“I used to be fascinated by colors, rainbows, and all things lucid, but since you'll left and carry all the pigments away, i'll find it hard to retain my vivid sight, and go back to my precious black and white”.
Kau ingin tahu bagaimana rasanya mencintai setengah mati seseorang yang tidak akan bisa mencintaimu balik?
Tanya saja padaku
....
Mendung mulai menggelayuti langit Bandung sore itu. Uap-uap air sudah mengembun di jendela Oktagon 9021. Kulipat tanganku diatas meja, berusaha memusatkan perhatian pada kelas namun apa daya, langit diluar jauh lebih menarik untuk dilihat dibanding slide mata kuliah petang itu. Pukul 4.45 sudah terpampang di layar ponselku, dosen mengakhiri kuliah dengan tugas deadline minggu depan. Kurapihkan barang-barang di atas meja, binder, pulpen, tisu, dan serpihan-serpihan penghapus. Aku ingin secepatnya menuruni tangga lantai ini, karena aku tahu, dibawah telah menunggu seseorang yang membuat duniaku jungkir balik.
Bukan menungguku, tapi dia menunggu kuliah jam 5 sore itu persis di gedung yang sama denganku. Selepas melangkah keluar pintu masuk langkahku berangsek melambat. Mencoba mencari alasan untuk berlama-lama di selasar Oktagon petang itu. Sepertinya Tuhan selalu mendengar pinta kita, tak lama gerimis pun mulai berjatuhan, membuat tirai hujan yang indah di sepanjang jalan. Tentu saja aku bahagia. Bisa curi-curi pandang lebih lama ke dia. Jangan tanya apa yang paling kusuka dari dirinya, karena aku juga tidak tahu jawabannya. Apakah sah-sah saja untuk menyukai seseorang tanpa suatu alasan yang jelas? Kurasa iya. Namun bila ada satu hal konkrit dari dirinya yang paling kusuka, itu adalah matanya. I don’t know, perhaps because it’s cute, the way it looks, dan yah you tell me. And his glasses suits it very well. Hujan, hujan, hujan. Hujan saja terus supaya aku bisa terus berlama-lama disini, memandangi dia yang bersenda gurau bersama teman-temannya itu, yang, well, mungkin menyadari bahwa aku sengaja berdiri disini supaya lebih leluasa menikmati pemandangan indah ini.
Tapi sepertinya kebahagiaan ini tak berlangsung lama, teman-temanku sudah nekat untuk menembus hujan dengan jaket merah himpunan yang melekat dibadan. Apa daya, kubuka payung seraya merusak tirai-tirai hujan yang jatuh. Dan menoleh kebelakang untuk beberapa saat, memandangi tawanya dalam detik-detik yang berusaha kuhentikan, seolah aku tak akan bisa lagi menemuinya di detik selanjutnya.
....
Kurasa kisahku berawal dari malam syukuran wisuda Agustus 2015 waktu itu. Ketika sial is on my watch dan aku bersama beberapa temanku harus menjadi pengisi acara wisuda malam itu. Easy sih sebenarnya kami hanya diminta untuk membawakan beberapa lagu untuk wisudawan dan wisudawati. Di backstage kami mulai rehearsal, mencoba menghapalkan lirik lagu, mencoba-coba chords yang pas, dan aku mencoba menyamakan ambitus suara asli dari lagu yang akan kami bawakan.
“kok kayak nggak pas ya, chordnya?”
“iya nih, kayaknya ada yang kurang deh, coba tambahin D sebelum ke A”
“coba di samain dulu sama suara lo”
Kebetulan dia sedang bersama kami di belakang panggung, duduk-duduk dan menyimak perdebatan konyol kami. Fyi, dia jago banget main gitar, tapi menolak ketika diajak untuk ikutan mengisi acara malam ini. Padahal aku sudah senang ketika tahu bahwa dia juga diajak untuk mengisi acara. Aku sudah berangan- angan membayakan kita berlatih bersama. Guess what, takdir berkata “lain kali saja”. Ha. Ha.
“Coba Nik, nyanyi di C” kata Haris
Kulantunkan beberapa bait lagu
“kayaknya kurang tinggi ya, coba nih di G”
Kulantunkan lagi beberapa bait
“kok masih aneh ya?” ucapku
“Ketika ku mendengar bahwa..” aku mencoba lebih tinggi lagi
“ketika ku..” kucoba lagi tapi masih terdengar aneh
“Nik, Nik, coba yang C, kalo dari G ketinggian” Haris berkoar
“tapi kemaren gue udah coba kok, emang di G” ucapku
“tapi aneh tadi” ucap Haris kembali
“Ah, shit, gue mau denger nada aslinya dulu lah” ucapku sambil berjalan pergi dengan speaker handphone menempel di telinga.
Lalu dia tertawa.
I don’t know why i still remember it but i did.
....
Malam itu kami menyanyikan 3 lagu. Pada lagu terakhir, entah mengapa, bahkan aku tidak tahu exactly sejak kapan aku menyimpan perasaan ini pada dia. Malu sih diliatin pas nyanyi, tapi mau gimana lagi. Saat itu lagu HiVi yang berjudul “Siapkah Kau Untuk Jatuh Cinta Lagi” sedang hits, maka kami membawakan lagu itu sebagai pamungkas. Dan aku... sepertinya i was iterally sing this song for him. Untuk dia yang mengenakan batik dan duduk di sebelah kanan baris kedua. Nyanyi sambil curi-curi ke dia? Pastinya. But what’s more is, aku tidak pernah tahu sejarah kisah cintanya seperti apa, apakah dirinya pernah jatuh cinta, how deep, apakah dia pernah patah hati, atau kalau dia pernah pacaran, how he broke up, but the thing is, as the light gleamed di Aula Timur and the stars shone from above, Karis Martianda Riantoro, siapkah kau tuk jatuh cinta lagi? Pada diriku?
....
Karis Martianda Riantoro, ketua Divisi Pembinaan Anggota Baru Himpunan Mahasiswa Tambang 2014/2015, Komandan Lapangan keamanan masa pembinaan anggota baru Himpunan Mahasiswa Tambang Institut Teknologi Bandung 2013/2014, Komandan Lapangan keamanan Kaderisasi Wilayah Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan 2013, Wakil Kepala Sekolah Divisi Mentor OSKM 2013, Wakil Komandan Batalyon Divisi Mentor 2013, Danlap keamanan tergalak yang minim senyum dan kata, Abang termisterius dan yang gak mau diajakin kenalan, why on earth of all men i could find, i fall in love with you?
Aku ingat ketika angkatanku telah dilantik, dan malam itu kami berjabat tangan dengan seluruh anggota himpunan, kau berdiri di paling ujung, you refused to had a handshake, but you smiled instead. Ternyata Bang Karis bisa senyum juga ya. Lalu ketika sehari setelah kami dilantik, aku memberanikan diri ke markas himpunan dan duduk-duduk didalam, lalu berkenalan dengan penghuni didalamnya, termasuk Bang Karis, meski hanya sekedar nama dan NIM, tapi berhasil menjabat tanganmu merupakan suatu pencapaian tersendiri. And you seem so relaxed, you were not as bad as i think you are. Mungkin sejak itu benih-benih itu muncul. Atau bahkan jauh sebelum itu.
...
2 tahun sebelumnya
“FTTM 2013! Buka mata, buka telinga, dan tegakkan kepala kalian!” suara danlap yang menggelegar memantikkan semangat kami. Hari itu hari Minggu, hari dimana sebagian besar orang seharusnya menikmati the joy of doing nothing, but here i am, among FTTM brethern, sedang mendengar koar-koar danlap dan masa FTTM dalam balutan acara yang bernama Kaderisasi Wilayah. Hari ini komandan lapangan yang bertugas mengenakan jaket himpunan berwarna merah kehitaman, dengan sobek di kedua lengan dan punggung dan noda entah bekas tinta atau oli dimana-mana. Wajahnya garang, in the most cutest way.
“Ssst, Win, Danlapnya ganteng ya” bisikku sembari menyenggol bahu teman disampingku, Wina.
“Heh? Apaan ganteng sih, biasa aja” bisik Wina balik.
“Ah, masa sih, cute tau” ucapku.
“Shut up Nik, you’re gonna get us killed” desis Wina.
And then.. sorak sorai massa himpunan timur jauh kembali sambut menyambut di telinga kami. Kembali diadu-adu dan diosol-osol. Most of the time, i forgot what he said, tapi satu momen yang masih setia melekat di kepala...
“FTTM 2013! Tutup mata, tutup telinga, dan tundukkan kepala kalian!” si Danlap menutup forum pertama siang itu. Kemudian setelah blackout selesai, kami dipersilahkan untuk istirahat, solat, dan makan. Aku bergegeas duduk di trotoar badan jalan dan mulai memakan makan siangku.
“habis ini kita ada forum evaluasi ya?” tanya Gita
“kayaknya, iya, ini kan hari terakhir Kadwil” ucapku disela mengunyah spicy chicken nugget yang kubawa sebagai bekal.
“mmm bakal mampus dong kita” ujar Gita.
Aku hanya mengangkat bahu.
Kemudian si Danlap imut muncul dan berjalan kearahku, “makannya buruan ya Dek” ucapnya
“Iya Bang” ucapku seraya menambah kecepatan mengunyah,
Lalu si Danlap imut berjalan memutar kebelakang dan hilang diantara massa FTTM 2013. Kelihatannya Abangku ini sedang ngepush dedek-dedeknya supaya acara bisa berjalan sesuai timeline ya. But still, somehow that makes me happy. God, i’m so cheap.
....
“Akhirnya selesai juga ya Kadwil. Paling enggak bisa gerak lebih leluasa dikit lah ya” ucap Wina yang berjalan disampingku.
Kami berjalan menyusuri Boulevard Institut Teknologi Bandung, menuju kelas di GKU Barat lantai 3 yang naik tangganya bikin lelah setengah mampus.
“Ya, baguslah. Dua kaderisasi telah terlewati” ucapku.
Berjalan berdampingan dari arah barat laut adalah dua abang timur jauh yang mengenakan jaket himpunan berwarna abu-abu. Jaket Metalurgi. Aku dan Wina berpandangan dan serempak menyapa, “Siang, Bang” dengan senyum yang disunggingkan.
“Siang” jawab mereka lalu berlalu.
Aku menoleh ke belakang untuk memastikan, “Itu Bang Alfred ketua kadwil kan?” ucapku
“Iya” jawab Wina
“omong-omong Win, danlap keamanan kemarin pas hari terakhir siapa sih? Tau nggak?” tanyaku lagi
“yang mana ya?”
“yang itu loh, yang sebelum isoma, yang dari Tambang” ucapku
“oh itu, hmm sebentar” Wina tertegun sejenak mengingat-ingat.
Langkah kami semakin cepat menuju selasar Amphiteater GKU Barat. Siang itu matahari cerah tak berawan, dan seketika Wina bicara,
“Kalau nggak salah namanya Karis” ucapnya.
Karis.
“Ooh..” ucapku. Mataku beradu dengan Wina, menatapnya lekat-lekat seraya mengulang nama yang baru disebutnya berkali-kali dalam hati, berdoa semoga debar dihatiku ini tidak kunjung berubah menjadi sesuatu.
....
September 2014
Malam ini bintang bertaburan di angkasa. Seberapa sering kau bisa melihat bintang sebanyak ini di kota? Tidak sering pastinya. Kutenggak habis energy drink dalam beberapa kali telan.
“slow aja Nik, or you’re gonna suffocate yourself” Tora memungut botol bekas energy drink yang barusan kuhabiskan dan menaruhnya dalam karung beserta puluhan botol beling lainnya.
“I am suffocating already” ucapku tersenyum tipis.
Tora menghela nafas dan duduk disampingku “hari ini langitnya bagus ya” ucapnya. Clearly not good as doing basa-basi.
“well, not as beautiful as you” ucapku, seraya menoleh padanya dengan senyum miring.
“Oh, you’re teasing” ucap Tora disela tawanya. Raspy, but sounds so good.
Aku hanya mampu tertawa melihatnya tertawa
“But seriously, tonight sky is so pretty” ucapnya lagi
“i don’t doubt that” ucapku seraya menatap puluhan titik putih cemerlang di angkasa
Hening merayapi ruang diantara aku dan Tora
“you’re okay?” tanyanya
Aku mengangguk. Kemudian Tora berdeham,
“gue denger kabar burung kalo lo ngelukis wajah salah satu pengkader kita ya?” tanyanya lagi
Aku tertawa, “ah, itukan rumor aja. Tapi.. yah..” then i’m trailed off
Tora menatapku.
“Kenapa Nik? Sepertinya lo mau bilang sesuatu tadi”
“Enggak. Lupain aja” ucapku.
Lalu pasukan berjaket merah menjemput kami di selasar TVST. Kami segera berdiri dan membentuk barisan.
Waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 malam dan kami digiring menuju lahan kosong dibagian antah berantah kampus, demi kegiatan pembinaan anggota baru himpunan. Aspal jalan beradu keras dengan alas sepatu kami. Kami disambut dengan riuh rendah massa himpunan yang siap membantai.
Tempat kami berdiri sekarang disebut kandang domba. Karena katanya kalau siang dipakai untuk menggembala domba. Malam sangat pekat. Tak ada sahut suara binatang dan serangga di balik pepohonan. Tempat ini sangat sunyi dan terpencil.
“If we’re dead, nobody will know” bisikku pada Tora yang berbaris disampingku.
“My God, you’re over exaggerating” balas Tora.
Angkatan kami berjumlah 96 orang. Dengan total yang mengikuti kaderisasi ini berjumlah 88 orang. TAMBANG 2013. Putih diatas hitam. Baju angkatan kami. Atmosfer ini rasanya sudah tak asing lagi bagi kami. Push up, sit up, tahan posisi, istirahat tambang, semua sudah kami rasakan.
“Tambang 2013! Bentuk 10 banjar dihadapanku sekarang! Dengan wanita disebelah kananku!” Danlap sudah bertitah. Hitungan mundur sudah diteriakkan. Aku mengambil posisi paling kanan.
“satu orang interupsi aku!” Danlap memberi perintah
“Interupsi Bang!” tangan-tangan terangkat untuk membalas.
“Kau!” danlap berjalan menghampiriku,
Time froze
Semakin dekat langkahnya menuju diriku semakin ingin untuk kupalingkan wajah ini, namun apa daya, lekat tatapannya membuat berkedip pun sulit kurasa.
Aku sudah siap menerima pertanyaan apapun yang diajukan Danlap. Aku siap menanggung konsekuensi angkatanku. Aku siap bila ia teriak di depan wajahku, atau bersinggungan fisik denganku, aku siap bila ia mencaci maki, namun ia menghampiriku dan berkata, “ beritahu berapa jumlah angkatanmu yang datang dan mengapa hanya sejumlah ini yang datang, beritahu mereka pendapatmu tentang konsekuensi yang wajib kalian terima” ucapnya. Well, i wasn’t expecting his tone would be so flat and casual.
“Baik Bang” ucapku.
Saat itu aku siap untuk menerima amarahnya, aku siap bila ia melontarkan kritikan pedas dihadapan wajahku, aku siap bila lantang suaranya menyesakkan telingaku, aku siap bila matanya yang indah itu melotot dihadapanku dan menusuk perasaanku, namun ia tak lakukan satupun hal itu, instead, dia berprilaku sangat wajar dan lembut untuk seorang Karis.
....
Ketika kubuka mataku yang terlihat awalnya hanyalah buram cahaya kekuningan, kemudia cahaya tersebut berpendar dan menjelema menjadi puluhan lilin didalam botol kaca.
“Tambang 2013! Aku ingin melihat keseriusan kalian! Pada malam ini, kami ingin kalian berkomitmen menjalani proses kaderisasi ini!” Danlap berdiri dihdapan kami, ditemani dengan massa ‘jaket merah’ di tribun yang disinari puluhan temaram lilin.
“Apakah kalian serius menjalani kaderisasi ini?!”
“Serius Bang!”
“Apakah kalian yakin mengikuti kaderisasi ini?!”
“Yakin Bang!”
Kemudian dengan lantang Danlap mengumandangkan ikrar,
“Kami calon-calon-calon anggota HMT, bertekad berjuang dengan penuh semangat menjalani acara ini sampai titik darah penghabisan, dan jaket merah melekat di badan. Jika dan hanya jika kami melanggarnya, maka kami adalah orang yang pengecut, pecundang, egois, dan menyesal seumur hidup. Tekadku satu, HMT!”
Kemudiaan satu per satu dari kami berdiri di depan, mengumandangkan ikrar yang tak bisa kami hafal. Murka dengan ketidakhafalan kami, konsekuensi pun harus kami telan dengan cuma-cuma.
“Tambang 2013! Turun kalian!!!”
Maka kami turun ketanah, memasang posisi push up. Entah berapa lama waktu yang kami habiskan dalam posisi ini, hands were shaking, sweats were pouring endlessly, dengan sisa-sisa tenaga didorong semangat, demi angkatan dan ketua angkatan, akhirnya kami berhasil melantangkan ikrar dengan benar.
I think it’s true when Rihanna bilang “We found love in the hopeless place”.
Dafuq.
Of all the places it could took place, kenapa cinta memilih untuk merekah di kandang domba saat aku sedang posisi push up?
But that was so fucking romantic. Dengan sisa-sisa peluh dan tanah, diantara pendar lilin yang tertiup angin, dibawah bintang-bintang, disaksikan malaikat yang turun malam itu, diantara push up yang menyiksa, diantara langkahmu yang kulihat dari kedua lenganku yang menyangga beban kaki dan tubuhku, diantara jeda setiap kata pada ikrar, di antara nada suaramu- somewhere between tenor and bariton, diantara sisa asaku ketika kuberanjak berdiri, dan at last mengucap ikrar bersamamu, it was all worth it, i was one step closer to where you are. HMT.
Bang, kau tak hanya dapat alasan mengapa angkatanku hanya sejumlah ini yang datang, atau konsekuensi yang kau minta, tapi kau dapat lebih dari itu semua. Dariku pribadi, kau dapat lebih dari sekedar perhatianku. You win me.
In case you’re wondering who, dia adalah danlap yang sama ketika Kadwil hampir setahun yang lalu. Danlap sebelum isoma yang memintaku untuk makan lebih cepat. Yang menyuruh massa untuk menutup mata, telinga, dan menundukan kepala, namun membuka hati dan rasa yang seharusnya tak pernah ada.
....
Februari 2014
Kubuka lembaran halaman All The Bright Place. Hujan mengguyur bumi pasundan tak henti-hentinya. Kusandarkan bahu pada dinding sekre himpunan. Di dalam hangat dan cerah. Kami terjebak dalam ruangan 3 X 4 meter ini. Also, tempat mungil penuh cerita ini, yang tak pernah sepi penghuni bahkan hingga subuh berganti pagi. Ada yang mengerjakan laporan praktikum, ada yang sibuk dengan laptop, ada yang bersenda gurau, ada Karis yang lagi mau belajar buat ujian susulan, dan ada aku yang sulit membagi waktu antara membaca halaman buku dan membaca matanya.
Dia bersandar pada loker buku dan memainkan Neon-nya John Mayer dengan gitar akustik sekre yang senar tiganya sudah lepas. Percikan hujan mengembun di jendela. Aku menikmati tiap petik jemari Karis, yang flawlessly dancing with the broken chords, bahkan dengan senar yang tidak lengkap lagi,
705Please respect copyright.PENANAKal2fGxYoo
This is my favourite version of John Mayer’s Neon.
making the ambience so mellow-ic, ditengah badai hujan Februari, dan aku yang sedang jatuh hati. Kalau seperti ini terus sih tidak apa-apa. Biar saja hujan memerangkap kita selamanya disini. As long as i got his company.
“Eh Ris, belajar ayok” ucap Bang Fariz yang baru memasuki Sekre, basah akibat hujan.
“Riz! Ayok sini, gimana ini. Wkwk” karis tertawa sambil meletakkan gitar dan membuka laptopnya.
Berusaha acuh namun rasanya dia lebih menarik dari halaman novel bestseller yang berusaha kubaca siang ini. Halaman demi halaman tak kunjung berganti. Jemariku masih membuka halaman yang sama semenjak tadi. Semenjak dia effortlessly menyita perhatianku, simply by studying mineral economics. Wajahnya terhalang layar laptop dan aku berusaha menyembunyikan merah pipiku diantara halaman buku. But i swear, he caught me up staring at him, eventhough langsung kupalingkan wajahku, but i’m telling you, book is the worst camouflage to hide your blushing semi panicked-caught up face.
“Eh, liat trailer Attack on Titan yang terbaru dong” Bang Azhari mencolek Bang Adhi yang sedang menunggui komputer sekre.
“Emang bagus apa? Gue udah liat live actionnya yang pertama jelek ah” komentar Bang Obe
“Iya jelek Bang, kurang dapet gitu emosinya” ucapku menimpali
“oh kamu suka AoT juga?” tanya Bang Obe
“Iya Bang” ucapku
Hpku bergetar. Ada line masuk.
“Masih di kampus?” Riky
“Masih” balasku
“Minggu ini kamu pulang nggak?”
“Enggak kayaknya. Kenapa emang?” balasku lagi
“Gapapa. Tadinya pengen ngajak jalan. Haha”
Kuhela nafas. Kubaca chatku sebelum itu dengannya. Now that is something, gumamku dalam hati.
Kemudian percakapan Attack on Titan berlangsung kembali, menyapu Riky kembali dari benakku.
“Iyasih, kurang bagus gitu, tapi trailer sequelnya keren gitu deh” komentar Bang Azhari
“Lah, ceritanya beda juga kan di komik sama di film?” komentar Bang Adhi
“Trus tiba-tiba Mikasa pacaran sama Levi” Karis menimpali
“Iya beda gitu Bang ceritanya” Ucapku kembali megikuti alur
“Rurouni Kenshin juga aneh ah live actionnya” komentar Bang Anzhari lagi
“Tapi seru sih bang pas terkahir-terakhirnya” ucapku
“Belom tamat kan itu komiknya?” tanya Bang Obe
“Kayaknya belom sih Bang” ucapku
“Attack on Titan sih yang aneh banget. Wkwk” ucap Bang Obe.
Karis tertawa kemudian mengambil gitar kembali sembari merebahkan tubuhnya.
Hujan masih setia menemani.
Banda Neira was on the play, but all i could hear was the soft strum he make with the guitar.
Not even Riky could distract me from where he is.
....
Syukuran Wisuda Maret 2014
Aku berjalan kesana kemari mencari rompi yang seharusnya menjadi kostum untuk pembawa acara non formal malam ini. Semenit yang lalu rompi itu masih dipegang oleh Kiki. Sekarang entah dimana, mungkin sudah berpindah-pindah tangan entah di siapa.
“Ki, lihat rompi yang tadi lo pegang gak?” tanyaku
“Enggak Nik, tadi sih dipinjem bang Fikri” ucapnya
“Oke” jawabku singkat dan kembali mencari Bang Fikri
Kulihat jam di pergelangan tangan. 7.15. 15 menit lagi dan mc sudah harus naik panggung. 15 menit lagi dan tidak kutemukan rompi itu, i’m a dead man. Kucari di kerumunan. Sekelebat aku melihat rompi itu sedang dipegang oleh Bang Karis. There it is. Langsung kuberjalan menghampiri ketika Erika memegang tanganku,
“Nik, jadinya mc yang dari luar gimana? Kok belum dateng jam segini?”
“oh iya, itu mcnya masih dijemput sama Probo, agak telat makanya. Jam 7.30 harusnya udah ready” ucapku
“ini soalnya udah mepet, kalau nggak keburu kita harus nyipain mc pengganti” ucap Erika setengah panik
“Iya, tadi udah mikirin opsi itu sih, coba tanya Fani yang bagian ngurusin mc. Mcnya temennya dia soalnya. Gue masih mau nyiapin kostum mc” ucapku seraya berlalu pergi
“ok” ucap Erika pasrah.
Kuhampiri Bang Karis namun rompi itu tak lagi digenggamnya.
“Bang, tadi abang lihat rompi warna coklat nggak?” tanyaku
“Kenapa tanya saya? Saya kan gak pake rompi daritadi” ucapnya dingin
Aku hendak membalas namun dia memandang dingin. Kuhela nafas.
“okedeh, makasih bang” ucapku lalu pergi
I’m better looking for it myself
....
11 Desember 2015
“Yuk, kita mulai aja gladinya. Udah pada disini semua kan ya?” Bang Sam mengecek setiap orang yang seharusnya hadir sore ini.
“Arya belom dateng Bang, masih nyari botol bekas” ucapku
“Hmm. Bakal lama gak?”
“Katanya sih jam 4an lah baru kesini” jawabku
“Gimana nih temen-temen? Mau nunggu Arya apa kita mau mulai aja?” tanya Bang Sam
Sebagian besar setuju kalau kita menunggu Arya. Game yang akan kami uji coba merupakan salah satu rangkaian dari Latihan Dasar Kepemimpinan yang setiap tahun dilaksanakan oleh divisi PSDA himpunan. Sore ini seluruh anggota PSDA beserta pengurus inti himpunan berkumpul untuk melakukan uji coba game dan menarik inputan rangkaian acara.
“Semua list game udah dicatat kan Nik?” Tanya Bang Sam
“Iya, udah Bang, nanti tinggal dipilih aja kira-kira mau dipake yang mana” ucapku
“Oke. Semangat ya, LKO tinggal seminggu lagi”
Aku mengangguk sembari tersenyum
“Lo pj game Nik?” tanya Bang Doni yang sedang duduk santai
“Iya Bang” jawabku
“mm” Bang Doni mengangguk, “By the way Nik, itu gambar yang lo post di instagram gambarnya Karis ya?”
My heart skipped a beat
Tiba-tiba gelak tawa pecah, “cie-cie Kariss” semua orang di lapang kecil ini menyorakiku. Wanna know what’s worse? Karis is right there. Sitting beside Doni.
Fuck me
“Yang mana ya Bang?” tanyaku
“Yang itu loh..” katanya sambil membuka hpnya
“Cie Karis” orang-orang menggoda Karis yang maybe as shocked as i am right now.
Dia hanya tertawa sambil melontarkan beberapa “Apaan sih”
“Aku gambar banyak Bang, haha modelnya artis-artis gitu, salah orang Bang kayaknya” kilahku trying to be cool
“Kalo emang Karis juga gapapa kok Nik” senggol Bang Novan
“Haha enggak kok, itu mirip doang mungkin” tawaku
“Yang ini nih Nik” Bang Doni memperlihatkan gambarku
“Oh itu..” honestly, i really don’t know what to say. Busted.
“Eh-eh ada captionnya” Bang Novan merebut ponsel Bang Doni dan menatapnya sejenak kemudian membacanya perlahan,
“I wish i could lay my head on your broad shoulder,
And admire your serious taunt from closer look
With my feet on top of your battered jeans
Move your hands to the guitar which had lost it's 3rd string
You play the chords, i plucked the strings
You play and i sing
We could kiss to John Mayer's gravity
While the thunder claps and the sky cried outside and i'm slowly asleep
And we could ignore the rule of force
Where earth keeps dragging us down
Because once you open your eyes
Baby we're no longer home,
We're just outside the Saturn's belt,
A place where scientists say have the most prettiest stars to gaze,
And so what that we don't have wings?
If we could fly to each other's dream
So wake me,
Wake me when you finish doing your lullaby on me
So you could walk me home,
Or you rather have me cuddle in your arms forever?”
Wajahku memerah, begitupula Karis.
Tau kan, momen dimana rasanya seketika ingin hilang ditelan bumi? This is it. I better be dead.
....
17 Desember 2015
Langkahku beradu dengan lantai gedung energi. Dengan terburu-buru aku mencari jaketku yang tertinggal di sekre.
“Niiik, happy birthday” ucap Fina
Tertegun sesaat, kemudian aku baru teringat bahwa hari ini hari ulang tahunku
“makasih finn” ucapku
“Nik, lo ulang tahun? Happy birthday ya!” ucap Kare
“thanks Buddy” jawabku
“Niik, happy birthday” ucap Kak Resti yang keluar dari dalam sekre
“iyaa makasih kaak” jawabku
“HBD Nik” ucap Bang Mukti yang tiba-tiba muncul dibalik Kak Resti
“Wah makasih bang hehe” ucapku
Practically, everybody sitting outside were giving me their wishes. Setelah kuacak-acak meja sekre, akhirnya ketemulah cardigan pink milikku yang ketinggalan. Sneak a peek inside, aku melihat Karis sedang tidur-tiduran di dalam. Seketika aku tak ingin buru-buru kembali ke kosan. Kutarik bangku bambu dan duduk. Kubuka All The Bright Places dan mencoba membaca beberapa halaman, berharap dia akan sadar kalau hari ini hari ulang tahunku. I mean, there’s nothing more i want today, than a simple happy birthday from him. But a wish is just a wish. Orang-orang berlalu lalang mengucapkan selamatnya padaku, but nothing come out of his mouth. Dia masih asik tidur-tiduran di dalam. Well it’s not his fault, how the heck he would know?. Aku yang terlalu naif dan menganggap semua cerita harus berakhir bahagia. Aku beranjak dari dudukku. Kulipat halaman terakhirku. One last glance into him, lalu melangkah pergi.
....
Telepon genggamku bergetar. Riky, on the screen.
“Halo”
“Kuy. Lagi ngapain?” he sounds fine
“lagi mau pulang ke kosan”
“sama siapa?”
“sendiri. Naik angkot”
“oh”
“mm”
“itu foto profil di line foto kapan? Udah panjang ya rambutnya”
“foto baru itu. Ya iyalah, how long is it since the last time we met?”
“hahaha. Kamu cantik deh disitu”
Aku terdiam sesaat. Did i blush? Hell no.
“sa ae lo” ucapku
“hahaha. Bahasa apaan tuh? Anyway..” he trailed off
“Happy birthday ya” ucapnya. I swear i could hear him smile, senyum idiot khasnya Riky
“oh.. thanks” ucapku “how do you know by the way?”
“Of course i know” jawabnya kemudian tekekeh.
“Ha. Okay. Gue mau naik angkot nih. Udah ya. Bye” ucapku
“oke, hati-hati dijalan. Can i call you again tonight?”
“ya, boleh”
...
Jumat, Februari 2016
Musik menggema dari dalam sekre. Entah mengapa siang ini sekre sepi penghuni. Hanya ada lima wanita-wanita tambang berada dalam sekre bercengkrama sambil nontonin video dance artis korea dan victoria secret tutorial workout. Ketawa-ketiwi sampai bosan, aku mendongak keluar. Ada Karis sedang duduk sendirian. Well, him and his laptop.
Kulangkahkan kaki keluar dan duduk dihadapannya. Trying to make it as casual as i could be, but i couldn’t hide my giddyness.
“lagi ngerjain tugas Bang?” tanyaku
“Enggak. Lagi main game”
“Oh..”
Kucoba untuk mencari pembicaraan lain,
“Bang, dulu katanya HMT kalo rapat nggak pake kuorum ya?” tanyaku lagi
“Nggak tau”
“oh.. aku diceritain Bang Sam sih, dulu katanya HMT gapake kuorum” ucapku
Dia hanya diam dengan tatapan tak bergeming ke arah laptop.
Trying to look busy, checking phone eventhough there aren’t any messages coming in. Lock unlock. Lock unlock.
“Mau tugas akhir sama siapa Bang?” tanyaku akhirnya
“Pak Irwandy” jawabnya
“Oh.. Geoteknik bang?”
“Nggak, Ekonomi”
“Ooh..”
Lalu hening. Hanya ada suara musik dari dalam sekre, suara ketikan keyboard, dan degup jantungku yang memburu.
I’m out of word. He’s so into laptop. Atas ketidakmampuanku untuk membangun suasana dan menciptakan percakapan dua arah, tired of trying to look busy, kuangkat kaki dan kembali kedalam sekre. Hanya ada teman dan musik, but you know what they say? One thing that good about music, is when it hits you, you feel no pain.
...
“Kuy, lagi apa?”
Line dari Riky
“Nggak lagi ngapa-ngapain” balasku
“Lagi di kosan apa di kampus?”
“kosan”
Kemudian tiba-tiba ada video call, dari Riky of course.
I rolled my eyes, then hit answer. Terpampang wajah Riky, yang udah 5 tahun gak ketemu semenjak kita lulus LIA, i go on with my life dan dia go on with his life. Sejak dia bilang, “kamu lebih cocok jadi adik aku daripada pacar aku, mungkin nanti pas kamu udah kuliah i’ll call you back”. And he did. Meskipun menurutku jarak 3 tahun tidak membuat seseorang lebih cocok jadi kakak atau adik, menurutku 3 years gap is still common in relationship, but whatever.
“Lagi nagpain Kuy?” Riky smiling dari layar handphoneku
“nothing” ucapku, “ lagi main laptop aja” ucapku
“ooh. Liat dong”
“tuh” ucapku sambil memperlihatkan layar laptopku ke hp
“film apaan tuh?” cengirnya
“Daredevil” balasku
“bagus gak?”
“bagus” ucapku
“udahan ya kuy, gue mau nonton nih” ucapku
“yah, yaudah deh. Kalo besok di kosan kabarin ya.. mau video call lagi” ucapnya sambil pasang wajah melas sok imut.
“iye” ucapku, “bye”
“bye”
Lalu kuputuskan sambungan video call. I know, seharusnya yang kulakukan adalah kembali fokus mencermati cerita Matt Murdock yang berprofesi ganda antara lawyer by day dan vigilante by night, i’m into it, namun Riky keep hitting my phone. I couldn’t ignore it, because i know exactly what he’s into.
...
Sangatta, Kutai Timur 15 Juni 2016
Panas kota Sangatta sudah tidak bisa dibantah lagi. Bahkan ketika malam tiba keringat masih merembes keluar dari pori-poriku, even kipas angin tidak membantu menyegarkan lembabnya kamar kosku ini. Bila bukan karena tuntutan kuliah, kerja praktek akan kulakukan di butik bridalnya Yefta Gunawan. But it’s not all bad you know, terdampar di PT Kaltim Prima Coal selama sebulan selama puasa, as long as i can celebrate ied mubarak at home. Bahkan, menurutku kerja praktek disini it’s all about fun. Banyak senior yang baik, kerjanya seru, ilmu pun dapet. And one thing i love the most about Sangatta, despite it’s burning hot temperature, kalau malam hari kita bisa melihat bintang bertaburan and you can practically stragazing, apalagi dekat kosanku adalah sebuah tanah lapang. Perfect.
I’ve been counting days, hingga aku menyelesaikan kerja praktik ini, pulang, dan balik ke Bandung lagi, ketemu dia. Baru sebulan aja udah kangen. Gimana kalau dia sudah lulus nanti? Kurebahkan diriku diatas selembar kasur yang memisahkan antara lantai dengan panas tubuhku, speaking of, berapa lama lagi aku punya waktu sampai dia tidak akan pernah datang lagi ke sekre? 4 bulan? Hell, time flies. Tiba-tiba ruangan menjadi gelap. Kulihat keluar jendela, perumahan lembah menjadi gelap gulita. Kubuka pintu kamar dan keluar, mencari angin segar.
“mati lampu ya mbak?” tanyaku pada Mbak Fifi, yang satu kosan denganku
“iya, sekarang setiap sabtu-minggu malam ada pemadaman bergilir” ucapnya
“oh gitu..”
“punya lilin nggak? Kalau nggak punya ambil punya mbak aja di dapur” ucapnya
“oh, iya mbak, terima kasih ya mbak, nanti aku ganti kalau sudah beli lilin hehe” ucapku
“udah gapapa. Mbak keluar dulu ya, pintu jangan lupa dikunci”
“iya mbak” ucapku.
Kunyalakan lilin dan kutaruh ditengah kamar. Gelap,temaram, namum masih terlihat bayang-bayang benda. Better than nothing. No electricity, no laptop, no hiburan. Kuraih telepon genggamku dan kuketik namanya di line search.
“Bang, dulu pas KP ngekos dimana?” tulisku
Sejam kemudian
“Di Perumahan Panorama”
“ooh” tulisku
“dulu sering mati lampu gak Bang?”
“Nggak”
“hmm. Disini lagi mati lampu nih Bang, dari jam 2 siang belom nyala sampe sekarang T.T”
50 menit kemudian. Read.only.
....
“Bang, dulu kenapa pengen masuk FTTM?”
“Kata orang-orang duitnya banyak”
“Oo..kalo pengen masuk tambang?”
“Gara-gara keliatannya paling santai”
“ooh.. wkwk”
“Terus kenapa mau jadi ketua PAB Bang?”
“Haha banyak lah itu pertimbangannya. Tapi intinya ada hal-hal dari MPAB HMT yang pengen gw perbaikin”
“Mm gitu.. sedih gak Bang 2012 udah pada lulus?”
Sejam kemudian masih tidak ada balasan
Dua jam kemudian masih tidak ada balasan.
Lelah menunggu hingga akhirnya aku tertidur. Terbangun jam 4 pagi untuk sahur, and the first thing i did was to check on his messages.
Read. Only.
....
“Bang, masih nungguin hujan?”
Read
*picture of my drawing
“Chibi nergal :3”
Read
“Bang, udah balik Bandung?”
Read
“Bang kotorin jaketku dong”
Read
“Salah kirim Bang, maafin”
Read
“Bang, di Metal Hammer edisi Juli ada Behemoth loh”
Read
*picture of him on my drawing
“Buat Bang Karis”
Read
“Basket menang loh Bang”
Read
“Cie Bang, masuk teaser wisuda Oktober loh. Tapi udah diedit lagi”
Read
...
I know i’m probably stupid, childish and self centered. Most of the time, aku menayakan hal-hal silly yang memang, i know, not worth to get a reply. Tapi itu semua bukan semata-mata karena aku ingin mengganggu dia, atau out of topic, or anything. Most of the time, i just miss him. Aku hanya rindu. Aku ingin bisa berbicara tentang apapun kepadanya, bahkan hal remeh-temeh sekalipun. Yes, i am aggresive, and so full of jealously, but that’s because i’m in love with him. Apalah arti cinta jika kau rela membagi dirinya dengan orang lain?
...
Sangatta, 2 Juli 2016
Kulipat kemeja dan kutata satu persatu kedalam koper. Kurapihkan sprei tempat tidur. Kukembalikan lilin ke dapur. Yes, my intership is over. Tidak ada lagi berjalan menuju halte pukul 6 pagi menunggu bis ke kantor. Tidak ada lagi hutan di kiri-kanan jendela bis ketika memasuki area pit, dan plang ‘Bintang Office’ di sebelah kiri. No more stargazing. No more him, maybe.
Travel yang akan membawaku menuju bandara Sepinggan telah tiba. Kuletakkan koper di bagasi. Malam ini cukup cerah. As always, bintang-bintang di langit Sangatta tidak pernah mengecewakan. Deru mesin telah menyala, dan mobil mulai berjalan meninggalkan Kompleks Lembah, and Sangatta at last. Kucoba untuk memejamkan mata namun tidak bisa. Hanya kesibukan kota dibalik jendela yang dapat kulihat, with my mind flying everywhere. Karis, to you, precisely. Kuambil secarik kertas dan kutuliskan semua hal, tentang kamu Karis, yang memenuhi kepalaku saat ini,
Surat dari Bintang
705Please respect copyright.PENANAkj21EnQYsF
Orang bilang bertualang mampu untuk membantu kita melihat dunia dan memperlebar sudut pandang, namun yang kurasa adalah semesta berusaha membuat segalanya terfokus pada satu nama, satu objek dalam bingkai cerita. Orang bilang waktu mampu tuk sembuhkan berbagai luka, dan menambah warna kehidupan dengan momen-momen baru, namun satu yang kutahu, waktu tak mampu tuk temukanku sosok kembar dari dirimu. Yang mereka tahu aku datang untuk mengikuti langkahmu, menemukan sisa-sisa perjalananmu, namun aku datang untuk menghapus jejakmu. Itu yang mereka tahu. Yang mereka tidak tahu, adalah untuk memulai sesuatu yang baru kita harus menghapus lembaran yang telah penuh. Sehingga aku mampu tuk berjalan berdampingan denganmu di kemudian waktu. Yang mereka tahu aku mulai membuka hatiku untuk seseorang yang baru. Namun yang mereka tidak tahu, adalah sejatinya aku tetap setia, atheis pada satu pria. Kamu. Yang mereka tahu adalah kita satu dalam hubungan yang tak tentu, namun kenyataanya aku harus berusaha sekuat tenaga untuk menjangkau duniamu, dan aku harus menepuk bahumu agar kau menoleh dan menyadari bahwa aku akan selalu ada disaat kau butuh.
705Please respect copyright.PENANAKBgHFarbca
Yang mereka yakini rindu adalah buah karma dari jarak dan waktu. Namun bagiku rindu adalah garis khayal antara dua kalbu yang berusaha saling merangkul.
Yang menjadi pertanyaanku adalah, apakah kau mampu melihat Bintang dari Galaksimu? Apakah kau pernah menginjakkan kakimu di Bintang? Ditempatku memijakkan kakiku dan dimana setiap waktu kusandarkan pikiranku padamu. Ataukah hanya Purnama yang kau lihat? Karena aku bisa melihat merahnya Jupiter dari angkasa. Apakah kau melewati padang yang sama setiap pukul 6 pagi? Menyapa ilalang yang sama, menunggu di halte kayu yang sama, dan menyaksikan merahnya mentari yang membara di ufuk timur dibalik tirai kaca? Apakah yang kau pikirkan, ketika subuh itu kaubaca pesan dariku namun hanya bungkam yang terdengar olehku? Did i said something wrong? Do you get sick of me?
Apakah...
Ah, kita belum saling bicara pada waktu itu
Mungkin i should peace with the fact that you don't care
Aku tahu suatu saat nanti aku pasti akan temukan seseorang yang lebih baik darimu, lebih peka darimu, gentler than you, dan semua yang lebih dari dirimu. Moving on. Iya pasti.
Semua orang yang datang dalam kehidupan adalah ibarat sebuah buku. Mereka datang untuk mengajari sesuatu, ambillah manfaat dari hal-hal yang datang seiring dengan kehadiran seseorang itu.
Begitupula dengan kamu, ibarat sebuah buku, maka kamu adalah buku yang paling kugemari tuk kubuka dan kubaca berulang-ulang kali.
Paling tidak sekarang kau tahu, aku membawa kosakata baru dari dirimu pada satu rute yang sama-sama kita tuju
Kutuliskan surat dari Bintang, agar kau terkenang, ZS4405, Euclid 878, dan andromeda yang bertebaran di langit Panorama yang bertabur bintang.
Bintang, Sangatta,
Kutai Timur Juli 2016
Dan itu adalah surat yang tak pernah kukirimkan padamu Ris.
....
Agustus 2016
“Nik, kalau bolanya datang dari tendangan sudut, kamu jaga di tepi gawang, sisanya biar beck yang mengisi” ucap Bang Fariz selaku coach futsal untuk keeper. Aku mengangguk ringan mendengarkan penjelasannya. Sabtu ini HMT akan bertanding pada acara Kampung Bola 2016, sparing-sparing dan latihan sudah mulai digencarkan.
“Istirahat 5 menit ya semuanya” seru Bang Rambo selaku coach.
Kuselonjorkan kaki sambil menegak air mineral,
“Nik, nanti kalo lawan udah deket gawang dan gak ada beck, mendingan kamu maju aja blok lawannya, kalo kayak gitu nanti dia bingung sendiri mau nendang kemana” Bang Fariz mengomentari
“Oke Bang”
“Tapi inget ya, kalau udah diluar garis putih itu gaboleh ditangkep pake tangan, harus ditendang” tambahnya
“Oke bang, aman, nanti dicoba”
“Sip”
Kuunlock layar ponselku dan terdapat beberapa line masuk.. dari Riky
“lagi dimana? Ngampus?”
“nope. Latihan futsal” balasku
Ping
“Emang kamu bisa main futsal? ;( ‘’
“:P”
Lalu ponselku bergetar, ada panggilan masuk, Riky.
“Halo”
“Kuy”
“apa?”
“lagi latihan futsal?”
“iya”
“kapan tanding?”
“sabtu”
“ooh..”
Kemudian hening
“Kuy..”
“mm?”
“haha gajadi deh, nanti aja”
“apaan sih?”
“nanti aja”
“okey. Call me later pas setelah latihan ya. Don’t let me die out of curiosity”
“haha, sure, sure. I’ll call you right after futsal session. Just let me know”
“bye”
“bye”
...
Kuseka keringat di pelipisku. Kulihat jam di kantung tasku, sudah pukul 2.40. Buru-buru kurapihkan semua barang-barangku. Hari ini kelas mulai jam 3 sore. 20 minutes to go. Thank god, dosennya bukan yang strict, a little late won’t matter lah ya.
“Kamis latihan lagi ya” Bang Rambo menepuk pundakku
“Oke bang, kabarin aja mau latihan dimana” ucapku.
Kemudian ponselku bergetar. Pesan masuk.
“Kuy” Riky as always
“What’s up?”
“udah selesai latihannya?”
“udah”
“mm”
Kemudian lama tak dibalasnya
“kenapa sih Kuy?” tanyaku
“Kuy”
“gimana sih cara deketin kamu?”
“secara sah dan bisa untuk serius”
“i mean..”
“do”
“you”
“want”
“to”
“be”
“mine”
“?”
Aku terdiam. Tak tahu harus menjawab apa.
“Well, you’re getting too serious, it scares me off haha” balasku
“no, i mean it” balasnya
“apakah kamu tertarik dengan diriku?”
“if yes, can i make a move to you?” tanyanya
Damn. What the hell did you do Kuy? Where the heck are you all this time? Kenapa kamu baru datang disaat hatiku sudah memilih yang lain? Riky Agung Saputro, a lawyer, a fool, a douche, a long lost love, apakah kamu baru saja memintaku untuk jadi kekasihmu?
“i’ll think about it” balasku,
“in the meantime, make me fall in love with you”
...
Kartu berserakan di meja. Balok-balok domino tersusun rapi dalam box. Everybody throw their cards, i could only throw my heart. Karis melempar truf, sisanya tertawa dan mengutuk. Yang kulihat hanyalah robek jaketnya di bagian punggung, dan senyumnya ketika ia memalingkan wajahnya. Lagi-lagi, What The Dog saw couldn’t help me to divert my gaze. Aku suka membaca di bagian luar sekre. Banyak angin, segar, and mostly, bisa ngeliatin dia.
“erhm” Bang Adit duduk disebelahku seraya berdeham
“Bang” sapaku
Bang Adit hanya menaikkan alisnya
“Gue denger-denger lo suka sama anak didikan gue ya?” tanyanya
“hm?” tatapku bingung
“Ah, masa harus gue teriakin sih namanya”
“Oh.. Bang Karis?” jawabku sembari melirik orangnya
“iya” ucapnya puas
“Nggak, itu cuma rumor” ucapku
“Yaelah, slow aja kali Nik, apa sih yang bikin lo suka sama dia?” Bang Adit menatapku lekat. Dia akan tahu kalau aku berbohong. Kuhela nafas,
“No, it’s not like that, he’s just you know.. kind” jawabku
“mmmm karena baik ya..” tease him
I just nod
“Dianya gimana sama lo?”
“gimana, gimana maksudnya?” tanyaku
“responnya lah”
I chuckled,
“ya, gitu deh Bang, gitu-gitu aja. What could i expect?”
He cleared his throat, “Sabar ya, dia emang gitu Nik orangnya. Masih kayak anak kecil, gak tau kalau dideketin harus respon gimana”
Aku hanya mampu tersenyum tipis, “any advice?” tanyaku
“hm, berhubung kayaknya dia masih baru sama cinta-cintaan kaya gini, ada satu metode yang menurut gue pas, and you who decide it”
“Apa tuh Bang?”
He smiled, “Pedagogi”
I just stunned there,
“susah ya emang ngomong sama mantan ketua PAB” candaku kemudian tertawa
“Eh tapi lo jangan terlalu agresif juga”
“Me? Agressive? No..” ucapku, “just like you said, kalau ibarat anak ospekan nih ya, dia tuh emang butuh di agitasi, kalau nggak gitu gak ngerti-ngerti dia” ucapku
Kini giliran Bang Adit yang menatapku heran, “you, crazy girl” senyumnya kemudian.
...
Kambol (Kampung bola) Agustus 2016
“Nik, main di quarter pertama ya” ucap Bang Rambo. “Oke Bang” ucapku. “Yang lain siap-siap ya kalau ada pergantian pemain” Bang Rambo kembali menimpali. Kami bersiap-siap. Aku berjalan menuju posisiku. Gawang. Sorak sorai para suporter menggema di ruangan indoor ini. Jantungku berdegup kencang, bukan hanya karena taruhan gawang berada di tanganku, namun karena dia duduk di barisan terdepan, dan mulai menyanyikan mars himpunan kami.
...
Malam hari sebelum pertandingan
“Bang, besok dateng suporteran futsal dong” tulisku.
Read
...
“Menerjang bara, dan badai,
Saling bahu membahu!
Merah sejati, takkan berhenti,
HMT sampai mati!”
Lagu kebangsaan suporteran telah dikumandangkan. Semangat kami terbakar, pertandingan semakin sengit. Babak pertama ditutup dengan skor 0-0. Perumusan strategi permainan disusun, pergantian pemain dilakukan. Malam ini Tuhan sedang tersenyum pada HMT, babak terakhir dikemas dengan gol cantik yang dilayangkan oleh HMT. Kami bersorak-sorai, melantangkan mars, dan berjabatan tangan dengan seluruh anggota yang HMT yang turut hadir malam ini.
“Congrats ya!” Bang Novan memberiku high five
“Makasih Bang” ucapku
“Oi Nik, bagus, bagus, selamat ya” Bang Fariz dengan cool melayangkan high five
“Makasih coach” ucapku
Probably i shook hands with every HMT in this stadium, kecuali.. yah you know who
Aku berjalan melewati dirinya, hanya melayangkan senyum. Tapi aku tahu, as mush as he did, a smile could mean everything.
...
Kulepas sepatu futsalku dan kuganti dengan sandal. Kuganti jersey dengan kaos dan jeans. Ponselku bergetar dari saku celanaku. Riky.
“Halo Kuy” sapaku
“Kuy, lagi dimana?”
“Lembang, futsal” jawabku singkat
He stays still for a moment,
Kuseka keringat dengan handuk ditangan
“Gimana tawaran aku kemarin?” ucapnya
Kuhela nafas,
“Oh.. that” i said almost like a whisper
“Do you have interest in me?”
“Can i.. have you by my side?” suaranya menusuk telingaku. Bukan karena gombalnya, namun karena ketulusan yang bisa kudengar dari suaranya.
Ku terdiam sesaat. Pandanganku bertatapan dengan Marty. He’s so gorgeous isn’t he?
“Kuy?” Riky membuyarkan lamunanku
“about that.. kuy, i’m sorry” ucapku lirih
“i... i’m in love with somebody else” lanjutku
“i’m too late aren’t i?” Riky’s voice broke in my ears
“listen, we’re never gonna make it” i assure him
“That guy you choose over me... apa dia peduli saat kamu sakit? Apakah dia selalu ada disaat kamu butuh? Does he reminds you that you’re pretty and worth it? Does he share everything with you?”
“Kuy..” aku tak bisa berkata-kata
“i fucking went to Bandung when you were sick, i was there when you need me, even when i had to cope with works and meeting, i was there to listen to your fucking little pedicure accidents, i walked you home, i.., i..” he trailed off
I still don’t know what to say. Probably because eveything he said is true.
“Does he even love you?” Riky’s soft wispher touched me
“i don’t know” finally i made a voice
“And i don’t care.., Kuy, hati gue sudah memilih orang lain, dan gue gak bisa membohongi perasaan gue Kuy, i don’t even want to hurt you by pretending i’m loving you while i’m actually not” ucapku, “i don’t care if he loves me or not, all i know is that my heart sings eveytime i met him, and the glints in my eyes is even clearer eveytime our gaze meet... i’m sorry, and yes, you’re a little too late” .
....
Pertandingan hari ini usai semua. HMT suskes meraih juara 1 futsal pria dan juara 3 futsal putri. Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Bangku penonton kian sepi. Kami merapihkan semua barang-barang dan bergegas pulang. I see Karis on his way out.
Does it worth it?
Everything?
Bang,
Aku tahu aku hanya punya waktu kurang dari setahun,
Untuk bisa lebih dekat denganmu
Sebelum kau meninggalkan kampus ini dan menjadi sarjana, mengarungi dunia baru
Aku tahu waktu kita tidak banyak,
Dan kesempatan tidak datang begitu saja,
Aku tahu aku yang jatuh cinta padamu terlebih dahulu,
Aku yang mendekatimu terlebih dahulu
Dan bahkan aku masih tidak tahu bagaimana perasaanmu padaku
Aku tahu aku yang suka curi-curi pandang padamu,
Ketika kau sedang berbicara atau mengutarakan gestur,
Haha,
Karena sebagian diriku mengagumimu,
Dan sebagian lainnya menyukaimu
Aku tahu aku bukan angkatanmu,
Yang akan selalu memilikimu
Dan seluruh cintamu
Aku pendatang di hidupmu
Setoreh warna di hatimu,
Bahkan aku ragu bila aku mampu menyentuh hatimu,
Aku tahu aku butuh banyak usaha dan waktu,
Agar mampu menjadi sesuatu di hatimu
Mungkin terlalu muluk bila aku berharap tuk mampu membuatmu jatuh cinta padaku,
Namun untuk sementara waktu,
Biarkan aku mencoba segala yang ku mampu,
Dan biarkan aku tahu perasaanmu
Agar aku tak meraba dalam kalut
Dan selalu dibayangi oleh rindu
Katakanlah,
Bila tidak, tunjukkanlah
Kau tak bisa berharap aku tuk membaca hati dan pikiranmu,
Memangnya aku malaikat munkar dan nakir di pundakmu?
...
Aku adalah wanita yang menganut prinsip ‘if you love someone, tell him, if not, show him’. Karena apa gunanya menyimpan perasaan yang seharusnya tersampaikan. Bila lidahmu terlalu kelu untuk mengatkan ‘aku cinta kamu’ atau ‘ aku suka kamu’ atau apapun itu, maka tunjukkanlah. Pernah dengar bahwa mata berbicara banyak ketika kata-kata kian lumpuh tuk mengalir?. Menunjukkan perasaan pada seseorang yang disuka juga banyak macamnya. Everybody has their own way. If you have try everything, you don’t have to worry that it might never reach him, because for what i know, love is magic.
...
Basement gedung energi sudah penuh dengan massa jaket merah. Proyektor telah terpasang, semua kadiv telah datang. Forum sosialisasi wisuda Oktober akan segera dilangsungkan. Aku duduk bersandar pada salah satu pilar penyangga, di sebelah kiri layar and pretty much have an overall view of this mob. Haha, udah forsos wisuda Oktober aja ya. Hell. Where is the time when i need it the most? Where is our yesterday you and i could use it right now?. Karis berjalan memasuki basement. Suara-suara berbisik,“wah Bang Karis potong rambut”, “Jir jadi rapih banget si Karis”, “Cakep juga ya Karis kalo rambutnya pendek”. See? He could be so fucking handsome if he wants to, i mean, dia yang biasanya urakan aja looks pretty good to me, gimana kalau rapih? Such a bombshell. Short hair = mau seminar. It means i am really really running out of time. Sedih juga ya rasanya lihat rambut gondrongnya dipangkas. Bukannya aku tidak suka rambut barunya, he looks awesome in every ways kok, but just like i said, rambut rapih menandakan dia sebentar lagi mau seminar. So it’s fix then, dia akan wisuda Oktober ini.
As fierce as he always seem, dia masih saja mengkritisi kehadiran dan alasan ketidakhadiran panitia, masih saja interupsi sana-sini.
“Ssst, diem Vi” tegurku pada Viola yang ketawa ketiwi dengan Risa sedari tadi
“Kenapa sih Nik?”
“Gue mau denger Bang Karis ngomong” ucapku
“Dengerin yang dia omongin apa dengerin suaranya?” tanya Viola menggoda
“Both”
...
Forum sosialisasi berakhir dengan mufakat. Semua kesiapan sudah disetujui oleh calon wisudan dan wisudawati. Proyektor mulai digulung, ruangan mulai lengang. Aku masih setia berdiri diantara yang masih tersisa di basement ini. Berlama-lama untuk pulang. Aku ingin melihatmu. Biarlah kini aku yang terakhir pergi, i know you had paper to do.
“Nik, yuk balik” ajak Miqdam
Kulihat sekeliling, lalu kau beranjak berdiri, sambil melempar senyum ke teman-temanmu, lalu kau melangkah pergi.
“Yuk, pulang”
....
26 September 2016
Aku berdiri setengah bersandar pada rumput hias di halaman belakang prodi. Setengah deg-degan, tapi pastinya tidak sedeg-degan dia, yang masih menunggu hasil sidangnya keluar. Kemudian rombongan HMT turun dari tangga dan melangkah keluar. Kini aku tak lagi bersandar. Mungkin hari ini merupakan salah satu momen paling bahagia dalam hidupnya. Dia melangkah keluar, wajahnya sumringah, he looks so drop dead gorgeous with black tux and black tie dengan kain emblem yang bertuliskan Karis Martianda R, S.T. Akhirnya selesai juga ya sidangnya. Finally an S.T. kami semua bergantian berfoto dan memberikan selamat. I shake his hand, “Selamat ya Bang”, “Makasih Nik” senyumnya. Apa ya rasanya? Bahagia, tapi sedih pada saat yang bersamaan. I’m happy that he finally finish his study, but that also means i would no longer see him in sekre, atau komentar ini-itu saat rapat. He’s so happy. I know. I am happy if he’s happy.
Waktu sudah menunjukkan pukul tiga lewat sepuluh. Kelas hidrogeologi sudah mulai sedari tadi. Aku meninggalkan ramai-ramai ST bash-nya Karis, menuju Oktagon lantai 2. Aku tak bisa menghapus wajah bahagianya, atau tawanya saat orang-orang sibuk menyalami dirinya. Sore ini langit begitu cerah, semuanya bahagia, namun mengapa wajahku basah oleh rintik-rintik air mata?
...
Oktober 2016
Subuh itu mentari merekah di ufuk timur. Langit malam berubah menjadi kebiruan diiringi hilangnya bintang malam satu per satu. Awan putih menyeruak diantara mega, dan rasi bintang orion malam ini mulai pudar. Di tanah lapang ini seratus delapan puluh lima anggota biasa himpunan mahasiswa tambang berkumpul dengan berpusat pada ketua himpunan dan ketua pembinaan anggota baru. Baru saja kami melantik delapan puluh lima anggota muda menjadi anggota biasa himpunan. Dia berdiri disana, mengawasi dari belakang. Dingin kota Bandung subuh ini menusuk tulang, namun pandangannya masih mengundang hangat. Mars himpunan kami lantangkan tiga kali, dan berakhirlah masa pembinaan tahun ini, dan dimulailah awal hari ini. Kulantangkan mars dengan penuh asa, dikala usai kusandarkan pandangan padanya. Entah kenapa hatiku bergetar. Tahun lalu dia yang berdiri di tengah keramaian ini, memegang bendera kebanggan kami dan bersama ketua himpunan kami melantik calon adik-adik kami. Aku tahu, kini ia pasti bangga melihat berhasilnya adik-adiknya melantik adik-adiknya lagi. Subuh ini menjadi terakhir kalinya ia melantik anggota muda himpunan kami. I know it’s crazy, but even in the sillhuete i could differ his figure from others. Him with his ripped up jacket. Something inside me has melt down. Tuhan, tolong bendung air mata ini.
Tanah liat menguji langkah, kudaki bukit kecil menuju jalan padat dari tanah lapang ini. Kudapati ia sudah berada di atas. Kucoba untuk tak membuat kontak mata namun tak bisa. Kurasa dia tahu apa yang kurasa. Ada hawa rindu dan suka, yang penuh dengan kata-kata yang tak sempat terucap, mengambang diudara saat kami berpapasan. Kucoba untuk tak menoleh kebelakang. Kucoba tuk menyapa namun bibirku bungkam. Kucoba tuk melangkah melewati dia yang akan pergi dari duniaku, merelakan kenangan, melewati tanah lapang menembus ilalang dan rumput yang basah.
Setahun yang lalu aku menyesali hal sama, di tempat yang sama, dengan orang yang sama. ....
Agustus 2016
“Bang, pick gitar abang boleh buat aku nggak? buat kenang-kenangan gitu wkwk” tulisku
“Boleh” balasnya
“Yeayy makasih Bang >.< nanti bawa ya Baang”
“Okee”
Clearly, i coudn’t be happier than this.
Selepas malam madu himpunan aku mencari Karis. Dia masih bersama teman-temannya. Sangat tidak mungkin aku menghampirinya dengan teman-temannya masih disisinya. Kami akan jadi sasaran empuk ceng-cengan. Kutunggu hingga momen dimana ia sedang sendiri tiba. Sepertinya dia mampu membaca gerak gerikku. Ia tiba-tiba berjalan sendiri ke sekre. This is it, now or never. Aku memberanikan diri mengejarnya. Trying to make it look casual, but actually it’s all been planned. On the way, aku berpapasan dengan Karis di tangga, “Bang Kariss, bawa picknya gak?” ucapku. “Bawa” ucapnya, “Bentar”. Kemudian ia mengeluarkan dompetnya dan mencari-cari kedalam saku dompetnya. “Nih” ia menyodrokan pick merah Fender teardrop limited type miliknya ke tanganku. “makasih bang” ucapku. Kurogoh saku jaketku dan kuambil pick milikku, D’addario carbon KISS edition. “Bang Karis” seruku, “Nih, tukeran” ucapku sambil menyodorkan Gene Simon face on his hand. “Thank you” ucapnya. Lalu ia memasukkan pick kedalam saku jeansnya, dan berjalan ke gerombolan teman-temannya.
....
Syukuran Wisuda, 21 Oktober 2016
Suara checksound di lantai bawah menggema hingga ke lantai 1, tempat kami sedang melaksanakan ujian tengah semester kestabilan bawah tanah. Waktu sudah menunjukkan pukul 5.40. sebentar lagi open gate syukuran wisuda. Sayup-sayup suara Orkes Semi Dangdut menembus dinding. Bang, besok aku kehilangan kamu ya?. Kutatap lembar jawabanku. Nomor lima masih belum terisi, probably half of us not answering number 5. Beberapa telah menyerah dan keluar dari ruang ujian. Tak sanggup lagi untuk fokus, akhirnya aku pun menyerah. Beranjak dari tempat duduk, kurapihkan lembar jawabanku dan kuserahkan semua berkas ujian pada pengawas.
Why do you have you have to go this fast?
Kuturuni tangga gedung kuliah timur. Baru saja open gate, dia sudah muncul. Punctual as he used to be. Bahkan di hari-hari terakhirnya menjadi anggota HMT dia masih saja menjadi seorang HMT yang layak menjadi panutan. Berbalut batik coklat muda dengan rambut tersisir rapi he looks so impeccably handsome tonight. Sepintas kami bertemu pandang. Aku hampir tak sanggup berlama-lama menatap matanya itu. Mata yang membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama. People say that if you fall in love with someone’s eyes then you’ll be in love with them forever, because one thing that stays the same when aging changes the whole face, is the eyes.
Aku duduk di barisan belakang. Pemutaran video untuk wisudawan dan wisudawati sudah dimulai. Lampu mulai meredup, hingga yang bederang hanyalah layar proyektor dan bintang yang mengintip di balik awan. Video ketika dia sedang merangkak ketika pelantikan terpampang, video ketika dia sedang latihan push up, ketika sedang melantunkan mars angkatan, hingga foto-foto aib tersaji semua di layar. Gelak tawa meramaikan suasana, i smile like i’ve never hurt before.
Hiasan bintang-bintang tergantung di tali temali diatas kepala. Setiap bintang mewakili satu nama wisudawan atau wisudawati yang lulus Oktober ini. Semua wisudawan dan wisudawati kini membentuk satu barisan panjang. Time for a handshake. Aku masih mengamati dirinya dari jauh, menunggu giliran bersalam-salaman. “Ayo Nik” ajak Adi. Aku mengangguk. Aku beranjak dari kursiku dan mulai mengantri. Handshake, hugs, wishes, promises, laugh, and tears. Kini aku berhadapan dengannya, yang semenjak tadi sudah menangis like a baby. I hold his hands, “Selamat ya Bang” ucapku. Simply, karena aku tak tahu apa yang harus kukatakan padanya. Dia hanya mengangguk, disela bulir air matanya yang berjatuhan. Dan honestly, talking to him is hard, tenggorokanku mulai tercekat. Kusentuh lengannya, “jangan nangis Bang” ucapku trying to fake a smile. I know whatever i said won’t change anything in his heart, because how can i lessened somebody elses pain when i couldn’t cure mine?. So i keep on moving on, berjalan menyalami wisudawan selanjutnya.
Awalnya aku biasa saja. Sedih? Ya wajar. Until it hits me. Your love hits me so hard i’m afraid i could never recover. Esok lusa tiada lagi kamu Bang. Sekre akan kehilangan salah satu penghuni setianya. Lalu siapa yang akan kutemui di sekre? Siapa yang akan menginterupsi? Siapa yang akan menjadi semangatku ketika olim tiba? Siapa yang akan selalu ada pada setiap rapat? Siapa yang akan mengisi lubang besar dihatiku ini Bang?
Bandung terasa lebih dingin malam ini. Bulan sabit bersembunyi dibalik kabut. Look at the sky. Tidak diragukan lagi malam ini indah, but it’s nothing to me. Nothing. Nothing. Bila kenangan bisa tumpah, dan perasaan bisa overrated, maka aku tenggelam dalam momen-momen yang pernah kami lalui bersama, maka aku dibutakan oleh kepedihan,
Aku memang tak sesering itu lagi menghampiri tempat kita biasa duduk-duduk dan main kartu,
Bukan karena aku bosan,
Atau marah karena gurauan mereka,
Namun aku sedang menghindarimu
Bukan karena aku ada masalah denganmu,
Namun aku sedang melatih diriku untuk terbiasa tanpa kehadiranmu
Karena semakin sering ku bertemu denganmu,
Semakin aku yakin
Seberapa perih yang harus kutanggung,
Ketika kau dan aku tak lagi mampu tuk saling bertemu
Ketika yang kumiliki hanyalah butiran minggu yang terhempas waktu,
Kenangan untuk dipeluk,
Dan hujan disela rindu
Lalu aku tak kuat untuk menahannya lagi. Aku terisak, dan aku menangis. Menangis. Dan menangis.
...
Teman- temanku sering bertanya, “kok nggak keliatan sedih sih?”, “Masih bisa ketawa-ketawa ya..” aku hanya bisa menjawabnya dengan senyum, kadang lawakkan. But seriously, guys, kalian bercanda ya? Of course i am sad, i’m aching over, i’m as broken as broken promises. Aku tak keliahatan sedih karena memang aku memilih untuk tidak memperlihatkannya pada kalian. What good it would do if you know i cried the whole way home after syukuran wisuda, i sobbed in the toilet so that no one hear, i tore up his pictures, just to prove i am okay without him. Berpisah dengan seseorang yang kita sayang memang sulit, tapi menjalani hari-hari tanpa mereka lebih sulit lagi. For all the comments saying i better find another man, i could find a caring gents, there a billions of good looking and kind hearted man who deserves me, i know it's probably true, though it's easy to said than done, with all respect, my dear friends, my heart is not big enough to love two persons at the same time. Moving on is easy, finding love again, that is what’s difficult.
It’s all rushes back into me now,
Bang,
Momen ketika kita rapat himpunan tentang pelantikan anggota 2015 di gedung kuliah umum lantai 4, padahal rasanya baru kemarin kita ngomongin pelantikan 2014. Padahal rasanya baru kemarin ketika aku dilantik dan mengikuti rapat pertama di tempat yang sama, wondering where you are, ketika dia masih jadi anggota PSDA, the first time i know, ketika di selasar gedung kuliah umum kita membahas blueprint kaderisasi, the time when i have my first leadership trainee, my first pre graduation party, oh i want to punch you in the face, if people hadn’t know you well you’ll be branded as an ass. There are more than meets in the eye, so suits you. I am actually smiling when writing this. Remember when i played John Mayer’s stop this train on youtube and you play the guitar? I actually sang it as you plucked the string. Of course you won’t remember. Haha. Atau ketika aku bertanya apakah kamu bakal melihat konser Avenged Sevenfold, because i was desperately trying to find a friend to watch them together. You said you don’t listen to Avenged Sevenfold anymore, but that time, whenever i came to mabes you played a7x songs in guitar along in youtube. That makes me wonder... (i smile so wide writing this)
Siapapun yang denger kamu main lagu-lagunya a7x pasti bakal terkesima. Why not? It’s Sidewinder you’re playing. A frickin Sidewinder you pulled off. Inget pas kamu kepeleset terus jatuh pas latihan dasar kepemimpinan dan organisasi? Wkwk. Kepeleset aja masih lucu, gimana kalo jago J
Remember the first time i hit you up on Line?
Dengan alibi nawarin poster band-band metal, against all odds i brave myself chatting with you. You know the pharses ‘butterfly in your stomach’? itulah yang kurasakan, deg-degan macem anak SMA yang baru mau pdkt sama gebetannya. Telat ya ngalamin sensasi yang kayak begitu. Haha.
But it was worth it. Kamu akhirnya nempel beberapa posternya di loker PAB. You have no idea how happy i am to went inside mabes and find my posters strapped on your locker. And you actually took my drawing that i attached outside the locker.
....
22 Oktober 2016
Rintik gerimis beradu disela langkahku. Tanah merah lapang ini terasa begitu melekat. Hari ini terasa.. berbeda. Iringan arak-arakan wisuda berhenti, baliho merah tergelar. Ribuan wisudawan menyesakkan lapang ini, namun mataku hanya mencari dirinya. Kutemukan dirinya sedang berdiri diantara wisudawan dengan toga berlapis headband merah. Langkahku beradu dengan kerumunan massa, bila bisa ku berlari, maka aku kan berlari, menghampiri dirimu yang tak bisa kujadikan milikku. Namun kerumunan ini begitu ramai, and i am running out of time.
“Bang” ucapku
Kusodorkan bunga kepadanya, “selamat ya bang” ucapku
“Makasih” senyumnya
I smile
I don’t even take a good look at his smile, his warm and melting smile. Too warm to melt the ice in my eyes. Now i’m afraid i’ll shed some tears in front of him.
Kutatap matanya,
“Tell me, is it the fault in our stars? Is it the fate that bind us?” bisikku
“apa?” ucapnya, confused if he’ll get me wrong
“gak kenapa-kenapa bang” ucapku
Sejenak hening hadir menghampiri, believe them when people say silence is the loudest noise,
Dia hendak pergi ketika kutahan jemarinya,
“Bang” ucapku, lantas kupeluk dirinya, i let his arms around my back. It was brief, but it felt like forever. Damn i still could feel the fabric of his tux. My fingers around his back, my breath on his chest.
705Please respect copyright.PENANA38MPOq1XA5
Dear Karis,
It’s Saturday August the 14th,
It’s summer breezes that forced the leaves to fall and carried on
It’s yellow submarine,
It’s yellow on your and your chest
I thought that we could walk hand in hand these three years together
But i was wrong
What i failed to realized was..
You’ve walked one year of the time on your own
And i am your successor
What left me impressed was
The tough and tenderness you carried at once
And from that Kadwil on,
Which you stood as my favourite danlap forever,
You got more than my attention
I thought the colors of the leaves would never changed
I thought that the flowers would blossom the entire eternity
As the years would never rolls by
And i would forever have you by my side
But rain eventually makes it ways to disturb the clouds
A daybreak has come undone,
It’s morning after tomorrow’s night
It’s a quarter past three
And another 2 years have lost in me
....
November 2015
“Bang, bawa gelangnya nggak?” tanyaku pada Karis yang berpapasan denganku.
“Bawa. Bentar ya” ucapnya. Kemudian ia menyodorkanku gelang karet merah yang sudah mengecil ukurannya. “Makasih Bang” ucapku. Gelang itu milikku, tadinya kebesaran, hingga 4 bulan yang lalu kuminta Karis untuk memakaikannya untukku hingga ukurannya mengecil. Awalnya ia bingung ketika kuminta untuk memakaikannya untukku, “Bang, kecilin gelangku dong” ucapku sambil menyodorkan gelangku padanya. Dia menerima dengan tatapan bingung, “dikecilin gimana maksudnya?” “Ya dikecilin, dipake sampe kecil” ucapku, “makasih ya bang” lalu aku pergi meninggalakan dia begitu saja yang masih mencoba untuk mencerna kata-kataku.
....
22 Oktober 2016
Rombongan pengarak wisuda sudah bersiap menyambut di kanopi Sabuga siang itu. Baliho sudah digelar. Danlap sudah siap dengan bendera ditangan. Kulihat kau dari balik pintu kaca, looking so drop dead gorgeous, dressed up in double breasted black tux, bersiap untuk melangkahkan kaki keluar dari pintu Sabuga yang agung. Akhirnya hari ini datang juga. Yang selama setahun ini berusaha kuhindari. The hell did you do to me Ris? I used to be so good at forgetting, but not anymore since you barging in. And i quit every game i play, since you came and bring every shades of red in my veins.
Pintu Sabuga mulai dibuka. Wisudawan dan wisudawati melangkah keluar diiringi gegap gempita tepuk tangan. You walked it like it was hall of fame. People were busy getting close with you, asking for handshake, or to give you flowers, i can wait. Aku hanya ingin menikmati detik-detik injury timeku ini bersamamu.
705Please respect copyright.PENANAuev0tNsYyA
Some scars don't heal instantly the first time i met you,
Sure it was such a pretty summer somewhere back in 2014
As time goes by and i get to know you, breaking a little crack inside my cocoon,
I took the chance and brave the ignorance
As i get to know you better
All of my scars slowly dried, healed, and died
Even my scariest past,
It all seems so beautiful now
You popped up from my reverie,
Real, breathe, and lively
I feel like i don't need to find anymore
Time goes by,
It means everything and everything changes
Hair will grow, we'll getting old, your eyes got sharpened, and suddenly i have to live my life without you anymore
Can we just turned back the time where i met you for the first time?
I swear i would never live it so nonchalant,
But i knew none of us is strong enough to reeled back the months,
Afterall, you still have the same vibe from the first time we laid eyes,
It's just a get a little bit warmth,
After i took some time to know you better,
To look closer,
Before the icy-cold figure you're sometimes mistaken for
All i wish is to spend hereafter, laughing and smiling together with you,
I wish happiness is all we can find in life,
But if we should cry
I'll make sure we have each other shoulder to cry on,
And each other arms to hold on,
If, you want to share your laugh with me
If, you don't mind for me to shed your tears
Till we make our way back home,
Wherever it is,
And till time rowed the waves of fate, and meeting us once again,
I hope you find what you're looking for
God bless
...
Rintik gerimis mulai mewarnai langkah kaki. Arak-arakan Orkes Semi Dangdut sudah dimulai, namun tiba-tiba gerimis berubah menjadi guyuran hujan. Orang-orang berlarian mencari perlindungan di bawah atap, atau dedaunan. Warna-warni payung berpadu di Plaza Widiya. Lantunan musik semi dangdut melayu masih menemani meski diterpa suara hujan yang beradu dengan bumi. Dibawah naungan payung dia berdansa mengikuti alunan lagu. Dia dan wisudawan lainnya beserta HMT yang memiliki cukup nyali to brave the rain. I open my umbrella then join them. Life is too short to do boring things. Hujan-hujanan sesekali tidak akan membuatmu sakit. Lagipula dia saja tidak peduli. Aku bisa lebih tidak peduli lagi. Kuizinkan hujan tuk membasahi jaket merahku, membasahi butir-butir air mata di pipiku, membasuh pedih dan harapku. I find you Ris. I find you. How can i let you go when i just find you?
Do you know the saddest part about time?
It’s not being drowned in the noise of ticking thread,
Or being swept away by the sands of emotion
Or the lose of fighting to stop the wheel, so it would stand still,
Rather,
We strongly realize that we'll no longer able to stay in the same moment forever,
Yet we couldn't make the most of it
And the saddest part of memories,
Is like looking a scenery from window pane
So real and live
But you can only see it,
You count the dates till your graduation day,
While
I count the days till we parted away
...
Selepas arak-arakan dia mengucapkan terima kasih kepada seluruh panitia dan masa HMT yang telah ikut serta meramaikan wisuda kali ini. Aku berpapasan dengannya ketika ia hendak pergi. Mobilnya diparkir persis di seberang gedung energi. Jika dapat kuputar waktu, maka akan kuputar waktu kembali. Jangan pergi. Jangan pergi dulu, rinduku belum usai. Cintaku belum tersampai.
It’s an ambundance of you,
It's an eternal downpour of rain,
From the moment you slipped off of my sight
And your shadow no longer kept me tender
From warmth and rain
And pain
Though i hope someday a ray of sun would passed through
I knew this world of mine could never see it through
I used to see you between classes
Now i see you only through tears
And there's this ambundance of you
Clogging me every day
And seeping through my every cell
The first time you passed me through
I enter a state of mind
I no longer have to find
Our daily life
Is a ripple tank
And you left
It's a thunder and lightning
It's a void within me
It's a calm sea of feeling
But has lost it's water and colors
And i need to left my little island of sorrow
In order to find and be in love once more
If i could turned back the time
I swear i'll do it whatever it costs
I'll burned up in your atmosphere
I'll sweep off of your feet
I'll do it all over again
If i would've known parting is much this hard
I pray to god time will brings you back to me
But if love is all i couldn't find
I'll let this ambundance of you haunt me
I don't care if it means lonely
I don't wanna love somebody else.
...
8 November 2016
Hiasan bertema halloween menghiasi selasa gedung CAS malam ini. Suasana ceria menambah kesemarakan acara ini. Orang-orang berebutan dan berlalu lalang untuk berfoto di photo booth yang telah disediakan.
“Assalamualaikum warahmatullahi-wabarakatuh, selamat malam massa HMT, selamat datang di acara malam keakraban HMT!” seru pembawa acara. Kami bertepuk tangan. Pembawa acara kemudian menyampaikan rangkaian acara dan kami mulai mengikuti setiap rangkaian acara yang tengah berjalan.
Udah makrab lagi aja. Padahal rasanya baru kemarin makrab bareng angkatan 2014. Masih ada Karis. Masih ada dia yang mengiringi pengisi acara bernyayi malam itu. Him and his guitar, and those long and lean fingers dancing on the fretboard. Payung teduh “untuk perempuan dalam pelukan” melantun di udara. You know, i never know this song is quite romantic. Not until Karis played it that night.
...
Makrab malam ini ditutup oleh penampilan dari Orkes Semi Dangdut. Dengan jargon dan gaya khasnya, mereka membuka penampilan dengan melantunkan “Darah Biru”. Semua massa bergoyang diiringi ketukan tam-tam dan petikan mandolin. Orkes Semi Dangdut selalu mampu menampilkan penampilan yang meriah, dan menghibur dengan lawakan serta witty remarks yang menjadi ciri khas penampilan mereka. Usually, aku selalu merasa terhibur dan berjoget is not a big deal, since i enjoy their music so much. But not today. They’re fine. OSD is as flawless as always. I am not fine.
Aku merupakan salah satu regenarsi pemain Orkes Semi Dangdut angkatan 2013. Orkes Semi Dangdut, warisan budaya HMT, an asset, a band of brothers. Mungkin OSD tidak lagi semenarik itu semenjak kamu tidak ada. Well, everything will not be the same without you around. And here i am, trying so hard to dance with the music when all of my body and soul refused. Entah mengapa tiba-tiba jadi baper saat lagi OSD. It’s a really wrong time to get all baper and things. But my body still too stiff to move with the groove. Sampai akhirnya aku menyerah. Aku hanya duduk, menikmati musik dan orang-orang yang tengah berbahagia berdansa dalam hits-hits OSD yang tengah dilantunkan. Who’s gonna shred the mandolin? Who’s going to play it like it was a stractocaster?. You’re the best mandolin player that OSD ever had. Holding on to memory, i try to make some moves, until i get wild, caught up in the mosh pit, and let myself get wasted and wasted, if only that could lift the pain of missing you.
....
Epilog
Papandayan, 18 Januari 2017
“Masih kuat nggak Nik?” Zulnio berhenti dan menoleh ke rombongannya dibelakang. “Aman” ucapku sambil terus mendaki. “15 menit lagi kita istirahat ya” ucap Zul lagi. Kami memulai trekking pada pukul 4 pagi, kini langit mulai memerah dan horizon sudah mulai terbentuk di angkasa. Dingin pagi ini menyergap ke setiap inci kulit. Asap putih terbentuk ketika berbicara dan menghela nafas. “Eh, udah sampe nih, yuk, yuk semangat” ucap Dendy sambil menunjuk puncak kehijauan tak jauh dari kami berada. Hutan mati. Kami terus berjalan hingga tiba pada tanah datar. “waw, akhirnya” Farah menurunkan ranselnya dengan semangat menatap sunrise dari tepi hutan mati. Kami semua terduduk sebentar, merenggangkan kaki dan menurunkan ransel. The view is so magical. Hamparan akar-akar pohon berdiri dengan gagah diantara hamparan putih karst. Tempat ini dinamakan hutan mati karena tidak ada tumbuhan yang mampu hidup. Konon katanya dahulu kala terjadi luapan lahar yang menghanguskan seluruh tumbuhan yang berada pada jalur aliran magma, left nothing but the trunks of dead trees. Aku terduduk di tepian tebing hutan mati, menikmati hangatnya sinar matahari yang merekah dibalik kabut dan mega yang terkembang. Warna langit terbelah menjadi dua, biru dan jingga. Kupandangi layar telepon genggamku, fotoku dan Karis yang sedang memakai toga. It was taken from graduation day. Kuhela nafas panjang, asap putih terbentuk di udara. Sayang sekali kamu nggak disini ya Bang. Gumamku dalam hati.
Kau kabut yang menyusupi ingatanku,
Kau angin lembah yang berbisik di tengkukku,
Kau sinar mentari pertama di pagi itu
Kau pelangi yang kutunggu setelah hujan puas beradu
Aku tahu kau takkan pernah menyaksikan indahnya subuh ini bersamaku,
Atau menyusuri jemariku yang setengah beku
Kini aku bertarung dengan waktu
Melepas semua penasaran yang ada dan merengkuh erat semua kenangan yang ada
Kau tinggalkan hal yang tak pernah kutahu sebelum aku bertemu dengan dirimu
..
Kau tinggalkan warna di duniaku
I still remember every single moment that we shared. Perhaps you’ll asked me why reminiscing when you supposed to moving on?. Ya karena.. all that i have is memories. All that he left is a fraction of event that i could only dwell in the past. Karena yang kupunya dari darinya hanyalah kenangan yang tersimpan rapi. As fragile as it is, kenangan yang begitu rapuh dan kian memudar dan akhirnya terlupakan seiring dengan bergulirnya waktu. Aku masih ingat ketika kuperlihatkan padanya sketch wajahnya, dia bilang dia tidak tertarik, funny, when almost like everybody asking me to sketch theirs, dia malah menolak mentah-mentah. Boy, that’s what make me even more eager to catch him. Kemudian di sekre aku memperlihatkan sketch wajahnya kembali, he stopped and stare, kemudian dia bilang, “ngapain sih gambar-gambar wajah orang” then he went away, leaving me stoned and speechless. Awalya sakit sih, but i knew, Bang, you didn’t quite mean it didn’t you? Just be honest, karena aku melihat kamu tersenyum setelah mengucapkan kalimat yang menyakitkan itu. I smiled. Aku tahu kamu tidak sejahat itu kok Bang. Ataukah aku yang memang menganggap kamu sesuai dengan harapanku? Even if you’re not like i thought you are. Haha. It’s way too complicated isn’t it?.
Bang, Have you ever been in love?
Well, i know that love is one of the 5 basics human feeling, that you have very much been in love before,
The same is goes for me.
I have been in love before,
Well, it never lasts for a long period of time,
But with you, is the closest thing that my love is being returned to me.
Yes i have exes,
But i never really love them
The one i was sure i was in love,
Was either unrequited, or it never goes anywhere, stuck and eventually died
All i know is that love is a rush, ruthless game,
Until i met you.
I know i'm going to fall in love with you the second i met you
It's just a matter of time until i'm aware of that fact
And just as time take it's time
It took me nowhere to start to realize
Because i'm already in love.
Speaking of,
I rather liked to used the term in love than fall in love
Because when you fall you get hurt,
But people constantly argued
Because they think that falling into love is one of the fall that if you take, it never leaves you bleed,
But is it, really?
You're not my first love
You came after Keanu spent my worthless hour,
After Verol has left me felt nothing for him,
After Kumara was just a fling,
After Noe was just a history,
After Harsya filled my heart till it flooded,
After Andri never saw the love coming for him,
And after Dhika never returned the heart i once gave him,
Given the situation that you and i were complete stranger and we met one day,
i'm sure i'll be in love with you just the way i am right now.
Orang –orang bertanya apakah aku sekedar mengagumimu? Menyukaimu? Bahkan menyayangimu? Well... what if i am all at once?
What if i’m loving you as much as i adore you?
People say home is where your heart is. If only your heart has a door, would you let me stay and make it my own?
Angin lembah berbisik di telingaku. Hangat mentari merayapi tengkukku. Kupikir setelah sekian lama aku akan mampu untuk membuka hatiku untuk orang lain. Namun ternyata belum ada pria yang mampu menggerakan hatiku the way you do. Yeah, love takes time. Kupikir hidupku akan begitu hampa tanpa dirimu, well, it’s not that it would change the way the earth stood in this universe.
Bang,
I thought that my world would fall apart without you,
But it doesn’t
It stays where it is, revolving around it’s axis and changing days to weeks
I thought that my world would lose it’s colors, and gone pale to monochrome
But it doesn’t
It stays the same and the sun still shine as bright as it always been, and rainbows still appearing, eventhough less frequently,
I guess you can’t never really take back what you gave,
You bring me colors to paint up my world, and even when you left, you’re not taking back all the palette of colors you gave,
Though i saw, some of it sucked up into where you are, leaving trails of rainbows on your footsteps as you walked away against where i am
But somehow my world is still as vivid as it is.
I thought it’ll be hard to be in love again after you,
And it is.
Crush? They will kept coming,
But i will never have the same feeling i have with you.
Life will keep moving on,
I will carry on,
But the clock in my heart has stopped the moment you walked out from Sabuga that October.
I once fall in love with a pisces boy,
But i couldn’t make him mine,
Now i wonder if i could have another pisces boy in time,
Guess there isn’t so many fish in the water afterall.
I’m doing just fine,
Not exactly blithesome, but just fine
Inconsolable, but unbroken
Getting along very well without you in my life,
I will smile and laugh as lively as i can be,
Though it gets better when you around
I seldom shed a tears,
But when i do, it only some minutes of pouring tears before i’m done,
Though it gets harder and longer whenever it is something about you
But i’m doing just fine
Because,
I knew some people are meant to fall for each other,
But not to fit each other
I knew some people are happened to crossed path,
But not to walk it together
Some people were meant to get warm just by looking at each other smiles,
But their tears would forever be apart
Because God make us fall in love to see
To understand,
Why some of this would never work out like it should be,
To taste the bittersweet of love,
And the sacrifices it has in order to be loved.
I knew i never had your heart,
But knowing you is everything
....
For Mad Doc,
My favourite HMT in person, my favourite OSKM mentor, my number 1 danlap, head of PAB, mandolinist, and guitarist (though i never really saw you play live on stage, but you’ll still be my favourite, after Zacky Vengeance and Dave Murray of course J)
Happy graduation Bang, sukses selalu, selamat mengabdi kepada tuhan, bangsa, dan almamater. Stay idealist as ever, keep being the chauvinistic jerk that i love. I wish you have all the best in life, semoga cepet bisa nonton Behemoth live, dan semoga kita bisa ketemu di konser-konser metal \m/
You’re my present. In both noun and verb.
If you’re reading this, i miss you. Badly.
ns216.73.216.99da2