
Bima akhirnya mengantar Nadira pulang setelah hari-hari penuh berhubungan intim tanpa henti.
164Please respect copyright.PENANAhuVRF3uOkm
Mobilnya berhenti di depan lobby apartemennya, Bima menarik Nadira ke dalam ciuman yang dalam, lidahnya menjelajahi mulut Nadira yang sudah bengkak akibat terlalu banyak digunakan. Tangannya lagi-lagi mencoba meremas payudara kiri Nadira yang montok, lalu turun ke selangkangannya, menekan melalui bahan roknya.
164Please respect copyright.PENANAET41u6i87d
"Udah, Bim..." Nadira memutuskan ciuman itu dengan napas tersengal, wajahnya memerah. "Lihat aku, cara jalannya aja udah kayak orang baru pertama kali naik kuda. Selangkanganku rasanya ada yang ganjel gara-gara kamu pake terus-terusan."
Bima tertawa lebar, matanya berbinar penuh kepuasan. "Bilang aja kalau kamu abis dipake aku selama dua malam. Biar semua orang tahu kamu milik siapa."
164Please respect copyright.PENANA0xNglcOPwR
"Dasar!" Nadira mencubit lengan Bima, tapi senyum kecil mengembang di bibirnya.
164Please respect copyright.PENANAuJlC6aHPjS
Setelah berpisah, Nadira berjalan tertatih-tatih menuju lift. Rasanya semua orang di lobby memperhatikan cara jalannya yang aneh. Seorang satpam bahkan menawarkan bantuan, "Ibu baik-baik saja? Keseleo ya?"
164Please respect copyright.PENANAsaEcJZnYLL
"Ah, iya... terima kasih," jawab Nadira cepat-cepat, wajahnya memanas.
Begitu sampai di apartemennya, ia langsung terjatuh ke kasur. Tubuhnya terasa seperti ditabrak truk. Ponselnya yang selama tiga hari diabaikan tiba-tiba berbunyi, mengingatkannya pada kehidupan nyata yang sempat ia lupakan.
164Please respect copyright.PENANAIxX4mRq7Eq
"Astaga..." gumamnya saat melihat deretan notifikasi yang menumpuk.
164Please respect copyright.PENANAVoydZEKEcU
Group WhatsApp kantor penuh dengan pesan:
164Please respect copyright.PENANASBuuP7RS8t
[Dina]: Nadira kemana nih? Project Agra mau diupdate
[Ario]: Iya nih, tumbenan ga respon
[Evan]: Jangan-jangan sakit?
164Please respect copyright.PENANAivnvqXGkBo
Yang membuat Nadira tersentak adalah pesan dari Bu Ratih:
"Besok langsung ke ruangan saya. First thing in the morning."
164Please respect copyright.PENANA182idALGzc
Nadira hanya bisa menghela napasnya pelan, kebersamaannya dengan Bima, membuat dirinya lupa ia memiliki kehidupan yang lain.
164Please respect copyright.PENANAl1gElZWEzU
***
164Please respect copyright.PENANAHRcceDZoeX
Esok harinya di kantor, Nadira berusaha berjalan senormal mungkin meski rasanya seperti ada pisau kecil di antara pahanya.
164Please respect copyright.PENANASZ5TLZMANI
"Nad! lo kemana aja sih?" Dina langsung menyergap begitu Nadira masuk. "Kami khawatir lo kecelakaan atau apa."
Ario yang biasanya santai malah terlihat serius. "Lo ga pernah gini, Nad. Minimal bales chat lah."
164Please respect copyright.PENANAvyQjkmC6iI
Nadira menghela napas. "Gue... cuma butuh me time. Stres kerjaan numpuk terus." Ia menggosok pahanya pura-pura kesakitan. "Terus gue terpleset di kamar mandi. Makanya jadi pengen rebahan aja kemarin."
164Please respect copyright.PENANAHQl5RpwmD4
Rani mengernyitkan dahi. "Tapi dari sabtu ga bales chat? Lo biasanya paling cepat respon."
"Maafin aku ya guys," Nadira mengangkat tangan. "Gue emang salah ga kasih kabar."
164Please respect copyright.PENANAYKQTCckh0N
Sebelum interogasi berlanjut, Bu Ratih muncul di pintu kantor. "Nadira, ruangan saya, sekarang!"
164Please respect copyright.PENANAVJpQ1Y1kla
Ruangan Bu Ratih harum seperti biasa dengan aroma kayu manis. Wanita paruh baya itu duduk dengan sikap tegas, tapi matanya berbinar penuh arti.
"Kamu tahu posisimu di perusahaan ini, kan?" Bu Ratih mulai tanpa basa-basi. "Sebagai senior consultant yang handle klien-klien besar, hilang tiga hari tanpa kabar itu tidak acceptable."
164Please respect copyright.PENANAXpmckU8AJ0
Nadira menunduk. "Saya minta maaf, Bu. Itu kelalaian saya."
164Please respect copyright.PENANAsOuYlSNqXm
"Untungnya para direktur tidak tahu. Kalau tidak, surat peringatan sudah menunggumu." Bu Ratih menyilangkan tangan. "Tapi yang lebih membuat saya penasaran..." Dia berdiri dan berjalan mendekati Nadira, matanya menyapu tubuh Nadira dari ujung kepala sampai kaki. "...adalah cara jalanmu yang lucu itu." Bu Ratih tiba-tiba tersenyum dengan raut wajah menggoda. "Weekend yang menyenangkan ya, Nadira?"
164Please respect copyright.PENANAz5KFmwvQki
Baca versi lengkapnya lihat dari profile penulis.
ns216.73.216.82da2