lagi, terlebih lagi di sekolah juga ada persiapan tambahan untuk menghadapi UN, seperti test simulasi dan testnya ada sampai 3 kali.
Sabtu pagi tiba, seperti biasa setelah pulang sekolah kami kumpul di rumah Aris dan membicarakan aransemen lagu. Aku berangkat sekitar jam 3 sore dn kali ini Aldo lebih dulu datang, sepertinya mereka sudah sempat diskusi sebelumnya. Mereka diskusi bagaimana jika lagunya diaransemen jadi lebih nge-pop. Aris masih kesulitan dengan tempo yang cepat dan mencoba mencari alternatif lain.
Aku pribadi tidak masalah jika diaransemen lebih pop, tapi baru benar – benar ditentukan besok saat latihan karena minggu lalu kita belum mencoba aransemen pop. “Ya, benar, besok baru bisa di nilai hasilnya, tapi paling tidak kita dapat alternatif lain” kata Aris. “Kita juga masih menunggu Tomo dan dengar pendapatnya dia, soalnya dia yang kasih ide supaya temponya dipercepat” kataku. “Iya, minggu lalu dipercepat karena inginlebih rock, jika lebih pop mungkin dia setuju temponya diturunkan” kata Aris lagi.
Asal hasilnya lebih bagus dari kemarin, sepertinya semua akan setuju begitu pikirku. Lagu ini bisa saja dibuat lebih pop, mungkin di lagu yang berikutnya (jika bisa hehehe) bisa dibuat rock dan mungkin kita sudah bisa menemukan “rumus” yang lebih baik lagi.
Aldo datang, Tomo langsung memberitahu ide untuk mengaransemen lagunya menjadi lebih pop. Respon Aldo tidak menolak, cenderung biasa saja, “ok, kalau begitu besok kita coba di studio, yang penting hasilnya lebih baik dari minggu lalu”, begitu responnya. Kami memang sepakat, bagaimanapun hasilnya nanti, yang terpenting bisa lebih baik dibanding minggu lalu.
“Karena semua sudah sepakat, besok kita coba di studio, dan kita fokus lagi aransement lagu, bagaimana?” tanya Aris. Kami bertiga menganggukan kepala, besok kita fokus aransemen lagi, jika ada waktu baru dipergunakan untuk latihan lagu – lagu yang lain. Hari Sabtu itu, Aris kembali latihan dengan gitarnya bersama Tomo, sedangkan aku dan Aldo lebih banyak memperhatikan.
Kali ini memang Tomo yang lebih fokus karena ada perubahan tempo, sedangkan untuk chord tidak ada yang berubah, hanya temponya lebih pelan. Latihannya tidak selama minggu lalu, mungkin karena hanya menyesuaikan tempo saja, dan tiba – tiba Tomo bertanya ke Aldo, “ Do, apa judul lagunya?”, aku pun baru ingat kembali kalau judulnya belum ada.
Kami bertiga langsung menatap Aldo, “untuk judulnya besok aku kasih tahu” begitu jawabnya. Kami bertiga agak kecewa, tapi tidak lama langsung fokus lagi ke hal – hal yang sedang kami lakukan, mereka berdua lanjut latihan, sedangkan aku dan Aldo lanjut main PS (hehehe). Aku agak penasaran apa judul lagunya, biasanya judul lagu diambil dari lirik lagu tersebut, tapi besok juga akan tahu.
Aris dan Tomo selesai latihan sekitar jam 9 malam, setelah itu mereka gabung main PS. Seperti biasa, jika sudah tidak ada yang latihan musik, kami main Cup Winning Eleven. Di jeda waktu gantian main, Tomo bertanya ke kami yang lain, “cuy, untuk UN bagaimana?”, kami terdiam sejenak, benar juga yang ditanyakan Tomo, UN sudah semakin dekat, kita tidak bisa seperti ini terus, kita juga harus lebih fokus belajar!!.
“Apa 2 bulan sebelum UN, kita berhenti ngeband dulu?” tanya Aldo sekaligus memberi ide. “Sepertinya harus begitu, karena kalau sudah sangat dekat dengan UN, orang tua kita tidak memberi ijin untuk kumpul seperti ini” jawabku. “Rencana kalian masuk SMA mana?” tanya Aris. Benar juga, aku belum memikirkan mau masuk SMA mana, karena aku piker tergantung nilai UN yang akan aku dapat nanti.
“Aku belum tahu mau masuk SMA mana” jawab Aldo, “aku juga” jawabku. “Kalau aku juga belum tahu, tapi menurutku sebisa mungkin SMA kita berdekatan agar tetap lancer ngeband” kata Aris. Benar juga apa yang dipikirkan Aris, kalau sekolah kami berjauhan, takutnya band kita tidak bisa lanjut. “Aku rasa walaupun sekolah kita akhirnya berjauhan akan tetap bisa ngeband, kita kan sudah saling tahu rumah kita masing – masing” kata Tomo.
Aku tetap merasa walaupun kita sudah saling tahu rumah kita masing – masing, kalau kita sekolah berjauhan tetap akan menghambat latihan. Selama SMP kita bisa tetap rutin latihan dan kumpul bareng, faktor terbesarnya menurutku karena kita satu sekolah, walaupun beda kelas. Tugas sekolah pun cenderung sama, karena itu kita bisa kerjakan bareng atau saling “contek”.
UN memang sangat penting, tapi kami sudah sepakat 2 bulan sebelum UN, kita tidak latihan band, kalau kumpul mungkin masih bisa, jadi UN bisa aku pikirkan nanti. Besok, sesuai kesepakatan, kita coba lagi aransemen lagu dan untuk saat ini itu yang aku pikirkan, 1 bulan lagi baru pikirkan akan lanjut kemana.
Minggu pagi tiba, seperti biasa kami plang dulu ke rumah kami masing – masing, setelah itu kumpul di rumah Aris lagi. Selama perjalanan ke studio, selain bicara tentang lagu, kami juga kami juga ngobrol tentang SMA. Kami semua memang berencana untuk masuk ke SMA (bukan STM, SMK, dan lainnya), dan sebisa mungkin masuk negeri.
Saat itu (sepertinya sampai sekarang masih sama) mata pelajaran yang ada di UN hanya ada 3, yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris, jadi 2 bulan sebelum UN, fokus kami mempelajari 3 mata pelajaran tersebut, dan seperti yang ku ceritakan sebelumnya, sekolah juga sudah mempersiapkan simulasi UN. Sedikit berbeda dengan jaman sebelumnya, di saat aku SMP, tidak diberlakukan sistem Rayon, jadi semua orang boleh mendaftar di sekolah manapun, bahkan yang dari luar kota, karena itu persaingan jadi semakin berat.
Setelah sekitar 15 menit, kami sampai studio. Saat itu masih ada yang latihan, jadi kami menunggu diluar. Tomo yang penasara akan judul lagunya langsung bertanya, “Do, apa judulnya?”, sesuai sesuai janjinya akhirnya memberitahu, “judulnya ‘Kelam”, bagaimana, bagus?” saat itu aku berpikir kalau judulnya bagus, tapi untuk lagu rock atau punk rock, kalau lagu pop krang cocok.
Ternyata Tomo berpikir sama denganku, “judulnya bagus, tapi sepertinya kurang cocok untuk lagu pop” “Begitu ya, tapi biasanya judul itu diambil dari lirik lagu” kata Aldo, “itu benar, secara lirik juga memang lagu rock, bagaimana kalau memang jadinya pop, liriknya agak diubah?” tanya Aris. “Aku tidak masalah, yang penting semua sepakat” kata Aldo, dan kami sepakat jika jadinya pop, liriknya akan diubah.
Kelam akan dipakai judl, paling tidak sampai liriknya diubah. Perubahan lirik dan judul akan dipikirkan setelah aransemennya jadi. Band sebelu kami akhirnya selesai, dan giliran kami masuk studio, sesuai yang direncanakan, kami langsung mengaransemen Kelam. Prosesnya bisa dibilang lebih lancer daripada minggu lalu, hanya ada penyesuaian sedikit ditempo.
“Temponya segini sudah pas ya?” tanya Tomo. “Sudah Tom, aku juga sudah lebih nyaman menyanyikannya, untuk chord sudah beres?” tanya Aris. Aku dan Aldo sepakat tidak ada masalah, dan seperti yang dibicarakan sebelumnya, hasil aransemennya menjadi lagu pop. Hasil yang cukup bagus menurutku, walapun awalnya ingin membuat lagu rock atau punk rock, tapi paling tidak sudah ada lagu yang bisa kami ciptakan sendiri.
Sisa waktu latihan, kami pakai untuk lagu Kelam, sampai akhirnya 2 jam latihan kami selesai. “1 bulan lagi sisa waktu sampai kita benar – benar harus fokus UN, apa kita tetap akan latihan rutin?” tanyaku. “Aku rasa kita tetap bisa latiha, sampai 1 bulan kedepan seperti yang kita bicarakan kemarin” kata Aris. Saat itu aku merasa ragu, karena seperti yang ku ceritakan sebelumnya, persaingan masuk SMA Negeri berat dan kalau tidak dapat mau tidak mau masuk Swasta, dan uang sekolah di Swasta lebih mahal, aku tidak ingin terlalu membebani orang tuaku.
Aransemen lagu sudah selesai, tinggal penyesuaian lirik dan judul, untuk sementara ini target band sudah terpenuhi, karena UN juga, kami tidak mencari festival dan pengisi acara untuk sementara waktu. Hal tersebut akan kami pikirkan lagi paling tidak setelah UN, atau setelah nilai UN diumumkan. Kedepannya latihan band hanya berfokus pada lagu sendiri dan latihan lagu – lagu yang biasa kami bawakan, target lagu sendiri kami simpan dulu.
Proses menciptakan dari awal sampai aransemennya selesai saja butuh waktu nyaris 1 bulan, itupun masih revisi lirik dan judul, kalau hal itu kami paksa akan menghambat hal – hal yang lain, belum lagi orang tua kami sudah semakin memaksa untuk belajar lebih rajin, tapi selama beberapa minggu kedepan kami masih bisa menginap di rumah Aris.
1766Please respect copyright.PENANArHaE62bmPN
1766Please respect copyright.PENANALKMroIhTMK
1766Please respect copyright.PENANATD9u9rURH9
1766Please respect copyright.PENANA40l4XGyCaV
1766Please respect copyright.PENANA1qi7OAUg0p
1766Please respect copyright.PENANAY01gQpyaAQ
1766Please respect copyright.PENANAupjbGvfVOC
1766Please respect copyright.PENANAk6yRikXZ7d
1766Please respect copyright.PENANAsqQptBnzcJ
1766Please respect copyright.PENANAJ2WMAid2yB
1766Please respect copyright.PENANA7yXR2514f1
BAB 10 : PERSIAPAN UN
Persiapan UN tahap 1 akhirnya dimulai, kami anak –anak kelas 3 selain belajar seperti biasa, di pertengahan minggu kami simulasi UN, dan pertengahan minggu ini sudah dimulai. Kami membawa perlengkapan UN, seperti pensil 2 B, papan dan penggaris bolong untuk alas mengisi lembar jawaban, dan penghapus, karena masih simulasi dan masih tahap 1, banyak diantara siswa yang tidak belajar.
Waktu ujian sekitar 2 jam, kami masih ditempatkan sesuai kelas kami masing – masing, kalau sudah UN yang sebenarnya baru diacak dan diberi nomor ujian. Aku menjawab sebisaku saja, tidak mencontek ke teman yang lain, yang penting aku tahu masih lebih banyak jawaban yang benar dibanding yang salah (hehehe).
Soalnya ada 60, dan dibagi menjadi 3 mata pelajaran. Aku saat itu bingung ada soal – soal yang sepertinya belum pernah aku pelajari sebelumnya, dan berpikir apa soal seperti ini yang akan keluar nanti. Aku dan banyak teman – teman yang lain juga membeli buku soal – soal UN tahun – tahun sebelumnya dan aku merasa kalau soal – soal yang belum pernah aku pelajari ini ada di buku tersebut. 2 jam selesai, lembar jawaban dikumpulkan dan minggu depan hasilnya akan diumumkan di depan ruang guru.
Saat itu aku tidak terlalu memusingkan hasilnya, yang penting sudah mencoba jujur dan untuk soal – soal yang paling banyak dijawab salah akan dibahas di kelas oleh guru mata pelajaran tersebut, jadi untuk tahap 1 tidak ada yang perlu ditarget secara berlebihan. Persiapan UN juga membuat kegiatan ekskul untuk anak kelas 3 ditiadakan.
Saat selesai test aku ketemu Aris, “Ris, bagaimana testnya?”, “Yah, berusaha semampnya saja, masalah hasil nanti dulu, masih ada waktu buat memperbaiki”, “iya, tapi kita jangan sampai meremehkan juga” kataku. Aris mengangguk setuju, “band sudah kita vakumkan sementara, kita benar – benar harus fokus UN” tambahku. Beberapa minggu kami latihan di studio seperti biasa, tapi 1 minggu ini kami tidak latihan bahkan tidak menginap di rumah Aris.
2 bulan lagi UN, dan masih ada 2 kali test lagi, sesuai perjanjian sampai UN lewat, kami tidak latihan dulu. Rutinitasku di rumah pun berubah, yang tadinya main gitar sambil mencoba buat lagu, kini belajar soal – soal UN, dan sambil menunggu hasil test tahap 1. Aku juga sudah mulai memikirkan dan memilih – milih akan masuk SMA mana. Berbeda saat awal SMP dlu saat aku masih sering ketemu dengan abang – abangan, di akhir SMP ini, aku sudah jarang ketemu karena sering latihan, jadi aku belum tahu gambaran kehidupan anak SMA.
Saat itu juga rekomendasi sekolah biasanya dari mulut ke mulut atau ada kenalan yang sekolah di sekolah tersebut, jadi kalau memilih sekolah yang tidak ada rekomendasi atau jauh dari rumah akan sulit, karena kita tidak tahu lingkungan sekolah tersebut. Aku yang tidak punya rekomendasi berpikir untuk sebisa mungkin dapat sekolah yang dekat rumah, elain itu juga agar ngebandnya bisa tetap lancar, walaupun semua SMA dekat rumahku termask unggulan dan sulit untuk masuk sana.
Hari Senin tiba, waktunya pengumuman hasil test. sudah banyak murid – murid yang berdiri di depan ruang guru. Aku yang saat itu malas untuk berkerumun di depan ruang guru, menunggu di depan kelas saja sampai kerumunannya berkurang. Aku duduk bersama salah seorang temanku, dia bertanya kira – kira bagaimana hasilnya, dan aku menjawab paling tidak tidak ada yang dapat 5.
Setelah kerumunan tinggal sedikit, aku beranjak dari tempat duduk untuk melihat hasilnya. Urutannya diurutkan sesuai dengan kelas dan diurutkan kembali sesuai dengan absen.setelah beberapa lama mencari, akhirnya aku menemukannya dan nilai ku, Bahasa Indonesia 6, Bahasa Inggris 7, dan Matematika 7. Hasil yang tidak terlalu buruk pikirku saat itu.
Hasil yang aku dapatkan saat itu paling tidak masih bisa bersaing dapat SMA Negeri, walaupun sebisa mungkin ditingkatkan lagi. Niali teman – teman bandku yang lain juga hampir sama dengan nlaiku, dan kami sepakat sebisa mungkin ditingkatkan lagi agar peluang kami masuk SMA Negeri dekat rumah semaikn besar.
Lama tidak latihan band membuatku rindu untuk latihan lagi. Saat – saat dimana kami bisa membawakan 1 lagu dengan rapi, ikut festival, dan bisa tampil sebagai pengisi acara membuatku tak sabar untuk latihan lagi. Bisa menyelaraskan 4 orang yang berbeda menjadi lagu menurutku hal yang sangat menyenangkan, terlebih sudah ada lagu sendiri.
Untuk lirik dan judul sementara dipegang oleh Aldo, jadi kita akan tahu perubahannya paling tidak setelah persiapan UN selesai, kecuali Aldo minta untuk dipikirkan bersama. Selama persiapan ini kami jarang bertemu, kalaupun ketemu di sekolah waktunya hanya sebentar, beberapa inggu ini kami juga tidak menginap di rumah Aris.
Kami hanya saling SMS untuk menanyakan persiapan UN, hasil yang didapat, dan hal yang berhbungan dengan sekolah lainnya, untuk hal – hal yang menyangkut band tidak kami bicarakan. Membosankan? Iya, tapi ini semua demi kebaikan bersama, yang secara tidak langsung juga demi kebaikan Luck Star kedepannya.
Tidak terasa sudah dekat test tahap 2, dengan persiapan yang lebih baik dibanding sebelumnya, aku lebih percaya diri, dari pengumuman hasil tahap 1 aku sudah lebih rajin belajar. Latiha soal – soal UN sudah makin sering aku pelajari. Di sekolah, pembahasan soal – saol UN juga semakin sering dilakukan. Di sekolah belajar untuk UN, begitu juga di rumah.
Hal tersebut membuatku jarang bermain gitar, kalaupun ada waktu paling sebentar, itupun juga malam hari. Aku sudah lelah belajar, baru aku sempat bermain gitar. aku merasa skill ku tidak ada perkembangan, tapi paling tidak jari – jemari ku tidak kaku. Aku juga rindu bermain gitar listrik di studio, dengan efek gitar dan juga ampli, sederhananya aku rindu latihan di studio.
Aris sempat memberitahuku sebisa mungkin untuk tetap membiasakan diri bermain gitar agar tidak hilang sentuhannya, jadi kalau tiba saatnya bisa latihan ke studio lagi penyesuaiannya tidak lama. Aku mengikuti saran Aris, walaupun lagu yang aku mainkan cenderung itu – itu saja, dan juga tidak ada lagu yang aku pelajari, atau juga latihan lagu sendiri agar chordnya tidak lupa.
Sampai saat ini aku belum punya gitar listrik, jadi masih pakai gitar akustik, kalau sebelumnya aku bisa latihan pakai gitar listrik Aris kalau tidak ke studio, kali ini harus aku tahan – tahan dulu keinginan main gitar listrik. Hal yang aku rindukan saat bermain gitar listrik adalah sound yang lebih keras apalagi kalau ditambah efek, jadi kalau main lagu rock lebih keren kedengarannya, berbeda kalau di gitar akustik.
Di gitar akustik lebih agar tidak lupa chrdnya, tetap ingat urutan sebuah lagu, dan agar feelnya tidak hilang saat nge-rhytem sebuah lagu. Paling tidak di masa – masa persiapan UN sampai UN selesai nanti, aku masih bisa latihan, walaupun sederhana, dan juga aku tetap bisa menjaga agar modd ngeband tetap semangat.
Besok test tahap 2 akan dimulai, seperti biasa aku mempersiapkan alat- alat yang akan dipakai, dan karena sudah melewati test tahap 1, untuk tahap 2 ini aku merasa lebih santai. Di test tahap 2 ini aku menargetkan bisa mendapat hasil yang lebih baik dibanding sebelumnya, apalagi aku sudah belajar lbih giat, dan sudah banyak pembahasan – pembahasan soal di kelas.
Jika bisa mendapat hasil yang lebih baik, maka targetku dapat SMA Negeri dekat rumah juga akan semakin dekat. Aku juga berharap teman – teman yang lain bisa mendapat nilai yang lebih baik dan cukup untuk masuk SMA Negeri, setelah itu bisa fokus ngeband lagi dan bisa mempersiapkan target – target lain.
Test tahap 2 tiba, pagi hari aku memeriksa semua perlengkapan, dan setelah semua beres aku berangkat ke sekolah. Test tetap berlagsung selama 2 jam, tentu soalnya berbeda, dan kali ini aku tidak sebingung waktu test 1 (walaupun jawabanku belum tentu benar hehehe), tapi paling tidak kepercayaan diriku meningkat. Kali ini aku juga bisa menyelesaikan semua soal lebih cepat dbanding test sebelumnya.
Aku bisa menjawab sekitar 15 menit sebelum waktu habis, bereda saat test 1 dimana saat waktu hampir habis aku baru bisa menyelesaikan semua soal. Waktu yang tesisa aku pakai untuk memeriksa kembali jawabanku dan mencoba merapikan bulatan jawaban jika melewati batas. Saat itu aku berpikir agar semua bisa cepat dilewati dan bisa mendapat hasil yang baik, cukup baik untuk mencapai targetku.
Waktu test habis, kami harus mengumpulkan lembar jawaban dan menunggu sampai hari Rabu minggu depan untuk mengetahui hasilnya. Aku merasa kali ini aku bisa mendapat hasil yang lebih baik dibanding test sebelumnya atau paling tidak, tidak lebih buruk dibanding test sebelumnya. Aku juga masih harus belajar lebih giat lagi karena masih ada test terakhir dan tentu saja UN yang sudah semakin dekat.
Tinggal 1 test lagi, dan setelah itu UN. Sebenanya masih UAS (Ujian Akhir Sekolah), tapi seperti yang pernah kuceritakan, ujian tersebut sekolah masing – masing yang mengadakan, jadi tidak seberat UN. Sambil menunggu hasil, aku berencan menanyakan ke teman – teman yang lain bagaimana testnya dan kira – kira apa hasilnya.
Sesampainya di rumah, istirahat sebentar, setelah itu lanjut belajar lagi. Nanti malam sesuai rencana aku akan menanyakan mungkin tidak semua teman bandku, tapi salah satu saja, bukan karena pilih – pilih tapi pulsaku juga tidak banyak (hehehe). Saat itu belum ada aplikasi pesan singkat seperti sekarang, kalau ingin mengirim pesan singkat harus menggunakan SMS, dan harga per sekali kirim saat itu sekitar 100 rupiah.
Harga cukup mahal, karena saat itu aku paling hanya punya pulsa 5000 atau 10.000 rupiah, belum kalau dipakai telepon. Pulsa itu juga sebisa mungkin habis jika sudah 1 bulan, jika belum 1 bulan sudah habis, maka siap – siap uang jajan berkurang banyak dan keperluan yang lain –lain harus di hemat, atau sederhananya mengurangi jajan di sekolah.
Malam hari tiba, setelah menimbang – nimbang, akhirnya aku pilih Aldo, karena dia yang paling sering balas pesan. “Do, bagaimana testnya?”, tidak lama kemudian dia membalas, “yah, kira – kira msih sama dengan test pertama, sudah lama tidak latihan nih hehehe” “Iya, hehehe, kangen juga kes studio, bagaimana persiapan test 3?” tanyaku, “paling belajar, sekaang aku tingaktkan waktu belajarku, berusaha lebih, semoga bisa dapat hasil lebih baik”, katanya.
Aku juga berpkir yang sama dengannya, berusaha semapu mungkin, kalau hasil semoga bisa dapat yang terbaik. “Aku juga begitu do, oklah semoga test 3 makin baik, terlebih saat UN nanti semua dapat hasil yang diinginkan”, dia tidak membalas, mungkin sudah tidur, aku juga sebaiknya beristirahat karena besok aku harus berangkat sekolah.
Tidak terasa waktu pengumuman hasil test tahap2, dan seperti test tahap 1, sudah banyak siswa yang berdiri di depan ruang guru untuk melihat hasilnya. Seperti sebelumnya juga, aku masih duduk di depan kelas sampai siswa yang melihat tinggal sedkit. Aku menunggu sekitar 10 menit, setelah itu aku aku melihat nilaiku.
Nilai yang aku dapat saat ini ternuata ada peningkatan walaupun sedikit. Bahasa Indonesia dapat 7, Matematika dapat 7, dan Bahasa Inggris juga dapat 7. Peningkatannya hanya di Bahasa Indonesia, itupun hanya 1 poin, tapi halt u cukup untuk membuatku senang., walapun hanya 1 poin, tapi paling tidak aku lebih dekat dengan targetku.
Menambah waktu belajar ternyata membuatku meningkatkan nilaiku, walaupun sekali lagi hanya 1 poin. Masih ada test tahap3, dan aku berencana untuk menambah waktu belajarku lagi, siapa tah bisa meningkatkan nilaiku lagi, dan besok akan langsung aku lakukan. Tinggal 1 test lagi dan UN, tidak ada salahnya mencoba lebih.
Ternyata meningkatkan waktu belajar tidak semudah kelihatannya. Biasanya aku belajar 2 jam saat sore, setelah itu istirahat sebentar dan dilanjutkan 2 jam lagi saat malam. Aku mencoba meningkatkan jam 3 jam saat sore, tapi ternyata saat malam aku lebih cepat mengantuk dan malah saat malam aku belajar kurang dari 2 jam.
Aku mencoba menambah waktu saat malam, hasilnya tetap sama. Saat sudah lewat 2 jam, aku sudah mengantuk dan tidak kuat jika harus ditambah lagi. Aanya hal – hal yang tidak terduga, akhirnya untuk beberapa hari kedepan, aku tetap memakai standar waktu belajar yang sama sampai aku mendapatkan jalan keluarnya.
Aku juga mendapatkan masalah baru, yaitu aku sudak muai jenuh. Semangat belajarku mulai menurun, setiap hari, bahkan hari Sabtu dan Minggu melakukan hal – hal yang hampir sama. Aku sempat berpikir apa hari Sabtu dan Minggu aku kurangi jam belajarnya, tapi waktu UN semakin dekat, dan aku tidak berani mengambil risiko kalau sampai nilaiku menurun.
Sampai mendekati test tahap tahap 3, aku belum mendapatkan jalan keluarnya, akhirnya aku tidak jadi menambah jam belajar. Aku merasa waktunya sudah tanggung, dan daripada terlalu memaksakan diri yang malah bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Waktu yang tersisa sampai UN nanti harus aku jaga sebaik mungkin agar tidak sakit.
Tidak terasa UN kurang dari 1 bulan, dan seminggu lagi test tahap3. Selesai test tahap 3, kami akan mendapat nomor ujian. Walaupun bisa dibilang cukup lama sampai aku benar – benar lulus, aku sudah menghayal bagaimana kira – kira kehidupan SMA nanti. Memakai putih abu – abu, dan peralihan dari masa anak – anak ke masa dewasa.
Terlebih bagaimana nanti Lucky Star, apa masih bisa berjalan (tentu aku ingin tetap berjalan), kalaupun berjalan apa bisa lancar, dan saat SMA nanti sudah harus di pikirkan lebih matang lagi apa akan benar – benar menjadi musisi profesional, walaupun aku lebih suka menyebutnya pemain band. Masa depan memang menarik dan misterius untuk dipikirkan.
Yah, untuk sementara ini, hal tersebut masih sangat jauh, dan aku harus menyelesaikan hal – hal lain sampai saat itu tiba. Menurutku menyelesaikan satu – persatu adalah cara paling efektif dibanding menyelesaikan banyak hal dalm 1 waktu, walaupun harus mengorbankan beberapa hal tidak dikerjakan dulu yang penting semua pada akhirnya selesai dengan lebih maksimal.
Menjelang UN, aku merasa tidak sabar sekaligus deg – degan apakah semua akan berjalan lancer dan apa hasil yang didapat. Aku jadi penasaran apa yang dirasakan teman – teman lain, dan jika sempat aku akan coba menghubungi Aldo lagi (karena dia yang paling cepat balas hehehe), dan sekalian bertaya hasil yang dia dapat.
Aku penasaran dengan berapa nilai minimum yang harus didapat untuk masuk ke SMA Negeri, dan akhirnya aku mendapat info dari salah seorang teman kelasku kalau hasil test tahap 2 ku cukup untuk dapat SMA Negeri, walaupun cukup berat jika saat UN nanti banyak yang mendapat nilai diatas rata – rata 7, walaupun tahun lalu nilai tersebut cukup. Mendengar hal tersebut paling tidak membuat kepercayaan diriku bertambah, SMA yang ku incar juga bukan SMA yang sangat difavoritkan, jadi seharusnya persaingannya tidak terlalu berat.
Malam hati tiba, selesai belajar aku SMS Aldo, “do, bagaimna hasilnya?” “biasa saja, tidak jauh beda dengan hasil – hasil sebelumnya” balasnya. “Oh, kalau teman – teman yang lain bagaimana, pernah tanya?”, tanyaku, “dari awal persiapan UN, aku belum pernah tanya detail hasil, sempat ketemu di sekolah, tapi tidak ngobrol banyak, bagaimana dengan hasilmu?” tayanya.
Aldo juga belum tahu bagaimana persiapan UN yang lain, pikirku. “Oh begitu, nilaiku hanya bertambah sedikit, paling tidak bisa dapat SMA Negeri” balasku, “iya, target kita semua sama, yang penting dapat SMA Negeri, dan bisa lanjut ngeband” katanya, “iya, oklah, semoga semua lancer” kataku, “ok” balasnya singkat.
Kurang dari sebulan UN, saat ini dibandingkan meningktakan nilai, aku lebih fokus menjaga kesehatan agar tidak drop saat UN nanti, walaupun nilai tetap penting. Aku belum mendapat kabar dari 2 teman bandku yang lain, tapi semoga mereka juga lancar. Kami harus fokus sampai UN selesai, dan bisa mencapai target kami.
Tak terasa besok sudah test tahap 3, persiapanku seperti test – test sebelumnya saja. Test terakhir, yang artinya UN sudah di depan mata, untuk test ketiga ini, aku tidak terlalu menargetkan nilaiku agar lebih tinggi lagi, yang penting aku sudah semakin mengerti kira – kira bentuk soal yang akan keluar saat UN nanti, yang penting tidak sampai jatuh terlalu jauh.
Pagi hari datang, saatnya test 3, masuk kelas masing – masing dan langsung mengerjakan soal. Bentuk soal test 1 sampai test 3 sebenarnya sangat mirip, untuk bisa menjawab terdengar klise, tapi memang tergantung perisapan kita selama ini. Semakin sering belajar, semakin terbiasa dengan bentu – bentuk soalnya, semakin besar kemungkinan untuk bisa menjawab (benar – salah masalah belakangan hehehe), paling tidak lebih percaya diri untuk menjawab.
Test selesai, seperti biasa kami harus enunggu hingga hasilnya diumumkan. Seperti yang ku ceritakan sebelumnya, aku tidak terlalu memikirkan hasilnya, fokusku tinggal ke UN, ujian sebenarnya. Semakin dekat UN, aku mempertimbangkan untuk mengurangi jam belajarku agar tidak terlalu lelah dan lebih bugar saat UN nanti, tetap sebisa mungkin setiap hari belajar, hanya jam belajarnya dikurangi.
Setelah hasil tset tahap 3 keluar, kami akan mendapatkan kartu ujian. Kartu tersebut menunjukan nomor ujian yang dipakai juga menunjukan posisi meja ujiannya dan ruang ujian. Sebenarnya aku tidak terlalu memikirkan hal – hal teknis, yang penting semua bisa berjalan lancar dan bisa mendapat hasil yang diharapkan.
Untuk kali ini, aku tidak menanyakan hasil ke teman – teman band yang lain karena aku merasa kalau mereka sama sepertiku ingin mempersiapkan diri agar lebih fokus menghadapi UN dan mempersiapkan pikiran agar lebih tenang. Segala ketegangan dan kekhawatiran selama masa persiapan sebisa mungkin dilepaskan.
Tak terasa sudah aktunya pengumuman hasil test 3, seperti sebelumnya, sudah banyak yang berdiri di depan ruang guru, dan seperti sebelumnya pula, aku menunggu sampai keadaan sepi. Aku melihat nilaiku agak meningkat, nilai Bahasa Indonesia dan Matematika masih sama seperti test kedua, tapi nilai Bahasa Inggrisku meningkat, kali ini aku dapat 8.
Sebuah hal positif untuk menghadapi UN, walaupun hasil sebenarnya tetap hasil UN nanti, walaupun begitu hal tersebut tetap membuat kepercayaan diriku bertambah lagi. Aku berharap teman – teman yang lain, bukan hanya teman – teman 1 bandku saja, tapi teman – teman 1 sekolah bisa mendapat hal – hal yang mereka harapkan.
Sesuai dengan yang aku rencanakan, setelah hasil test tahap 3 keluar, aku akan mengurangi jam belajarku, mulai saat ini aku belajar hanya di sore hari selama 2 jam. Waktu tersebut aku pergunakan untuk menyegarkan kembali apa saja yang sudah aku pelajari selama ini dan tetap membiasakan diri mengerjakan soal, sedangkan malam hari aku pergunakan untuk istirahat agar waktu istirahatkau bisa lebih lama.
Kurang dari 2 minggu hingga UN tiba. Pikiranku sudah tidak ke belajar untuk UN lagi, tetap sudah ke bagaimana hasil UN nanti, bagaimana jika nilaiku nanti ternyata tidak sebaik nilai – nilai saat test, bagaimana jika aku tidak mencapai targetku?!, apa yang harus aku lakukan jika tergetku tidak tercapai?!. Hal tersebut yang sekarang ada di dalam pikiranku saat sudah dekat dengan UN.
Ketakutan dan keragu-raguan muncul, walaupun aku merasa persiapanku sudah cukup bagus, terlebih sudah ada 3 test dan pembahasan soal – soal dari para guru, tetapi tetap saja pikiran itu tidak hilang. Semaikn mendekati UN, pikiran tersebut semakin besar, seperti kecemasan berlebih, mungkin hal tersebut juga dirasakan teman – teman yang lain.
Untuk mengurangi pikiran – pikiran tersebut, mungkin bisa juga disebut kecemasan, aku mulai lebih sering bermain gitar, mendengarkan musik, dan hal – hal ringan lainnya. Bermain gitar adalah hal yang benar – benar bisa membuat pikiranku lebih tenang, bukan berarti hal yang lain tidak bisa, tetapi bermain gitar lebih efektif untuk mengurangi kecemasanku.
Memainkan lagu – lagu yang biasa dibawakan Luck Star saat latihan ataupun saat dipanggung, membayangkan saat di studio dan saat di panggung, membayangkan kembali saat pertama kali tampil di acara sekolah, saat mengikuti festival dan berhasil mendapat juara, ataupun saat menjadi pengisi acara. Membayangkan hal – hal tersebut mungkin membuat emosi dan perasaanku kelura sehingga pikiranku bisa lebih tenang.
Sudah cukup lama sejak Luck Star terakhir kali latihan. Memainkan lagu – lagu yag biasa kami bawakan juga setidaknya mengurangi kerinduanku kumpul bersama yang lain, dan karena mengingat hal – hal tersebut, aku jadi terpikir, bagaimana keadaan teman – teman yan lain, apakah mereka sudah siap menghadapi UN, apakah mereka juga merasakan kecemasan seperti yang aku rasakan juga?.
Hari berganti hari, semkin dekat UN, dan tidak terasa 2 hari lagi sudah UN. Beberapa hari terakhir aku benar – benar hanya jaga kondisi agar tidak drop. Semakin dekat UN, kecemasanku cenderung semakin besar, walaupun bisa ku redam dengan bermain gitar, tetap saat mulai kepikiran UN, kecemasan itu muncul kembali dan cenderung semakin besar.
Saat itu hari Sabtu, dan aku menghabiskan hari itu hanya di rumah. Aku memeriksa segala kelengkapan untuk hari Senin. Aku sengaja mempersiapkan lebih awal karena kalau Senin pagi baru dipersipakan takutnya ada yang terlupa. Sistem UN itu 1 hari hanya 1 mata perlajaran, jadi kurang dari 1 minggu, kecemasanku akan hilang, saat itu aku mencoba berpikir secara lebih rasional, agar aku bisa lebih tenang.
Setelah di hari Sabtu aku hanya menghabiskan waktu di rumah, di hari Minggu ini aku juga hanya berdiam diri di rumah. Kegiatan yang aku lakukan juga hampir sama dengan kemarin dan dengan kecemasan yang sama juga, walaupun dalam hati kecil ada perasaan semakin cepat selesai maka semakin baik dan semau akan berjalan baik – baik saja.
Sudah 2 hari ini aku hanya berdiam diri di rumah, dan aku sudah sangat bosan, sampai aku sudah bingung mau melakukan apa. Aku sudah memeriksa segala kelengkapan dan sudah yakin tidak ada yang terlupa, dan tidak mungkin bagiku untuk terus – menerus bermain gitar selama 2 hari, atau mendengarkan musik selama 2 hari, walaupun aku sudah bosan, waktu tetap berjalan sebagaimana mestinya.
Malam pun tiba, dan saat itu aku sulit tidur. Aku kepikiran bagimana ujian besok, apakah semua akan berjalan lancar?, bagaimana teman – teman yang lain apa kami semua akan mendapat hasil yang baik?. Pikiran – pikiran yang sudah aku rasakan dari beberapa hari lalu (atau mungkin dari awal persiapan) tetap ada, dan akhirnya aku bisa tidur saat aku sudah melepaskan pikiran – pikiran tersebut.
Senin pagi tiba, aku bangun sekitar jam 5 pagi, walapun sudah 2 hari aku memeriksa kelengkapan, pada akhirnya di Senin pagi aku tetap memeriksa kelengkapan lagi (hehehe), memastikan kembali kalau semua sudah lengkap. Selesai memeriksa, aku sarapan, memang sudah jadi kebiasanku sarapan lebih dahulu, setelah sarapan selesai aku baru mandi.
Setelah semua beres, aku berangkat ke sekolah. Aku berangkat jauh lebih cepat dibanding biasanya. Aku berangkat jam 6.15, yang biasanya jam 6.45. saat itu aku berpikir, karena ruangannya bukan kelasku dan masih hari pertama, aku ingin lebih cepat menyesuaikan diri, walapun sebenarnya aku sudah tah dimana ruanganku (hehehe).
Hari pertama UN adalah matematika. Saat itu (mungkin sampai sekarang) tidak diperbolehkan memakai alat bantu hitung, jadi semua perhitungan harus dihitung secara manual. Setelah sampai ruangan, aku langusng mengeluarkan alat tulis yang akan dipakai yang terdiri dari 1 kotak perlengkapan ujian yang didalamnya terdiri 2 pensil, 1 rautan pensil, penggaris bolong untuk mengisi lembar jawaban, dan penghapus, dan aku juga mengeluarkan papan untuk alas lembar jawaban.
Saat itu aku sampai paling pertama di ruangan. Aku perhatikan sejenak ruangan tersebut, aku duduk sejajar dengan pintu masuk kelas, baris kedua dari belakang, walaupun itu bukan kelasku tapi ruangan tersebut masih di sekolah yang sama, yang selama 3 tahun ini sudah menjadi tempatku belajar, tetapi mungkin karena UN, aku merasakan ada hal yang berbeda padahal aku cukup sering masuk kelas ini, karena aku punya banyak teman dari kelas ini. Hal itu aku rasakan mungkin karena sebentar lagi aku akan lulus.
Satu persatu teman – teman seruanganku datang. Banyak dari mereka yang aku kenal dan sering ngobrol, dan sebagian lagi aku hanya tahu namanya saja dan tidak pernah ngobrol. Hal pertama yang mereka lakukan sama denganku, yaitu mengeluarkan alat tulis dan papan untuk alas lembar jawaban. Saat itu tidak ada diantara kami yang datang terlambat.
Waktu menunjukan jam 7 pagi, saatnya UN hari pertama dimulai. Guru pengawas ruanganku masuk ke kelas dan langsung membagikan lembar soal dan lembar jawaban. Seperti ujian pada umumnya, kami diberitahu untuk megisi data diri dan lembar jawaban dengan tertib dan kami dilarang untuk mencontek. Setelah mendapat lembar soal dan jawaban, aku langsung fokus mengerjakan soal.
Saat itu menurutku soalnya cukup mirip dengan soal – soal yang sudah pernah aku pelajari sebelumnya, dan seharusnya tidak ada masalah. Aku menghitung dengan hati –hati dan seefisien mungkin, jika ada soal yang aku rasa memerlukan waktu yang cukup lama, aku lewati dulu dan berusaha menjawab soal yang lain.
Sebagian besar soal bisa langsung aku jawab, ada beberapa yang aku lewati terlebih dahlu, dan aku kerjakan setelah aku selesai mencoba jawab sampai soal terakhir. Ada 4 soal yang aku lewati dan jika membutuhkan waktu terlalu lama untuk dikerjakan atau aku memang tidak bisa menjawabnya, maka terpaksa aku main tebak – tebakan.
Setelah aku coba lagi, ternyata 4 soal itu bisa aku hitung dan waktunya tidak terlalu lama (benar salah urusan belakangan hehehe). Saat aku sudah menyelesaikan semua soalnya, masih tersisa kurang dari 10 menit. Aku yang tersisa aku pergunakan untuk memeriksa kembali lembar jawaban, memeriksa kembali apakah semua soal sudah terjawab dan kerapihan lembar jawabannya.
Akhirnya waktu ujian selesai, kami mengumpulkan lembar jawaban. Aku punya kebiasan jika selesai ujian aku tidak ingin menhitung kira – kira berapa nilai yang akan ku dapat dan lebih memilih menunggu sampai waktu pengumuman. Hal tersebut aku lakukan agar aku tidak kepikiran dan aku agak bingung ke banyak teman – temanku yang langsung membandingkan jawaban meeka dengan orang lain dan mencoba menghitung kira – kira berapa nilai yang akan mereka dapat.
Selesai ujian aku langsung pulang ke rumah. Ada beberapa temanku yang tetap nongkrong, tapi saat itu aku memilih untuk langsung pulang, terlebih besok masih ada ujian. Aku menghindari hal – hal yang tidak diinginkan yang bisa mempengaruhi kondisiku. Sampai rumah aku langsung istirahat, dan benar – benar menjaga kondisi agar tidak drop sambil mempersiapakan mental untuk ujian besok. Dan ujian besok adalah Bahasa Indonesia.
Berbeda dengan Matematika, Bahasa Indonesia memang tidak ada menghitung, tapi di test 2 persiapan UN, nilai Bahasa Indonesiaku sempat turun, dan aku tidak ingin terjadi lagi, terlebih di ujian sebenarnya. Aku memang sudah memutuskan untuk tidak belajar lagi, tapi besok saat ujian aku harus membaca soal dengan teliti, karena saat test 2 aku merasa salh satu alas an kenapa nilaiku turun karena aku kurang teliti saat membaca soal.
Strategiku untuk besok sebenarnya sama dengan hari ini, yaitu jika ada soal yang aku belum bisa aku jawab atau masih ragu, maka akan aku lewati, termasuk saat ujian Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dan aku harus mengatur waktu agar tidak sampai menghabiskan banyak waktu. Mengatur waktu di ujian Bahasa Indonesia ini sepertinya lebih sulit karena waktu yang diperlukan untuk membaca soal akan lebih lama. Berbeda saat ujian Matematika, aku berusaha membaca soal secepat mungkin karena aku masih harus menghitung.
Selasa pagi, hari kedua. Persiapanku sama seperti hari sebelumnya dan berangkat ke sekolah di waktu yang hampir sama seperti hari sebelumnya. Aku juga menjadi orang yang sampai paling pertama dan hal yang aku persiapkan pertama kali juga sama. Aku meihat satu persatu teman – teman yang lain datang, menunggu sampai ujian di mulai dan kami menunggu dalam diam.
Ada hal yang baru aku sadari di hari kedua ini, kami nyaris tidak ngobrol satu sama lain. Hal itu mungkin disebabkan oleh 1 meja hanya di tempati 1 orang dan kami semua fokus ke ujian. Aku merasa suasana itu cukup unik karena selama 3 tahun aku belajar di sekolah ini, bisa dibilang selama di kelas ada saja yang kami obrolkan dan selalu ramai.
Setelah menunggu, akhirnya ujian dimulai. Seperti biasa, lembar soal dan lembar jawaban dibagikan. Kami semua mulai fokus mengerjakan soal. Aku mulai menjawab soal tersebut satu persatu dan saat itu aku menjawab dengan lancer, idak ada soal yang aku lewati terlebih dahulu sampai soal terakhir. Waktu yang tersisa pun lebih banyak dibanding kemarin, masih tersisa sekitar 15 menit.
Saat itu aku merasa sudah cukup yakin dengan jawabanku (belum tentu benar sih hehehe) sambil menunggu waktu, aku periksa kembali lembar jawabanku. Akhirnya waktu ujian selesai, kami mengumpulkan lembar jawaban kami, setelah itu aku merapikan perlengkapanku, bersiap pulang dan besok adalah hari terakhir!.
Setelah ujian, aku langsung pulang dan seperti biasa aku istirahat sebentar. Untuk uian yang tadi, aku merasa sudah menjawab dengan baik dan aku fokus ke ujian besok. Mata pelajaran ujian besok adalah Bahasa Inggris, dan dari 3 pelajaran, Bahasa Inggris adalah satu – satunya mata pelajaran yang nilainya meningkat saat masa persiapan.
Hal tersebut membuatku lebih percaya diri dibanding 2 mata pelajaran yang lain., walaupun tentu aku harus tetap teliti saat ujian besok. Strategiku masih sama seperti 2 ujian sebelumnya dan karena besok hari terakhr aku semakin lebih tenang. Sebentar lagi UN selesai, aku akan menyelesaikan masa SMP dan akan menuju ke tahap berikutnya.
Malam harinya aku kepikiran teman – teman yang lain, apa mereka melewati 3 hari ini dengan baik?, bagaimana persiapan mereka besok?, karena sudah cukup lama juga sejak kami kumpul dan ngobrol bersama, bahkan di sekolah pun aku tidak ketemu mereka. Aku berpikir jika sudah melewati UN, aku akan ke rmah Aris untuk ngobrol.
Rabu pagi tiba, persiapanku sama seperti biasanya, yag membedakan adalah karena sudah hari terakhir aku berangkat ke sekolah tidak sepagi sebelumnya, aku berangkat sekitar jam 06.30 pagi. Sesampainya aku di kelas, sudah ada 2 temanku yang ada di kelas, kali ini aku bukanlah orang yang paling pertama sampai.
Berbeda dengan 2 hari sebelumnya, khususnya di hari pertama, di hari terakhir ini aku sudah tidak memperhatikan lingkungan sekitar, munkin karena sudah terbiasa. Fokusku sudah apa yang akan aku lakukan setelah UN selesai, walaupun masih ada ujian sekolah, tapi ujian tersebut tidak seberat UN, dan kami akan libur panjang.
Akhirnya ujian di mulai, sama seperti hari kedua ujian, di hari terakhir ujian ini aku bisa menjawab soal dengan lancar sampai soal terakhir. Setelah menjawab semua soal, seperti biasa aku periksa sebentar dan saat waktu ujian habis, kami kumpulkan lembar jawabannya. Selesai ujian aku langsung pulang ke rumah, walaupun sudah banyak teman – temanku nongkrong di depan sekolah, tapi aku memilih untuk tidak ikut nongkrong
Sesampainya di rumah aku merasa sangat lega dan senang, selama 3 hari UN ini semua berjalan dengan lancar dan aku berharap teman – teman yang lain juga merasakan hal sama. Sore harinya aku bermain gitar lagi setelah 2 hari aku tidak bermain gitar. aku bermain gitar cukup lama dan setelah bermain gitar aku memutuskan hari Sabtu nanti aku akan ke rumah Aris.
Aku merasa cukup yakin sudah menjawab UN dengan baik dan berharap nilaiku nanti sebaik harapanku. Nilai UN baru akan diumumkan beberapa minggu lagi dan sambil menunggu nilai UN, kami masih harus menghadapi ujian sekolah, dan persiapanku untuk ujian sekolah tidak banyak (hehehe). Jadi setelah UN selesai aku tidak belajar lagi.
Tak terasa sudah hari Jumat, dan sesuai rencana, besok aku ke rumah Aris. Sore hari aku mengirim pesan singkat ke Aris, “Ris, bagaimana kabar?, besok aku ke rumahmu ya?”. Tidak berama lama dia membalas, “baik, ok, jam berapa?”, “sore sekitar jam 3, aku mau ngobrol, sudah lama tidak kumpul, UN juga sudah selesai”, “ok, kalau bisa ajak yang lain juga” balasnya. “Ok, nanti aku coba hubungi yang lain”.
BAB 11 : MENCOBA REKAMAN
Malam hari aku menghubungi Tom dan Aldo, dan mereka bisa ikut. Rencananya aku ingin nogbrol tentag band dan bagaimana UN-nya. Salah satu tujuanku juga agar aku tidak selalu memikirkan hasil ujian dan agar pikiranku lebih rileks. Santai sejenak setelah UN, mencoba menyegarkan pikiran kembali, pikirku.
Sabtu sore aku ke rumah Aris, sesampainya disana ternyata Tomo dan Aldo sudah sampai dan aku langsung menanyakan kabar mereka semua. Obrolan kami berlanjut ke UN, “kalau nilai aku tidak bisa memprediksi akan dapat berapa, tapi menurutku cukup untuk masuk SMA Negeri” kata Tomo, begitu juga dengan Aldo dan Aris.
Aku senang karena kami berempat bisa melewati UN dengan baik dan lancar dan kami semua yakin bisa masuk SMA Negeri. Obrolan kami berlanjut ke band, dan ternyata mereka bertiga sudah membicarakan beberapa hal sebelum aku sampai. Ais mendapatkan tawaran dari salah seorang teman Ayahnya untuk rekaman, tapi kami harus merekam lagu kami sendiri.
Aku langsung semangat begitu dengar info tersebut. “Terus bagaimana rencananya?” tanyaku. “Rencananya kita buat paling tidak 1 lagu lagi untuk di rekam nanti dan kita mulai rekaman setelah ujian sekolah, kita sudah resmi lulus,” kata Aris. Aku setuju dengan rencana Aris, karena UN sudah selesai kita bisa fokus latihan lagi dan setelah pengumuman kelulusan kita punya banyak waktu sambil mendaftar SMA.
Besok kita langsung latihan ke studio, membawakan lagu – lagu yang biasa kita bawakan dan Kelam, lagu ciptaan kami sendiri. Liriknya sudah di ubah Aldo, dan besok dia akan memberitahu lirik barunya. Akhirnya aku bisa memainkan gitar listrik lagi setelah 3 bulan. Aku membiasakan lagi bermain gitar listrik sekalian sebagai pemanasan besok.
Malam itu kami begadang sampai larut malam, ada yang main gitar, nonton Youtube, dan main PS. Akhirnya aku juga bisa main PS setelah 3 bulan (hehehe),. Aku main PS bersama Tomo, sedangkan Aldo dan Aris fokus membahas musik. Mereka berdua memang lebih sering ngobrol tentang musik dibanding aku dan Tomo, bukan karena aku dan Tomo tidak sengant bahas musik, tapi mereka berdua lebih detail.
Contohnya, jika ada 1 buah lagu yang kam rasa bagus, aku dan Tomo “hanya” membahas apa saja choednya dan bagaimana susunan lagunya, sedangkan Aris dan Aldo sampai ke tahap efek yang dipakai, tempo drumnya dan kira – kira apa saja isian di lagu tersebut. Jika ingin buat lagu genre A missal, maka kira – kira efek gitarnya seperti ini, temponya segini, dan di bagian ini dimasukkan melodi, lebih detail.
Besok mejadi latihan perdana kami setelah 3 bulan, aku merasa senang, terlebih setelah 3 bulan ini ada info yang kami dapatkan, yaitu kami mendapatkan tawaran untuk rekaman. Ada hal baru lagi yang menjadi target kami dan hal tersebut juga membuat kami jadi semakin berkembang. Belum ada diantara kami yang pernah rekaman dan hal tersebut membuatku gugup.
Minggu pagi, kami pulang sebentar ke rumah masing – masing dan agak siang kami kumpul lagi di rumah Aris untuk berangkat ke studio. Sesaat sebelum pulang, Aris tiba – tiba memberikan ide untuk rekaman dengan kaset. Saat itu kami bingung apa maksudnya, dan dia pun menjelaskan kalau di studio yang biasa jadi tempat kami latihan bisa merekam lagu, tapi masih pakai kaset dan ada biaya tambahan.
Dia tahu hal tersebut karena dia pernah diberitahu oleh Mas Adam. Nanti siang saat di studio, dia akan menanyakan lagi dan memastikan kalau di studio tersebut bisa merekam lagu, sekalian juga menanyakan berapa biaya tambahannya. Kami juga berpikir bagus juga jika bisa merekam dan lumayan sebagai latihan sebelum kami rekaman yang sebenarnya (hehehe).
Dia juga bilang kalau hal tersebut baru bisa kita lakukan minggu depan, karena kita belum tahu berapa biaya tambahannya dan saat ini uang yang kita punya hanya cukup untuk latihan seperti biasa, setelah dia menyampaikan hal tersebut kami pulang dulu ke rumah masing – masing dan kumpul kembali sekitar jam 11 siang.
Sesuai rencana, kami kumpul jam 11 dan lansung berangkat ke studio. Sepanjang perjalanan kami ngobrol banyak, mulai dari UN, persiapan ujian sekolah sampai rencana kami rekaman setelah lulus nanti dan tak terasa kami sudah sampai studio dan saat itu masih ada band lain yang latihan dan kami hrus menunggu dan saat menunggu tersebut Aris menanyakan ke Mas Adam dan mereka ngobrol berdua,
Setelah Aris kembali ke tempat kami menunggu Aldo langsung bertanya, “bagaimana ris?”, “aku sudah dapat infonya, nanti setelah latihan aku beritahu detailya” jawabnya. Tidak berapa lama band yang latihan sebelum kami selesai dang anti ami masuk studio. Cukup lama sejak terakhir kali kami masuk studio dan akhirnya latihan perdana kami setelah 3 bulan dimulai.
Kami latihan selama 2 jam, dan kami latihan lagu Kelam terlebih dahulu untuk mengingat dan membiasakan lagi. Lagu tersebut kami bawakan selama 1 jam lebih dan di sisa waktu kami membawakan lagu yang lain. Latihan ini dibandingkan meningkatkan kemampuan lebih tepatnya untuk mendapatkan kembali sentuhan dan menyelaraskan diri kami berempat.
Selama latihan kadang temponya meleset atau ada yang salah kunci dan kami harus secepat mungkin mendapatkan sentuhan kami yang dulu agar kesalahan – kesalahn seperti itu tidak lama kami lakukan terlebih Aldo sudah membuat lirik baru dan Aris juga harus menghafalkan lirik baru tersebut. Tidak terasa waktu laatihan kami sudah habis dan ebelum pulang kami duduk sebentar. Kami ngobrol sebentar hanya sekitar 10 menit dan setelah itu kami pulang.
Di perjalanan pulang, Aldo menanyakan ke Aris bagaimana hasil obrolan dengan Mas Adam dan Aris menjawab, bisa dan ada biaya tambahan kalau tidak salah sekitar 10 atau 15 ribu dan Mas Adam nanti yang akan menyediakan kaset kosongnya. Proses rekamannya pun sederhana, hanya sekedar merekam suara saat kami di studio tanpa adanya proses pengeditan agar hasilnya lebih bagus.
Dengan segala keterbatasan tersbut tidak membuat kami mundur untuk mencoba, tidak ada salahnya toh itu kami pakai hanya untuk mendengar bagaimana sebenarnya latihan kami selama di studio dan sebagai persiapan untuk rekaman yang tingkatnya lebih tinggi. Kami sepakat rekamannya akan dilakukan saat latihan minggu depan.
Secara keseluruhan, aku cukup senang dengan latihan kami, walaupun ada beberapa kesalahan, tapi setidaknya kami masih semangat latihan. Ada hal baru yang akan kami coba di latihan kami minggu depan dan kami jangan sampai lupa kalau kami masih punya PR, yaitu kami masih harus membuat 1 lagu baru untuk rekaman nanti.
Walaupun aku sempat bilang kalau masih harus membuat lagu baru lagi, tapi untuk sementara hal tersebut kami kesampingkan dulu, karena kami fokus untuk rekaman minggu depan, walaupun hanya pakai kaset, tapi sebisa mungkin hasilnya tetap bagus. Kami juga harus memikirkan uang lebih untuk biaya rekamannya dan karena hal tersebut juga hasilnya harus sebaik mungkin (hehehe).
Di sisa waktu SMP kami, kami memutuskan untuk tidak mengikuti festival band ampai kami lulus dan dapat SMA, sedangkan jika ada tawaran jadi pengisi acara tetap kami ambil,. Hal itu kami lakukan agar bisa menambah uang untuk tambahan biaya latihan dan rekaman di studio, karena kami menginginkan sebanyak mungkin rekaman.
Hasil rekaman kaset tersebut kami prgunakan untuk menilai kira – kira hal apa yan masih harus perbaiki, dan semakin banyak kami merekam, maka semakin banyak juga analisa yang bisa kami dapatkan, walaupun lagu yang di rekam kebanyakan lagu orang lain. Saat itu aku merasa senang jika bisa mendengar band kami sendiri, aku merasa sudah seperti band – band profesional yang aku idolai (hehehe).
Setelah UN, aku lebih rajin bermain gitar di rumah. Kelam adalah lagu yang paling sering akumainkan karena lagu tersebut adalah lagu yang menjadi fokus latihan kami minggu depan. Selama latihan 2 jam, kami akan lebih banyak membawakan lagu tersebut dan jika nantinya kami merasa cukup, baru kami akan memainkan lagu yang lain.
Selain fokus latihan lagi, aku juga masih harus fokus ujian sekolah, walaupun tidak seketat UN, tapi bukan berarti bisa aku abaikan, paling tidak aku harus tetap jaga kondisi agar tidak sakit saat ujian sekolah. Berbeda saat UN yang mana kami berhenti ngeband sementara, di ujian sekolah ini kami memutuskan untuk latihan normal seperti saat sebelum UN. Sebisa mungkin latihan band tidak sampai membuat kami tidak mempersiapkan ujian sekolah dengan baik.
Hai Sabtu tiba, seperti biasa (hehehe), aku bersiap unuk ke rumah Aris. Sekitar jam 3 sore aku kesana, dan yang lain belum ada yang datang. Sambil menunggu yang lain, aku ngobrol bersama Aris untuk membahas rencana besok. “Ris, rencana besok jadi?”, “jadilah” jawab Aris, “bagaimana uangnya?, uangku yang sekarang tidak banyak, yah sama seperti biasa” kataku, “kalau masalah uang tenang, tabungan uang jajanku masih ada” jawabnya.
Dana cukup, besok rencana kita akan berjalan sesuai rencana, tinggal menunggu Aldo dan Tomo ntuk membahas masalah teknis. Rencana awal, kita akan fokus merekam lagu sendiri setelah di rasa cukup baru memainkan lagu yang lain dan Aris akan membawa gitar sendiri. Sekian lama menunggu akhinya Aldo datang dan tidak berapa lama Tomo datang.
Seperti biasa, Aris dan Aldo adalah orang yang paling serius membahas masalah teknis, sedangkan aku dan Tomo biasanya memberikan ide tambahan. Aldo dan Tomo setuju dengan rencana awal dan setuju juga jika Aris membawa gitar sendiri. Selain 2 hal tersebut sebenarnya tidak banyak lagi hal teknis yang dibahas, karena kami hanya perlu latihan seperti biasa, hanya bedanya kali ini di rekam dan di rekamnya pun masih sebatas menggunakan kaset.
Setelah membahas teknis, kali ini topik pembahasan berganti ke hal lain yaitu lagu kedua Lucky Star. Aris bilang kalau dia sudah dapat nadanya, tapi untuk lirik masih dalam proses, jika dia merasa kesulitan untuk menulis liri, maka dia akan meminta bantuan kami. Lagunya akan dia mainkan paling tidak setelah rekaman dengan kaset ini sudah dilakukan.
Mendengar hal tersebut, aku merasa senang, ternyata salah satu target kami yang lain juga sudah dalam proses. Perlahan kami semakin dekat menggapai target – target kami dan juga semakin dekat dengan hal yang kami cita – citakan. Sampai larut malam, kami (khususnya Aldo dan Aris) masih membahas hal- hal yang Lucky Star masih harus lakukan kedepannya.
Minggu pagi tiba dan seperti biasa (lagi hehehe), kami pulang sebentar ke rumah kami masing – masing. Alasan kenapa kami pulang dulu sebelum ke studio karena saat menginap di rumah Aris, kami tidak baju ganti dan kami mrasa tidak perlu bawa karena rumah kami saling berdekatan dan kalau mau ganti baju, kami hanya perlu pulang ke rumah.
Sesampainya di studio, Aris langsung menanyakan kesiapan ke Mas Adam, dan Mas Adam bilang semua sudah siap. Kami berempat masuk ke studio, Aris mencolokkan gitarnya ke ampli dan dari luar Mas Adam sudah memberikan kode jempol yang artinya proses rekaman sudah dimulai. Kami langsung memainkan lagu kelam dan di dalam studio kami sering mengobrol untuk membahas apa saja yang harus diperbaiki.
Mulai lagi, ngobrol lagi dan begitu seterusnya sampai waktu kami habis. Sampai waktu habis, lagu yang kami mainkan hanya 1, kami ke luar studio dan Mas Adam memberikan kaset hasil kam rekaman. Kami merasa tidak sabar untuk mendengarkan hasilnya, dan kami bertiga memutuskan untuk tidak langsung pulang, tapi ke rumah Aris dulu mendengarkan hasilnya.
Sesampainya di rumah Aris, kami langsung memutar kaset tersebut. Hal pertama yang menarik perhatianku adalah suara kami ngobrol yang ikut terekam. Dikarenakan proses rekaman yang sederhana dan tanpa proses pengeditan, semua suara yang ada saat kami di studio akan ikut terekam, tapi karena hal tersebut juga semua kesalahan yang kami lakukan juga ikut terdengar.
Kesalahan – kesalahan seperti salah chord, salah tempo sampai suara Aris yang di beberapa bagian fals terdengar dengan cukup jelas. Kesalahan – kesalahan tersebut sempat kami bahas, tapi karena sudah sore pembahasannya dilanjutkan hari Sabtu depan. Sebuah pengalaman baru yang menurutku menarik, itu pertama kali aku mengetahi jika ada kesalahan sedikit saja alam sebuah lagu bisa berpengaruh banyak
Saat di dalam studio aku sering salah, tapi saat di rekam aku baru menyadari kalau kesalahan tersebut bisa sangat menganggu di telinga, karena saat melakukan kesalahn di studio aku berpikir hanya perlu memperbaiki saja tanpa mengetahi kalau itu sangat berpengaruh saat didengarkan. Minggu depan kami akan merekam lagi latihan kami lagi dan berusaha sekeras mungkin agar hasilnya bisa lebih baik.
Saat ini mungkin rekaman sederhana bisa dilakukan menggunakan HP, tapi saat itu HP belum secanggih sekarang dan saat itu rekaman menggunakan kaset merupakan cara yang paling mungkin kami lakukan, baik secara teknis maupun dana (hehehe), yang penting kami bisa mendapatkan hasil yang bisa dipakai sebagai bahan evaluasi
Hasil rekaman yang berupa kaset memaksa kami tidak bisa mengcopy ke komputer. Kaset tersebut kami simpan di rumah Aris dan cukup sering dimainkan Aris, dan dia pakai untuk memperbaiki kesalahan yang kami lakukan selama di studio, karena kasetnya hanya ada 1, dia mencatat kira – kira kesalahan apa saja yang harus kami perbaiki saat minggu depan rekaman lagi.
Sepanjang minggu, sampai hari Sabtu nanti, aku berlatih di rumah, mencoba mengingat – ingat kesalahan apa yang harus aku perbaiki. Seingatku saat itu aku sering salah tempo, mungkin karena sudah lama tidak latihan. Aku mengingat – ingat tempo yang benar dan berlatih menggunakan gitar akustikku dan Kelam menjadi fokusku.
Selama hampir sepanjang minggu aku latihan, dan aku lebih percaya diri menghadapi (hehehe) rekaman besok. Sore ini aku berangkat ke rumah Aris, ternyata Aldo dan Tomo sudah sampai lebih dulu dan mereka bertiga sudah membahas hasil rekaman minggu lalu. Mereka sudah membahas apa – apa saja yang harus diperbaiki besok.
Aku, yang terakhir datang langsung diberitahu apa saja yang harus aku perbaiki dan seperti dugaanku hal tersebut adalah tempo. Ternyata apa yang aku dan mereka pikirkan sama, dan aku sudah mempersiapkan hal tersebut. Aku juga menyampaikan hal tersebut ke mereka dan aku juga menyampaikan kalau beberapa hari terakhir aku berlatih ntuk memperbaiki hal tersebut.
Cukup lama kami membahas hasil rekaman minggu lalu, berulang – ulang kami memutar kaset tersebut sampai kami yakin sudah membahas semuanya. Semua hal yang sudah kami bahas membuat kami lebih percaya diri untuk rekaman besok, walaupun sebenarnya rekaman tersebut bukanlah rekaman profesional tapi tetap membuat kami sangat semangat.
Siang hari, kami ke studio. Sepanjang perjalanan ke studio kami masih membahas kesalahan – kesalahan yang kami lakukan minggu lalu dan sebisa mungkin tidak melakukan kesalahan yang sama dan Aris adalah orang paling getol mengingatkan kami. Dia melakukan hal tersebut mungkin salah satu alasannya karena dia patungan paling banyak (hehehe).
Begitu sampai studio, Aris langsung membertihau Mas Adam kalau kita akan rekaman lagi dan karena studio sedang kosong, tidak berapa kemudian kami masuk ke studio. Seperti minggu lalu, kali ini Aris juga membawa gitar sendiri dan setelah 1 lagu selesai kami merasa cukup kaget, Aris menambahkan sound yang berbeda di lagu Kelam.
“Ris, soundnya ada yang diubah ya?” tanya Tomo, “iya, aku kemakin kepkiran untuk menambahkan sedikit sound lain, bagaimana, bagus?”, “kalau aku tidak masalah, hanya agak kaget saja” jawab Tomo. “Aku juga tidak masalah, malah bagus, lagunya jadi lebih berwarna” kata Aldo. Aku menganggukan kepala tanda setuju dengan pendapat yang lain.
Dari yang tadinya “hanya” menggunakan sound clean dan distorsi dan sekarang ditambah sound yang berbeda dan ditambahkan dengan pas tanpa merusak aransemen sebelumnya, aku merasa kalau lagunya jadi lebih ada dinamika. Setelah itu, kami tetap melanjutkan latihan dengan tambahan aransemen baru.
Sepanjang latihan, kami beberapa kali melakukan kesalahan, dan mencoba memperbaiki lagi setelah lagunya selesai. Saat itu kami sepakat jika ada kesalahan, tetap dilanjutkan sampai lagunya habis, polanya berulang seperti itu terus. Hal tersebut kami lakukan agar kami bisa mendapatkan hasil yang terbaik dan tidak membuang banyak waktu.
Tidak terasa waktu latihan kami sudah habis, dan saat keluar studio Mas Adam memberikan kaset hasil rekaman latihan kami. Di latihan kali ini kami hanya latihan 1 lagu dan kami berharap bisa mendapatkan hasil yang lebih baik dibanding sebelumnya sekaligus ingin mengetahui bagaimana hasil tambahan aransemennya Aris.
Setelah selesai latihan kami mampir ke rumah Aris, disana kami berniat mendengarkan hasil latihan kami. Sepanjang perjalanan,kami masih membahas latihan kami, mulai dari beberapa kesalahan yang kami lakukan, walaupun bukan kesalahan yang sama seperti minggu lalu, sampai bagaimana hasil tambahan aransemen.
Kesalahan yang kami lakukan lebih karena adanya tambahan aranseme, sehingga kami perlu menyesuaikan beberapa hal, tapi selain itu sudah tidak ada lagi kesalahan – kesalahan yang sampai terulang berkali – kali. Secara garis besar, kami sudah mencapai target – target yang sudah kami rencanakan sebelumnya, tinggal mendengarkan bagaimana hasilnya.
Sesampainya di rumah Aris, kami langsung mendengarkan hasilnya. Kami mendengakan dengan seksama sampai habis, dan setelah selesai mendengarkan aku merasa kalau hasilnya sudah lebih baik dari minggu lalu dan aransemen baru Aris membuat lagu tersebut menjadi lebih berwarna dan dinamikanya lebih terasa.. aku cukup puas dengan hasilnya.
Aldo merasa masih ada yang kurang , terutama di aransemen baru Aris, dia merasa kalau Aris masih agak ragu memasukkannya. “Ris, di aransemen baru itu, bisa tidak dimainkan dengan lebih mantap?”, “maksudnya?” tanya Aris. “Aku merasa kadang kamu memainkannya dengan yakin, tapi kadang terdengar ragu” jawab Aldo. “Oh begitu ya, baiklah, aku coba latihan lagi agar terdengar stabil” jawab Aris.
Aku merasa kalau lagu Kelam sudah selesai secara utuh dan kami bisa fokus ke lagu kedua. Aris sudah menyampaikan juga kalau dia akan secepat mungkin menyelesaikan lagu kedua dan rekaman latihan kami minggu depan kemungkinan akan menjadirekaman terakhir sampai lagu kedua selesai, selain karena dana yang sudah menipis (hehe), juga karena sudah ada 1 lagu yang sudah selesai secara utuh.
Fokus latihan kami minggu depan untuk memantapkan dan lebih meyakinkan kalau aransemen “Kelam” sudah selesai dan kami sudah benar – benar bisa fokus untuk lagu kedua. Kami akan kembali merekam hasil latihan kami jika lagu kedua paling tidak sudah ada nada, lirik, dan gambaran aransemennya.
Setelah beberapa jam di rumah Aris, kami bertiga memutuskan untuk kembali ke rumah kami masing – masing. Sesampainya di rumah, aku masih memikirkan hasil rekaman latihan hari ini. Sudah ada 2 hasil latihan kami yang direkam dan rekaman yang kedua sudah lebih baik dibanding yang pertama, dan aku berusaha dan berharap hasil latihan kami minggu depan bisa lebih baik.
Bisa kembali fokus latihan band memang menyenangkan, tapi aku tidak boleh lupa jika aku masih arus mencari SMA, dan sudah semakin dekat dengan pengumuman nilai UN, belum lagi masih ada ujian sekolah. 2 minggu ini lupa jika masih menunggu nilai UN, dan pendaftaran SMA sudah semakin dekat. Memikirkan hal tersebut membuatku deg- degan lagi dan kembali terpikir bagaimana jika nialiku tidak cukup masuk SMA yang sudah menjadi targetku.
Untuk mengurangi rasa deg – degan, aku bermain gitar. aku memainkan hampir semua lagu yang aku bisa, sampai akhirnya aku ingat kembali jika 2 minggu lagi kami sudah mulai fokus dengan lagu kedua dan jadilah pikiranku terpecah, memikirkan nilai UN dan lagu kedua. Tujuan awalku bermain gitar untuk menghilangkan rasa deg – degan, sekarang malah ada hal lain yang aku pikirkan (hehehe).
Setelah beberapa jam bermain gitar, akhirnya aku bisa menghilangkan 2 hal tersebut dan aku beristirahat karena besok aku harus ke sekolah. Aku masih harus ke sekolah, selain karena masih menunggu pengumuman nilai UN, juga persiapan menghadapi ujian sekolah, walaupun secara proses belajar – mengajarnya sudah tidak seketat biasanya.
Aku merasa setelah UN, hubungan para guru dan siswa kelas 3 jadi lebih akrab. Aku lebih bisa ngobrol santai dengan para guru seperti batas antara guru dan siswa berkurang, bahkan ke guru yang kami anggap “Killer”. Aku tidak tahu apakah teman – teman yang lain merasa seperti itu juga atau itu hanya perasaanku saja (hehehe).
Sepulang sekolah, seperti biasa aku bermain gitar, selain untuk pelepas penat, juga untuk persiapan latihan hari Sabtu nanti. “Kelam” masih menjadi lagu yang paling sering aku mainkan, dan agar tidak jenuh kadang aku menyisipkan lagu lain, biasanya lagu yang ingin aku pelajari. Saat itu, aku mencoba sebisa mungkin tidak bosan agar saat latihan nanti, aku tetap semangat MEMAINKAN “Kelam”.
Di masa akhir SMP ku, kehidupanku bisa dibilang terbagi menjadi 3 hal, sekolah, band, dan main dengan teman – teman. Sebisa mungkin aku menyelaraskan agar semua bisa berjalan beriringan, band yang tadinya hobi, berkembang menjadi sesuatu yang ingin aku capai lebih kedepannya, walaupun begitu jangan sampai menghambat 2 hal yang lain.
Sekolah tentu sangat penting, walaupun aku sempat bilang aku tidak terlalu memikirkan nilai, tapi bukan berarti aku “menyepelekan” sekolah, karena bagaimanapun pendidikan tetap menjadi senjata utama menghadapi masa depan, sedangkan main bersama teman agar aku bisa bertukar ide, ngobrol dan hal tersebut bisa menenangkan pikiranku.
Saat di sekolah, aku tidak sering kumpul dengan teman bandku, bukan karna tidak mau, tapi lebih agar obrolan ku tidak “hanya” band saja, yang menurutku kalau terlalu sering justru akan memunculkan kebosanan, dan sepertinya teman – teman yang lain juga mengerti akan hal tersebut dan juga memilih untuk tidak terlalu sering kumpul saat di sekolah.
Saat UN pun kami fkus masing – masing, bukan karena kami tiba – tiba menjadi individualis, tapi menurutku karena kami sudah saling tahu kalau kami kumpul saat UN, hal yang kami bahas bukan UN, tapi band, dan risiko yang bisa terjadi kalau hal itu sampai terjadi sangat besar, bukan hanya nilai UN, tapi masa depan kami secara keseluruhan.
Hal tersebut yang membuat kami secara tidak langsung memutuskan kalau hari Sabtu dan Minggu adalah waktu yang pas membahas musik, dan di 2 hari tersebut kami akan membahas secara serius dan membahas semua hal yang harus dibahas,. Hal tersebut kami dapatkan setelah kami memutuskan untuk lebih fokus dan mencoba meraih target – target yang lain.
Hari Sabtu tiba, dan aku sudah bersiap untuk ke rumah Aris, dan sesuai rencana, hari ini kami akan membicarakan lagu kedua sekaligus persiapan latihan kami besok. Setelah mendengar hasil rekaman besok, kami akan fokus mempersiapkan lagu kedua dan setelah pengumuman nilai UN, kami akan fokus untuk rekaman yang ditawarkan teman ayahnya Aris.
Sesampainya di rumah Aris, ternyata Aldo dan Tomo sudah sampai dan mereka sudah membahas beberapa hal. Hal pertama yang diberitahu adalah untuk lagu kedua akan diberitahu Sabtu depan dan yang kedua adalah besok kita akan latihan seperti biasa. Aku sempat bertanya ke Aris kenapa tidak jadi hari ini dan dia menjawab kalau ada beberapa hal yang masih belum selesai.
Dia tidak memberitahu secara detail, tapi aku memutuskan untuk tidak menanyakan lebih lanjut karena menurutku untuk lagu kedua, kami masih punya waktu untuk mempersiapkannya, saat ini lebih baik fokus ke latihan besok saja. Malam itu, hal yang kami bahas tidak sebanyak minggu lalu, jadi aku bisa lebih lama main PS (hehehe)
Segala target yang sudah dirancang, tidak serta merta membuat kami terburu – buru, karena sebarapapun target yang ingin diraih, tetap harus dijalani selangkah demi selangkah, kadang tidak setiap langkah berjalan mulus dan kadang tidak berjalan sesuai rencana. Hal – hal tersebut yang membuat kami bisa mempelajari hal – hal baru, bahwa masalah – masalah yang dihadapi bisa dicarikan solusinya.
Minggu pagi, tdaik berapa lama dari kami bangun, Aris mengingatkan kembali kalau ini rekaman latihan kami yang terakhir sampai lagu kedua selesai. Pesan yang aku tangkap dari perkataan tersebut adalah dia ingin agar kita fokus dulu di latihan hari inidan jangan sampai konsentrasi terpecah karena hal lain, terlebih jika sampai membuat latihan hari ini menjadi tidak maksimal.
Dari ekspresi Aldo dan Tomo, aku bisa menyimpulkan kalau mereka juga memikirkan hal yang sama denganku. Tidak lama berselang, kami pulang dan kali ini persiapan kami (hehehe) lebih cepat dari biasanya. Hal itu kami lakukan agar lebih cepat pulang dari studio sehingga kami punya lebih banyak waktu untuk mendengarkan hasil latihan kami
Sesampainya di studio, saat itu tidak ada band lain yang latihan, kami langsung masuk studio, dan seperti sebelumnya, Aris dan Mas Adam akan ngobrol sebentar, setelah semua beres, dia menyusul masuk studio. Kami berempat bersiap, dan setelah kami berempat menganggukan kepala, kami memulai latihan kami.
Sesuai rencana, hanya ada 1 lagu yang kami mainkan, dan karena sudah sangat terbiasa, semua berjalan lancar. Kesalahan – kesalahan yang kami lakukan juga semakin sedikit, bahkan beberapa kali, menurutku tidak ada kesalahan yang sampai terdengar signifikan terjadi. Kami latihan dengan efektif dan efisien, sampai tidak terasa waktu sudah habis.
Selesai laihan, kami keluar studio, dan tidak berapa lama Mas Adam memberikan kaset hasil rekaman latihan kami. Seperti biasa, kaset hasil latihan di pegang Aris dan saat perjalanan pulang aku memikirkan kira – kira bagaimana hasilnya, tentu aku berharap lebih baik, terlebih aku merasa selama latihan tadi kami sudah lebih baik dibanding sebelumnya.
Setelah latihan, kami sering berhenti sebentar untuk beli es atau gorengan, sekalian istirahat sebentar, tapi saat ini kami langsung menuju rumah Aris. Kami berempat sepertinya sudah tidak sabar mendengar hasilnya, apakah sudah cukup bagus untuk membuat kami melangkah ke target selanjutnya. Es dan gorengan yang sangat menggoda tersebut untuk hari ini harus kami abaikan dulu (hehehe).
Sesaimpainya di rumah Aris, kami langsung memutar kaset tersebut dan fokus mendengarkan hasilnya. Aku mendengarkan dengan seksama, mencoba membuat penilaianku sendiri mengenai hasilnya. Aku merasa di beberapa bagian ada yang salah, tapi bisa langsung diperbaiki di kesempatan berikutnya. Secara keseluruhan sudah lebih baik dibandingkan 2 latihan kami sebelumnya.
Aku merasa dengan hasil tersebut, kami sudah bisa melanjutkan ke target berikutnya, walaupun masih beberapa kali melakukan kesalahan, tapi sangat sedikit. Aransemennya pun sudah bagus dan menurutku sudah tidak ada yang perlu diubah atau ditambahkan lagi. Begitulah pendapatku saat pertama kali mendengar hasilnya dan aku ingin tahu bagaimana pendapat teman – teman yang lain.
“Menurutku hasilnya cukup bagus, memang masih ada beberapa kesalahan, tapi tidak banyak dan berulang” kata Aris, “Menurutku juga sdah cukup bagus, aransemen sudah tidak ada yang perlu diubah”, kata Aldo, Tomo mengangguk tanda setuju, dia pun menambahkan kalau sudah seperti yang diharapkan.
Kami berempat sudah sepakat jika hasilnya sudah bagus dan sekarang adalah bagaimana langkah selanjutnya. “Ok, kalau begitu kita sudah sepakat kalau hasilnya sudah bagus, apa sekarang kita lanjut ke lagu kedua?” tanya Aris. “Menurutku sudah bisa lanjut”, kataku. “Aku rasa juga sudah bisa lanjut” kata Tomo dan Aldo juga menyampaikan hal yang sama.
Kami mendengarkan sekali lagi untuk meyakinkan kalau semua sudah sesuai yang diharapkan, dan kedua kalinya kami mendengarkan keseluruhan hasil latihan tersebut aku tetap merasa kalau sudah bagus dan tidak ada yang perlu diubah lagi dan ketiga temanku yang lain juga berpendapat yang sama, semua sudah seperti yang diharapkan.
Setelah pembicaraan tersebut, kami pulang ke rumah masing – masing dan minggu depan sudah mempersiapkan lagu kedua. Aris pun bilang kalau minggu depan dia akan menunjukannya dan latihan minggu depan adalah mengaransemen lagu kedua, atau paling tidak mendapatkan gambaran aransemennya, setelah sudah dapat, kami kana merekam lagi hasil latihannya.
1766Please respect copyright.PENANAt7WWRBwu9s
1766Please respect copyright.PENANATimmnSVL2m
1766Please respect copyright.PENANAxg7C0huWKs
1766Please respect copyright.PENANAGdWuH4nkp1
1766Please respect copyright.PENANAHFEtZ4LeGz
1766Please respect copyright.PENANAalxU6aPiM9
1766Please respect copyright.PENANAZyce8aBLkc
1766Please respect copyright.PENANAlqFOWcbXTm
1766Please respect copyright.PENANApUiAjiKfwO
1766Please respect copyright.PENANA3bMNYnLyI7
1766Please respect copyright.PENANAqsj9WyrNMz
1766Please respect copyright.PENANAklvpQ2L1LR
1766Please respect copyright.PENANAnLAICkSe2Z
1766Please respect copyright.PENANA3RmemR0wn7
1766Please respect copyright.PENANAJD6YcTZu29
1766Please respect copyright.PENANAfY4KWmquLV
1766Please respect copyright.PENANAN0sljTXK7Z
BAB 12 : LAGU KEDUA
Selama menunggu sampai Sabtu depan, aku sempat berpikir jika proses pembuatan lagu kedua akan memakan waktu yang sama dengan lagu pertama, apa waktunya akan cukup karena pengumuman nilai UN semakin dekat dan setelah itu kita akan rekaman di studio ekaman yang sebenarnya. Apakah waktunya cukup? Aku sempat berpikir seperti itu.
Sebenarnya ide punya 2 lagu sendiri itu bukan dari teman ayahnya Aris, tapi itu merupakan ide kami sendiri, karena kesempatan ini kemunginan akan jarang kami dapatkan, dan sebisa mungkin kami ingin punya sebanyak mungkin karya kami sendiri dan memperhitungkan aktunya kemungkinan hanya bisa 2 lagu.
Beberapa hari aku terpikirkan hal tersebut sampai aku menonton sebuah acara tv. Di acara tersebut ada seorang seniman tapi bukan musisi (aku ua namanya hehehe), dia bilang kalau ingin membuat karya harus menikmati prosesnya, jangan terlalu banyak terbebani oleh banyak hal, nanti terkesan dipaksakan dan tercermin dari hasil karyanya.
Seketika aku merasa kalau aku menyadari sudah terlalu memikirkan hal yang seharusnya tidak perlu aku pikirkan. Aku masih anak sekolah dan amatir, sudah sepatutnya lebih menikmati prosesnya dan jikalau memang lagu kedua belum selesai sampai waktu yang ditentukan, kami bisa merekam 1 lagu saja dan bisa melanjutkan lagu kedua di kesempatan lain.
Sabtu depan kami akan mencoba mengaransemen lagu kedua tapi aku sudah penasaran kira – kira bagaimana lagu yang diciptakan oleh Aris. Di lagu pertama, kami agak “kompromi” karena akhirnya aransemennya menjadi lebih pop, bukan berarti aku tidak suka, tapi aku hanya penasaran apakah di lagu kedua ini kami juga akan “kompromi” ata kami bisa lebih idealis (hehehe).
Dari awal kami ingin membuat band rock, walaupun sejauh ini ada beberapa hal yang membuat kami tidak terlalu idealis, tapi asalkan mendapat hasil yang terbaik maka tidak menjadi masalah. Aku merasa cukup beruntung karena aku bisa mendapat teman – teman yang bisa saling pengertian, tetap punya ego masing – masing, tapi masih dalam batas yang masih bisa dikendalikan.
Aku ingin lebih ke arah “bersenang-senang”, kalau akhirnya bisa menjadi pro dan karyanya disukai banyak orang, maka aku anggap itu sebagai bonus. Aku saat ini sampai dimana aku ingin membuat karya sebagus yang kami bisa buatdan belum meikirkan apa karya tersebut akan disukai banyak orang atau tidak, yang penting kami punya karya kami sendiri, walaupun aku tetap penasaran dengan lagu yang dibuat Aris (hehehe).
Salah satu kendala kami di lagu pertama adalah penyesuaian chord dengan vokal Aris dan saat itu membutuhkan waktu yang cukup lama, tapi karena lagu kedua diciptakan oleh Aris sendiri, maka menurutku sudah tidak perlu menyesuaikan chord lagi. Pengalaman di lagu pertama akan sangat membantu kami dalam membuat lagu kedua.
Pengalaman di lagu pertama bisa membuat kami lebih efektif dan efisien, seperti sudah menentukan bagaimana intronya, di bagian mana akan di isi melodi dan hal teknis lainnya sebelum kami masuk studio. Di lagu pertama, hal tersebut kami pikirkan di dalam studio dan itu menghabiskan banyak waktu. Saat sebelum masuk studio, kami hanya mempelajari chord saja.
Aris akan memberitahu lagunya di hari Sabtu nanti, dan agar tidak hanya memikirkan hal tersebut, aku fokus lagi ke sekolah. Beberapa hari lagi pengumuman UN, dan aku kembali terpikir bagaimana hasilnya. Selama di sekolah, aku terus memikirkannya, sekaligus mempersiapkan ujian sekolah. Aku berusaha sbisa mungkin agar tidak hilang fokus ke sekolah.
Aku merasa kalau aku harus punya rencana lain selain band untuk aku pikirkan edepannya, bukan bermaksud berpikir buruk, tapi jikalau nantinya aku ternyata tidak menjadi musisi, aku punya rencana lain untuk melanjutkan masa depan. Band memang menjadi prioritas untuk aku kejar, tapi tidak ada salahnya punya rencana lain bukan?. Rencana B ku bukanlah suatu yang wah, tapi paling tidak aku punya jalan keluar lain jika kemungkinan terburuknya datang, bukan berarti jadi pesimis juga.
Aku belajar dari cerita orang – orang yang mempunyai profesi relatif cepat untuk menghasilkan uang, tapi ba dibilang profesi itu mempunyai masa waktu yang pendek, sehingga orang – orang dengan profesi tersebut harus mencari jalan keluar lain saat mereka tidak bisa bergantung lagi ke profesi yang mereka jalani, atau bahasa sekarang harus lebih kreatif.
Pofesi yang mereka jalani bisa jadi profsi yang sangat berbeda dari profesi yang mereka jalani sebelumnya, dan memerlukan waktu lagi untuk mempelajarinya. Hal tersebutlah yang membuatku jadi memikirkan untuk mencari kebisaan lain di luar band yang bisa aku kerjakan kedepannya juga. Menurutku semakin cepat aku mendapatkannya, maka semakin bagus
Hari Sabtu tiba, aku ke rumah Aris, kali ini aku yang sampai pertama. Sesampainya di rumah Aris, aku langsung menanyakan ke Aris bagaimana lagu barunya. “Ris, bagaimana lagunya?”, “nanti ya, setelah yang lain datang aku mainkan lagunya” jawabnya. Aku tidak memaksa Aris untuk memainkan lagunya sekarang,dan menunggu yang lain datang.
Jawaban Aris juga menandakan kalau Aris sudah punya lagu baru. Sambil menunggu yang lain datang, aku bermain PS, sambil ngobrol dengan Aris, membicarakan hal – hal lain di luar band. Asik kami mengobrol, akhirnya Ado datang. Sesampainya Aldo datang, dia pun langsung menanyakan lagu baru ke Aris, dan Aris menjawab hal yang sama, yaitu menunggu sampai semua lengkap.
Tomo belum datang, sambil menunggu aku dan Aldo main PS, sedangkan Aris masih bermain gitar. Lama menunggu, Tomo belum juga datang, lebih lama dari biasanya, sampai akhirnya dia datang. Dia pun langsung bertanya pertanyaan yang sama, dan karena sudah lengkap, akhirnya Aris memainkan lagu ciptaannya. Aku dan Aldo yang sebelumnya bermain PS, langsung berhenti dan fokus mendengarkan.
Aku mendengarkan serinci yang aku bisa, dan saat pertama kali aku mendengar lagu tersebut, aku merasa kalau lagu tersebut adalah lagu pop, bukannya aku anti dengan lagu pop, tapi perkiraan awalku Aris akan buat lagu rock. Aku juga memperhatikan teman – teman yang lain dan sepertinya mereka juga mencoba menganalisa lagu Aris.
Setelah selesai, Aldo meminta Aris untuk memainkan lagi dari awal dan Aris memainkan lagi lagu tersebut dari awal. Aku fokus lagi dan aku berpikir kalau dai beberapa bagian bisa dibuat aransemen yang lebih rock seperti diisi melodi dan distorsi agar lagunya lebih punya dinamika, singkatnya aku dapat kira - kira gambaran aransemennya versiku.
“Lagunya agak pop ya” kata Aldo, “iya, tapi nanti bisa kita buat agak rock”, kata Aris, ternyata Aldo berpikir hal yang sama denganku, begitu pula dengan Aris. “Menurutku tidak harus dibuat rock, kalau memang pop bagus tidak masalah”, kata Tomo, “Lagu yang bagus tidak harus rock” lanjutnya. Kita memang ingin buat band rock, tapi kalau ternyata hasilnya lagu pop dan bagus menurutku juga tidak maalah.
Saat itu aku bukannya tidak ingin idealis, tapi aku masih berpedoman pada hasil, kalau memang hasil yang bagus ternyata bukan lagu rock, ya tidak masalah. “Kita coba dulu dibuat agak rock, kalau hasilnya tidak bagus baru kita aransemen yang lain” kata Aris. Setelah ngobrol cukup lama, akhirnya kita memutuskan kalau besok kita coba aransemen, dan akan dibicarakan lagi tergantung hasil yang akan didapat besok.
Keputusan sudah dibuat, aku dan Aldo mempelajari lagunya Aris, untuk sementara ini belum ada judulnya. Aku pelajari chordnya, susunan lagunya, begitu pula dengan Aldo, sedangkan Tomo mempelajai temponya dan kira – kira bagaimana dinamikanya. Cukup lama aku mempelajarinya, aku mempelajari menggunakan gitar listrik, sedangkan Aldo menggunakan gitar akustik.
Saat aku dan Aldo latihan, Aris dan Tomo bermain PS, berhubung di rumah Aris tidak ada drum, Tomo langsung mencoba di studio. Aku dan Aldo asyik latihan, dan tidak terasa sudah jam 1 malam. Aris dan Tomo masih asyik main PS, sampai Aris bertanya, “sudah malam, masih mau latihan?”, “aku cukup deh, sudah ngantuk”, kataku, Aldo mengangguk, dan kami menyudahi latihan kami.
Aris dan Tomo juga berhenti ain PS, dan kami berempat memutuskan untuk tidur. Besok kami akan aransemen lagu baru dan aku cukup senang dengan perkembangan kami, walaupun sudah cukup lama kami tidak ikut festival atau menjadi pengisi acara, tapi paling tidak kami mendapatkan hal baru. Ikut festival atau menjadi pengisi acara bisa kami lakukan lagi setelah lulus SMP.
Sabtu siang, kami berangkat ke studio. Selama di perjalanan kami membahas kira – kira akan dibuat seperti apa, walaupun aku tidak terlalu ikut membahas hal tersebut. Aku fokus mengingat chord dan urutan lagunya, karena akan memakan banyak waktu kalau sampai lupa di studio. Latihan kami tidak diekam, sehingga kami bisa latihan normal kembali (alokasi dananya kembali normal hehehe).
Seperti biasa, Aris yang memberitahu ke Mas Adam kalau kami mau latihan dan dia mengecek ke dalam untuk memastikan semua sudah dalam posisi karena ternyata kami adalah band pertama yang menyewa studio di hari itu dan setelah semua lengkap dia memperbolehkan kami masuk. Kami langsung ke posisi kami masing – masing.
15 menit latihan kami, kami masih menyesuaikan dengan rencana awal. Kemarin kami sudah menentukan kira – kira bentuk lagunya. Kam masih sering salah, mulai dari tempo sampai salah urutan dan chord. Kami juga masih sering berdiskusi untuk menyelaraskan instrumen dengan vokal Aris. Berdasarkan pengalaman, memang memakn cukup banyak waktu untuk membuat paling tidak sesuai rencana, walaupun hasilnya masih belum bagus.
Berulang kali kami mencoba sampai akhirnya pertama kali kami bisa mengaransemen secara utuh sesuai dengan rencana kami. Kesalahan masih ada, tapi paling tidak bentuknya sudah jelas dan sekarang kami harus mengurangi kesalahan dan menambahkan hal – hal yang kami rasa kurang. Aris masih mencari sound yang cock untuknya dan Tomo masih mencari variasi lain agar lagunya lebih berwarna, sedangkan aku dan Aldo sudah merasa cukup (hehehe).
Tak terasa sudah 2 jam kami latihan dan waktu latihan kami sudah selesai. Aku pribadi merasa cukup senang dengan hasilnya, walaupun tadi Aris masih mencari sound yang tepat tapi dia bilang sudah mendapat gambaran sound yang dia inginkan. Waktu yang kami habiskan pun lebih cepat dari lagu pertama dan tiba – tiba Aris mengusulkan agar latihan minggu depan di rekam.
Kami bertiga agak kaget, karena rencana awal kami latihan seperti biasa 2 kali terlebih dahulu, setelah itu baru di rekam. Setelah berunding cukup lama akhirnya kami setuju dan setelah itu Aris langsung membertitahu Mas Adam. Posisi kami saat itu memang masih di studio, sebelum pulang kami nongkrong sebentar.
Setelah Aris memberitah Mas Adam, kami memutuskan untuk pulang. Di perjalanan, kami membahas hasil latihan, “sob, menurut kalian bagaimana hasilnya?” tanya Tomo, “kalau aku rasa sudah cukup bagus, walaupun masih ada yang perlu di rapikan lagi” kataku. “Dirapikan bagimana?” tanya Tomo, “masih ada beberapa kesalahan, wajar menurutku, terlebih ini baru pertama kali, tapi kalau minggu depan mau di rekam tentu harus dikurangi”.
“Aku setuju dengan Gia, kesalahan harus dikurangi” kata Aldo, “iya, tapi paling tidak proses aransemen kali ini lebih cepat dibanding lagu pertama kata Aris. Iya, proses mendapatkan aransemen yang diinginkan memnag lebih cepat, walaupun akhirnya bukan lagu yang benar – benar rock, tapi kami sudah sepakat yang penting hasilnya bagus (menurut kami hehehe), oh iya, kami belum tahu apa judul lagunya.
Setelah dari studio, kami pulang ke rumah kami masing – masing. Kami bertiga saat itu belum menanyakan judul lagunya ke Aris, saat itu aku berpikir minggu depan juga masih bisa ditanyakan. Judul lagu masih bisa ditanyakan nanti, yang penting kami sudah mencapai target kami. Saat memikirkan latihan tadi, aku jadi ingat kembali hasil rekaman latihan kami yang sebelumnya dan ingin mendengarkan kembali.
Semakin mendekati masa SMP kami, aku punya banyak waktu luang, meskipun demikian aku belum berhasil menciptakan lagu (hehehe). Aku berpikir lagu pertama sudah dibuat Aldo, dan lagu kedua sudah dibuat Aris, jadi saat ini aku belum harus membuat lagu (alasan hehehe). Aku kagum dengan mereka bisa menciptakan lagu sendiri, karena menurutku untuk bisa membuat lagu sendiri harus mempunyai kemampuan daya cipta dan itu tidak dimilii banyak orang.
Di dalam sebuah band, memiliki orang yang bisa membuat lagu menurutku membuat band tersebut lebih cepat berkembang dan memiliki nilai tersendiri, terlebih untuk band “sekolahan”, dimana para personilnya masih anak sekolah, walaupun band yang lebih “dewasa” juga tetap memiliki nilai tersendiri, tapi jika masih anak sekolah ada nilai yang berbeda.
Minggu depan kami akan merekam latihan kami, dan setelah itu kami fokus ke tawaran ayahnya Aris. Selama di rumah, aku latihan lagu kedua kami, sampai aku benar – benar terbiasa dan istilahnya sudah hafal diluar kepala. Berjam-jam aku latihan lagu tersebut dan selama seminggu kedepan, praktis hanya lagu teresbut yang aku mainkan, walaupun kadang aku memainkan lagu lain agar tidak jenuh.
Terkadang aku juga memainkan “Kelam”, ukan hanya agar tidak “itu – itu saja”, tapi juga agar tidak lupa dan agar aku tetap bisa menjaga sentuhan lagu tersebut. Aku merasa “saying” jika di studio kami ingin memainkan “Kelam”, aku harus menyesuaikan lagi sentuhannya dan yang lebih parah harus mengingat kembali chord dan urutan lagunya dan tentu hal tersebut akan menghambat Lucky Star secara keseluruhan.
Lirik lagu kedua pun tidak ada masalah, dalam dartian tidak perlu di revisi, sehingga fokus kami “hanya” perlu meainkan dengan sesedikit mungkin kesalahan pada saat nanti di rekam. Jika dibayangkan terlihat mudah, tapi prakteknya cukup sulit untuk tidak membuat kesalahan, tapi paling tidak kami terbantu dengan tidak adanya ha lain yang masih harus dipikirkan.
Seperti yang kubilang sebelumnya, membuat lagu sendiri adalah hal sulit, terlebih jika ada perbedaan pendapat, tapi jika berhasil rasanya sangat menyenangkan, lebih menyenangkan dibanding bisa mengcover lagu orang lain, bukan berarti mengcover lagu orang lain itu mudah, tapi kalau punya lagu endiri ada kebanggaan lain.
Sepanjang minggu ini, sampai hari Sabtu nanti aku latihan lagu kedua. Aku latihan sampai aku merasa yakin kalau aku sudah mantap memainkan lagu tersebut dan yakin kalau kesalahan – kesalahan yang ku lakukan sudah semakin sedikit dan semakin jarang terjadi. Aku terus berlatih sampai akhirnya hari Sabtu pun tiba.
Aku berangkat ke rumah Aris dan kali ini aku datang paling akhir. Ketiga temanku sudah membicarakan banyak hal untuk latihan besok, mulai dari mengulas kesalahan apa saja yang kami lakukan minggu lalu dan di bagian mana yang paling sering terjadi, karena aku yang paling akhir datang, aku menyimak dulu apa yang sudah mereka bicarakan.
Secara garis besar, aku mengerti yang mereka bicarakan dan aku memberitahu mereka kalau aku sudah latihan agar aku tidak mengulangi kesalahan yang sama. “Oh, sudah latihan ya, aku dan Aldo juga sudah coba latihan, kalau Tomo sudah tahu dan tinggal coba di studio”, kata Aris, “oh begitu”, kataku.
Aku merasa lebih tenang lagi saat mengetahui kalau teman – teman yang lain juga sudah berusaha agar tidak mengurangi kesalahan yang sama, dalam artian kita sudah mempersiapkan dengan lebih rapi. Waktu yang ada bisa kita manfaatkan dengan seefektif dan seefisien mungkin. Setelah itu kami melanjutkan membahas hal lain.
Kami mebhasa bagaimana jika ternyata hasil latihan besok masih belum maksimal. Awalnya Aldo ingin agar rekaman lagi di minggu depan, tapi Aris an Tomo tetap dengan rencana awal apapun hasil latihan besok, rekaman latihan hanya dilakukan sekali. Aku belum memutukan karena aku masih ingin mendengar lebih rinci kedua alas an mereka.
Aldo beralasan kalau besok hasilnya masih kurang bagus, maka masih harus diperbaiki dan minggu epan kita harus tahu hasilnya apakah sudah ada perbaikan atau belum, sedangkan Aris dan Tomo beralasan masalah dana dan waktu. Mereka berpendapat kalaupun hasilnya belum bagus, masih bisa iperbaiki setelah pengumuman UN, dan bukan berarti tidak latihan, latihan tetap berjalan.
Aku pikir alasan Aldo bisa diterima, api waktunya yang kurang tepat, jika dilakukan setelah lulus, kemungkinan masih bisa dilakukan, tapi masih bergantung dengan dana, walaupun mungkin tidak besar tapi karena saat tu kami masih sekolah uang kami sangat terbatas (hehehe). Aku memutuskan setuju dengan Aris dan Tomo, dan karena Aldo kalah suara akhirnya dia setuju walaupun dengan sedikit kesal (hehehe).
Silang suara akhirnya selesai dan kami fokus latihan besok. Silang suara menurutku wajar bukan hanya di band tapi juga di organisasi lain. Silang suara dalam hal yang positif menurutku memiliki arti kalau semua orang terlibat ingin hasil yang terbaik dan tidak mudah menyelaraskan pikiran banyak orang dan mencari jalan keluar adalah hal yang penting. Pengalaman ini nantinya aku sadari menjadi pengalaman yang berguna dan penting.
Setelah semua persiapan selesai, aku melakukan hal lain apalagi kalau bukan main PS (hehehe). Saat main PS, aku masih berpikir kira – kira apalagi yang yang belum dibahas, sampai aku berpikir kalau semua sudah dibahas. Keasyikan main PS, tiba – tiba aku teringat satu hal, aku belum menanyakan ke Aris apa judul lagunya.
Pertanyaan judul lagu aku tunda dulu, mungkin besok setelah latihan baru aku tanyakan. Di sela waktu gentian bermain PS, aku bermain gitar. aku ingin meyakinkan lebih lagi kalau aku sudah memainkan lagu keua dengan lebih baik, karena aku di rumah latihan dengan gitar akustik, aku ingin tahu bagaimana hasilnya di gitar listrik.
Setelah bermain beberapa saat, aku merasa kalau aku sudah lebih baik dan aku semakin kalau besok saat latihan di studio aku bisa memainkan lebih baik dibanding minngu lalu. Aku termasuk orang yang tidak terlalu percaya diri, oleh karena itu aku perlu waktu berkali-kali untuk menyakinkan diriku sendiri kalau aku sudah lebih baik bahkan sering kali juga sekedar meyakinkan ke diri sendiri kalau semua akan baik – baik saja.
Di sela waktu bermain PS, kami bertiga (kecuali Tom), bergantian bermain gitar. aku juga mendengar Aris dan Aldo latihan, dikarenakan Aldo belum mempunyai bass, dia latihan di gitar juga dan aku merasa kalau mereka juga sudah memainkan lagu kedua dengan lebih baik. Aku merasa lebih yakin lagi kalau hasil latihan besok akan lebih baik dibandingkan minggu lalu.
Kami bermain PS dan gitar sampai larut malam. Aku sampai tidak ingat jam berapa kami tidur, yang au ingat aku yang pertama tidur. Keesokan paginya saat aku terbangun, ternyata Aldo sudah bangun lebih dahulu, saat itu aku sempat berpikir berapa jam dia tidur? Jam segini sudah bangun. Aku bangun sekitar jam 06.30 pagi.
Yah sudalah, hal tersebut bukan masalah karena ada hal yang lebih menarik yang dia lakukan. Di pagi itu dia mendegarkan hasil rekaman latihan lagu “Kelam”, tapi dengan volume yang pelan, mungkin agar tidak meganggu yang lain. Seketika itu aku baru ingat kalau aku juga ingin mendengarkan kaset tersebut karena sudah cukup lama aku tidak mendengarnya.
“Lagi dengerin “Kelam” do?” tanyaku, “oh sudah bangun, iya, kangen karena sudah lama tidak mendengar” jawabnya. “Aku juga kangen ingin mendengar lagi” kataku. “Saat diawal latihan lagu ini kita masih banyak salah, tapi selanjutnya kita bisa memperbiki sampai dapat hasil yang diinginkan, di lagu kedua kita juga harus bisa memperbaiki kesalahan sebelumnya dan dapat hasil yang ingin didapat juga”.
Setelah mendengar beberapa kali dan setelah yang lain bangun, kami memutuskan untuk pulang ke rumah. Selama siap – siap di rumah, aku masih menyenandungkan “Kelam”. Aku menyenandungkan berulang kali, sampai akhirnya aku ingat kembali kalau aku harus fokus latihan dan membuatku berhenti bersenandung.
Setelah semua sudah selesai dipersiapkan (sebenarnya biasa saja hehehe), aku berangkat lagi ke rumah Aris. Sesampainya disana semua sudah datang dan setelah istirahat dan ngobrol sebentar, kami berangkat ke studio. Sampai mau lulus SMP, belum ada diantara kami yang punya kendaraan sendiri dan kami masih jalan kaki ke studio, bahkan kemanapun kami pergi, kami masih sering jalan kaki atau naik angkutan umum.
Setelah 15 menit berjalan, akhirnya kami sampai ke studio. Selama latihan band, kami nyaris tidak pernah berganti studio, hanya di awal kami membentuk band saja kami sempat beberapa kali berganti studio, sampai akhirnya kami dapat studio yang paling cocok dengan kami. Sebenarnya tidak ada alasan khusus kenapa, hanya karena kami merasa paling cocok.
Seperti biasa, setelah Aris ngomong ke Mas Adam, kami masuk studio. Tidak perlu waktu lama, setelah Aris memberi kode, kami mulai latihan. Di kesempata peryama, aku merasa kalau kami sudah lebih baik dibandingkan minggu lalu, walaupun ada beberapa kesalahan kecil, tapi aku merasa masih batas wajar dan bisa diperbaiki di kesempatan berikutnya.
“Bagimana, kita lanjut lagi?”, tanya Aris. “Ada beberapa kesalahan, tapi tidak perlu dibahas, lanjut saja” kata Aldo. Aku berpikir ternyata Aldo sependapat denganku, aku mengangguk tanda setuju lanjut, begitu pula dengan Tomo. Kami lanjut lagi dan setelah percakapan tadi, tidak ada lagi yang kami bahas sampai waktu habis.
Seperti biasa, setelah keluar studio, Aris langsung meminta kaset hasil latihan tadi. Sebelum pulang, kami menyempatkan untuk nongkrong sebentar dan ngobrol hasil latihan yang tadi. “Cuy, menurut kalian bagaimana hasil latihan tadi?” tanya Aris. “Menurutku sudah bagus, ada beberapa kali kesalahan, tapi tidak signifikan” jawab Aldo. “Sepakat sama Aldo, semua sudah sesuai dengan yang diharapkan, tinggal mendengar hasil rekamannya” kataku. “Tempo dan vokal menurutku sudah bagus” kata Tomo menambahkan.
Kami berempat sepakat kalau hasilnya sudah bagus dan sesuai dengan yang ditargetkan, walaupun kami masih harus mendengarkan kaset hasil latihan yang tadi, dan sekarang yang harus dipikirkan kita harus bisa paling tidak sebagus sekarang saat rekaman di studio rekaman sebenarnya. Kami sudah sepakat setelah ini kami hanya latihan seperti biasa dan beberapa minggu kedepan kami lebih memfokuskan diri untuk mendaftar SMA
Setelah hampir setengah jam nongkrong di studio, kami memutuskan untuk pulang, tapi sebelum itu kami akan mendengarkan kaset hasil latihan di rumah Aris untuk memastikan kalau semua memang benar – benar sudah sesuai dengan yang diharapkan. Kami berangkat ke rumah Aris dan tidak sabar ingin mendengarkan hasilnya.
Sesampainya di rumah Aris, kami langsung menyetel kaset tersebut dan belajar dari pengalaman sebelumnya kami langsung mendengarkan kaset tersebut secara penuh baru kami akan berdiskusi. Kami mendengarkan dengan seksama nyaris tidak bersuara dan setelah selesai, kami mulai diskusi kami. Kesan pertamaku setelah mendengar secara penuh adalah semakin yakin kalau hasilnya sudah sesuai seperti yang diharapkan.
“Ada beberapa bagian yang salah, tapi bisa diperbaiki di kesempatan berikutnya, kesalahan kecil, tidak signifikan, bisa diperbaiki sampai tahap tidak salah lagi” kata Aldo memulai diskusi. “Iya, kalau lebih sering latihan, kesalahan seperti itu tidak terulang lagi” tambahku. Kesalahan kecil itu seperti tempo yang agak lari, vokal yang kadang fals, dan melodi gitar yang kadang nadanya salah.
Kesalahan yang sebenarnya kalau semakin sering latihan, maka kesalahan tersebut tidak terulang, walaupun cukup menganggu. “Iya,walaupun kedepannya latihan kita tidak direkam, tap fokus kita tetap memperkecil atau bahkan menghilangkan kesalahan yang kadang masih terjadi” kata Aris. Hasil latihan kali ini juga menyakinkan kami kalau kesalahan yang kami lakukan sudah tidak sebanyak minggu lalu.
Sudah ada 2 kaset latihan yang direkam, beitu juga sudah 2 lagu yang berhasil kami buat. Terlepas dari masih banyaknya kekurangan dan kesalahan yang kami buat juga 2 lagu kami yang belum tentu orang lain akan bilang lagu kami bagus (hehehe), aku senang dengan kemajuan yang sudah kami dapatkan sejauh ini. Alasan aku senang karena kami kami masih tetap bertumbuh, menurutku bukan hanya band tapi juga organisasi atau bahkan pribadi yang baik adalah mereka yang masih punya sesuai hal yang mau diraih dan tidak berhenti memasang target baru.
1766Please respect copyright.PENANA6NwEwi5iqg
BAB 13 : PENILAIAN ORANG LAIN
Terus – menerus memikirkan hasil latihan, menyadarkanku kalau belum ada selain kami berempat yang mendengarkan lagu kami. Aku merasa kalau kami perlu pendapat orang lain untuk menilai 2 lagu yang sudah kami buat dan kami perlu pendapat yang jujur. Terpikir olehku untuk mencari orang yang kami kenal yang bisa memberikan pendapat jujurnya mengenai 2 lagu yang kami buat, tapi aku belum dapat siapa orang yang pas.
“Cuy, sepertinya kita perlu orang lain yang bisa memberikan pendapat jujur mengenai lagu kita deh” kataku memberikan usul. “Benar juga, selama ini baru kita berempat yang mendengarkan” kata Aldo, “iya, selama ini kita sudah memikirkan masalah teknis, sekarang kita perlu memikirkan masalah rasa juga, terlebih rasa dari orang lain” kata Tomo. “Iya, tapi siapa orang yang pas?” tanya Aris.
Lama kami berpikir, mencari kira – kira siapa yang pas dimintakan pendapatnya. Awalnya aku mencoba mencari salah satu dari teman kami, walaupun tetap sulit memutuskan siapa, sampai aku terpikir kenapa tidak Mas Adam saja. Kami sudah cukuplama mengenalnya dan dia sudah sering mendengar kami latihan, terlebih dia juga bagus bermain musik, aku rasa dia isa dimintakan pendapat.
Aku tidak langsung mengusulkan Mas Adam. Aku masih menunggu ide lain dari yang lain, tapi setelah cukup lama menunggu akhirnya aku mengutarakan ideku. “Cuy, bagaimana kalau Mas Adam?” usulku, setelah mengutarakan hal tersebut mereka bertiga serentak menghadap ke arahku. Mereka bertiga tidak langsung menanggapi, masih berpikir beberapa menit, sampai akhirnya Aris yang pertama menanggapi.
“Ide yang bagus, Mas Adam sudah sering mendengar kita latihan, dia juga lebih berpengalaman dari kita, pendapat dia bisa menjadi masukan yang bagus”. “Aku juga setuju, di luar kita berermpat, bisa dibilang dia sudah tahu 2 lagu kita”, kata Aldo. “Iya, kalau begitu minggu depan kita coba tanyakan langsung?” taya Tomo sekaligus respon kalau dia juga setuju. “Besok, setelah latihan, kita coba tanyakan” jawab Aris.
Kami berempat sudah sepakat kalau Mas Adam adalah orang yang akan kita mintakan pendapat dan kami berharap dia akan memberikan pendapat yang jujur, jadi kalau dia bilang lagu kami jelek, maka kita harus menerima dengan lapang dada, paling kami hanya bisa menanyakan alasannya. Intinya, apapun pendapat Mas Adam nanti, harus bisa dijadikan masukan untuk bisa lebih baik lagi kedepannya. Adanya hal lain yang harus dipikirkan membuatku hampir lupa menanyakan ke Aris apa judulnya, karena sudah teringat lagi, akhirnya aku menanyakan apa judul lagu kedua ini
Rencana tinggal rencana, akhirnya aku tidak jadi menanyakan. Aku berpikir sekalian tunggu besok saja, toh saat diskusi dengan Mas Adam juga ketahuan (ngeles aja hehehe). Aku sempat terpikir, bagaimana jika Mas Adam berpendapat kalau lagu kami tidak bagus (walaupun itu hak dia), apakah akan membuat kami kecewa dan membuat kami tidak semnagat nge-band lagi, terlebih saat itu kami belum pernah menerima pendapat jujur tentang karya kami.
Lama terpikir olehku, sampai aku merasa lebih santai dan menyimpulkan jika apapun pendapat Mas Adam atau orang lain mengenai karya kami harus diterima walaupun kita tetap harus mempunyai pendirian dan karakter dalam arti kita harus tetap punya pendirian dan tetap dalam keadaan senang saat membuat karya atau membuat sesuatu.
Keesokan paginya, setelah masing – masing dari kami sudah siap dan sudah kumpul di rumah Aris, kami langsung berangkat ke studio. Selama di perjalanan kami sempat berdiskusi kapan kami akan bertanya ke Mas Adam, apakah sebelum latihan atau sesudahlatihan dan karena kami berempat, kami terpecah menjadi 2 kelompok, Tomo dan Aldo ingin sebelum latihan, sedangkan aku dan Aris ingin setelah latihan.
Setelah berunding hampir sepanjang perjalanan, sesaat sebelum sampai studio, Tomo dan Aldo akhirnya luluh juga dan setuju akan ditanyakan setelah latihan. Sesampainya di studio, ternyata tidak ada yang latihan dan kami langsung masuk studio. Kami latihan selama 2 jam dan latihan kami hanya berfokus pada 2 lagu yang sudah kami buat. Bisa dibilang, latihan kami beberapa minggu terakhir hanya berfokus pada 2 lagu tersebut, walapun demikian aku tidak merasa jenuh mungkin karena aku merasa senang karena sudah bisa membuat lagu sendiri dan hal tersebut menjadi salah satu pencapaian terbesar dalam hidup 9walaupun bukan aku secara langsung yang membuatnya hehehe).
Saat bisa membuat karya sendiri terlebih jika hal tersebut sudah diimpikan sejak lama, bisa menciptakan sesuatu yang awalnya tidak ada dan dengan segala proses yang harus dilalui untuk bisa menciptakannya dan saat berhasil hal tersebut terasa sangat indah, terlebih jika nantinya karya tersebut bisa disukai banyak orang.
Tak terasa waktu latihan kami sudah selesai, sekarang saatnya untuk bertanya pendapat Mas Adam mengenai 2 lagu kami, karena diantara kami Aris yang paling dekat, dia yang membuka percakapan. “Mas, boleh nanya sesuatu?”, “Tanya apa?” kata Mas Adam. “Begini, kita mau minta pendapat Mas Adam tentang lagu kami dan pendapat sejujur-jujurnya” jelas Aris lebih lanjut. “Ok, tapi kenapa aku?” tanya Mas Adam.
“Karena menurut kami berempat, Mas Adam sudah sering mendengar kami latihan dan Mas Adam lebih mengerti teknis bermusik dibandingkan kami” jawab Aris. Mas Adam sempat terdiam sejenak dan setelah itu mengajak kami untuk duduk terlebih dahulu. “Aku mulai dari teknis rekaman dulu ya, menurutku hasilnya belum bagus karena memang masih ala kadarnya, kalian ada rencana rekaman di studio lain yang punya alat lebih bagus?” tanyanya.
“Ada, hasil rekaman kaset ini kami pakai sebagai pedoman nanti dan bahan evaluasi” jawab Aris. “Oh begitu, kalau begitu bagus, jadi tidak asal yang penting cari studio rekaman yang bagus, tapi sebenarnya materinya belum rapi” tanggap Mas Adam. “Sekarang aku masuk ke materi lagunya, menurutku kedua lagu tersebut cocok dengan pasar musik saat ini, pop dan tidak berat, kalau aku pribadi kurang suka dengan musik seperti itu, kalian mau konsisten di musik seperti itu?”
Pertanyaan yang menurutku sangat bagus. Kami berempat saling bertatapan sejenak, setelah aku ingat kembali sebenarnya kami ingin buat band rock, tapi setelah mencoba buat lagu, hasilnya malah pop dan aku (sepertinya kami berempat) belum memikirkan apakah akan konsisten membuat lagu seperti itu. “Awal saat kita buat lagu, tanpa kita sadari kita membuat lagu pop” jawab Aris.
“Oh, kalau begitu coba dipertimbangkan kembali mau buat band apa, jangan lupa terus belajar apapun nanti genre yang dipilih dan yang paling penting kalau berkarya apapun itu harus dijalani dan didasari kebahagiaan”. Setelah pembicaraan singkat tersebut, kami pamit dan tidak lupa mengucapkan terima kasih.
Kesimpulan yang aku ambil dari pembicaraan tersebut adalah Mas Adam berpendapat kalau lagu kami bisa diterima banyak orang walaupun dia kurang suka dengan pilihan genre yang kami buat, apakah kami akan konsisten dengan genre ini dan apakah kami masih nge-band dengan perasaan bahagia?, sesuatu hal yang sebenarnya harus tetap kita miliki.
Sepanjang perjalanan pulang, aku masih memikirkan pendapat Mas Adam, dan teman – teman yang lain juga ngobrol hal yang sama. Aku belum ikut dalam percakapan, masih mendengar pendapat mereka terlebih dahulu. Kami berempat sependapat kalau pendapat Mas Adam adalah pendapat yang walaupun cukp diplomatis, tapi tetap masukkan yang bagus bagi kami kedepannya.
Setelah cukup lama aku berdiam diri dan asyik menyelam dipikiranku sendiri, akhirnya aku tersentak dengan pertanyaan yang dilontarkan Aldo, “Masih mau buat lagu seperti ini atau kembali ke impian awal mau buat lagu rock?”. Seketikan aku terdiam kembali, begitu juga dengan kedua orang yang lain. Dalam pikiranku tidak masalah jika pada akhirnya kami tidak membuat band rock, yang penting karya kami bisa diterima banyak orang.
Bisa diterima banyak orang bukan dalam arti kami berhasil menjual banyak kaset/CD, tapi lebih banyak orang yang tahu dan menyanyikan lagu kami, saat itu aku belum memikirkan soal berapa banyak uang yang bisa kami raih, tapi masih kepuasan diri sendiri. Aku masih terdiam sampai Aris menyampaikan pendapatnya.
“Kalau aku tidak masalah pada akhirnya kita akan menciptakan lagu seperti apa, yang penting kita semua masih senang dalam menjalani setiap prosesnya”. Aku setuju dengan yang disampaikan Aris, selama masih senang tidak ada salahnya tetap ngeband, toh juga awalnya kami ngeband karena kami senang musik.
“Kalau aku tidak masalah bagaimana lagu yang akan kami ciptakan nanti, yang penting kita membuatnya dengan perasaan senang” kataku. “Aku sependapat, fokus kita adalah bagimana tetap konsisten buat lagu tanpa harus dibebankan akan jadi lagu rock atau bukan” kata Tomo. Ternyata kami berdua sepemikiran, sedangkan saat itu Aris dan Aldo belum mengutarakan pendapat mereka.
Setelah dari studio, kami langsung pulang ke rumah kami masing – masing, dan karena ada hal baru yang kami bahas bahkan sampai rumah pun aku memikirkannya, pada akhirnya aku lupa menanyakan ke Aris apa judul lagu yang dia ciptakan, sudah beberapa kali kami latihan dan aku belum tahu apa judulnya.
Walaupun aku tadi sudah menyampaikan pendapatku, tapi setelah dipikir – pikir lagi, sepertinya pada akhirnya kita harus konsisten di jalan yang kita pilih, dalam artian jika memang Lucky Star tidak jadi band rock, kita tetap konsisten, tapi perlu waktu untuk memastikannya. Konsistensi ini yang akan menentukan apakah band ini tetap berjalan atau tidak.
Setelah beberapa lama memikirkan hal tersebut membuatku lelah dan aku memutuskan untuk berhenti memikirkan hal tersebut sementara waktu dan mencoba mengalihkan ke hal – hal lain, mulai dari main gitar, nonton tv dan hal – hal lainnya sampai pikiranku lebih tenang aku benar – benar bisa sejenak melupakan hal tersebut.
Sementara mengalihkan pikiran ke hal – hal lain, aku jadi teringat kalau waktu pendaftaran SMA sudah semakin dekat dan aku belum benar – benar memutuskan akan mendaftar ke SMA mana, walaupun nilai UN ku belum keluar. Sementara menunggu sampai waktu latihan nanti, aku fokus mempertimbangkan akan memilih SMA mana dan setelah dapat, aku akan menyampaikannya ke orang tuaku.
Tak terasa minggu depan sudah pengumuman nilai UN, aku masih deg – degan menantikan nilai yang akan kudapat. Saat ini konsentrasiku terbagi 2, mempersiapkan daftar SMA dan kelanjutan proses rekaman Lucky Star, sebisa mungkin agar kedua hal tersebut bisa berjalan beriringan. Aku juga belum menanyakan teman – teman yang lain apakah mereka sudah memutuskan untuk mendaftar ke SMA mana, kalau memang memungkinkan tidak ada salahnya mencoba daftar bersama.
Saat itu mencari referansi untuk memilih SMA masih sulit, oleh karena itu aku (dan teman – teman seangkatanku) mencari referensi dari teman – teman yang lebih senior atau abang/kakak kami, bukan hanya apakah sekolah tersebut bagus atau tidak tapi juga jarak ke sekolah tersebut apakah jauh atau tidak. Salah satu cara lain biasanya kami akan memilih SMA yang kami sudah tahu sejak kami kecil dan memang sudah terkenal memiliki reputasi yang bagus.
Jika kriteria tersebut sudah terpenuhi, masih ada 1 hal lagi yang bisa menjadi hal yang bisa mengagalkan kami masuk SMA yang kami idam – idamkan yaitu persaingan nilai UN. Saat itu semua pelajar boleh memilih SMA dimanapun, walaupun jauh dari rumah mereka selama nilai mereka mencukupi dan hal tersebut sering mengagalkan banyak pelajar yang rumahnya lebih dekat.
Untuk sementara ini, hal tersebut aku kesampingkan dulu, yang penting aku sudah punya daftar sekolah yang aku inginkan dan memungkinkan (hehehe), kalau nanti nilai UN sudah keluar dan ternyata nilainya tidak sesuai dengan harapan, aku buat rencana ulang lagi dan aku juga menanyakan rencana teman – teman, siapa tahu bisa dijadikan bahan pertimbangan.
Berbeda saat memilih SMP dulu dimana orang tuaku yang lebih berperan dalam memutuskan, saat ini aku ingin punya peran yang lebih besar, toh juga yang menjalaninya aku sendiri, jadi sebisa mungkin aku dapat apa yang aku inginkan dan aku akan berusaha sebaik mungkin menjalankannya dan lebih bertanggungjawab dibanding sebelum – sebelumnya..
Walaupun hanya beberapa hari sebelum hari pengumuman tapi aku masih merasa deg – degan, bahkan semakin deg- degan. Di sisa waktu ini, aku membuat rencana cadangan jika kemungkinan terburuk terjadi yaitu nilaiku tidak cukup untuk masuk SMA Negeri yang sudah aku targetkan. Jika itu terjadi, maka aku harus mencari SMA Swasta.
Memilih SMA Swasta lebih sulit dibanding SMA Negeri. Hal tersebut disebabkan karena uang gedung dan uang sekolah yang lebih mahal dibanding SMA Negeri. Alasan yang lain karena sedikitnya rekomendasi dari teman – temanku, seperti yang ku ceritakan sebelumnya jika salah satu caraku mendapat rekomendasi adalah dari teman – temanku, terlebih kebanyakan teman – temanku bersekolah di SMA Negeri.
Walaupun lebih sulit, tapi pada akhrnya aku membuat daftar SMA Swasta yang mana jika aku tidak bisa masuk SMA Negeri, maka aku mendaftar ke salah satu SMA Swasta yang ada di daftar yang sudah aku buat. Saat itu aku berpikir, lebih baik aku mempersiapkan diri sampai kemungkinan terburuk, bukan pesimis, tapi lebih untuk berjaga – jaga.
Setelah selesai mempersiapkan diri, aku jadi kepikiran dan penasaran lagi bagaimana rencana teman – teman bandku. Apa mereka mempersiapkan diri seperti yang aku lakukan atau meraka lebih santai dan mengalir saja, tergantung nilai yang nanti didapat. Sebenarnya sebelumnya aku sudah sempat kepikiran, tapi karena ada hal lain yang aku pikirkan, aku lupa menanyakan ke teman – teman bandku.
Kadang aku berpikir apakah setelah kami lulus band ini akan tetap berlanjut atau pada akhirnya Lucky Star tidak akan berlanjut lagi. Aku mungkin tidak berbakat menjadi musisi, tapi sebisa mungkin aku ingin tetap ngeband bersama yang lain, walaupun sebenarnya jika pada akhirnya Lucky Star tidak berlanjut, aku tetap masih bisa ngeband.
Menunggu itu membosankan, terdengar klise tapi benar adanya, paling tidak yang aku rasakan saat menunggu nilai UN diumumkan yang sebenarnya hanya 2 hari lagi. Sabtu sore, setelah latihan dan lagi – lagi aku belum menanyakan ke teman – teman yang lain bagaimana rencana mereka kedepannya jika hasil yang didapat tidak sesuai yang diharapkan.
Latihan saat itu pun terasa lebih cepat dan tidak sesemangat seperti biasanya, mungkin karena kami berempat sudah benar – benar memikirkan hasil UN dan di dalam hati ada perasaan penasaran sekaligus kecemasan bagaimana hasilnya nanti.
Selesai latihan, kami langsung pulang ke rumah kami masing – masing dan tidak banyak hal yang berhubungan dengan latihan yang kami bahas. Saat itu kami (atau paling tidak aku) merasa latihan kami masih berjalan seperti biasa, tidak bertambah bagus, tapi paling tidak tidak jelek, yah seperti bagaimana biasanya saja.
1766Please respect copyright.PENANAoXZob4R5P4
1766Please respect copyright.PENANAWsGgmEFfsv
1766Please respect copyright.PENANAxWfFAJmjDT
1766Please respect copyright.PENANAdvcRBCn2ZU
1766Please respect copyright.PENANAdQETyicL96
1766Please respect copyright.PENANAMBHHe85ICe
1766Please respect copyright.PENANAp7164Rnfv3
1766Please respect copyright.PENANALBKXvNKKFR
1766Please respect copyright.PENANAFR6ZZbZOA8
1766Please respect copyright.PENANA5YMmaXiffg
1766Please respect copyright.PENANAZcubycaTYw
1766Please respect copyright.PENANAZHo0twHiFK
BAB 13 : PENGUMUMAN NILAI UN
Jika ada sesuatu hal yang benar – benar kita tunggu, waktu akan terasa lebih lambat daripada biasanya. Lagi – lagi sebuah kalimat klise, tapi lagi – lagi itu yang aku rasakan. Rasanya 1 menit itu tidak 60 detik, dan 1 jam itu tidak 60 menit sampai aku sempat berpikir kenapa tiba – tiba waktu melambat dan hal tersebut terasa tidak adil.
Ada keinginan agar cepat hari Senin dan cepat mengetahui bagaimana hasilnya, walaupun kecewa jika tidak sesuai harapan. Agak membingungkan memang, tapi jujur aku sudah merasa bosan menunggu walaupun sebenarnya sudah hampir 2 bulan aku menunggu dan kalau dipikir – pikir kembali tidak terasa jika sudah dijalankan.
Minggu pagi tiba, di hari Minggu ini tidak ada latihan dan selama 1 hari penuh aku ada di rumah. Besok hari pengumuman, dan aku baru terpikir, setelah pengumuman pun aku belum bisa mendaftar SMA, karena masih ada administrasi yang harus dilengkapi dan setelah itu baru bisa mendaftar SMA sesuai keinginanku dan sesuai dengan nilai UN yang aku dapat.
Segala persiapan dengan segala keadaan yang bisa aku pikirkan sudah ku buat, tinggal bagaimana kenyataan yang akan terjadi. Apa yang kita rencanakan belum tentu yang akan kita dapat dan besok adalah penentuan yang mana yang akan menang, hal yang sudah aku rencanakan atau justru hal yang tidak aku rencanakan.
Senin pagi tiba, aku bersiap berangkat ke sekolah. Cukup lama aku tidak ke sekolah, dan ada rasa rindu ingin melihat sekolah lagi. Sesampainya di sekolah, ternyata sudah banyak teman – teman yang sudah datang. Agak kaget juga karena biasanya belum banyak yang datang, aku sampai jam 06.00, sebenarnya bisa dibilang masih pagi jika di hari biasa.
Aku langsung ke kelasku dan bertemu teman – teman sekelas, ngobrol sambil menunggu waktu pengumuman. Kami diharuskan menunggu sampai waktu pengumuman tiba. Kami ngobrol tentang lanjut kemana setelah lulus dan pertanyaan standar lainnya ketika pengumuman sudah di depan mata dan bisa jadi saat terakhir kita bertemu paling tidak sebagai siswa SMP.
Seperti anak sekolah SMP pada umumnya, kami ngobrol dengan banyak teman sekaligus, jadi bukan obrolan tatap mata, jadinya kami langsung tahu rencana teman – teman kami sekalgus. Di setiap sekolah, biasanya ada saja teman yang “berlaga merendah”, taku kalau nilainya kecil, tidak sesuai harapan, padahal 1 kelas atau bahkan 1 sekolah tahu kalau dia itu berprestasi dan sering ranking (hehehe) dan pada akhirnya dia mendapat nilai yang tinggi.
Ada juga teman yang memang dari awal sudah pasrah dan tidak berharap terlalu tinggi dan biasanya nilai yang dia dapat memang biasa – biasa saja (hehehe). Obrolanku dengan teman – teman yang lain selain untuk mengetahui apa rencana kami kedepannya, juga untuk mengurangi rasa deg – degan yang entah kenapa muncul kembali, padahal 2 hari ini sudah hilang.
Pagi ini aku tidak bertemu teman – teman bandku yang lain, aku berpikir nant saja setelah pengumuman selesai, jadi selama menunggu pengumuman, aku hanya berada di kelas. Selama obrolan tersebut, aku teringat kembali kenangan selama aku bersekolah disini. Saat UN, aku juga sempat teringat, tapi entah kenapa saat ini berbeda.
Aku teringat kembali bagaimana aku mulai belajar gitar, bertemu dengan 3 orang teman dan akhirnya membentuk band, dapat kesempatan juara, sampai sekarang berlanjut ke tahap yang lebih tinggi lagi sampai mempunyai mimpi untuk menjadi musisi. Jika aku tidak bertemu mereka mungkin aku tidak mendapatkan hal – hal tersebut dan dalam 3 tahun aku punya sesuatu yang ingin aku raih yang belum pernah terpikirkan sebelumnya
Di tengah lamunanku, akhirnya pengumuman nilai UN dipasang, seketika para siswa langsung melihat hasil UN. Aku, seperti saat pengumuman nilai persiapan UN , masih menunggu di kelas sampai jumlah siswa yang melihat papan pengumuman berkurang. Dari raut mereka, aku menebak kalau kami semua lulus, atau paling tidak yang sudah melihat hasilnya, walaupun ada juga dari mereka yang terlihat tidak puas atas hasil yang sudah didapat.
Aku menegaskan ke diriku sendiri, apapun hasil yang didapat aku harus bisa berlapang dada, toh hasilnya sudah tidak bisa diubah. Sedikit demi sedikit jumlah siswa mulai berkurang, walaupun masih di dekat papan pengumuman. Mereka terlihat saling ngobrol satu sama lain. Akhirnya aku memutuskan untuk melihat hasil UN ku.
Agak lama aku mencari, akhirnya aku melihat hasil UN ku. Matematika 7, Bahasa Indonesia 7, dan Bahasa Inggris 7, total nilai 21. Aku terdiam sejenak, berpikir mengenai informasi yang aku dapat. Hasilnya sedikit dibawah perkiraanku, walaupun menurutku bukan hasil yang buruk, masih bisa bersaing masuk SMA yang aku rencanakan, walaupun mungkin sulit (hehehe).
Setelah aku rasa cukup melihat hasil UN, aku kembali ke kelas, tidak langsung pulang. Lagi - lagi aku terdiam sejenak sampai salah seorang temanku menyapa, “A, bagaimana hasilnya?”. “Rata – rata 7” jawabku, “Hasil yang lumayan bagus, total nilaiku 19, secara rata – rata tidak sampai 7” lanjut temanku. Cukup lama kami ngobrol, dan dilanjutkan ngobrol dengan teman yang lain bukan hanya membahas nilai, tapi juga salam perpisahan dan ucapan doa keberhasilan untuk kedepannya.
Sebenarnya kami masih harus cap 3 jari dan mengambil nilai ujian sekolah, tapi karena hal utamanya sudah selesai, hal – hal lain bisa dibilang “sekedar” formalitas saja. Cukup lama aku di sekolah, setelah aku rasa cukup, aku memutuskan untuk pulang dan memberitahu orang tuaku hasil UN yang kudapat. Aku belum menyanyakan bagaimana hasil teman – teman bandku yang lain, di saat latihan akan aku tanyakan.
Sesampainya dirumah, aku putuskan untuk istirahat sebentar sebelum memberitahu hasilnya pada orang tuaku. Ku ingat – ingat kembali rencana awalku, dan dengan pertimbangan hasil yang didapat, maka akan aku sampaikan ke orang tuaku SMA yang ingin aku tuju. Pilihan kedua, tapi tidak masalah, walaupun ada kemungkinan masuk di sekolah pilihan pertama tapi kemungkinannya tipis.
Malam pun tiba, akhirnya aku membicarakan nilai UN ke orang tuaku. Sebenarnya mereka yang menyanyakan terlebih dahulu bagaimana hasilnya. “Bagaimana hasilnya?” tanya ayahku. “Rata – rata 7, total nilai 21” jawabku. “ Hasil yang lumayan, terus bagaimana rencana memilih SMAnya?” tanya Ayahku, “Untuk sementara kemungkinan bisa masuk di pilihan kedua, tapi tetap coba dulu di pilihan pertama” jawabku. “Oh begitu, sebenarnya ada yang masih ingin dibicarakan, tapi baru akan dibicarakan setelah cap 3 jari saja” kata ayahku, “Kenapa begitu?” tanyaku, “Masih mau dibacarakan lebih lanjut lagi sama ibu” kata ayahku.
Aku tidak melanjutkan menanyakan kembali apa yang ingin dibicarakan, aku memilih untuk menurut saja dan menunggu sampai cap 3 jari selesai. Aku lebih memikirkan kembali masuk SMA mana sekalian memikirkan alternatif lain yang bisa aku ambil karena nilai UN yang sudah keluar dan memikirkan latihan band Sabtu ini sekaligus menanyakan bagaimana hasil UN yang lain.
Cap 3 jari akan diadakan hari Senin minggu depan, setelah itu mengambil hasil ujian sekolah dan Ijazah, jadi masih ada waktu sampai aku benar – benar lulus dan tidak bersekolah SMP lagi dan bersiap memakai Putih Abu – Abu. Entah kenapa seragam Putih Abu – Abu terlihat keren di mataku, apa mungkin karena citra anak SMA yang lebih bebas daripada anak SD atau SMP, entahlah yang aku rasakan aku sudah tidak sabar memakai seragam Putih Abu – Abu.
2 hari sudah berlalu sejak pengumuman nilai UN, dan sepertinya sudah tidak ada rencana lagi yang bisa aku buat, aku hanya berharap nilaiku bisa masuk disalah satu SMA pilihanku. Saat itu persaingan masuk SMA sangat sulit karena semua siswa dari berbagai kota boleh memilih SMA dimanapun yang mereka mau, tidak ada sistem Rayon ataupun Zonasi. Bisa dibilang persaingannya secara Nasional, karena saat itu ada kabar burung yang mengatakan jika masuk SMA Negeri akan lebih mudah masuk PTN (Perguruan Tinggi Negeri).
Di tengah memikirkan hal tersebut dan latihan band, aku teringat kembali perkataan ayahku 2 hari yang lalu mengenai hal yang ingin dibicarakan tersebut. Aku jadi penasaran kembali hal apa yang ingin dibicarakan dan kenapa tidak langusng dibicarakan saat itu juga, dan saat aku mengetahuinya nanti, ternyata hal tersebut mengubah hidupku sampai saat ini.
Sabtu pagi tiba, aku langsung menelepon Aris da menanyakan jam berapa mau latihan, tapi dia menjawab latihannya besok saja dan malam nanti kita kumpul di rumahnya. Sampai waktu malam tiba, aku hanya dirumah saja, sekedar bermain gitar, sekalian mempersiapkan diri untuk latihan besok (yang sebenarnya bisa latihan dirumah Aris hehehe), paling tidak untuk menghilangkan rasa bosan.
Sejak hari pengumuman UN, aku belum membahas sedikitpun bagaimana rencana kedepannya ke orang tuaku, selain karena masih menunggu cap 3 jari, aku menganggap orang tuaku sudah setuju dengan 3 pilihanku dan tinggal menunggu waktu juga tergantung bagaimana kenyataan hasil yang akan didapatkan.
Sekarang saatnya untuk fokus ke band lagi dan bagaimana rencana kedepannya, terlebih rencana kami merekam lagu di studio yang lebih baik, sudah ada 2 lagu, dan rencananya kedua lagu tersebut yang akan direkam kembali. Latihan kami besok harus serapi mungkin dan meminimalisir kesalahan agar kami lebih percaya diri saat rekaman nanti.
Sore hari tiba, aku berangkat ke rumah Aris, dan seperti biasa, kami tidak datang secara bersamaan, selalu ada yang datang terlebih dahulu dan ada yang datang belakangan, kali ini aku yang datang paling cepat. Sesampainya disana, aku tidak langsung bermain gitar atau ngobrol bagaimana latihan besok, hal pertama yang aku lakukan adalah bermain PS (hehehe), sudah cukup lama aku tidak bermain PS.
Tidak berapa lama Tomo dan Aldo datang, setelah sekian lama akhirnya kami berempat kumpul kembali di rumah Aris. Kami memulai obrolan untuk latihan besok dan mngingatkan kembali rencana rekaman kembali kedua lagu yang sudah dibuat. Sebenarnya obrolan kami standar, seperti biasa kami lakukan sebelumnya, hanya yang agak berbeda, untuk rekaman nanti, Aris tidak memakai gitarnya sendiri dan memakai gitar studio.
Setelah obrolan tentang latihan selesai, aku mulai menanyakan ke mereka nilai UN yang mereka dapat. “Bagaimana nilai UN kalian?”, “Nilaiku rata – rata 7” kata Aldo, orang yang pertama menjawab. Ternyata nilai UN dia sama sepertiku, “Aku 23, sepertinya bisa masuk SMA yang ku tuju” kata Tomo, “Aku 22” jawab Aris. Bisa dibilang Tomo memang yang paling pintar soal akademis diantara kami berempat, jadi tidak mengherankan.
Setelah itu kami lanjut ngobrol setelah lulus, ternyata bisa dibilang kami mengincar sekolah yang sama, walaupun peluang kami berbeda (hehehe), terlebih karena suatu hal yang sudah aku ceritakan sebelumnya. Kami berempat tentu berharap bisa masuk di sekolah yang sama, tapi sayangnya bukan kami yang bisa menentukan. Aku juga menanyakan bagaimana kalau ternyata tidak dapat, ternyata untuk hal yang ini kami punya perbedaan, Aris dan Aldo lebih memilih masuk sekolah swasta yang penting dekat rumah, sedangkan aku dan Tomo tetap memilih sekolah negeri walaupun agak jauh dari rumah.
Setelah ngobrol kedua hal tersebut, aku memutuskan untuk untuk main PS, Tomo buka internet, sedangkan Aldo dan Aris latihan untuk membiasakan diri lagi. Aku sudah sempat latihan di rumah, jadi untuk saat ini aku memilih main PS saja (hehehe), sedangkan Tomo membiasakan dirinya sekalian di studio saja, toh di rumah Aris tidak ada drum begitu pikirku (hehehe). Setelah mendengar merka latihan, aku jadi teringat aku belum menanyakan judul lagu kedua ke Aris, besok di studio aku akan tanyakan.
Setelah latihan cukup lama, Aris dan Aldo memutuskan untuk menyudahi latihan dan bergabung dengan aku dan Tomo main PS, seperti biasa jika kami berempat sudah main bersama, maka Cup pun dimulai. Sangat menyenangkan bisa kumpul dengan mereka bertiga, apakah kedepannya kami bisa tetap bersama? Kami berharap begitu, tapi entahlah.
Minggu pagi tiba, sebelum latihan kami pulang dulu ke rumah kami masing – masing. Sesuai kesepakatan, kami akan kumpul di rumah Aris sekitar jam 10.30 dan jika semua sudah lengkap kami langsung berangkat ke studio. Selama perjalanan ke studio, kami biasanya bercanda lelucon – lelucon yang setelah dipikir-pikir agak aneh, mulai dari mengulangi lelucon – lelucon yang pernah kami lihat di tv, sampai ngomongin orang pedagang dijalan yang kami anggap lucu.
Setelah berjalan cukup lama, akhirnya kami tiba di studio. Kami nyaris tidak pernah ganti studio, kecuali pada saat Lucky Star baru mulai latihan, tapi setelah beberapa kali latihan, kami selalu memakai studio yang sama. Kami merasa studio ini cukup nyaman, dekat dengan rumah Aris (secara tidak langsung dekat dengan rumah kami juga) dan sudah kenal baik dengan penjaga studionya.
Kami latihan 2 jam, dan biasanya juga seperti itu karena kami merasa kalau 1 jam kurang berdasarkan waktu awal – awal latihan waktu kami cukup banyak terbuang untuk memilih lagu , sedangkan kalau lebih dari 2 jam dananya tidak cukup (hehehe) dan selama ini juga kami merasa kalau 2 jam sudah cukup memadai. Kami tahu studio ini dari teman sekelas kami yang rumahnya tidak jauh dari studio.
Masih ada yang latihan, seperti biasa kami menunggu diluar studio, dan seperti biasa juga, Aris ngobrol dengan Mas Adam. Bisa dibilang diantara kami berempat, Aris yang paling dekat dengan Mas Adam. Aris sering bertanya ke dia mulai dari teknik gitar sampai bertanya tentang referensi musik, bahkan sering juga Mas Adam yang langsung memberitahu referensi musik yang menurut dia keren dan banyak referensi yang dia berikan masih aku dengar sampai saat ini.
Di sela – sela waktu menunggu giliran, kami juga sering membaca MBS yang ada di studio, saat itu kamera HP belum ada, atau kalaupun ada kualitasnya masih jelek, jadi kalau ada lagu yang kami suka, kami akan berusaha mengingat apa saja chordnya dan akan mencoba memainkannya di rumah. Semakin banyak lagu yang kita suka, semakin banyak chord yang harus dihafal, dan semakin sulit juga untuk diingat.
Giliran kami tiba, saatnya kami masuk studio. Akhir – akhir ini kami fokus latihan lagu sendiri, kadang kami juga merasa jenuh, oleh karena itu kami memutuskan di setengah jam terakhir kami akan cover lagu band yang kami suka, dan biasanya Tomo dan Aris akan bertukar posisi. Hasilnya biasanya berantakan, tapi tidak kenapa karena tujuan kami bukan untuk serius tapi lebih untuk cari tawa.
Latihan kami berjalan seperti biasa, walau cukup lama tidak latihan bersama, tapi kesalahan yang kami lakukan tidak begitu banyak dan bisa langsung diperbaiki. 2 jam latihan terasa cepat, begitu selesai kami langsung keluar studio, duduk sebentar sambil menunggu Aris membayar dan terlihat dia masih ngobrol dengan Mas Adam. Tidak berapa lama terlihat dia sudah selesai mengobrol dan setelah itu kami pulang.
Cap 3 jari diadakan besok, dan setelah itu kami akan buat jadwal untuk rekaman di studio dan kemungkinan latihan hari ini menjadi latihan terakhir sebelum rekaman. Aku cukup puas dengan latihan kami selama ini, walaupun mungkin tidak sempurna dan walaupun lagu kami jelek, tapi aku senang karena paling tidak kami sudah punya karya sendiri.
Tidak banyak yang kami bicarakan saat kembali dari studio, sampai akhirnya kami sampai dipersimpangan jalan dan kami kembali ke rumah kami masing – masing. Sesampainya di rumah aku istirahat sebentar dan teringat kembali besok adalah hari dimana ayahku akan memberitahukan sebuah hal yang sudah tertunda dari minggu lalu. Bukannya aku sudah tidak penasaran atau tidak peduli, tapi pikiranku sudah teralihkan ke rekaman kami yang tinggal menghitung hari.
Senin pagi tiba, bersiap ke sekolah. Akhirnya masa SMP sudah selesai, walaupun bisa dibilang selama SMP, aku termasuk siswa yang biasa – biasa saja, tapi paling tidak aku bisa menyelasikannya sesuai dengan targetku dan hampir semua yang aku targetkan bisa tercapai. Dibilang sudah tenang, tidak juga karena aku masih harus masuk SMA dan hal tersebut juga masih ada di kepalaku, tapi paling tidak sudah jauh lebih tenang dibanding sebelum – sebelumnya.
1766Please respect copyright.PENANAxdOY9z8KJk
1766Please respect copyright.PENANApRrJhDO2DU
1766Please respect copyright.PENANAdlIngX55mr
BAB 14 : KEPUTUSAN UNTUK MASA DEPAN
Senin pagi, aku bersiap ke sekolah. Berbeda saat pengumuman nilai UN yang ditempel di papan pengumuman dan masing – masing siswa berebut secepat mungkin untuk melihat hasilnya, sistem cap 3 jari langsung dibagi perkelas, jadi kami tidak perlu berebut, kami hanya perlu menunggu sampai giliran kami tiba, intinya lebih tertib. Seingatku kelasku bukan kelas pertama yang mendapat giliran, tapi aku tetap datang pagi seperti sekolah biasanya.
Saat pengumuman nilai UN lalu, banyak teman – temanku yang coret –coretan baju, banyak teman – temanku yang semangat tapi entah kenapa aku enggan melakukannya, satu – satunya alasannya mungkin karena aku merasa hal tersebut tidak banyak manfaatnya, tapi memang suatu hal yang sudah ada turun – menurun. Aku tidak anti atau tidak melarang (memang tidak bisa juga), tapi untuk hal yang satu itu aku merasa tidak banyak manfaatnya.
Sambil menunggu giliranku, aku keliling sekolah, mulai dari kelasku saat kelas 1, 2, kantin, sampai duduk – duduk di pinggir lapangan basket. Sekedar nostalgia, sambil berpikir cepat sekali waktu berlalu, apakah kedepannya juga waktu akan berjalan cepat? Entahlah, begitulah pikirku. Targetku sudah ada, tapi apa bisa kucapai? Entahlah, terlalu banyak hal yang dipikirkan malah jadi tidak fokus, sampai aku berpikir jalani saja yang sudah ditargetkan.
Tidak terasa waktunya kelasku untuk cap 3 jari. Kami satu – persatu melakukan cap 3 jari, sampai semua siswa di kelas kami selesai. Prosesnya, seperti di sekolah lainnya berjalan cepat. Ijazah, transkrip nilai, dan lainnya sudah bisa kami bawa pulang. Aku sudah resmi lulus dan meninggalkan masa SMP, saatnya fokus daftar SMA, dan fokus ke jenjang berikutnya, jenjang yang lebih tinggi.
Sesampainya di rumah, aku belum memberitahu orang tuaku kalau semua sudah selesai, mungkin nanti sore pikirku. Aku simpan dulu ijazah dan yang lainnya di meja belajarku. Sepertinya saat ini bukan waktu yang pas untuk memberitahukan dan menanyakan apa hal yang ingin dibicarakan dari minggu lalu.
Sore hari sudah tiba, aku sudah bersiap untuk memberitahu kalau semua sudah selesai. “Yah, ini ijazah dan yang lainnya semua sudah selesai” kataku memulai percakapan. “Iya, coba ayah lihat ya” kata ayahku. Setelah beberapa saat dia selesai aku bertanya, “Minggu lalu mau bicara apa?”, “Begini, bulan depan kita pindah rumah dan kita pindah ke luar pulau, jadi kamu tidak melanjutkan SMA disini”. Seketika aku terdiam, otakku belum siap mencerna informasi yang baru saja aku dapat.
“Loh, kok baru sekarang diberitahu, aku sudah punya rencana kedepannya, aku sudah berusaha sekuat tenaga agar band kami bisa berkembang, terus bagaimana dengan mimpiku?!” protesku. “Mau bagaimana lagi, ada hal – hal yang membuat kita harus pindah, ayah dan ibu sudah memikirkan yang terbaik untuk kita semua” kata ayahku. Aku terdiam.
Di saat percakapan itu juga aku baru tahu kalau rumah kami sudah dijual , begitu juga dengan perabotannya. Hubungan aku dan orang tuaku bisa dibilang sangat dekat, tapi entah kenapa untuk hal yang ini mereka tidak memberitahu sebelumnya dan itu membuatku sangat kecewa. Aku merasa semua hal yang aku lakukan menjadi sia – sia, terlebih untuk band kami. Aku tidak tahu bagaimana cara untuk memberitahu mereka.
Setelah percakapan tersebut juga, aku belum ngobrol lagi dengan ayahku. Sudah hampir seminggu, aku benar – benar masih merasa kecewa, marah, kesal semua jadi satu, karena hal itu juga aku tidak jadi mendaftar SMA pilihanku, dan menunggu sampai aku tiba di kota tempat tinggalku yang baru. Sabtu nanti kami akan latihan, aku masih bingung apa aku langsung sampaikan saja atau menunggu sampai dekat waktu perpisahan nanti.
Di saat semua sudah berjalan sesuai rencana, di saat itu juga semua harus terhenti, mungkin hal tersebut yang menjadi faktor terbesar kenapa aku masih larut dalam kekesalan ini. Jika hal itu tidak ada, mungkin aku bisa menerima dengan lebih baik, lebih tenang, walaupun pada akhirnya aku harus menerima kenyataan dan menerima dengan lapang dada kalau tidak semua hal berjalan sesuai rencana dan yakin kalau segala sesuatu ada yang bisa dipetik untuk kebaikan.
Sepertinya teman – teman bandku sudah mulai mencoba mendaftar SMA, memang jadwalnya sudah dibuka. Aku berharap mereka mendapatkan yang terbaik, begitu juga untuk Lucky Star, apa akan tetap lanjut rekaman dengan mencari personil lain atau harus berhenti, tentu aku berharap tetap berjalan. Aku belum memberitahu ke yang lain, aku masih berharap kepindahan ini hanya mimpi dan begitu aku terbangun aku tetap berada di kota ini, tapi yah sia – sia.
Ada kata – kata bijak yang mengatakan tidak ada yang sia – sia, tapi entah kenapa aku tidak merasa seperti itu. Aku merasa semua yang sudah aku lakukan sejauh ini menguap begitu saja. Latihan hari Sabtu nanti pun aku merasa sudah tidak fokus. Sampai saat ini aku aku belum tahu kapan dan bagaimana caranya untuk memberitahu mereka, untuk sementara aku simpan dulu sampai aku menemukannya.
Waktu terus berjalan, hari demi hari sudah terlewati, tidak terasa sudah memasuki bulan baru. Rencana rekaman kami sudah semakin dekat, kepindahan juga sudah semakin dekat, tapi aku belum juga memberitahu mereka, bahkan cara untuk menyampaikannya saja aku masih belum tahu, yang aku lakukan hanya mencoba berjalan seperti biasa, seakan tidak ada suatu hal yang bisa merubah semuanya.
Mungkin aku bermental lemah, ya aku bisa terima itu. Entah kenapa aku tidak memiliki keberanian untuk memberitahu yang lain, atau lebih tepatnya aku sering merasa ragu – ragu, sering memiliki keragu-raguan untuk mengatakannya. Aku tidak ingin kehilangan yang lain, karena itu aku “menipu” diriku sendiri seakan-akan semua berjalan seperti biasa saja, tidak akan ada yang berubah dan tidak akan ada yang merubah.
Hari keberangkatan tiba, aku akan meninggalkan kota ini, kota tempat aku dilahirkan, besar, dan belajar banyak hal. Kota yang suatu saat nanti aku berharap bisa kembali lagi bahkan bisa menetap mungkin bisa berkeluarga disini. Keadaanya mungkin berubah, tapi hal tersebut tidak menyurutkanku untuk kembali ke kota ini, kalau keinginanku yang tadi terlalu muluk, paling tidak aku tetap bisa kembali, sekedar ngobrol dengan orang – orang yang pernah aku kenal, dengan teman – teman bandku yang lain pun aku akan sangat senang.
Pada akhirnya aku bisa memberitahu teman – teman Lucky Star, awalnya mereka kaget, heran kenapa tidak memberitahu sebelumnya, dan banyak pertanyaan lainnya yang aku pikir sangat wajar. Setelah aku ceritakan semuannya, mereka pada akhirnya bisa mengerti dan berharap semua berjalan baik untukku kedepannya. Akupun berharap demikian ke mereka, berharap kalau Lucky Star harus tetap berjalan, semua yang direncanakan harus dijalankan, walaupun begitu semua tergantung ke mereka kembali.
Aku juga berterima kasih pada mereka karena sudah memberikan pengalaman yang begitu menyenangkan, memberikan banyak pembelajaran, bisa mendapat piala dari hal yang kami suka dan piala itu adalah satu – sattunya piala yang prnah aku dapatkan, memberikan kesenangan akan arti memiliki sahabat dan banyak hal lainnya. Aku merasa beruntung bisa merasakannya, mungkin hal yang sederhana untuk orang lain, tapi tidak untukku. Terima kasih untuk segalannya.
Sudah bertahun-tahun sejak aku pertama kali menginjakkan kaki di kota ini. Sejak pindah ke kota ini aku sudah tidak bermimpi lagi untuk menjadi pemain band, tapi bukan berarti aku berhenti mencoba jadi lebih baik, aku melanjutkan kuliah di kota ini juga. Sekarang aku bekerja di perusahaan kecil, sedang berusaha menjadi lebih baik lagi kedepannya. Walau sudah lama sejak aku bepisah dengan mereka, tapi masih sering terpikir olehku bagaimana kabar teman – temanku yang lain, bukan hanya teman bandku, tapi juga teman sekolahku dan orang – orang yang pernah aku kenal, semoga mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Sesekali aku juga menanyakan langsung lewat media sosial, tapi karena mereka sudah punya kehidupan masing – masing, menjadikan kami jarang berkomunikasi. Setelah aku di kota ini, aku sempat kembali ke kota itu, tidak lama hanya sekedar liburan dan bertemu beberapa teman, tapi jarak yang cukup jauh membuat aku tidak bisa sering kesana.
Inilah kisahku, terima kasih sudah mau membaca sampai terakhir. Untuk kalian yang juga pernah punya mimpi menjadi anak band tapi tidak kesampaian, tetap semangat, jalani sebaik-baiknya hal yang sedang kita lakukan, karena bisa jadi yang kita lakukan sekarang adalah hal terbaik yang bisa kita dapatkan nanti dan untuk kalian yang masih berjuang juga tetap semangat, jatuh bangun tidak bisa terelakkan, intinya tetap berjuang. Semangat !!!
1766Please respect copyright.PENANA3llbeu5gXz
.
1766Please respect copyright.PENANA0Fo35JyLk6
1766Please respect copyright.PENANA3Wz8uGfTT8
1766Please respect copyright.PENANAUJalQVFzRN
1766Please respect copyright.PENANApae6gKK4bd
.
1766Please respect copyright.PENANAayFWi1POLh
1766Please respect copyright.PENANAcBWZovSCQW
1766Please respect copyright.PENANAX46tmSPfVu
.
1766Please respect copyright.PENANAKjxC9oVnQC
1766Please respect copyright.PENANAZpcuTSFhWw
.
.
1766Please respect copyright.PENANAOC0NXtWN7g
1766Please respect copyright.PENANAXYzwVNyaHA
1766Please respect copyright.PENANAAv5SEFs8tZ
1766Please respect copyright.PENANAo1dVr217pY
1766Please respect copyright.PENANAQ6R44wZ3Up
1766Please respect copyright.PENANANoaBtmL8BY
1766Please respect copyright.PENANA2kiOO1OgS8
1766Please respect copyright.PENANAE9LYXT6WzC
1766Please respect copyright.PENANAQsWTkzTCXc
1766Please respect copyright.PENANAwLyOjrdPgW
1766Please respect copyright.PENANAvQFf010jek
1766Please respect copyright.PENANAu4lp3jfNYa
1766Please respect copyright.PENANA87p44ES6YA
1766Please respect copyright.PENANAfPYefrQ4xM
1766Please respect copyright.PENANArylRni74ru
1766Please respect copyright.PENANAS9Sir1YxfC
1766Please respect copyright.PENANAy4izXalykV
. .
1766Please respect copyright.PENANACD92LhVQFx
1766Please respect copyright.PENANAEokD6uZgk3
1766Please respect copyright.PENANAOyjd5qsz4i
1766Please respect copyright.PENANA6NNOT14fH2
1766Please respect copyright.PENANAklqk1bnHVS
1766Please respect copyright.PENANAFiGikYC20w
1766Please respect copyright.PENANAATohVegDs4
1766Please respect copyright.PENANAHp6nGXbety
1766Please respect copyright.PENANABACI7dYuNF
1766Please respect copyright.PENANA1PpqJoXLsK
1766Please respect copyright.PENANAB5IYErI4Kw
1766Please respect copyright.PENANAylverEvzYt
1766Please respect copyright.PENANA5RsuOu34TK
1766Please respect copyright.PENANAKuZxfLyUlh
1766Please respect copyright.PENANA96cIrMi96K
1766Please respect copyright.PENANAKGLHophkpn
1766Please respect copyright.PENANAUfJSE0HFdH
1766Please respect copyright.PENANAyDwzgKy06s
1766Please respect copyright.PENANAtmRmDzrTi7
1766Please respect copyright.PENANAQ66eXK9xbc
.
1766Please respect copyright.PENANAuk8sB0MrHl
1766Please respect copyright.PENANAACFDoEaa69
1766Please respect copyright.PENANAIbDAkRqO1r
1766Please respect copyright.PENANAXj4J0cqqyE
1766Please respect copyright.PENANAyyVUYpvmfu
1766Please respect copyright.PENANARI6PXsBPh6
1766Please respect copyright.PENANA0DOSQ3Wu5z
1766Please respect copyright.PENANAL6ArwRP0vq
1766Please respect copyright.PENANA6BWLT8NPfT
1766Please respect copyright.PENANAgRZZUasv2o
1766Please respect copyright.PENANA0Xfju8vgv2
1766Please respect copyright.PENANAjigliThk9F
1766Please respect copyright.PENANAM7nSmrztwW
1766Please respect copyright.PENANAjQOB7iK9Gw
1766Please respect copyright.PENANAW2GAhpJqwP
1766Please respect copyright.PENANAiqKdWH8YeY
1766Please respect copyright.PENANA1I6V5K3QoC