x
Malam itu, hujan turun membasahi pijakan tanah dengan derasnya. Suara tangisan Inggit seakan berlomba keras dengan suara petir yang menggelegar. Inggit meratapi tubuh ibunya yang tergantung tak bernyawa di rumah reot tua mereka.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfFGGAxNR6f
Inggit menangis sampai pingsan dan mengalami demam, ketika keesokan harinya Pak kardim menemukannya. Pak Kardim adalah penjaga Villa Nyonya Dewi. Pak Kardim membawa Inggit ke Villa Nyonya Dewi, menenangkannya lalu melapor kepada pejabat setempat tentang mayat ibunya Inggit.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡX8aRPlfzIf
Nyonya Dewi seperti biasa berjalan-jalan pagi, lalu memghentingkan langlahnya ketika mendengar suara isak tangis yang memilukan dari kamar Pak Kardim. Nyonya Dewi melangkah masuk ke kamar Pak Kardim. Nyonya Dewi terkejut melihat seorang bocah kecil menangis menunduk memegangi kadua kakinya.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFIng1CtJBF
"Siapa namamu, nak?" tanya Nyonya Dewi.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡL751WXnSD6
Inggit menengadahkan kepalanya dan memandang Nonya Dewi dengan tatapan putus asa. Hati Nyonya Dewi merasa terenyuh melihat tatapan mata Inggit. Seketika saja Nyonya Inggit memangku, dan memeluk Inggit untuk menenangkannya. Pak Kardim, masuk ke kamarnya.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDmi3HLXHAv
"Nyonya." Sapa Pak Kardim. "Ini ..... ini ...." Pak Kardim terdiam gugup.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBX0UVozuUM
"Ssst." Nyonya Dewi memberikam Isyarat agar Pak Kardim diam, karena Inggit sudah mulai terpulas. Nyonya Dewi merebahkan Inggit yang terpulas di ranjang pak Kardim. Lalu mengajak Pak Kardim bebicar di luar.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgiqJiffgLD
"Jelaskan!" ucap Nyonya Dewi.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgbZI0rcKYP
Pak Kardim menceritakan segala hal tentang Inggit, Nyonya Dewi merasa hatinya merasa terenyuh mendengar nasib tragis Inggit.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡP6sloGBGSR
"Siapkan segala keperluannya mulai saat ini, Inggit tinggal bersama kita!" perintah Nyonya Dewi.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvzhYkP70ex
"Injih." Jawab Pak Kardim, mengiyakan.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡS3CtCpK2zZ
Hari itu juga Nyonya Dewi meminta supirnya mengantar ke kota untuk membeli beberapa stel pakaian dan keperluan lainnya untuk Inggit. Hari-hari Nyonya Dewi terasa bermakna semenjak kehadiran Inggit, Mengingat Putramya sendiri hampir tidak pernah berkunjung menemaninya. Rumah tangga Putranya tidak berjalan mulus, ketika Putranya meninggal Menantumya membawa pergi cucu laki-laki satu-satunya tinggal di luar negri. Karena itu Nyonya Dewi merasa sangat kesepian.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡX5Yg4t35Kg
Anak-anak perempuam Nyonya Dewi juga sudah sibuk dengan kehidupan mereka masing-masing. Inggit merasakan menemukan seorang Ibu Peri yang membawa seberkas sinar harapan dalam hidupnya.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfrWfAh8SQa
"Mbah Putri, aku merangkaikan bunga ini untuk Mbah Putri." Ujar Inggit.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpwA5joGktQ
Inggit sudah berusia 17 tahun, dan semakin bertumbuh menjadi gadis yang cantik. Nyonya Dewi mengasuh dan mendidiknya dengan baik. Dengan tata krama Bangswan Jawa. Inggit bisa merajut, menjahit, memasak,merangkai bunga. Hal-hal dasar yang harus di miliki oleh seorang wanita.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUAbeUcIdZE
"Mbah putri, ini ....." Ucap Inggit seraya menyerahkan nilai kelulusannya. Inggit murid yang pintar, Inggit mendapatkan nilai tertinggi. Nyonya Dewi merasa bangga melihat nilai-nilai Inggit.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6sHBlyBeSQ
"Apakah kau sudah memilih jurusan kuliahmu nanti?" tanya Nyonya Dewi.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJZFNzkYWW1
"Enn .... ahli gizi." Jawab Inggit. "Mbah putri mendukungmu, nduk." Ucap Nyoya Dewi.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeVNnIL0zYr
"Terima kasih." Ucap Inggit sambil memeluk erat Nyonya Dewi. Hari Wisuda sekolah telah tiba, Pak Kardim hadir sebagai wali dari Ingt. Pak Kardim menangis terharu ketika melihat Inggit maju menerima penghargaan dan juga ijazahnya.Gadis kecil yang tak berdaya itu telah tumbuh menjadi gadis yang membanggakan. Setelah selesai acara wisuda, saatnya berfoto-foto dengan teman-teman.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4wIwK6o58Y
"Inggit." Panggil Danang.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrlr60Utg3Z
"Sugeng siang pak." Sapa Danang mengucapkan selamat siang kepada Pak Kardim.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFhaCYAlLCN
Pak Kardim mengangguk dan tersenyum menjawab sapa Danang. Pak Kardim merasa grogi karena Danang adalah seorang Raden, gelar keturunan raja (untuk kerabat yang sudah jauh).
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUBO5QHVoir
"Nuwun sewu Pak, ijin njupuk foto karo Inggit!" pinta Danang kepada Pak Kardim agar diijinkan untuk berfoto dengan Inggit.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaSYbR8ZdAx
"Monggopunatri." jawab Pak Kardim mempersilahkan.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFNhPv53NCy
"Ayo." Ajak Danang menarik tangan Inggit mengajaknya berfoto.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSfuW7WB6mG
Dari salah satu sudut, beberapa anak gadis menatapi sinis kedekatan Inggit dan Danang. Mereka menganggap Inggit tidak pantas berdekatan dengan Danang yamg berketurunan bangsawan.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzJcA41aSCe
"Kita harus menghukumnya." Ucap salah satunya yang menyarankan, mereka harus memberikan pelajaran kepada Inggit.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6qeGm64jAX
"Ya, setuju." Ucap Ratih.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCaKUBntFkL
Sebelum mendaftar ke Universitas pilihan, Inggit sibuk mengurus berkas-berkas kelulusannya.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuSRfZIa475
"Bapak, inggit pamit pergi ke sekolah. Legalisir Ijazah hari ini sudah bisa diambil." Ujar Inggit.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4oDCGtzo2i
"Injih Nduk, hati-hati" Jawab Pak Kardim memberikan izinnya.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUX6hjWWIZK
Inggit mengayuh sepedanya menuju ke sekolahnya, Inggit keluar dari ruang guru dan membawa legalisir ijazahnya dengan senyum sumringah. Inggit mengayuh sepedanya kembali pulang, tiba-tiba sebuah mobil sengaja menabrakan mobilnya menyenggol sepeda Inggit. Inggitpun terjatuh, kening dan siku Inggitpun terluka berdarah. Ratih keluar dari mobilnya dengan sikap arogantnya.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbdYp0VSMRZ
"Hei, ini adalah peringatan keras. Kau harus menjauhi Danang!" perintah Ratih.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwS8KWmbPzR
"Kau sengaja ya, ingin merebutnya dariku?" tanya Ratih dengan sinis.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbvNY2v9Re4
"Tidak .... tidak .... aku dan Danang hanya berteman." Jawab Inggit.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡorA6nIPQgs
"Sebaiknya begitu, jika tidak kau akan merasakan akibat yang lebih dari ini." Jawab Ratih.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkx2uAF9f7N
Ratih dan yang lainnya pergi meningalkan Inggit yang terduduk terluka. Inggit menahan air matanya agar tidak terjatuh. Inggit merapihkan dirimya dan membasuh lukanya dengan saputangannya lalu mulai mengayuh sepedanya lagi.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbJUP4mkOXv
"Apa yang terjadi nduk?" tanya pak Kardim.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwt5A4VgONJ
"Anu ... sedikit terjatuh di jalan tadi." Jawab Inggit.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCfILiUmCGh
"Nduk ... Nduk .... mengapa tak berhati-hati." Ucap Pak Kardim sambil menghela nafas.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡr74ZvphACH
"Ayo cepat masuk, bersihkan luka-lukamu!" Ujar Pak Kardim.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFs11jZOAKc
"Jangan beritahu mbah putri yah pak!" pinta Inggit.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPnSUuxNqyR
"Ya, ya. Lain kali berhati-hatilah!" Ucap Pak Kardim.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQKNiwD9SMw
Inggit pun masuk dan membersihkan dirinya dengan perlahan membasuh luka-lukanya yang terasa perih. Setelahnya Inggit membantu Bi Karni memasak di dapur. Bercita-cita berkuliah di Akademi ahli gizi telah banyak meriset masakan-masakan yang bergizi untuk Nyonya Dewi.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRZ4R7A3hcD
"Kemana Inggit?" tanya Nyonya Dewi kepada Pak Darkim.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJLs8fshhJb
"Anu ... Nyonya, Inggit sedang merasa tidak sehat. Jadi sedang beristirahat di kamarnya." Jawab Pak Darkim.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVNvhgHUdhm
"Sudah ke dokter?" tanya Nyonya Dewi seraya memandang Pak Darkim dari balik kacamatanya.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmjN2wNhjnb
"Anu .... Nyonya, belum ke dokter namun sudah meminum obat." Jawab Pak Darkim.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4ocuiRP1VD
"Jika belum sembuh, esok bawalah menemui dokter!" perintah Nyonya Dewi.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxYPJQGfzx3
Dikamar, Inggit tidak bisa tidur karena masih menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Menjadi korban Bully adalah hal biasa bagi Inggit. Ini tidak akan mematahkan mentalnya, Melihat kematian ibunya langsung di depan matanya, mau merasakan hal menakutkan apa lagi. Inggit berani menemui Nyonya Dewi setelah memar-memar dan luka di tubuhnya mulai pulih.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeJapLGKeRn
"Bagaimana persiapanya Nduk?" tanya Nyonya Dewi.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡS19epk3i1R
"Sampun, Mbah Putri." Jawab Inggit.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsEtgMAI06j
"Bagus nduk, Kuliah dengan baik tak perlu sungkan!" ucap Nyonya Dewi.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡa9REDWzI2M
"Injih, Mbah Putri." Jawab Inggit.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYiRbNRtGjf
"Gadis baik." Ucap Nyonya Dewi.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSPUq9uE5IT
Setelah Inggit keluar dari kamar Nyonya Dewi, Diatas nakas sebuah pigura foto anak laki-laki terpajang dengan indahnya.
267Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdg3RRHh5jy
"Tristan." Panggil Nyonya Dewi menghela nafas panjang karena merindukan satu-satunya cucu laki-laki di keluarga Pusponegoro.
ns216.73.216.20da2
