Bab 1: Undangan Lateks
1728Please respect copyright.PENANARVJy5XqbRa
Lira Arista, 27 tahun. Wanita HR yang terlihat kaku, rapi, dan steril. Tapi di balik kemeja kerja dan blazer polos, ada rasa haus yang tak pernah ia tunjukkan ke siapa pun.
1728Please respect copyright.PENANADbLP6luwv1
Hari itu ia datang ke kantor seperti biasa, tapi di atas mejanya ada sesuatu yang tidak biasa—amplop hitam doff tanpa nama. Ia buka. Sebuah kartu kecil, hitam, dengan tinta merah menyala:
1728Please respect copyright.PENANAaZPHrZhYsF
> “Chambre Noire – Undangan Khusus. Satu malam. Dresscode: Kulit atau Lateks.”
1728Please respect copyright.PENANAy3mooFDwx9
1728Please respect copyright.PENANAIcwLi1ismJ
1728Please respect copyright.PENANAl9VWTnHTMP
Tidak ada yang tahu ia menerima itu. Tapi tubuhnya tahu. Tubuhnya yang sudah terlalu lama kering, mengeras hanya karena gesekan sprei dan khayalan, mulai berdenyut pelan.
1728Please respect copyright.PENANAQbRGIPOOzQ
1728Please respect copyright.PENANASuvsI7RsYV
---
1728Please respect copyright.PENANAyv0z0Hd6zM
Jam sembilan malam, Lira berdiri di depan pintu logam hitam di gang sempit kota. Seorang pria bertubuh besar memeriksa kartunya, hanya mengangguk, lalu membiarkannya masuk ke lorong berlampu merah redup. Dindingnya dipenuhi suara-suara—desahan, benturan tubuh, dan denting rantai.
1728Please respect copyright.PENANAO0NptPYjqT
Di ruang ganti, seorang wanita bertopeng menyerahkan pakaian: catsuit lateks hitam mengilap.
1728Please respect copyright.PENANAm93tTGqqaz
“Ini ukuranmu,” bisiknya sambil tersenyum sinis.
1728Please respect copyright.PENANAXHjwXaxmtu
Lira membawa pakaian itu ke bilik. Saat dia membuka pakaiannya sendiri, tubuhnya merinding. Saat tangan menyentuh permukaan lateks itu, ia seperti menyentuh sisi dirinya yang tersembunyi—yang basah dan gatal di antara rapatnya kaki.
1728Please respect copyright.PENANAGHGDXnVXXx
Ia menarik catsuit itu perlahan dari kaki ke atas. Ketat. Licin. Menempel. Setiap tarikan membentuk lekuk tubuhnya lebih jelas: payudara montoknya, pinggul bulat, garis tipis belahan pantatnya, dan bibir kemaluannya yang mulai basah bahkan sebelum disentuh. Tidak ada celana dalam. Tidak ada bra. Kulit langsung bersentuhan dengan lapisan lateks yang menghimpit klitorisnya sampai denyutnya makin terasa.
1728Please respect copyright.PENANAm7qPnANjye
Saat selesai mengenakannya, ia berdiri di depan cermin. Putingnya menonjol jelas, keras seperti marmer kecil di balik lapisan mengilap. Lubang kecil di tengah crotch-nya dibiarkan terbuka. Tidak untuk kenyamanan. Tapi untuk akses.
1728Please respect copyright.PENANAOQ4lX02056
Dia dibawa ke ruangan gelap dengan dinding kaca satu arah. Di baliknya, ia bisa melihat panggung. Seorang perempuan telanjang, bertopeng kelinci, tubuhnya diikat tali merah, dijilat dua pria. Satu menjilati puting kirinya dengan lidah tajam, satu lagi menjulurkan lidah panjang ke dalam lubang vaginanya sambil menghisap kuat. Perempuan itu teriak, bergetar, orgasme di hadapan mereka semua.
1728Please respect copyright.PENANAdHdNqjKSPw
Lira tak bisa berpaling. Nafasnya pendek. Tubuhnya menegang. Tangannya meraba pinggangnya sendiri, lalu turun ke bawah. Ia sentuh bagian lateks yang menutupi kemaluannya. Hangat. Lembap. Basah.
1728Please respect copyright.PENANALgtU3kCXoj
Dia membuka lubang kecil itu dengan jari. Jari telunjuknya menyentuh klitorisnya langsung. Licin. Sensitif. Dia mulai mengusap, pelan-pelan. Saat perempuan di panggung orgasme kedua kalinya, Lira menggigit bibir. Dia juga hampir tumpah.
1728Please respect copyright.PENANAZLm6WQByA7
Lalu ia merasakan tatapan.
1728Please respect copyright.PENANAikNL5GnSr4
Di sudut ruangan, berdiri sosok tinggi memakai topeng gagak. Tidak bicara. Tidak bergerak. Tapi tatapannya tajam. Menelanjangi Lira tanpa menyentuhnya.
1728Please respect copyright.PENANATwhsYpmCm8
Dan dia merasa seperti diperintah.
1728Please respect copyright.PENANAjYIYbK6O44
Jangan berhenti.
1728Please respect copyright.PENANAP9ZLoPZAZg
Dia terus mengusap klitorisnya, lebih cepat. Tubuhnya menempel di kaca, payudaranya terhimpit. Cairannya menetes di paha. Saat orgasme menamparnya dari dalam, tubuhnya bergetar. Ia mendesah, bibirnya gemetar, jari-jarinya masih menekan bagian paling sensitif dari dirinya—sampai semuanya meledak diam-diam.
1728Please respect copyright.PENANAzVSURrCiub
Pria bertopeng gagak masih memandangnya. Dan sebelum ia sempat bicara atau mendekat, ruangan gelap kembali. Seorang staf datang, menyodorkan secarik kartu kecil:
1728Please respect copyright.PENANADFuO5SyHJe
> “Jika kamu ingin lebih: Sabtu depan. Pintu belakang. Tanpa celana dalam.”
1728Please respect copyright.PENANAsdjQG4zYh5
1728Please respect copyright.PENANAYWpM2IBKP7
1728Please respect copyright.PENANAUDXOhgeK4g
Lira tidak menjawab. Tapi dalam pikirannya, dia sudah tahu: ini bukan terakhir kali.
1728Please respect copyright.PENANAQptci8XwJL
Ini baru awal.
ns216.73.216.109da2