
Ustad Cabul
4489Please respect copyright.PENANA9Z6FDg75G2
Di sebuah daerah di Pulau Jawa yang dikenal akan kuatnya tradisi keagamaan, kehidupan masyarakat berputar di sekitar pengajian-pengajian dan pesantren-pesantren yang tumbuh di berbagai pelosok. Dari lembaga-lembaga inilah lahir para ustad dan santri yang dianggap suci, pewaris ilmu agama, dan pembimbing umat. Di balik kesalehan itu, tersimpan kisah yang tak terduga kisah yang bermula dari sebuah desa kecil di pinggiran kota besar.
4489Please respect copyright.PENANAdXtfJhd1Qj
Desa itu tenang, masyarakatnya hidup rukun, bahkan hubungan antarumat beragama begitu harmonis. Namun, di balik kedamaian itu, tampak jelas jurang kesenjangan sosial yang memisahkan antara muslim dan non-muslim.
4489Please respect copyright.PENANAPDZRwJvRpL
Mayoritas warga muslim hidup dalam kekurangan. Pandemi yang baru berlalu, disusul musim paceklik yang melanda sawah dan ladang, memaksa banyak kepala keluarga untuk merantau mencari nafkah ke luar daerah. Sementara itu, warga non-muslim justru tampak lebih mapan, karena rata-rata usaha mereka berdiri di luar desa, bahkan di kota besar.
4489Please respect copyright.PENANARikGaT5ELW
Suatu hari, datanglah dua musafir dari sebuah pesantren ternama. Mereka adalah ustad muda yang tengah berdakwah berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Ketika tiba di desa itu dan melihat kondisi umat muslim yang terpuruk, mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan. Mereka ingin menetap dan membantu memulihkan kesejahteraan umat.
4489Please respect copyright.PENANAt8jm5MnxxR
Kebaikan hati menyambut mereka. Pak Togar, sang kepala desa yang beragama non-muslim dan dikenal bijak serta dermawan, mengizinkan keduanya tinggal di rumahnya. Ia telah lama menduda sejak istrinya meninggal sepuluh tahun lalu. Di rumah itu, ia tinggal bersama anaknya, Sitor, yang berusia 25 tahun, dan menantunya, Lina, yang telah lima tahun menikah namun belum juga diberi keturunan.
4489Please respect copyright.PENANAYWXFEmlfm6
Namun keajaiban terjadi Lina akhirnya hamil setelah meminum air yang telah dibacakan doa oleh seorang ustad yang pernah singgah sebentar di desa itu. Sejak saat itu, Pak Togar menaruh rasa hormat yang tinggi kepada para ustad, dan saat Ustad Karim dan Ustad Ijal memutuskan tinggal, ia menyambut mereka dengan tangan terbuka tak tahu bahwa dari rumah itulah, kisah kelam akan bermula.
4489Please respect copyright.PENANAXkkByMVBtH
4489Please respect copyright.PENANAQrDqaud91m
Yang tak diketahui oleh warga desa dan bahkan oleh Lina, sang menantu adalah bahwa Ustad Karim dan Ustad Ijal bukanlah pendakwah sejati. Mereka adalah buronan, pelarian dari kasus perampokan dan pemerkosaan di luar daerah. Dulu, mereka sempat mondok di sebuah pesantren kecil dan hanya mempelajari agama sebatas untuk menipu. Mereka paham cara bicara lembut, membaca ayat suci dengan tartil, dan menyusun nasihat penuh hikmah. Semua itu hanyalah topeng.
4489Please respect copyright.PENANAwEp2kwzwz3
Kedatangan mereka ke desa itu bukan karena belas kasihan, melainkan karena panggilan dari seseorang yang telah lama menjadi bagian dari jaringan gelap mereka: Pak Togar kepala desa yang selama ini dikenal bijak dan toleran.
4489Please respect copyright.PENANARGKf4er5xj
Di mata warga, Pak Togar hanyalah lelaki tua yang hidup tenang bersama anak dan menantunya. Istrinya sudah lama meninggal, dan ia disegani sebagai sosok netral yang mengayomi semua golongan.
4489Please respect copyright.PENANAs0lcW4AXhd
Tapi di balik keramahan dan wajah tenangnya, Pak Togar menyimpan masa lalu yang kelam dan keinginan yang lebih gelap dari siapa pun di desa itu.
4489Please respect copyright.PENANAR7GGWVQjDX
Dulu, saat masih muda, Togar adalah bagian dari lingkaran gelap yang berkedok dakwah. Ia mengenal Karim dan Ijal sebagai rekan satu jalan orang-orang yang tahu cara menyembunyikan dosa di balik ayat dan sorban.
4489Please respect copyright.PENANA13cpz35I9R
Bertahun-tahun mereka tak bersua, hingga suatu hari, dua sahabat lamanya itu menghubungi dari tempat pelarian mereka. Tanpa ragu, Pak Togar menyambut mereka, bahkan menawarkan rumahnya sebagai tempat tinggal.
4489Please respect copyright.PENANA3PBTMm0Qp9
Namun niatnya bukan sekadar menolong.
4489Please respect copyright.PENANADqmcgtpV6o
Sejak lama, Togar menaruh nafsu pada istri tetangganya perempuan muda bersuami lemah yang kerap datang untuk meminjam alat atau minta bantuan. Tapi yang paling membuat hatinya gelisah adalah Lina, menantunya sendiri.
4489Please respect copyright.PENANAgZbBLmbEOI
Sudah lima tahun tinggal serumah, Lina belum juga diberi anak. Dalam pandangan Togar, tubuh Lina adalah godaan yang selalu hadir tiap hari berjalan di rumahnya, menyajikan makanan, menunduk dengan patuh.
4489Please respect copyright.PENANA7kqiETFNW1
Togar tahu, keinginannya terlarang. Tapi kini, dengan kedatangan Karim dan Ijal, semua bisa diatur. Bersama mereka, ia mulai menyusun rencana. Mereka akan membungkus hawa nafsu dengan topeng agama: membuka pengajian, menyebarkan air doa, dan memberikan "ruqyah" kepada perempuan-perempuan yang membutuhkan ketenangan. Warga akan percaya, dan para perempuan akan datang sendiri.
4489Please respect copyright.PENANAcR6xCr41Yq
Tak butuh waktu lama. Kharisma palsu Ustad Karim dan kelembutan suara Ustad Ijal membuat para ibu dan gadis desa tertarik. Mereka datang untuk meminta doa, meminta nasihat rumah tangga, dan membawa anak-anak mereka untuk belajar mengaji. Semua berjalan sesuai rencana.
4489Please respect copyright.PENANAv3aSiFJIqy
Dan dari rumah itulah, dosa mulai tumbuh dalam diam. Dibalut sorban dan doa, tapi berakar dari nafsu dan tipu daya yang sudah dirancang sejak lama.
4489Please respect copyright.PENANA9trQOTwp16
4489Please respect copyright.PENANAwBO2etGNd6
Malam itu, ruang tengah rumah Pak Togar hanya diterangi lampu minyak yang berkelap-kelip. Hujan baru saja reda, menyisakan bau tanah basah yang meresap ke dalam rumah kayu tua itu. Togar, lelaki paruh baya yang dikenal ramah dan moderat, duduk bersila dengan sebatang rokok kretek di tangan. Di hadapannya, dua tamu barunya Karim dan Ijal menyesap kopi sambil melirik satu sama lain.
Togar membuka obrolan lebih dulu, suaranya berat dan datar.
4489Please respect copyright.PENANAGtN31RdBqJ
“Jadi… kalian ngaku ustad sekarang?”
Karim tersenyum lebar, cengengesan.
4489Please respect copyright.PENANAzWtaq1KevX
“Orang sini gampang percaya, Pak. Asal hafal dua-tiga surat, bisa doa sedikit, udah dianggap wali.”
4489Please respect copyright.PENANA6doh0klYmW
Ijal ikut tertawa kecil, lalu menyahut, “Padahal saya aja belum disunat, Pak. Tapi kalau udah pakai baju koko, langsung dipanggil ‘kyai muda’.”
4489Please respect copyright.PENANAHl8ONLwXC3
Togar ikut tertawa, lalu mengangguk puas. “Itu dia alasan saya undang kalian ke sini. Saya tahu kalian dua ini bukan ustad beneran. Tapi kalian ngerti cara mainnya.”
4489Please respect copyright.PENANAsf9egq22uB
“Main gimana, Pak?” tanya Karim sambil mencondongkan badan, mulai serius.
4489Please respect copyright.PENANALUxMtj9Goo
Togar menghembuskan asap rokoknya, matanya menyipit. “Aku ini orang kafir buat mereka. Tapi karena anakku masuk Islam, ya aku ikut toleran. Nah... aku punya masalah. Ada istri tetanggaku. Namanya Rini.
4489Please respect copyright.PENANAd4Bs3yWFwC
Masih muda, suaminya sakit-sakitan. Perempuan itu... tiap kali dia datang ke sini, minta air, minta bantuin benerin genteng... aku pengen, paham?”
4489Please respect copyright.PENANAtXvn4vkuDu
Karim mengangguk, tatapannya mulai tajam. “Mau kita bantu ‘ruqyah’ dia, Pak?”
4489Please respect copyright.PENANA2tQGCyAqXt
“Ruqyah, pengajian, doa-doa... apa aja lah. Yang penting dia nurut. Masuk rumah ini, terus kalian atur. Setelah itu tinggal aku selesaikan.”
4489Please respect copyright.PENANAuBnIQnu4NU
Ijal tertawa pendek. “Wah, gampang. Tinggal pasang wajah suci, bawa Al-Qur’an kecil, terus bilang dia kerasukan jin birahi.”
4489Please respect copyright.PENANArK1GkW4rxQ
Togar menyeringai puas. Tapi belum selesai.
4489Please respect copyright.PENANAyM9CoenXdT
“Dan satu lagi,”
bisiknya pelan.
4489Please respect copyright.PENANAhwzzQee4Lv
“Lina. Menantu gue. Masih muda, cakep. Lima tahun nikah sama anakku, belum punya anak. Tiap pagi dia bikin kopi, bersihin rumah. Kadang pakai daster longgar… Astaga.”
4489Please respect copyright.PENANAkYYhkZIHDE
Kedua “ustad”
itu berpandangan dan tertawa pelan.
4489Please respect copyright.PENANAiLd8tQSAYh
Karim menepuk pundak Togar.
“Pak… buat orang kafir, nafsu Bapak ini Islami sekali.”
4489Please respect copyright.PENANAnppLCjWJVb
“Makanya saya butuh kalian,” Togar menyahut cepat.
4489Please respect copyright.PENANA7pusNqqh3T
“Kalau berhasil, kalian tinggal aja di sini seumur hidup. Saya urus semuanya. Di mata orang-orang, kalian bakal jadi wali kampung ini.”
4489Please respect copyright.PENANAiadUHsXU4Y
Ijal menyeringai.
4489Please respect copyright.PENANAYqpdyPe9WY
“Gampang. Urusan syahwat yang dibungkus syariat… itu spesialisasi kami, Pak.”
4489Please respect copyright.PENANAcqYOhiz8vx
Dan malam itu, di balik canda dan asap rokok, tiga lelaki dengan niat bejat mulai menyusun rencana. Sebuah drama kotor yang dibalut sorban dan doa-doa palsu siap menjerat perempuan-perempuan lugu yang mencari pertolongan dalam nama agama.
4489Please respect copyright.PENANApZSnBvZrOC
Keesokan harinya, pagi di desa itu seperti biasa kabut tipis menggantung di antara ladang, dan suara ayam bersahut-sahutan. Tak ada yang menyangka bahwa dari rumah Pak Togar, rencana bejat tengah bergerak pelan, menyaru dalam wujud kesalehan.
Cek Di Full Nya juga di
https://victie.com/novels/nafsu_berselimut_dakwah
https://karyakarsa.com/DSASAXU
ns216.73.216.251da2