
Plakk!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Hitomi yang tengah di gantung dengan tubuh terikat tali, seorang pria tua dengan selangkangan tertutup kain putih terus menampar wajah Hitomi yang sudah sangat merah itu tanpa henti. Meski sudah dipukul berkali-kali Hitomi sama sekali tak merengek, atau pun memohon agar pria tua itu menghentikan tamparannya.
"Sialan! Sudah jadi serusak apa kau ini!?" seru Tuan Shigeo yang sudah lelah menganiaya Hitomi.
"Kontol! Berikan aku kontolmu, Tuan! Aku rindu benda besar itu mengacak-acak rahimku! Tuan! Tuan!" rengek Hitomi dengan liur menetes dari mulutnya.
Meskipun dihadapannya ada wanita seseksi Hitomi, kontol Tuan Shigeo enggan bangun dari tidurnya. Kontol itu sudah mati beberapa tahun lalu, dulu saat kontol itu masih hidup Tuan Shigeo sering sekali memakainya untuk menjajal berbagai macam memek di usianya yang sudah tua. Hampir seluruh wanita yang ada di desa itu sudah pernah merasakan kehebatan kontolnya, namun sayang sekali semua itu sekarang hanya tinggal kenangan.
"Shhttt... Aku bosan!"racau Tuan Shigeo sembari melepas tali yang menahan Hitomi hingga membuat tubuhnya jatuh dengan suara keras.
"Ughhh! Tuan ... kontolnya? Tuan!" panggil Hitomi saat Tuan Shigeo meninggalkannya begitu saja dengan tubuh masih terikat tali.
Hitomi memandang tubuh tua Tuan Shigeo dari belakang, tubuh yang dulu memperkosanya sampai membuatnya rusak itu sekarang sudah tak bisa lagi memuaskannya. Dalam keheningan malam, dan tubuh terikat tali Hitomi membayangkan masa lalunya yang kelam.
"Nyonya....." seru seorang pria kepala tiga yang langsung melepas tali yang mengikat Hitomi.
Pria itu melepas satu persatu ikatan yang mengikat Hitomi dengan sabar tanpa sedikit pun tergoda oleh dua melon besar yang tak tertutup itu. Setelah ikatannya terlepas, pria itu memberi Hitomi handuk untuk menutupi tubuhnya, lalu mengambil lap untuk membersihkan lendir Hitomi yang masih tertinggal di ruangan itu.
"Hei, Roy.... Kamu gak mau nyoba?" ucap Hitomi sambil membuka lebar selangkangannya.
Memek Hitomi yang basah, dan bersinar oleh lendir terbuka tepat dihadapan Roy, namun Roy sama sekali tak tertarik akan semua itu. Cepat-cepat ia membersihkan semuanya, lalu pamit dari hadapan Hitomi yang terus menerus menggodanya.
"Pria yang aneh.... Apa dia gay?" gumam Hitomi melihat Roy yang pergi begitu saja, tanpa sedikit pun tergoda oleh tubuhnya.
*****
Siang itu seperti biasa Megumi mengantar Tuan Shigeo ke tempat-tempat yang ingin ia kunjungi, dan menjemput Rei bocah yang Tuan Shigeo sering bawa bersamanya. Ketika mereka tengah berkendara tiba-tiba hujan disertai kabut turun dengan derasnya, membuat jarak pandang Megumi menjadi terbatas karena kabut yang semakin lama semakin tebal.
"Tuan Shigeo, kabutnya semakin tebal. Aku khawatir akan terjadi hal buruk jika kita terus berkendara," usul Megumi sembari memperlambat laju mobil benz hitamnya.
"Kalau begitu, mari cari tempat singgah. Di depan sana, beberapa meter lagi terdapat sekolah, kita bisa beristirahat di sana sampai kabut menghilang," kata Tuan Shigeo sembari mengarahkan Megumi, dan memintanya untuk pelan-pelan.
Setelah melaju dengan jarak pandang terbatas, dan sangat berhati-hati—mereka akhirnya sampai di sekolah itu. Seperti yang Tuan Shigeo bilang, sekolah itu meskipun terlihat tua namun cukup besar untuk mereka bisa memarkirkan mobilnya di halaman sekolah. Tuan Shigeo memberi isyarat pada satpam yang berjaga di sana untuk membiarkan mereka masuk, dan mengarahkan mereka ke tempat parkir yang sesuai untuk mobilnya.
"Kalian tunggu di sini, aku akan segera kembali setelah menyapa teman lama," kata Tuan Shigeo yang telah mengambil payung, dan bersiap keluar dari mobilnya.
"Baik, Tuan." Seru Megumi, dan Rei serentak.
Tuan Shigeo pun keluar dari mobil, dan di antar oleh satpam itu masuk ke dalam sekolah meninggalkan Megumi dan Rei bersama dalam mobil. Suasana canggung terjadi antara mereka berdua, Rei terlihat menatap Megumi dari kursi belakang dengan tatapan tajam, sedangkan Megumi mengamatinya dari kaca spion.
"Sudah berapa lama, Kakak bekerja untuk Tuan Shigeo?"tanya Rei tiba-tiba.
Megumi terkejut tak menyangka bocah itu akan memulai obrolan terlebih dahulu.
"Baru satu bulan, Dik. Bagaimana denganmu? Kau terlihat dekat dengan Tuan Shigeo, bagaimana kau bisa mengenalnya?" balas Megumi.
Rei tersenyum, ia lalu menyilangkan kaki menatap kaca spion mobil yang merefleksikan sosok dirinya di kursi belakang.
"Aku adalah anak haramnya..... Mau kau percaya atau tidak, aku ini cucu sekaligus anaknya," ungkap Rei.
Megumi mengangkat alis, berusaha mencerna perkataan Rei yang sangat membingungkan.
"Maksudmu?"
Rei tersenyum.
"Ayahku adalah anaknya, tapi Tuan Shigeo memperkosa ibuku hingga hamil, dan melahirkanku. Setelah itu mereka berdua meninggal karena ingin bunuh diri bersama sambil membawaku, beruntung aku berhasil selamat, dan Tuan Shigeo membawaku ke panti asuhan itu."
Megumi tak dapat berkata-kata mendengar cerita bocah sepuluh tahun itu, dia menceritakan masa lalunya dengan enteng tanpa berat sedikit pun pada Megumi. Setelah 30 menit berlalu, Tuan Shigeo kembali bersama saptam tadi—waktu itu kabut sudah mulai menipis, dan perlahan mulai menghilang.
"Megumi, kita pergi," kata Tuan Shigeo, ketika baru masuk ke dalam mobil.
Tingkah Rei berubah sejak Tuan Shigeo datang, ia bertingkah selayaknya anak-anak saat bersama Tuan Shigeo. Megumi mengamati ekspresi Rei dari balik kaca spion dengan sedikit takut, ketika Rei mulai meliriknya—buru-buru Megumi mengalihkan pandangannya darinya.
Saat hendak keluar dari sekolah, bel bunyi tanda berakhirnya pelajaran berbunyi, suara riuh para siswa yang turun dari tangga terdengar dari belakang mereka. Belasan anak SMA berseragam muncul di pintu masuk sekolah, mengganti sepatunya, dan bersiap pulang bersama teman-temannya. Di antara murid-murid sekolah itu, Misono berjalan dengan pacarnya yang merupakan kapten tim bisbol sekolah.
"Misono, maaf ... aku ada latihan hari ini, ngedatenya bisa ditunda dulu gak!?" pinta pacar Misono ketika mereka berdua baru selesai berganti sepatu.
"Latihan lagi!? Yang benar saja! Kemaren alasanmu juga sama! Latihan! Latihan! Saat kita mau keluar, kau terus latihan!?" bentak Misono yang sudah habis kesabaran menghadapi pacarnya.
"Ini yang terakhir Misono, kumohon untuk kali ini saja. Setelah ini aku janji kok bakalan nemenin kamu," ucap pacar Misono memberi janji manis.
Misono yang sudah kehilangan kesabaran akhirnya menampar pacarnya tepat saat rombongan siswa baru turun dari lantai atas datang. Melihat ada keributan yang terjadi murid-murid berkerumun, menyaksikan pertengkaran mereka.
"MULAI HARI INI KITA PUTUS! JANGAN MUNCUL LAGI DI HADAPANKU!" seru Misono yang disambut dengan cekcokan pacarnya.
"Putus!? Jangan begitulah Misono! Kita bisa bicarakan baik-baik!"
"Tidak ada yang perlu dibicarakan! Hubungan kita berakhir sampai di sini. Terima kasih...."
"Misono! Misono! Hei Misono! Tunggu!"
Misono berjalan cepat meninggalkan mantan pacarnya yang terus merengek di belakangnya, saat ia keluar ia berpapasan dengan mobil benz hitam milik Megumi yang baru akan pergi dari sekolahnya. Sontak saja Misono berlari ke arah mobil benz hitam itu, namun mobil itu keburu pergi dari sekolahnya.
2106Please respect copyright.PENANAA9wNfPoeaJ
2106Please respect copyright.PENANAKG2CCVrDDi
2106Please respect copyright.PENANAIc9ZFodTIc
2106Please respect copyright.PENANAS1wLD0Cmtq
2106Please respect copyright.PENANAHzDO4CYt0N
2106Please respect copyright.PENANAF9EqenZq1Z
2106Please respect copyright.PENANAMbjsPMsX1F
2106Please respect copyright.PENANAPdM5SIZKOp
2106Please respect copyright.PENANAcWNpjHAkUU
2106Please respect copyright.PENANA1DmTcAxmpF
2106Please respect copyright.PENANAoLtTDtljdh
2106Please respect copyright.PENANAT56RUoAJzH
2106Please respect copyright.PENANAtt96vJNXba
2106Please respect copyright.PENANA7RmM8sVgbC
2106Please respect copyright.PENANA1oKGPUgTCc
2106Please respect copyright.PENANANKDlNOsCQm
2106Please respect copyright.PENANAEcH8EiPj8J
2106Please respect copyright.PENANAmA7qS5cruc
2106Please respect copyright.PENANA71uLNqS4dj
2106Please respect copyright.PENANAtNAuLU5zIn
2106Please respect copyright.PENANA5DItMTeyyg
2106Please respect copyright.PENANAVqfc4AvWAT
2106Please respect copyright.PENANAEIpjW1sNyl
2106Please respect copyright.PENANApklebB89Pr
2106Please respect copyright.PENANANIUwjdQkkn
2106Please respect copyright.PENANAoQNyjlv4dm
2106Please respect copyright.PENANAoV4orseBY5
2106Please respect copyright.PENANA7I3h5V3M53
2106Please respect copyright.PENANAfVHafbQ7Jz
2106Please respect copyright.PENANAYMkUMoLYSV
2106Please respect copyright.PENANAQE20zGkqpD
2106Please respect copyright.PENANAvoo2lvMb1g
2106Please respect copyright.PENANA2Z1IlRVVW0
2106Please respect copyright.PENANAx6b9zeI6VW
2106Please respect copyright.PENANAjXbjIvs6WH
2106Please respect copyright.PENANAhEIt5vql3D
2106Please respect copyright.PENANA4u0cAcX2S3
2106Please respect copyright.PENANAB5XWjp8ppo
2106Please respect copyright.PENANAdmA5fgGfEu
2106Please respect copyright.PENANAlyGEuNA6aE
2106Please respect copyright.PENANAmENjnaPQnZ
2106Please respect copyright.PENANAkHkPkoFRXG
2106Please respect copyright.PENANA1d4KNSQJeV
"Om itu.... Kenapa dia kemari ya?" gumam Misono sembari membayangkan kontol besar Megumi yang mengaduk memeknya beberapa hari lalu.
ns216.73.216.192da2