404Please respect copyright.PENANAmoS4c7BfeC
404Please respect copyright.PENANAY5DmmWdEI0
Dua benda panjang nan lunak sebesar lengan lelaki dewasa itu berlomba melesak masuk ke dalam tubuh bagian belakangnya yang terasa berkedut, gatal, dan perih.
Pipi wajah dan belahan pantatnya semerah kepiting rebus dengan bekas tamparan di sana sini, sepasang pelupuk matanya memerah menahan tangis, sementara bibir tipisnya tak henti merintih dan mendesah dengan tubuh mungilnya yang terus terhentak-hentak.
"Ah hmh~ pelan-pelan!" Adi memohon diantara suara desahan yang dia keluarkan.
Anusnya terasa perih hingga ia merasa akan sobek jika bergerak sedikit saja. Dipejamkannya kedua mata itu rapat-rapat demi menetralisir rasa perih dan lelah yang tubuhnya rasakan.
Tetapi, kedua lelaki yang berjongkok di depan selangkangannya itu tak mendengarkan apa yang Adi minta dan tetap fokus pada keasyikan mereka; menjamah tubuhnya.
Digerakkan lah pinggul-pinggul itu maju-mundur secara perlahan, terus-menerus dengan tempo yang semakin lama semakin cepat dan brutal hingga kamar hotel yang lampunya sengaja diredupkan itu hanya diisi dengan suara desahan surga dunia dan kulit yang saling bertubrukan yang menimbulkan suara becek.
Mulut lelaki yang memiliki paras lugu itu menganga dengan tubuh telanjang terlentang dan kaki mengangkang lebar, sepasang netra dengan bulu mata lentik itu memejam bak merasakan kenikmatan teramat sangat, merasakan hentakan demi hentakan dari kedua rekan seksnya itu pada tubuh kecilnya, membuat dirinya yang sebagai pihak bawah mau tak mau juga harus ikut menggoyangkan pinggul mengikuti irama yang sebelumnya sudah mereka berdua ciptakan.
"Ouh, shit! Ini nikmat luar biasa~ yeahh terus lakukan, ahh!"
Adi bergumam tak jelas kala penis kedua lelaki yang tengah menyetubuhinya itu menubruk prostatnya terlalu keras.
"Hahahh, rasanya mau mati~! Please hantam aku lebih dalam, Dude!” lanjutnya ketika merasakan frasa kenikmatan yang tiada tara tandingannya.
Kata-kata yang keluar pun tak ada yang jelas, semua serba berkebalikan dengan apa yang dia inginkan, ucapkan, dan tubuhnya lakukan.
Selama berjam-jam lamanya. Kamar hotel yang dihuni sekitar 6 lelaki dewasa itu hanya diisi oleh desahan dan gesekan kulit ketiga lelaki yang sibuk mencari kenikmatannya masing-masing sambil terus memperagakan berbagai baya bercinta yang paling panas dan penuh kenikmatan duniawi.
Lelaki lain yang berpakaian serba hitam yang sejak tadi mengangkat kamera, mengalihkan lensanya dari para aktor yang berlaga menuju kejantanan kedua lelaki lain yang duduk di sofa sambil bersedekap tangan, di mana kedua benda di balik celana levis mereka berdua tampak mengunduk; minta keluar dan bergabung memperkosa si pria mungil.
"Hey, apa yang kau lakukan? Arahkan kameranya pada mereka," seru lelaki pemilik brewok tebal.
Orang yang menjadi juru kamera itu tertawa pelan dan mulai kembali memfokuskan pada ketiga aktor mereka yang rupanya hampir mencapai klimaks. Tangan juru kamera itu menyentuh pundak salah seorang mereka— meminta mereka agar memperlihatkan apa yang tengah terjadi pada selangkangan mereka.
Ketika kamera lebih fokus, yang terekam adalah dua pedang tumpul saling beradu menyodok tempat lembab nan gelap yang menjadi surga dunia mereka saat ini. Membiarkan sebuah pedang tumpul lain yang berukuran jauh lebih kecil hanya diam menegang menyaksikan kedua temannya seraya terhentak-hentak tak karuan.
Kamera beralih pada wajah aktor yang berlaga di bawah kungkungan kedua aktor lain. Wajah lugunya yang dirias tipis dengan kalung kekang anjing terpasang serasi pada lehernya yang memiliki jakun seksi.
Adi tersenyum sayu menatap ke arah kamera sementara tubuhnya terus terlonjak-lonjak. "Ahah, anusku rasanya seperti terbelah dua ahh ah ahh," keluhnya.
Senyum serta tatapan sayu yang sengaja ia tampilkan memberi aliran listrik tersendiri yang membuat siapa pun langsung melakukan onani.
Kamera kembali beralih menyorot ketiga pedang tumpul itu. Gerakan pinggul mereka bertiga semakin cepat, suara becek, desahan, serta gesekan kulit semakin terdengar keras di segala penjuru ruangan.
Tidak ada lagi rasa malu yang tersisa dari diri mereka, yang ada saat ini adalah memperlihatkan pada penonton seberapa mereka menikmati persetubuhan ini dan membiarkan mereka berfantasi seliar-liarnya, dunia adalah kenikmatan bercinta dan bercinta.
Ketika tubuh merasakan getaran aneh dengan membiarkan orang lain melihat dengan leluasa kemaluan mereka tanpa rasa malu, tanpa sehelai benang pun, menjamahnya dan memasukinya, membiarkannya merasakan kehangatan dalam lubang becek yang bagai memiliki ke dalaman tak terkira itu. Membawa siapa pun yang melakukannya pergi ke Nirvana.
"Hahhahah yeahh~, kau sangat panas dan nikmat, Adi~ ohh!” seru lelaki bertubuh paling kekar sambil memejamkan matanya erat.
Sepasang kaki penuh bulu dan berototnya begitu bersemangat menggenjot tubuh mungil itu, membuat sosok di bawahnya ikut terhentak semakin kuat. Sprei berwarna putih itu sudah tak karuan lagi bentuknya dengan bekas cairan sperma di sana sini.
Kamera itu kini hanya terfokus pada selangkangan mereka bertiga. Di mana dua kejantanan lain yang keluar-masuk pada satu lubang anus yang semakin lama semakin melebar setiap kali mereka bergantian masuk dan keluar. Sedangkan satu kejantanan lain dalam posisi berdiri tegang, ujung kepalanya mengeluarkan setitik cairan putih kental yang tampak siap menyembur kapan pun.
Tubuh mereka bertiga bergetar selama beberapa detik kala mencapai klimaks. Penis mini yang sejak tadi berdiri tegang kini sudah menyemburkan seluruh isinya, membuat perut sang pemilik kotor seperti habis ketumpahan susu. Lenguhan kepuasan terlontar dari bibir kucing Adi.
Tanpa coba mengatur napas lebih dulu, mereka berdua segera mencabut pedang tumpul mereka dari sarangnya. Jari-jari kecil yang sejak tadi hanya meremas sprei itu kini bantu memegangi pipi pantatnya agar anusnya terbuka lebih lebar.
Lelehan susu putih meluncur perlahan dari duburnya hingga mengotori kesepuluh jarinya. Begitu banyak hingga salah seorang lelaki berotot kekar itu meraupnya dan mengoleskannya pada tubuh Adi yang baru saja digaulinya.
Adi, lelaki berparas manis yang tengah terlentang dengan bokong terangkat itu tersenyum puas.
“Wow.”
Sosok yang mengangkang tinggi-tinggi itu masih memejamkan matanya erat dengan lenguhan lelah yang keluar dari mulutnya, seluruh tubuhnya terasa remuk redam dan lengket, namun kepuasan bercinta jelas terpancar dari senyum lebarnya yang khas.
"Satu juta penonton pertama!" Seseorang berseru senang. Menyedot atensi Adi, membuatnya menurunkan kaki perlahan.
Tiba-tiba, rasa kram dan perih menjalari seluruh tubuhnya diantara lengket disekujur tubuh, belum lagi arusnya yang kini mulai terasa begitu perih.
"Bersihkan tubuh kalian dan kita cari spot baru," perintah Kris. “Istirahat satu jam dan kita mulai syuting berikutnya.”
****404Please respect copyright.PENANAEB5aYnlQSr
404Please respect copyright.PENANAr6z9YIcdYP
404Please respect copyright.PENANA6JZvCX9qT1
404Please respect copyright.PENANAqCjVABJGBx
404Please respect copyright.PENANAEOmJQ2FcPO
“Ahh, amazing, kontolmu besar dan berurat panjang."
Adi tersenyum lebar sambil menjilat bibirnya sehabis membuka celana jeans lelaki yang tengah berdiri dengan penisnya yang tepat berada di depan wajahnya yang tengah mendongak.
Kulit segelap malam dengan telapak tangan sebesar kuping gajah itu menarik rambutnya yang agak panjang kasar. Mengarahkan wajah manis seorang pemuda bertubuh kecil yang tengah berjongkok ke arah selangkangannya dengan kejantanan yang mengacung menantang.
"Hisap kontol kesukaanmu itu, Jalang," suruh lelaki yang berdiri tegap itu diiringi seringaian.
Dimajukannya kejantanan itu dan ditariknya lagi kepala Adi yang memiliki ukuran tubuh jauh lebih kecil darinya.
Tanpa arahan apa pun lagi. Adi yang sudah ratusan kali melakukan blow job langsung melakukan apa yang rekannya itu ucapakan. Sepasang tangannya menggenggam kejantanan yang memiliki ukuran jauh lebih besar dibanding telapak tangannya itu dengan genggaman tangan mantap. Matanya terpejam nikmat ketika memasukan penis itu dalam rongga mulutnya, menghisap dan menjilat layaknya memakan es krim rasa cokelat dengan perpaduan vanila.
Sesekali mata sipitnya melirik wajah sosok di atasnya yang juga tengah balik menatapnya. Ada debaran aneh yang selalu muncul dalam jantung Adi setiap kali ia melakukan ini, selain getaran gatal pada selangkangannya yang selalu minta dijamah, itu lebih pada adrenalin, lingkungan hidup Adi bukanlah tempat orang-orang berengsek seperti dirinya.
Rongga mulut yang suka mengunyah mie instan itu penuh dengan kejantanan hitam lelaki pemilik kulit segelap malam tersebut. Lidahnya menari-nari memutari benda panjang itu, mulutnya ia maju-mundurkan dengan tempo pelan yang lama-kelamaan semakin cepat, beberapa kali tenggorokan Adi hampir tersedak dan membuat matanya berair melotot horor; ingin muntah. Mulutnya pegal terus menyesap benda panjang dan besar melebihi ukuran normal itu hingga menyodok ujung tenggorokannya.
“Lelah~ ahah.”
Tapi sepertinya Adi harus mengubur dalam-dalam harapannya itu. Karena setelah ia menelan semua sperma rekannya yang membeludak hingga mengotori lehernya, sosok yang menjadi sutradara dalam film dewasa itu berteriak, "Dua juta penonton! Kita mendapatkan jackpout besar!"
Dan setelah tanda tangan kontrak itu. Adi paham betul bahwa hari-harinya hanya akan ia habiskan untuk memenuhi hasrat seksual orang-orang mesum di luar sana yang rela membayar berapa pun demi bisa melihatnya mengangkang lebar-lebar, menelan semua penis yang disodorkan sambil tersenyum sayu ke arah kamera dan mengatakan bahwa dia sangat menyukai seks.
Hidupnya lucu sekali. Adi begitu menikmati menjadi bahan tontonan para manusia berotak selangkangan yang selalu mengagung-agungkan nafsu bejat mereka.
****404Please respect copyright.PENANAxNUX7Pjbpe
404Please respect copyright.PENANA7S85QBCRzu
404Please respect copyright.PENANAsKoF1FP7Gf
404Please respect copyright.PENANAsPEJoHxkTf
404Please respect copyright.PENANATSQP0zn3EM
Pukul 06:34 PM WIB.
Adi melihat ke sekeliling rumah tetangganya yang tampak sudah sibuk beraktivitas. Netranya yang agak kemerahan akibat tak tidur dengan kantung mata besar melihat ke arah jalan raya sebentar sebelum akhirnya ia masuk ke dalam sebuah rumah kecil yang lebih tampak seperti gubuk; tidak terawat. Berbanding terbalik dengan rumah-rumah yang ada di sekitarnya.
Bunyi pintu bercat putih itu berderit tanda bahwa seseorang membukanya dan Adi begitu hati-hati melangkahkan kakinya, begitu takut bahwa kehadirannya akan diketahui penghuni rumah, juga selain karena selangkangannya masih terasa perih akibat 6 jam tanpa berhenti disodok berulang kali oleh kejantanan-kejantanan raksasa tak berperikemanusiaan itu.
Netranya meneliti ke segala penjuru rumah. Dirinya bernapas lega ketika pandangannya tidak mendapati siapa pun. Adi melangkahkan kakinya ketika sebuah sendok dengan tiba-tiba melayang kencang mengenai mata sebelah kirinya hingga berdenyut nyeri.
"Dasar anak sialan tak tahu malu! Mau apa lagi kau pulang ke gubuk jelek ini, hah?!”
Adi menutup kedua telinganya; takut kalau telinganya akan bermasalah mendengar suara cempreng ibu tirinya itu. Ia melirik tak minat pada sosok wanita berdada besar dengan alis yang tampak menukik tajam yang selalu terlihat marah, matanya yang sipit dengan pipi tembem membuatnya terlihat seperti tokoh burung berwarna merah tanpa tubuh dalam serial kartun.
Malas menjawab pertanyaan yang sudah kelewat sering didengarnya, Adi berlalu menuju kamarnya yang terletak di dekat pintu dapur.
"Ya! Anak pembawa sial! Dasar pelacur! Aku tengah berbicara denganmu, Berengsek!”
Wanita itu berjalan tergopoh-gopoh menghampiri Adi. Begitu mendapatkan telinganya, dia langsung menjewernya dan memelintirnya sekuat tenaga, Adi dapat melihat pupil mata wanita yang berstatus sebagai ibu tirinya itu mengecil layaknya iblis.
"Ya! Lepaskan telingaku!" Adi balas berteriak. Berusaha melepaskan telinganya dari jeweran kejam wanita itu. "Apa kau mau aku laporkan atas kasus penganiayaan?!" tajam Adi kesal setelah berhasil melepaskan diri.
Dua orang yang sudah cukup lama tinggal bersama itu saling melemparkan tatapan sinis.
"Aku masuk ke kamarku," pamit Adi begitu tidak lagi mendapati tanda-tanda bahwa ibu tirinya itu akan mengomelinya lagi.
Adi masuk ke dalam kamarnya yang sederhana; hanya ada ranjang kecil dengan sprei kusut, meja belajar usang, lemari kecil, dan beberapa pakaian yang sengaja ia gantung.
Adi berbaring dengan menjadikan tangannya sebagai bantal setelah melepas hampir seluruh bajunya termasuk boxer dan hanya menyisakan singlet tipis hitam berjaring yang dibelinya tahun lalu.
Pintunya yang hanya terbuat dari triplek sudah ia kunci, Adi berusaha memejamkan mata. Tubuh dan bokongnya masih sangat terasa begitu remuk dan nanti malam ia masih harus kembali syuting film dewasa sementara tubuhnya bahkan belum mendapatkan istirahat dan gizi yang layak.
Rambutnya yang sedikit panjang berkibar terkena kipas angin yang dia nyalakan, tak terkecuali kulit tubuhnya yang memerah dibeberapa bagian. Kejantanannya terasa sedikit relaks terkena angin dan tanpa gesekan apa pun lagi.
Adi tersenyum dalam tidurnya, merasa sudah sangat lama ia mengharapkan tidur seperti ini; nyenyak. Dia harap, besok, besok, besok, besok, dan besoknya lagi, dia bisa hidup dengan tenang dan nyaman.
Meski Adi tahu bahwa Tuhan seperti tak merestuinya merasakan semua itu.
Pintu kamar Adi yang sangat tipis itu digedor dengan membabi-buta oleh Bada, ibu tirinya. Hingga hanya cukup satu tendangan saja, pintu itu pasti sudah jebol.
Brak! Brak! Brak!
“Aditya anak pembawa sial! Aku ingin bicara denganmu, Bodoh!”
*****404Please respect copyright.PENANABZCLL4PRoL
404Please respect copyright.PENANAq2v2noqLdh
404Please respect copyright.PENANABSjBBe2jRj
404Please respect copyright.PENANAHRG2dfDsWz
404Please respect copyright.PENANApRwgCEdgv8
"Hari ini kita akan mendapatkan lebih banyak penonton!" seru Kris bersemangat.
Lelaki dengan tinggi 190 cm lebih itu melihat-lihat beberapa video yang pernah diambilnya, rata-rata video itu menembus 3 juta penonton dan 1 juta penonton baru dari seluruh dunia setiap harinya.
Adi yang masih sedikit mengantuk menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa. Tidak mempedulikan orang-orang bertubuh besar dan tinggi yang ada di sekitarnya itu, tapi tidur nyenyaknya kembali terganggu oleh teriakan memekakkan ibu tirinya yang sudah mengetahui pekerjaannya dari anak tetangga sialan sebulan lalu, membuat Adi yang selama ini susah payah menyembunyikan pekerjaan kotornya dari sang ayah itu jadi ketahuan.
"Hei, Aditya." Bram memanggil Adi dengan nama aslinya. Lelaki pemilik otot seperti tokoh Hulk itu menendang kaki Adi pelan; berusaha membangunkannya.
Adi membuka matanya sedikit, menaikkan alis dengan gestur bertanya.
Kris sibuk memeriksa kamera sebelum mereka gunakan. Sedangkan Mulya tengah fokus mengedit video yang semalam diambilnya di ruangan lain.
"Apa pantatmu masih terasa sakit?" tanya Bram penasaran ketika melihat Adi yang sudah bisa duduk dengan baik, mengingat bagaimana dua kejantanan berukuran raksasa masuk kedalam anusnya secara bersamaan hampir berjam-jam.
Bram bahkan ngilu sendiri membayangkan jika dia ada diposisi mengerikan itu.
“Apa kau mau aku bantu memberinya salep?” Dia menawarkan bantuan dengan sedikit niat terselubung untuk meraba-raba pantatnya, Adi hafal itu.
Tanpa membuka mulutnya, Adi menggeleng; tidak begitu peduli dengan pertanyaan Bram sebenarnya. Yang ada diotaknya saat ini hanyalah istirahat, sebelum kembali membiarkan tubuhnya dijamah sesuka hati oleh sembarang orang demi beberapa lembar won.
Menyedihkan.
Dia sering merasa kasihan pada dirinya sendiri. Tapi cukup sampai di sini saja, Adi tidak ingin membuat dirinya semakin terlihat lemah.
Adi membuka matanya ketika merasakan pergerakan Kris yang pindah dari sofa sisi depan ke sisi sebelahnya.
"Lihat ini?" Kris menyodorkan sebuah video pada Adi.
Adi yang mengerti langsung mengambil alih ponsel iPhone tersebut.
Dalam video yang Kris buka itu terekam seekor anjing besar berwarna hitam tengah menyetubuhi seorang wanita dengan penuh semangat di belakang halaman, beberapa orang yang terlihat tengah berkemah menyoraki anjing dan seorang wanita yang tengah bersetubuh di depan mereka itu. Anjing jantan tersebut begitu bersemangat menyodokkan kejantanannya pada kewanitaan sang majikan yang tengah tertawa-tawa memuji permainannya hebat.
Adi meluruskan badannya; melihat lebih fokus video itu. Dirasakannya sesuatu ditengah selangkangannya berdiri tegang. Ia coba menetralkan napasnya yang memberat. Bram yang penasaran dengan video dewasa yang terdengar tidak biasa itu mencondongkan tubuhnya pada Adi; ikut melihat. Video berakhir ketika tubuh anjing dan wanita itu bergetar diiringi dengan sorakan orang-orang.
Adi menatap wajah Kris horor. Seakan dapat membaca isi pikiran lelaki itu ketika tersenyum.
"Kau tidak akan menyuruhku bersetubuh dengan seekor anjing, 'kan?" tanyanya.
Deru jantung Adi memacu cepat seiring dengan kejantanannya yang berkedut-kedut.
"Sayangnya yes! Jumlah penonton kita akan membeludak pesat ketika kau melakukan sesuatu yang tidak pernah mereka duga." Kris tersenyum lebar, menampakkan deretan gigi rapinya.
Sementara itu, wajah Adi dan Bram seketika pucat pasi. "Aku sudah menyuruh Yanto membeli seekor anjing jantan berjenis Doberman Pinscher dewasa untuk menjadi lawan main mu nanti malam."
Melakukan seks dengan banyak lelaki saja Adi sudah sangat khawatir kalau cepat atau lambat ia akan terkena penyakit kelamin. Dan sekarang, boss gilanya itu menyuruh dia untuk bersetubuh dengan seekor anjing? Apa besok-besok ia akan melakukan seks dengan sebuah tembok yang memiliki penis atau malah mayat?
Video itu tidak menjelaskan begitu detail bagaimana mereka melakukannya dari awal, dan Adi benar-benar asing dengan apa yang akan dilakukannya bersama seekor anjing besar yang tengah duduk dihadapannya ini yang datang bersama Yanto beberapa saat yang lalu.
Tanpa sadar Adi menelan salivanya gugup. Tidak pernah terbesit dalam hidup, bahkan pada mimpi buruknya sekali pun, bahwa ia akan disetubuhi seekor anjing.
"Mungkin itu melintas dimimpi indahmu."
Adi menoleh ke arah Mulya yang tengah berbicara dengan Kris di bawah dengan posisi bersila—tengah menyiapkan kamera yang akan mereka gunakan.
Kamar bernuansa putih dengan kelopak bunga mawar merah yang sengaja Yanto taburkan di segala penjuru kamar, bermaksud memberi nuansa romantis, mungkin? Adi seharunya bertanya pada si pembuat konsep, karena alih-alih terlihat romantis kamar ini justru terlihat seperti tempat penumbalan manusia untuk iblis. Dan sialnya ia adalah tumbalnya.
Kris mengangguk. "Aku tidak berpikir sampai ke sana, sih," jawabnya ragu.
Uang sejumlah 1 juta poundsterling jatuh mengenai kepalanya ketika Kris tengah menghapus video-video dewasanya. Kris tidak begitu paham apakah itu mimpi buruk, mimpi indah, atau cuplikannya adegan film yang dilupakannya.
Tapi, yang Kris yakini adalah, ia tidak akan mendapatkan uang sebanyak itu jika tidak membuat video-video mesum ini lebih banyak dan panas!
Adi dan seekor anjing Doberman Pinscher dewasa yang diberi nama Pokky itu tengah duduk bersila—saling berhadapan di atas kasur —ketika Yanto dan Bram datang dari luar dan menginstruksikan bahwa mereka harus segera memulai syuting.
Dan saat itu juga jantung Adi rasanya ingin pecah, tapi sial kejantanannya yang sudah tidak memakai apa-apa itu justru terus berkedut dengan antusias. Jangan lupakan lubang anusnya yang sudah memanas; memohon untuk segera diisi dengan sesuatu yang panjang dan besar seperti biasanya, penuh dan terasa melayang bagai di surga.
Yanto mengambil peralatan make up yang biasa dia pergunakan untuk merias Adi. Mengoleskan krim dan lip blam tipis pada wajah dan bibir Adi untuk sekadar memberikan kesan manis dan untuk menyingkirkan wajah pucatnya.
Yanto memberikan baju ganti untuk pemeran utamanya itu, sebuah sweater ungu dengan lubang dibeberapa bagian tanpa celana. Kalung anjing berwarna ungu dan ekor anjing buatan yang ujung kepalanya Yanto masukkan ke dalam anus Adi.
"Pakai saja di sini," suruh Mulya sambil mengarahkan kameranya pada Adi; bersiap memotret—ketika melihat Adi akan beranjak ke kamar mandi guna berganti baju. “Lagi pula seluruh dunia juga sudah melihat tubuh indah mu, tidak usah punya rasa malu saja sekalian dan bertingkah lah menjadi jalang panas idaman orang-orang mesum itu,” lanjutnya.
Adi yang mengerti langsung melepas baju atasannya, membiarkan seluruh tubuh polosnya terekspose bebas. Beberapa flash kamera menyorotnya, menandakan bahwa Mulya sudah mengambil banyak gambar selagi ia berganti pakaian.
Adi tersenyum tipis ke arah kamera begitu menyadari Mulya belum selesai dengan kegiatannya. Entah apa yang ada di dalam pikirannya, Adi tiba-tiba saja mengangkat bajunya hingga menyentuh puting; membiarkan perut datarnya terpampang jelas dengan penis mungilnya yang hanya memakai celana dalam putih berenda yang mengintip malu-malu.
Mulya yang melihat hal bagus itu tersenyum lebar, tidak menyia-nyiakan inisiatif Adi, terbukti dengan banyaknya flash yang ia ciptakan juga senyum puas pada wajahnya.
Ekor mata Adi melirik Bram yang memberikan sereal anjing kepada Pokky. "Apa yang kau taburkan ke dalam makannya itu?" bingung Adi ketika Bram memasukkan sesuatu ke dalam piring Pokky.
"Obat perangsang." Begitu Bram menyelesaikan kata-katanya, perasaan Adi tiba-tiba tidak enak.
“Gila. Bram, kau sudah tak waras!”
Apa dia benar-benar akan diperkosa seekor anjing!
Yanto mematikan lampu dan hanya menyisakan beberapa lilin aroma terapi sebagai penerangan. Kamera yang berjumlah 5 buah dipasang disegala penjuru kamar, belum termasuk dengan yang Mulya pegang. Yanto, Kris, dan Bram menyaksikan dari sudut tergelap kamar. Sebisa mungkin hanya Adi dan Pokky yang terekam kamera yang tengah menayangkan siaran langsung adegan dewasa dichannel OnlyFans bernama BLUE ADI itu.
Adi menelan salivanya beberapa kali. Ekor matanya menatap Pokky takut-takut; sejak tadi anjing Doberman Pinscher itu menatap dirinya tak berkedip dengan lidah panjangnya yang menjulur.
"Guk! Guk! Guk! Guk! Guk!"
Adi berjengkit kaget ketika Pokky yang tadi bersama pacar perempuan Kris itu tiba-tiba berlari ke arahnya dan menggonggonginya. Ekor lebar Pokky yang tampak seperti kemoceng itu terus bergerak gelisah.
Sepasang kaki depan Pokky maju mendekat, Adi yang tengah duduk bersila di atas kasur refleks mundur. Pokky berhenti, begitu dengan Adi. Ketika Pokky melangkahkan kakinya lagi, Adi kembali mundur lebih jauh hingga punggungnya menabrak kepala ranjang. Kini Pokky berdiri menjulang di depan wajahnya dengan lidah terjulur. Adi berusaha menutupi dadanya ketika Pokky tiba-tiba menjilati seluruh wajah serta lehernya bersemangat.
Demi Tuhan! Kris tidak memberinya skrip seperti biasanya!
Adi membasahi bibirnya, sebisa mungkin mengontrol mimik wajahnya agar tak terlalu kentara kalau dia ketakutan. Adi tertawa kecil ketika merasakan geli akibat jilatan anjing itu.
"Hehe, Pokky hentikan ini!" minta Adi yang tak digubris oleh anjing jantan tersebut.
Adi yang mulanya takut digigit berubah memeluk makhluk berbulu lebat itu, mendekap erat agar Pokky tak lagi bisa menjilatinya. Anjing itu menggoyang-goyangkan ekornya kuat, menjilati leher belakang Adi yang bisa digapainya. Sedangkan kejantanan anjing itu berusaha ia dekatkan dengan milik Adi.
Adi mengusap kepala anjing itu. "Ternyata kau tidak buruk juga," puji Adi. "Bagaimana kalau kita menjadi teman?" ajaknya. Mengulurkan tangan kanannya pada anjing itu. "Oke, teman!"
Pokky melihat tangan Adi, lalu balas mengulurkan tangannya dan meletakkannya pada telapak tangan Adi yang sedikit lebih lebar dari tangannya.
Adi kembali tertawa hingga membuat matanya membentuk bulan sabit. "Woah, anjing pintar!"
Adi kembali memberi pujian. Pokky menurunkan tangannya ketika ekspresi wajah Adi tiba-tiba berubah diiringi dengan lenguhan.
“Ahahh~.”
Adi berusaha menyingkirkan tubuh Pokky yang cukup berat, kaki anjing itu menginjak penisnya.
"Singkirkan kakimu," minta Adi.
Ia berusaha mengangkat kaki Pokky menjauhi darinya. Alih-alih menuruti, Pokky justru terus menjulurkan lidahnya sambil menarik turunkan kakinya pada benda sepanjang 6 inci itu.
Dada Adi berdesir, takut-takut kalau kuku anjing itu akan melukai miliknya. Tetapi, tidak bohong juga bahwa kejantanan yang biasa dimanja manusia itu telah mendapatkan titik nikmatnya yang lain dari seekor anjing. Membuat lubang diarea bokongnya iri minta dijamah pula.
Kejantanan Adi semakin lama semakin menegang gatal, Adi yang sudah tak tahan melepas celana dalamnya dan mengocok miliknya sendiri. Memelintir, mengocok, dan mengurutnya. Adi tersenyum simpul ketika Pokky hanya menatapnya diam. Adi mengangkatnya bokongnya tinggi-tinggi ketika pelepasan itu segera tiba. Cairan putih kental tampak menyembul dari dalam; bersiap dimuntahkan.
“Ahaahh, wow~." lenguh Adi ketika merasakan surga itu tinggal diujung kejantanannya. Adi mengurut benda itu lebih keras ketika cairan kental itu menyembur beberapa kali ke udara; mengotori perut juga bulu-bulu halus Pokky.
Adi yang masih sibuk dengan pelepasannya dikagetkan dengan Pokky yang tiba-tiba saja menjilati kejantanannya. Adi yang harusnya sudah selesai tiba-tiba kembali menegang, sensasi berbeda yang tak didapatkan dari rekannya yang biasanya.
Adi menoleh pada Kris yang memberi isyarat bahwa mereka harus segera bersetubuh. Area belakang Adi yang sejak tadi sudah gatal memaksa Adi untuk segera menikmati kejantanan anjing Doberman Pincher dewasa yang juga sudah menegang itu. Adi menjauhkan wajah Pokky dari kejantanannya. Ia lalu merangkak dan menyodorkan bokongnya tinggi-tinggi pada sang anjing.
“Masukkan milikmu padaku, ayo!” perintahnya. “Hei, lihat ini.”
Plak!
Adi menampar bokongnya sendiri beberapa kali, membiarkan Pokky melihat lubang surganya dengan jelas.
"Lihat ini," seru Adi ketika memasukkan tiga jarinya sekaligus pada lubang anusnya. Dikeluar-masukkannya ketiga jari itu, suara becek yang beradu samar-samar terdengar. Adi memejamkan matanya menikmati ketiga jari mungilnya.
Pokky melihat apa yang Adi lakukan dengan saksama. Ekor anjing itu bergoyang-goyang cepat, lidahnya menjulur semangat, kejantanan anjing berjenis Doberman Pincher yang sedikit lebih panjang dan besar dari milik Adi itu menegang kuat.
Adi mengeluarkan jarinya. Ia kembali menoleh pada Pokky yang kini terlihat begitu antusias. Adi merangkak mundur; menyodorkan pantatnya pada si anjing.
"Pokky, hei, kau mau kawin? Ayo kawini aku saja," rayu Adi pada seekor anjing jantan.
Perutnya terasa digelitiki. Kejantanannya masih berdiri tegap, lubang anusnya menunggu dengan setia untuk dimasuki. Dada Adi berdebar membayangkan ia akan disetubuhi oleh seekor anjing. Berpikir bahwa ia perempuan mungkin saja ia akan mengandung janin dari sperma seekor anjing. Ya, mungkin saja, 'kan?
Adi memejamkan matanya erat. Pemikiran bodoh memang selalu datang disaat kurang tepat. Adi seketika membelalakkan matanya ketika dengan tiba-tiba kulitnya merasakan bulu-bulu menyentuhnya, bersamaan dengan sesuatu panjang yang mengisi arusnya tanpa persiapan.
"Ahah, sialan!" umpat Adi. "Kau melakukannya tanpa pelumas?" kesal Adi.
Tubuhnya terasa seperti dibelah, apa yang memasukinya seakan 5x lebih besar dibanding dengan 3 buah jari tadi. Walau ia sudah sering dimasuki oleh kejantanan-kejantanan dengan ukuran tak manusiawi, tapi tetap saja tubuh Adi terkadang masih syok. Ditambah kejantanan yang kali ini akan menyodominya adalah milik seekor anjing.
Adi coba menetralkan napasnya ketika dengan bersemangat Pokky memaju-mundurkan pinggulnya. Adi yang tidak bisa meletakkan kepuasan seksualnya pada seekor anjing menggoyangkan pinggulnya lebih cepat.
Mereka seakan berlomba mencari titik nikmat. Mulut Adi tak henti-hentinya mendesah, mata indah itu memejam sayu, merasakan kenikmatan akan persetubuhan yang kali ini dilakukannya. Bunyi plok yang diiringi dengan bunyi sesuatu yang becek memenuhi seluruh kamar.
Ranjang yang kedua makhluk beda spesies itu naiki berderit-derit. Menandakan seberapa hebat persetubuhan yang tengah terjadi diatasnya. Tiba-tiba saja otak Adi memutar ulang video dewasa persetubuhan antara anjing dan seorang wanita yang Kris perlihatkan tadi. Dirinya sungguh tidak menyangka bahwa saat ini dia ada diposisi itu.
Kris sempat melirik pada teman-temannya yang tengah menatap dirinya serius. Senyum tak pernah luntur dari wajah Kris, membuat Adi mendengus diiringi senyuman nakal.
Rambut Adi yang semula tertata rapi sudah berantakan tak karuan, riasan tipisnya juga sudah terganti dengan peluh yang membuatnya tampak lebih menggoda. Adi masih dalam posisi menungging dengan seekor anjing memasukkan kejantanannya kedalam anusnya.
"Guk! Guk! Guk!" gonggong Pokky.
Adi tersenyum sayu. "Ahahh~, apa kau juga sudah akan keluar?" tanyanya memastikan. Walau tahu bahwa anjing itu tidak akan mengerti ucapannya.
Adi mengeram hebat ketika sesuatu itu sudah tiba dan menyembur keluar dengan ganas. Tak berselang lama, Adi merasakan tubuh Pokky bergetar dan cairan hangat memenuhi rongga anusnya.
Adi ambruk diatas kasur dengan mereka yang masih menyatu. Sedangkan Pokky masih berdiri mengarahkan kejantanan pada anus Adi. Ketika anjing itu akan menggerakkan pinggulnya lagi, Adi buru-buru menjauh dan menutupi tubuhnya dengan selimut ketika merasakan kejantanan Pokky kembali bangun di dalam anusnya.
"Guk! Guk! Guk!"
Tapi sepertinya Pokky sudah terlanjur ingin kembali kawin dengan Adi. Terbukti dengan anjing itu yang menyodorkan kejantanan pada wajah Adi.
Seringaian Kris menjadi pertanda bahwa sang aktor utama harus kembali menyerahkan bokongnya pada Pokky hingga anjing jantan itu puas menjamahnya karena saat ini mereka mendapatkan 6 juta penonton live streaming!
*****404Please respect copyright.PENANAfm32nj50ky
404Please respect copyright.PENANA19yYHR45A5
404Please respect copyright.PENANAXbhcRciYQJ
404Please respect copyright.PENANApMlOzc5IDd
404Please respect copyright.PENANA6mY9dLxGez
Adi masih memejamkan matanya ketika sinar matahari masuk ke dalam jendela kamar usangnya, tubuh yang dibalut dengan selimut tebal itu bergerak-gerak gelisah ketika mendapatkan mimpi buruk.
Brak! Brak! Brak!
"Ya! Aditya sialan! Cepat bangun dan bantu adikmu membereskan rumah!”
Brak! Brak!
Adi membuka matanya yang masih berat begitu suara ibu tirinya itu melesak masuk ke dalam gendang telinga sambil mengebrak-ngebrak pintu. Adi menurunkan selimutnya kesal, membiarkan kulit tanpa pakaian itu terekspose jelas.
Adi perlahan duduk, lalu menyingkap selimut yang masih menutupi kakinya. Membuat kejantanan yang sengaja ia telanjangi itu bergelantungan layaknya belalai gajah. Adi mengambil handuk dan berjalan menuju kamar mandi sambil telanjang bulat.
Bunyi shower yang tiba-tiba mati menjadi pertanda bahwa Adi sudah menyelesaikan hajatnya. Adi membuka lemari dan mencari pakaian ketika ekor matanya tak sengaja melihat lampu ponselnya yang menyala. Pesan dari Kris untuk meminta Adi kembali bekerja. Adi tersenyum simpul, meletakkan ponsel itu kembali pada tempatnya tanpa berniat membalas pesan dari pria bajingan itu.
Sejak dirinya dipaksa bersetubuh dengan anjing hingga membuatnya hampir pingsan, Adi merajuk dan sudah seminggu ini Adi mengabaikan segala pesan yang Kris kirimkan. Harga dirinya seperti diinjak-injak oleh seekor anjing yang lebih kuat dalam urusan seks ketimbang dirinya yang sudah menjajal hampir semua kejantanan pria hidung belang.
Setelah selesai dengan urusannya. Adi buru-buru keluar ketika sebuah sendok lagi-lagi melayang mengenai wajahnya.
"Hah, apa saja yang kau lakukan hingga pukul 2 siang begini baru bangun?" semprot Bunga—ibu tiri Adi. "Jangan bermalas-malasan dan carilah pekerjaan bagus, bukannya menjadi pelacur rendahan seperti itu!"
Bunga meletakkan sapu dengan kasar. Membuat Andy dan Taka yang tengah makan siang berjangkit kaget.
Adi menghela napas lelah. "Aku sudah dewasa, aku berhak menentukan jalan hidupku sendiri," ucap Adi pura-pura sibuk dengan ponselnya. Atau lebih tepatnya menghindari tatapan ayah kandungnya.
"Aish, anak sialan ini!" Bunga baru saja akan menghampiri Adi ketika Andy memegang pergelangan tangan istrinya itu.
Tadinya Adi pikir ia akan tinggal di rumah sedikit lebih lama. Tapi sepertinya ia akan membatalkan niatnya itu. Adi melirik Taka yang tengah makan sate dengan lahap.
"Aku pergi," ucap Adi. Melangkahkan kakinya menuju pintu utama.
"Kau sudah akan pergi lagi? Padahal kau baru pulang pukul lima tadi?" Bunga kembali meledak. "Apa kau sudah akan kembali menghisap penis dan menyodorkan bokong mu itu pada penis-penis besar yang selalu kau puja dalam video porno itu!! Hah, apa itu? Sodomi, bottom, gay, threesome, atau apalah itu. Ya, kau mau melakukan hal-hal menjijikkan seperti itu lagi, Aditya? Apa aku membesarkan mu hanya untuk menjadi seorang jalang yang akan membawa penyakit di rumah orang tuamu seperti itu?!"
Adi menghentikan langkahnya. Kepalanya pusing mendengar semua celotehan ibu tirinya itu. Bohong kalau Adi tak tersinggung atau marah, dia marah, sangat marah, tetapi dia berusaha menahan diri, karena dia tahu diri.
Bunga tersenyum sinis. "Oh, aku benar, ya? Sejak kau mengenal laki-laki berengsek itu, hidupmu jadi kacau balau begini, kau dicampakkan dan dihina-hina oleh keluarganya dan kau malah semakin menjadi sampah seperti ini?”
Bunga menyentak tangan Andy ketika suaminya itu berusaha membuatnya diam. "Sayang," panggil sang suami yang tak dihiraukan oleh Bunga.
Wanita itu berjalan mendekati Adi yang diam menunduk. "Jawab aku, Jalang! Apa yang membuatmu semakin hina dina seperti ini!"
Adi langsung menoleh tepat pada wajah Bada ketika Adi merasakan suara itu lebih dekat dengannya. "Bukan urusanmu."
Bunga tersenyum angkuh. "Tentu saja ini urusanku, Bodoh. Kau adalah anakku dan kau sudah mencoreng wajah keluarga ini," Bunga meledak langsung tepat diwajah Adi. "Kau pikir dari mana aku tahu kelakuan jalang mu itu, hah!"
Suara tamparan Bunga pada wajah Adi membuat Andy dan Taka terkejut, sudut bibir Adi sedikit berdarah membuatnya meringis, meski begitu tak sekali pun ia akan memegang bekas tamparan itu.
Andy yang tak kuat berdiri hanya melihat apa yang terjadi pada ibu dan anak itu. Ia menatap Taka yang sepertinya tidak peduli.
"Taka," panggil Andy. Berharap bahwa anak bungsunya itu akan melerai pertengkaran.
Seperti berharap pada angin yang akan menyampaikan rindu kita untuk sang putri di negeri seberang, Taka hanya bergumam acuh tak acuh sambil terus memainkan ponsel dan menikmati makan siangnya sendiri.
"Seluruh tetangga sudah tahu bahwa kau adalah pemeran film porno gay!" Bunga berteriak sambil menjambak rambut Adi. Dia berusaha melepaskan anak rambutnya dari tangan kasar sang ibu tiri. “Mereka mengolok-olok mu, mengolok aku, mengolok ayahmu, mengolok adikmu! Kau pikir kau membuat bangga, hah? Dasar memalukan! Aib menjijikkan!”
Dengan sekali sentak. Adi berhasil melepaskan rambutnya dan membuat tangan Bunga terpelanting hingga hampir oleng. Bada menatap manik Adi tajam.
"Ini pilihanku, ini hidupku, ini pekerjaan yang aku pilih!" Adi menetralkan deru napasnya yang memburu. Menatap Bunga, Andy, dan Taka satu per satu dengan tatapan nyalang. "Kalau kalian tak suka, kalian bisa langsung mencoretku dari kartu keluarga dan mengusirku dari rumah. Aku sudah dewasa, jangan urusi urusanku, urusi saja diri kalian sendiri yang sudah tua itu yang sebenar lagi juga akan mati.”
Hening.
Setelah mengatakan kata-kata kasar itu, Adi melangkahkan kakinya keluar dari rumah.
Bunga yang sudah selesai dengan keterkejutannya berteriak. "Oh, begitu maumu, hah?! Baiklah, mulai sekarang kau bukan lagi bagian dari keluarga ini! Kau hanyalah yatim piatu sebatang kara yang mengabdikan hidupmu untuk menungging dan menghisap penis! Membusuk lah sana di jalanan dasar anak tak tahu diuntung!"
Brak!
Untuk pertama kalinya, Adi menutup pintu dengan membantingnya.
****404Please respect copyright.PENANAkLQkYzVeJy
404Please respect copyright.PENANAVwqFV0AhfJ
404Please respect copyright.PENANAM1BMsU6Tqy
404Please respect copyright.PENANA7f6lvKqS3a
404Please respect copyright.PENANAwM8IHPN7Sx
Adi berjalan tak tentu arah, melihat-lihat keramaian di siang hari dengan wajah kesal. Meski apa yang Bunga katakan memang benar; tentang dirinya yang mengabdikan hidup untuk selangkangan dan menungging. Tapi entah kenapa ia tak terima sama sekali saat kata-kata itu terlontar dari mulut anggota keluarganya. Hatinya merasa sakit dan dongkol.
"Sial, siapa anak tetangga yang berani mengadukan ini pada wanita itu?" kesal Adi. "Awas kau nanti, aku akan memberikan pelajaran yang setimpal!" Adi mengomel sendiri.
Membuatnya dirinya sempat ditatap beberapa orang asing dengan tatapan risih.
Kelontang!
Adi menendang asal-asalan botol kaleng yang dilihatnya dibuang sembarangan, dengan kesal Adi menendangnya asal. Alisnya yang lurus menukik ketika melihat tempat sampah berada di seberang jalan. Adi tersenyum simpul, kemudian berinisiatif untuk menendang kaleng itu kembali hingga masuk ketempat sampah tanpa repot-repot menghampirinya.
Adi menjilat bibirnya, sepasang matanya memicing. Ia lalu bersiap memasang kuda-kuda. Ia mengayunkan kakinya tepat dibadan kaleng—
Kelontang!
"Aww!"
Adi membekap mulutnya ketika kaleng itu mengenai kening seorang lelaki asing yang lewat tepat di depan tempat sampah tersebut.
Lelaki asing itu memungut kaleng tersebut dan memasukkannya ke dalam tempat sampah ketika Adi pura-pura tidak tahu apa-apa ketika lelaki asing itu justru terlihat tengah berjalan menghampirinya.
"Kaleng itu milikmu?"
Sialnya leher Adi refleks menoleh ketika lelaki itu mengeluarkan suaranya. Adi mendapati lelaki berkulit putih dengan rambut pirang itu berbicara dengan aksen bahasa Indonesia yang terdengar aneh ditelinganya.
Adi menggeleng. Baru menyadari bahwa ia 5 inci lebih pendek dari lelaki itu. "Bukan!" elaknya.
Lelaki itu meneliti wajah Adi. Adi yang bingung dan merasa bersalah berusaha menunduk meminta maaf. “I'm sorry.”
Namun, lelaki itu justru tersenyum lebar. "Kau aktor film porno gay itu, bukan?"
“Eh?”
****404Please respect copyright.PENANAHVuafybuAJ
404Please respect copyright.PENANAAMjKFUHMnj
404Please respect copyright.PENANAWCSPPhXhQI
404Please respect copyright.PENANANTB77YGFF8
404Please respect copyright.PENANAHLWe4HnVWq
Suara hentakan musik dan bau alkohol memenuhi indera penciuman dan telinga Adi sejak satu jam lalu.
Ia yang duduk di depan meja bartender hanya diam menunduk ketika dirasakannya cairan alkohol itu sudah hampir menguasai dirinya. Kepalanya berat, sekitar perlahan-lahan menjadi berkunang-kunang dan kabur. Adi mengangkat kepalanya ketika lelaki asing yang memperkenalkan namanya sebagai William itu kembali; duduk di kursi sampingnya.
William meneguk segelas Vodka. Matanya meneliti wajah Adi yang sudah memerah mabuk sambil bergumam.
"Kau tak apa, Adi?" tanyanya. Menyentuh paha Adi dan meremasnya, membuat Adi sedikit menggeliat tidak nyaman; meminta lebih dari hanya sekadar remasan.
Adi yang merasa dirinya baik-baik saja mengangguk. "Aku baik," jawabnya dengan suara bergetar.
Namun William mengernyitkan dahinya. Jelas sekali bahwa Adi tidak baik-baik saja dan ia juga tidak begitu kuat meminum alkohol. William yang sudah biasa ketempat seperti itu lantas merangkul Adi yang tidak memberi perlawanan apa pun. Mulut bau alkohol pemuda berdarah Betawi itu terus bergumam menyenandungkan lagu milik penyanyi lawas.
Karena kasihan, Willian lalu membawa Adi menuju kesebuah kamar di dalam klub yang bernuansa putih abu-abu tersebut. William merebahkan tubuh Adi yang langsung ambruk dengan William yang terseret ikut ambruk dan menimpa tubuhnya. Mata itu terpejam erat dengan keringat membasahi kerah leher juga wajah, membuat otak lelaki itu memutar adegan dewasa yang Adi lakukan dalam film.
Bisakah ia melakukan hal mengairahkan itu bersama sang idola seperti yang selalu Adi lakukan dalam setiap videonya?
Penis William yang sudah menegang sejak siang ketika melihat Adi semakin menegang kala Adi bergerak dan milik mereka berdua tak sengaja saling bergesekan. Sebagai penggemar nomor satu Adi, William sungguh ingin menyentuh tubuh itu, membelai bibir polos yang sanggup mengulum tiga penis besar sekaligus, menciumi selangkangan yang biasanya hanya bisa ia khayalkan, menyemburkan sperma miliknya kedalam dubur Adi sedalam-dalamnya, menikmati desahan sang idola ketika menyebutkan namanya dengan sensual.
Memikirkan itu, tubuh William semakin penas dan penisnya sudah semakin menegang, William meringis kala merasakan sakit pada area selatannya. Tapi jika William nekat melakukan itu, apa yang akan Adi pikirkan nanti padanya? Terlebih saat ini Adi tengah dalam keadaan mabuk berat.
Bibir Adi bergumam tidak jelas dan berakhir menganga, mata itu menatapnya sayu dengan senyum tipis. Lelaki dengan status bottom itu bener-bener sudah teler.
"Ah! Bersetan dengan semua ini! Keberuntungan seperti ini tidak akan datang 2x!" Akhirnya William menyerah pada sosok dibawahnya itu dan menuruti hawa nafsunya yang sudah berada dipuncak.
William sudah tak peduli lagi. Dengan terburu-buru, ia meraup bibir Adi dan mencumbunya rakus, beberapa kali terdengar bunyi kecap. William mengabsen seluruh gigi Adi, memutari rongga mulut Adi dan sedikit mengigit bibir sosok lemah di bawahnya itu hingga sedikit berdarah.
Adi yang kesusahan bernapas membuka matanya, merasakan seseorang mencumbunya rakus. Dengan gerakan lemah, Adi mendorong dada William. Namun sepertinya William tidak peduli lagi, lelaki berdarah Prancis itu justru menyesap bibir Adi lebih kuat, membuat mereka yang habis bertukar liur dan bau mulut langsung ia sedot.
William melepaskan pangutan yang dibuatnya. Napas mereka terengah hebat, dengan rakus Adi menghirup udara sebanyak-banyaknya. Sementara William yang melihat sosok di bawah kungkungannya terlihat makin menggoda itu tersenyum puas.
Malam ini sang aktor film gay itu adalah miliknya.
“Meski hanya sekali, setidaknya kau pernah takluk di bawah keperkasaan ku, Adi,” gumam William horney.
William beranjak berdiri. Ia melepaskan ikat pinggang yang mengikat celana jeans-nya, membiarkan tubuh bagian bawahnya hampir telanjang dengan hanya menyisakan boxer. Ia menatap wajah Adi berkabut yang masih terlentang dan akan kembali tidur. Dengan cepat, William menarik celana Adi dan merobek baju pemuda itu dalam sekali sentak hingga membuat sang korban kembali terjaga.
William membuang baju Adi sembarang, melebarkan paha lelaki itu dan meletakkan wajahnya diantara selangkangan tersebut. William menghirup bau penis Adi dan menggigitnya main-main. Setelah puas, ia menjilati kejantanan itu dan memasukannya ke dalam mulut, mengoloh-oloh benda yang hanya separuh telapak tangan dan sebesar jari tengahnya itu penuh penghayatan.
“Mmnh,” Adi mendesah tak tahan dengan kenikmatan yang dirasakannya sementara dia sendiri masih dalam pengaruh alkohol.
William lalu mengurut dan memijat kejantanan Adi, menyesap ujung kejantanan itu seperti tengah mengedot ketika ia lihat sang submissive sudah mencapai pelepasan pertamanya.
“Wow, kau begitu indah, Adi,” pujinya. Ia lalu mengecup pelipis Adi kuat.
William membersihkan sisa sperma dimulutnya itu dengan lidah. Dilihatnya Adi yang terengah-engah sambil memandanginya sayu. William tersenyum, ia naik ke atas ranjang. Merangkak di atas tubuh Adi. Menyodorkan kejantanannya yang sudah mengeras itu pada wajah Adi.
Adi yang masih memandang sayu menggeleng, ia juga merapatkan mulutnya. William yang sudah tak sabar memaksa Adi agar membuka mulutnya, dengan sekali hentak kejantanan miliknya itu sudah berada di dalam mulut Adi. Dengan gerakan pinggul cepat, William mengocok miliknya di dalam mulut Adi tanpa mempedulikan sang submissive yang hampir muntah kehabisan napas akibat tersedak penis miliknya.
"Telan semuanya Sayang telan, ahahahh~," ucap William disela desahannya.
Dia menyemprotkan semua isinya di dalam mulut Adi dan memaksanya untuk menelan. Adi yang memang sudah kelewat mabuk hingga kehilangan kesadarannya hanya menurut. Beberapa sperma William muncrat dari mulutnya dan mengotori wajahnya.
William mencabut penisnya dari dalam mulut Adi. Ia beralih pada selangkangan lelaki itu yang sudah basah. Membantu Adi yang sudah kehilangan tenaganya itu untuk menungging.
Plak! Plak! Plak!
William menampar pipi pantat Adi berulang kali hingga memerah, meninggalkan bekas kelima jarinya. Setelah puas menciumi pinggang ramping Adi. Tanpa pemanasan lagi, William membuka lebar-lebar anus Adi dan langsung melesatkan miliknya ke dalam sarang yang selama ini hanya dia impi-impikan.
"Ouch!" Untuk yang pertama kali, Adi mendesah kuat. Membuat senyum lebar terbit pada wajah William. Merasa bangga bahwa bukan hanya dirinya yang puas akan persetubuhan ini, akan tetapi juga sang idola.
William menggoyangkan pinggulnya. Dia memegang pinggang Adi agar pemuda itu tak kembali ambruk, meski hanya pelan, Adi ikut andil dalam persetubuhan mereka, ia memaju-mundurkan bokongnya. Meski dalam keadaan setengah sadar, tetapi insting seksualnya begitu tinggi. Adi adalah seorang profesional.
Dengan tubuh terhentak-hentak, Adi bergumam setengah sadar, “Ahahahh~ yahh~.”
“Hamil lah anakku, Sayang ah ahh ah!”
404Please respect copyright.PENANA870WFwa8CF
404Please respect copyright.PENANA4bSGILHxGx
404Please respect copyright.PENANA1shkDxp16Y
404Please respect copyright.PENANAzEqF5TPg8B
404Please respect copyright.PENANA9EHYSchAru
404Please respect copyright.PENANA1ImSLElR9l
404Please respect copyright.PENANAnI400Z9nsm
404Please respect copyright.PENANAyGXFm1FyqN
404Please respect copyright.PENANAjTZpTm3sID
404Please respect copyright.PENANA0HV1LpMrdM
404Please respect copyright.PENANALfLOq4o61w
404Please respect copyright.PENANAEq0OKFg3RW
404Please respect copyright.PENANALCy1a6XskA
404Please respect copyright.PENANA6NpzpgHkt9
404Please respect copyright.PENANAyDPj7DovpA
404Please respect copyright.PENANA7ftNVPRFm1
404Please respect copyright.PENANAjpi3spXxY4
404Please respect copyright.PENANAxErvBPT7KM
404Please respect copyright.PENANAZLipH6VUS9
404Please respect copyright.PENANACD959cRSbh
404Please respect copyright.PENANAl0lnZDARuh
404Please respect copyright.PENANA9Cz6xXM3pa
404Please respect copyright.PENANAjWJIrW1Lit
404Please respect copyright.PENANAWeNEpHMRDN
404Please respect copyright.PENANAswR254EtAV
404Please respect copyright.PENANAvLWgNt5uAj
404Please respect copyright.PENANAyzLMGtTSfg
404Please respect copyright.PENANAcQoiHvRcSX
404Please respect copyright.PENANAKnsBw1sqZK
404Please respect copyright.PENANARy42zYCtoW
404Please respect copyright.PENANAAk0C7zEkjP
404Please respect copyright.PENANAIR6rQxPUFD
404Please respect copyright.PENANA0GSMLKoz4q
404Please respect copyright.PENANAErFFTgrPve
404Please respect copyright.PENANAvQ1NRuwW5I
404Please respect copyright.PENANAWyeHcpqdhS
404Please respect copyright.PENANAjHYHv1IjF0
404Please respect copyright.PENANAYqLKd6ef8x
404Please respect copyright.PENANAFNH5QmTzb2
404Please respect copyright.PENANA0D0bCeUDjs
404Please respect copyright.PENANA1UNCAfmWie
404Please respect copyright.PENANAlWPQLFwr7w
404Please respect copyright.PENANA3nYDOuGvs6
404Please respect copyright.PENANAQRdcvXdDIq
404Please respect copyright.PENANAhQy9mh3JyH
404Please respect copyright.PENANAyJtpiivBxC
404Please respect copyright.PENANAEGDOLafLgG
404Please respect copyright.PENANAObCXMsdGY2
404Please respect copyright.PENANAPmudZAIk7g
404Please respect copyright.PENANA5s7RkOiCII
404Please respect copyright.PENANAkmb9qnetsg
404Please respect copyright.PENANAwuJKlTB0Po
404Please respect copyright.PENANAzmDCC7Y8s6
404Please respect copyright.PENANA7VvL9Posuj
404Please respect copyright.PENANAgxCWpW53xa
404Please respect copyright.PENANAMXHcJnIphg
404Please respect copyright.PENANAbuafPzzM3m
404Please respect copyright.PENANA9F8POLTpPe
404Please respect copyright.PENANAxs1OJRPRj0
404Please respect copyright.PENANAMRtdjaOhog
404Please respect copyright.PENANA1Kxmwnwg3A
404Please respect copyright.PENANAi5ceXbFu1s
404Please respect copyright.PENANA8UXbLdTsAt
404Please respect copyright.PENANAVDFoiMBDuu
404Please respect copyright.PENANAEceoktoulZ
404Please respect copyright.PENANAyc9ucnQAj3
404Please respect copyright.PENANALHcsVuFVg7
404Please respect copyright.PENANAbvyujvW1y2
404Please respect copyright.PENANAn7TrCvBmEv
404Please respect copyright.PENANA7P2d5LXz5Q
404Please respect copyright.PENANAYa05ZDpqbb
404Please respect copyright.PENANAW1sjpjvpPx
404Please respect copyright.PENANA59egfYZ1nm
404Please respect copyright.PENANA1iBRKs8djF
404Please respect copyright.PENANAjbeB20PzI0
404Please respect copyright.PENANAr7qF3VcsAS
404Please respect copyright.PENANAaXS0CNJUSb
404Please respect copyright.PENANARC5hHJU1P2
404Please respect copyright.PENANAuZi5cS6V9Z
404Please respect copyright.PENANAvAcOT2ld0N
404Please respect copyright.PENANAD8tf97xOaK
404Please respect copyright.PENANA5oRobPoNED
404Please respect copyright.PENANAsopl01vV3T
404Please respect copyright.PENANAOZCa2z8KUQ
404Please respect copyright.PENANAxbv95kdPtC
404Please respect copyright.PENANA7aG7Hfqx3T
404Please respect copyright.PENANAGYmJDm4D0l
404Please respect copyright.PENANAE0u4J67j2a
404Please respect copyright.PENANA3ePTjjHici
404Please respect copyright.PENANAO8ZdGnkVrl
404Please respect copyright.PENANA4yitaO8TGF
404Please respect copyright.PENANApr3eLA6LUE
404Please respect copyright.PENANA1TRj1YliSx
404Please respect copyright.PENANAcbo68Z6ZtL
404Please respect copyright.PENANA9meFQwgADS
404Please respect copyright.PENANAFiIoB05UoD
404Please respect copyright.PENANAx41GPnHJQ6
404Please respect copyright.PENANAzrCO1tKh66
404Please respect copyright.PENANAHAry9OSDYx
404Please respect copyright.PENANA7Wp8KIZ7kM
404Please respect copyright.PENANA7KiRBZeCXT
404Please respect copyright.PENANASgwsfIkh6s
404Please respect copyright.PENANASGX3JtvPHh
404Please respect copyright.PENANAZru7Z9bgCM
404Please respect copyright.PENANAG0MWspnypn
404Please respect copyright.PENANApdyV8DdhbL
404Please respect copyright.PENANAjfhx7AotTb
404Please respect copyright.PENANAX3CPLGy7Pv
404Please respect copyright.PENANACujBh9JRfv
404Please respect copyright.PENANAa8MVFsmRw1
404Please respect copyright.PENANAAzbigaFig4
404Please respect copyright.PENANArNss5uxmzh
404Please respect copyright.PENANAbSRGlxgf6R
404Please respect copyright.PENANAUhQYhE9I1M
404Please respect copyright.PENANAZOXbJjgbpJ
404Please respect copyright.PENANA5mfvC9zdnW
404Please respect copyright.PENANAuCWQZdIYMn
404Please respect copyright.PENANAwUXLDm3CL4
404Please respect copyright.PENANAF2bbfmWtCU
404Please respect copyright.PENANArdwXaRbdbA
404Please respect copyright.PENANA80qzAgMDJw
404Please respect copyright.PENANAU2ewDcgN3c
404Please respect copyright.PENANAfPtChyAGPc
404Please respect copyright.PENANA0RL19dPdOE
404Please respect copyright.PENANAwmkdLmHJ2d
404Please respect copyright.PENANAhHqXQHO7Er
404Please respect copyright.PENANAaZvUp0vgG7
404Please respect copyright.PENANAZUGovDY3Hz
404Please respect copyright.PENANA9LfWr9i31b
404Please respect copyright.PENANA3NTHl6oPEL
404Please respect copyright.PENANAdo4CLbE69S
404Please respect copyright.PENANAGNu8dwzh81
404Please respect copyright.PENANAbELtZBv4tE
404Please respect copyright.PENANAv2vtgdygXG
404Please respect copyright.PENANAc6GPSAQVhw
404Please respect copyright.PENANAbffMEWQykM
404Please respect copyright.PENANA1EjN1ehotT
404Please respect copyright.PENANAMFRwLwdh3i
404Please respect copyright.PENANAabkH6KuevH
404Please respect copyright.PENANAqLXF12zQEu
404Please respect copyright.PENANAWECAXuUylR
404Please respect copyright.PENANANAQedGv2hk
404Please respect copyright.PENANAubrS8NOHeP
404Please respect copyright.PENANANOx4qDxv1N
404Please respect copyright.PENANAooFIf6WD9o
404Please respect copyright.PENANACAAVbWwmq3
404Please respect copyright.PENANAg0Rhl5M0kn
404Please respect copyright.PENANASJazYevVRF
404Please respect copyright.PENANADUMPweqnu1
404Please respect copyright.PENANAyhZFSDUol5
404Please respect copyright.PENANAqmkGmS1hST
404Please respect copyright.PENANAaN7ZM2jOkf
404Please respect copyright.PENANAKU6GIbm8i8
404Please respect copyright.PENANAuMdblJZUBv
404Please respect copyright.PENANAvp5ubV6eA7
404Please respect copyright.PENANAAL2hcfBUlK
404Please respect copyright.PENANAtw7TbFQm0Z
404Please respect copyright.PENANAxUuXgaKPKv
404Please respect copyright.PENANA9wAo9PBTke
404Please respect copyright.PENANAAZxR8wW13q
404Please respect copyright.PENANAm84bjzxYW0
404Please respect copyright.PENANAVp89B3ZVkL
404Please respect copyright.PENANAQCEHUilMmx
404Please respect copyright.PENANA82vmSwuRkJ
404Please respect copyright.PENANALtqdc18INv
404Please respect copyright.PENANAGSZ3N5y0o2
404Please respect copyright.PENANAjK6pYvs5Z2
404Please respect copyright.PENANAkDDQLowIcD
404Please respect copyright.PENANASQSNtVTEsM
404Please respect copyright.PENANAU2d4D4T7oK
404Please respect copyright.PENANA48dCwRkVfx
404Please respect copyright.PENANAyUrTfbAwat
404Please respect copyright.PENANA9XwH2cS3O5
404Please respect copyright.PENANAKowVHxMvZo
404Please respect copyright.PENANARkxV1VIv88
404Please respect copyright.PENANAzC3bhij1UQ
404Please respect copyright.PENANAlikZhKLVJO
404Please respect copyright.PENANAqFTevhCNoX
404Please respect copyright.PENANAGoww8trfmf
404Please respect copyright.PENANAq7iD884LAq
404Please respect copyright.PENANA84x1N0Xi0F
404Please respect copyright.PENANANRCimKqTBn
404Please respect copyright.PENANAagtsE9iNDS
404Please respect copyright.PENANAq2dL4Wc5wt
404Please respect copyright.PENANAv3mPKnyhsv
404Please respect copyright.PENANAS180ii517F
404Please respect copyright.PENANAoxSTOvlsdb
404Please respect copyright.PENANAULv61ZvLhb
404Please respect copyright.PENANAJ9e41DIeRv
404Please respect copyright.PENANAU7Qwpeh5l1
404Please respect copyright.PENANAAgSE69MtQr
404Please respect copyright.PENANAs6WhzsuMfn
404Please respect copyright.PENANANPoLYLHYl4
404Please respect copyright.PENANA5AFTkR50iO
404Please respect copyright.PENANAD7q0dERZdT
404Please respect copyright.PENANAX2MecaAs9m
404Please respect copyright.PENANA8xZytC3HLc
404Please respect copyright.PENANAxasGwGOkoZ
404Please respect copyright.PENANAzqxqoSyhBz
404Please respect copyright.PENANAthE203Ds6Q
404Please respect copyright.PENANApF4J1DV1mB
404Please respect copyright.PENANAEkH9bi3ZHx
404Please respect copyright.PENANAG1vVdezR8F
404Please respect copyright.PENANAbOTMvmbp2H
404Please respect copyright.PENANAFbGSbNFeKE
404Please respect copyright.PENANAwdemvMoqDU
404Please respect copyright.PENANA4LPUsPpPlz
404Please respect copyright.PENANAKJSMCCqvwP
404Please respect copyright.PENANAQ6NpOzyHTK
404Please respect copyright.PENANADKmIzemUca
404Please respect copyright.PENANAj4xRDajeGu
404Please respect copyright.PENANA2uhBx8zmJo
404Please respect copyright.PENANApzHCE3SAzT
404Please respect copyright.PENANASntEYmto43
404Please respect copyright.PENANAhf9pAstkRa
404Please respect copyright.PENANAD6Rs4dZO34
404Please respect copyright.PENANAeAJjeOoPk7
404Please respect copyright.PENANAdcqH0FkKgC
404Please respect copyright.PENANAxNMfnyViQG
404Please respect copyright.PENANAo5tMyztMX0
404Please respect copyright.PENANApWWR7ryeR9
404Please respect copyright.PENANAWXhiT8dEID
404Please respect copyright.PENANAJ5aDe7qXS2
404Please respect copyright.PENANAvr5RdKVav4
404Please respect copyright.PENANAdEvQjKAl9Y
404Please respect copyright.PENANAOTOY2GbGyz
404Please respect copyright.PENANAZasKIlABUW
404Please respect copyright.PENANADmr5dJEsZy
404Please respect copyright.PENANARYAlhjO5vm
404Please respect copyright.PENANAqibGQ7lLy8
404Please respect copyright.PENANAvr0yavBrOo
404Please respect copyright.PENANAf8vDSQ5fYs
404Please respect copyright.PENANACGaZMEjeH3
404Please respect copyright.PENANAiSEpWxkHZj
404Please respect copyright.PENANAhHOlKMZIHc
404Please respect copyright.PENANA9hxYuRownu
404Please respect copyright.PENANA2PlxCbvwmB
404Please respect copyright.PENANAM1Z2b6cCln
404Please respect copyright.PENANAIUNRcDGv2G
404Please respect copyright.PENANAeUtxLDt7YK
BERSAMBUNG....
ns216.73.216.176da2