
#2 Perspektif2754Please respect copyright.PENANAJCrOCuLEh2
2754Please respect copyright.PENANAzQ6uEOe5Kc
Klakson-klakson kendaraan saling bersahutan. Aku memandang ke keluar jendela mobil. Kota Pekanbaru terlihat indah di malam hari. Di bahu jalan, muda-mudi saling berkasih di bawah cahaya lampu. Pedagang kaki lima menyebar di setiap tempat, membuat riuh ramai kebersamaan.2754Please respect copyright.PENANA2nbFbaeOP4
2754Please respect copyright.PENANA9VoPuWvRXg
Dimas fokus menyetir, sesekali ia bersenandung. Aku menoleh ke arahnya. “Abi gak ada kesibukan, kan?” tanyaku, memastikan. “Kalau sibuk kita putar balik aja.”2754Please respect copyright.PENANAnqG60V9Pyv
2754Please respect copyright.PENANAcYQN2gy0bB
Dimas menggeleng. “Engga, umi.” Pandangannya masih ke depan, fokus ke arah jalan.2754Please respect copyright.PENANADCZBF5ApOp
2754Please respect copyright.PENANAYnnRp0LC9I
Aku tersenyum, lalu kembali memandang keluar jendela mobil. Jalanan ini mengingatkan ku tentang banyak hal. Dahulu, di tahun pertama aku menikah. Aku dan Dimas menyimpan banyak kenangan di pinggiran jalan. Dulu kami berdua tidak punya cukup uang untuk makan di restoran bintang lima, atau tempat megah lainnya. Alternatif yang kami pilih adalah angkringan di tepian jalan, dengan riuh orang-orang, aroma sate bakar, di tambah dengan berisik kendaraan lalu-lalang.2754Please respect copyright.PENANAf5CRowwa9K
2754Please respect copyright.PENANAmpHGmYqHlj
Aku rindu suasana itu. Sekarang, kami tidak punya cukup waktu untuk bernostalgia tentang masa-masa awal pernikahan. Tapi aku cukup bangga dengan suamiku. ia mempunyai daya juang yang cukup besar, sehingga kami bisa sampai pada titik ini, ya, walaupun tidak kaya-kaya banget.2754Please respect copyright.PENANAHlRow241Zl
2754Please respect copyright.PENANAulj7d1KQmq
Kami berhenti Di sebuah Gedung dengan halaman yang luas. Dimas memarkirkan mobil berdempetan dengan mobil lain. Aku dan Dimas segera membuka pintu mobil dan turun. Sejenak kupejamkan mataku, menikmati suasana.2754Please respect copyright.PENANALdUmVlU3U5
2754Please respect copyright.PENANArRO4lXUNjn
Dimas melangkah terlebih dahulu. Sementara Aku melangkah pelan sambil memperhatikan sekitar. Di samping Gedung, banyak sekali stand makanan, minuman, dan lainnya. Di tambah dengan riuh pengunjung yang saling berdesakan. Bau-bau keringat saling berbaur menjadi satu. Terdengar juga suara tawa dari kejauhan. Bazar, memang selalu semegah ini.2754Please respect copyright.PENANAETBLyeSlhs
2754Please respect copyright.PENANAWh61XKSO2q
Dimas berhenti sebentar dan menoleh kebelakang. Ke arahku. Aku menyengir, pastilah ia menyuruhku untuk berjalan cepat. Buru-buru aku menghampirinya. Aku sendiri belum memutuskan mau berbelanja apa. Bazar ini tidak melulu perihal makanan atau minuman, beragam jenis terdapat di sini. Pakaian, perlengkapan sekolah anak, buku-buku bekas, dan lain-lain.2754Please respect copyright.PENANApxcK9MAJoS
2754Please respect copyright.PENANAeaEigASKgQ
Aku dan Dimas terus melangkah berdampingan sambil memutuskan mau berbelanja apa. Suasana ramai membuatku harus hati-hati berjalan, khawatir menabrak pengunjung lain. Aku memepetkan bahuku ke bahu Dimas. Dimas melirik-ku dan tersenyum, kemudian ia melingkarkan tangannya ke pundakku. Kami terus melangkah. Tak lama kemudian, Kami berhenti di sebuah stand minuman.2754Please respect copyright.PENANAV3B0UBu5c7
2754Please respect copyright.PENANA9NEGheR9qI
“Pop ice rasa mangga satu, sama rasa cokelat satu,” kata Dimas sambil menatap beragam rasa dari pop ice yang tergantung.2754Please respect copyright.PENANAVEGKxvMpQ7
2754Please respect copyright.PENANAhl33OCvhOh
Aku mengulum senyum. Dimas masih tahu perihal rasa kesukaanku, dan itu cukup untuk membuat pipiku merona.2754Please respect copyright.PENANAV02QNnOPHM
2754Please respect copyright.PENANACMQfqq16LB
Si penjual mengangguk. Dengan piawai ia memasukan bubuk pop ice dan juga es batu ke dalam blender. tak lupa ia tuangkan air sebagai perantara. Tak lama, ia jentikan jarinya ke tombol penghancur, sepersekian detik itu pula terdengar suara bentrokan es batu dan bubuk pop ice yang menyatu bersama air. Warung sebelah tak ingin kalah, suara letupan-letupan minyak membahana. Di tambah dengan riuh pengunjung yang berbelanja. Aku bisa merasakan lalu-lalang yang intens di belakangku. Dari remaja, pemuda, sampai orang tua. Semuanya membaur menjadi satu.2754Please respect copyright.PENANAq5pc3M9VlI
2754Please respect copyright.PENANANIX6JrMeAE
Si penjual menyodorkan dua cup pop ice yang di bungkus dengan plastik putih, tak lupa ia tersenyum ramah kepada kami berdua.2754Please respect copyright.PENANA6vuKx7wTxG
2754Please respect copyright.PENANAolF2YtiLDh
“Makasih.” Dimas meraih pop ice itu, lalu mengeluarkan dua lembar uang pas, dan menyodorkan kepada si penjual.2754Please respect copyright.PENANA3CQv23m7kx
2754Please respect copyright.PENANA1fpc94JAVc
Kami kembali melangkah, berdampingan. Aku menyesap pop ice dari sedotan, perpaduan manis coklat mendinginkan tenggorokanku. Sambil melangkah, kami mengobrol sedikit perihal akan membeli apa lagi.2754Please respect copyright.PENANAhcmb4naT0D
2754Please respect copyright.PENANAIenqekFJ7g
“Mau ke tempat Fajar, mi?” Dimas melirik kiri-kanan.2754Please respect copyright.PENANAJu6ZKH0DT4
2754Please respect copyright.PENANAXiJncIVo83
Aku mendongak ke arahnya. “Fajar buka stand, bi?”2754Please respect copyright.PENANAsCyemousY8
2754Please respect copyright.PENANAwTZcQq6IuM
“Dia jaga stand buku.”.2754Please respect copyright.PENANAKjwkQLSV3x
2754Please respect copyright.PENANAJ6yfUtcwbM
Aku mengangguk. Sudah tiga hari lamanya aku tidak bertemu sahabat anakku itu. Dimas menggenggam tanganku. Hangat. Aku tersenyum sambil membalas genggaman tangannya. lalu Kami menuju stand Fajar sambil berpegangan tangan layaknya pengantin baru.2754Please respect copyright.PENANAHSETYVOwTk
2754Please respect copyright.PENANApTC2Cn7PX2
Dari kejauhan, aku bisa melihat sosok remaja tinggi yang tak lain adalah Fajar. Stand bukunya lumayan ramai, ia terlihat sibuk melayani pembeli. Tak sabaran, aku mempercepat langkah. Membuat Dimas harus menyamakan langkahnya dengan langkahku.2754Please respect copyright.PENANATaB4jIBzRl
2754Please respect copyright.PENANA4nXs4ABMWU
Tibanya di stand buku Fajar, aku memanggilnya dengan riang. “tante baru tahu kamu jaga stand buku, lho.” Aku melirik ke bawah, tumpukan-tumpukan buku berjejer rapi di atas meja. Kemudian aku melirik ke kanan, di rak kecil terdapat beragam buku juga. Di samping kanan pun sama.2754Please respect copyright.PENANAgWHP04YSjk
2754Please respect copyright.PENANA0jzlSAG30i
Fajar berdiri menyambut kehadiran kami. Ia melirikku dan Dimas bergantian. “Om-tante. Mau beli buku?”2754Please respect copyright.PENANA2kKLVAkSFu
2754Please respect copyright.PENANAtQ7z5aNTuc
Dimas memperhatikan tumpukan buku di meja. ia mengangguk-angguk. Lalu menunjuk salah satu buku. “Jar, om beli yang ini.”2754Please respect copyright.PENANANepcQZyWvV
2754Please respect copyright.PENANABUmR0BYplV
Sigap Fajar meraih buku itu, dan mengemasnya ke dalam plastik merah. Dimas merogoh dompet dan menyodorkan satu lembar uang.2754Please respect copyright.PENANAHLMQgqxWLz
2754Please respect copyright.PENANApTVOxmYLDK
“Gratis, om.” Tolak Fajar.2754Please respect copyright.PENANAaVKPPFTUIC
2754Please respect copyright.PENANAoVAqbz5zXi
Dimas tersenyum. “Udah, ambil aja.” Tangannya masih terangkat.2754Please respect copyright.PENANA8xgD1jtxOI
2754Please respect copyright.PENANAGKJIMSMNrC
Fajar meletakan kantung kresek itu di atas tumpukan buku. Dimas menggeleng, menurunkan tangannya, lalu meraih kantung kresek di meja. “Makasih, ya, Jar.”2754Please respect copyright.PENANAQpCk8T9779
2754Please respect copyright.PENANAuHyaZoRyeu
Fajar menggangguk. Aku hanya memperhatikan mereka sedari tadi. Sesekali aku melirik Fajar, begitupun Fajar. Kami seperti saling mencuri-curi pandang.2754Please respect copyright.PENANA7nkxzvLn5I
2754Please respect copyright.PENANACpV8g3yEVz
“Tunggu bentar, Mi.” Aku menoleh ke arah Dimas. Ia merogoh ponselnya, kemudian beranjak menuju tempat sepi. Aku membiarkannya saja, barangkali ada telepon penting.2754Please respect copyright.PENANAaGKPBfoeLM
2754Please respect copyright.PENANAVmhGvuSIRS
Fajar memindahkan bangku di belakangnya ke samping bangkunya. Sambil tersenyum ia mempersilahkanku duduk. Aku melangkah melewati cela kecil di samping kanan, dan duduk di sebelahnya. Duduk berdua dengannya membuat degup jantungku berdetak cepat, tidak seperti biasanya.2754Please respect copyright.PENANA9sgTUHQZ5r
2754Please respect copyright.PENANAJtka6NckbA
Jejak kaki terdengar ribut seperti angin topan yang melanda desa. Di tambah dengan lalu-lalang orang-orang di hadapanku. Tapi, yang membuatku betah adalah aroma harum kertas yang menyeruak cuping hidungku.2754Please respect copyright.PENANA5MbYjK7HWU
2754Please respect copyright.PENANAju37Ef8OfK
Seorang lelaki menghampiri Stand tempat aku berada. Fajar berdiri dan tersenyum kepadanya. Lelaki itu melirikku sekilas. Ia berbisik kepada Fajar. “Pacarmu, Jar?” Walaupun bisik itu kecil dan suara pengunjung lain begitu riuh, tapi aku masih bisa mendengarnya.2754Please respect copyright.PENANAAcjDJoE7vL
2754Please respect copyright.PENANAzlkjONRCBi
“Istri saya,” Fajar balas berbisik. Sekilas ia melihat ke arahku.2754Please respect copyright.PENANAdcocjdI8IE
2754Please respect copyright.PENANAJ0HEBAmBPF
Aku menelan ludah. Anehnya aku tidak marah dan justru merasa senang. Aku tidak tahu kenapa. Lelaki itu tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.2754Please respect copyright.PENANAbt0ai5IQME
2754Please respect copyright.PENANAybbZmNcd5k
Setelah melayaninya, Fajar lekas duduk di sampingku. Aku menatapnya dengan tajam. “Tante denger, lho.” Aku menyilangkan kedua tanganku di depan dada.2754Please respect copyright.PENANAVfTOjyhuvj
2754Please respect copyright.PENANA4o1TQtZdQk
Fajar terlihat gelagapan. “Emang Fajar bilang apa tadi, Tan?”2754Please respect copyright.PENANAKssgASwlBk
2754Please respect copyright.PENANAuWJYmPZc3K
“Kamu bilang Tante istri kamu.” Aku mengernyitkan wajah memasang ekspresi garang.2754Please respect copyright.PENANAf3at5p8E7h
2754Please respect copyright.PENANA0R65iuJjdH
“Tante salah dengar kali.” Fajar bertahan, matanya lekat memandang lalu lalang orang. Ia terlihat gugup, seperti maling yang keciduk. Belum sempat aku menginterogasinya lebih lanjut. Dimas terlebih dahulu datang.2754Please respect copyright.PENANAOBJDMbgb9A
2754Please respect copyright.PENANAP2WqbbZTyO
“Mi, abi ada urusan mendadak.” Dimas meringis sambil menggaruk hidungnya.2754Please respect copyright.PENANASiebSuxHbB
2754Please respect copyright.PENANA0mwYrpJNcG
Aku menghela nafas. “Jadi, mau pulang?” aku berkata dengan wajah cemberut.2754Please respect copyright.PENANAAFHOTOfmKD
2754Please respect copyright.PENANAq6mzZh8CZo
Dimas berdehem sebentar. Ia melirik Fajar sekilas. “Jar, nanti kamu bisa anter tante pulang? Om ada urusan.”2754Please respect copyright.PENANA8SjQz94wIZ
2754Please respect copyright.PENANA4OTC8IdFe3
Aku menoleh ke Fajar. Menunggu jawabannya.2754Please respect copyright.PENANAWTfeLPJBWs
2754Please respect copyright.PENANAQ1yMoK8kQi
“Dengan senang hati, om,” Jawab fajar sambil berdiri, lalu menunduk sopan.2754Please respect copyright.PENANAdm6Km2153e
2754Please respect copyright.PENANAvTyoYNKhMO
Dimas melirikku. “kalau umi masih mau di sini, nanti pulangnya sama Fajar, ya? Abi gak bisa lama-lama. Maaf ya, mi.”2754Please respect copyright.PENANAaNZ0rbgqao
2754Please respect copyright.PENANAZ47Tit9eVU
Aku mengangguk tidak rela, tapi mau tak tamu aku harus membiarkan suamiku yang super sibuk itu kembali berkutat dengan pekerjaannya.2754Please respect copyright.PENANA8vMkNYFFZs
2754Please respect copyright.PENANAY5nMr6kb78
Aku dan Fajar kembali ke dalam obrolan. Menit berlalu. Obrolan kami semakin intens. Obrolan kami kadang terhenti sejenak, Sebab Fajar haris melayani pembeli. Lalu kami jatuh dalam obrolan lagi. Menit ganjil menjelma genap. Obrolan semakin serius. Deru kaki pengunjung lain mulai mereda.2754Please respect copyright.PENANAfBxROgpBEJ
2754Please respect copyright.PENANAwIovVnVKaY
“Kamu rencananya mau lanjut kuliah atau kerja, Jar?” tanyaku, menoleh ke arahnya.2754Please respect copyright.PENANAGHSgPIF2MA
2754Please respect copyright.PENANArXRwcLAPZY
ia tersenyum. Sebuah senyum yang jika aku lihat dengan dalam, memancarkan sebuah kesedihan. “Fajar gak lanjut, Tan.”2754Please respect copyright.PENANAOPirw9uBgq
2754Please respect copyright.PENANAGEtbcY4cZ8
Aku menyedot pop iceku. “Sayang banget, sih, Jar. Kamu tuh anaknya rajin, lho,” kataku. Jujur saja, menurutku pribadi, Fajar sangatlah pintar. Ia bisa beradaptasi dalam kondisi apapun.2754Please respect copyright.PENANA9keIrsGcuk
2754Please respect copyright.PENANAB9Fw9AwY3S
“Fajar juga maunya gitu, Tan. Pengen kaya teman-teman yang lain. Tapi, mau gimana lagi?” ia tertawa, getir. Kemudian melanjutkan, “terkadang, keadaan membuat seseorang mati langkah.” Ada racikan duka yang kurasakan di setiap kalimatnya. ia berkata lagi. “Sebagian orang terlahir beruntung. Sebagian lagi, hanya menghiasi mereka yang beruntung,” ia terkekeh, getir.2754Please respect copyright.PENANA7srX0hfw4H
2754Please respect copyright.PENANAY1E9eqT65t
Akhirnya aku bersuara. “Menurut tante, setiap orang beruntung, kok. Ya, kalau belum beruntung berarti coba lagi.”.2754Please respect copyright.PENANAFlUGhTiJbO
2754Please respect copyright.PENANAMMtwVOPcYS
Hening sejenak. Derup langkah tidak terdengar lagi. Pengunjung kian menyepi. Hembusan angin menerpa wajahku, wajahnya, dan setumpuk buku. Fajar berdiri, menoleh ke arahku.2754Please respect copyright.PENANAjxm6LX0Xbh
2754Please respect copyright.PENANAALZOjhTn3C
“Udah sepi, tan. Waktunya tutup,” katanya. “Tante gak masalah, kan, kalau bantuin Fajar berkemas?”2754Please respect copyright.PENANApsinYimplS
2754Please respect copyright.PENANADy7hPo2i4w
Aku ikutan berdiri. tersenyum kepadanya. “Dengan senang hati,” kataku, riang.2754Please respect copyright.PENANAsp58VQLkDm
2754Please respect copyright.PENANAejOakIzjuv
***2754Please respect copyright.PENANAz9FehQA5Qp
2754Please respect copyright.PENANA23vo01493U
Kami berdua berjalan bersampingan, menuju sepeda motor Fajar yang terletak di belakang Gedung. Hening malam seperti ini teramat kusukai. Jauh dari berisik kendaraan. Angin berhembus kencang di kemalaman, Bangku-bangku di depan setiap Stand sudah sunyi tak berpenghuni.2754Please respect copyright.PENANAwWQcQpXYI0
2754Please respect copyright.PENANAImWGcPiGbk
“Pernah naik motor, Tan?” Tanya Fajar sesampainya kami di depan motornya.2754Please respect copyright.PENANADbmQuXAJUs
2754Please respect copyright.PENANAxXOrIry9jv
“Waktu kuliah, tante sering naik motor, kok.” Jawabku.2754Please respect copyright.PENANAYRO0eUEMry
2754Please respect copyright.PENANAWI709JeX7R
Fajar menyodorkan helmnya kepadaku. Aku menatapnya heran. “Kamu aja yang pakai. Kan kamu yang bonceng.”2754Please respect copyright.PENANANLZbJISOA0
2754Please respect copyright.PENANA53mOJhyG8r
Fajar tersenyum, kemudian mendekat ke arahku. Aku tercekat. Jarak kami dekat. sangat dekat. Ia mengangkat kedua tangannya dan memasangkan helm di kepalaku. Degup jantungku seakan mau melompat keluar. Bau keringatnya menyeruak cuping hidungku. Aku menelan ludah. Sudah lama aku tidak pernah diperlakukan seromantis ini.2754Please respect copyright.PENANASxiqecZCtO
2754Please respect copyright.PENANA1xd8vDbiP9
“Pakai, ya, tan.” Fajar membungkuk sedikit. Mensejajarkan wajahnya dengan wajahku. Wajah kami terlalu dekat. aku bisa merasakan hembusan nafasnya.2754Please respect copyright.PENANAGRXiRd7sOZ
2754Please respect copyright.PENANA0HkrEXYBOG
“Debaran jantung tante kedengaran, lho.” Fajar mengedipkan mata. Aku bisa merasakan pipiku memanas. Fajar berkata lagi. “Pipinya juga merah.” Ia mengulum senyum.2754Please respect copyright.PENANAA2lGAgIRoq
2754Please respect copyright.PENANAMXJLmAW9Dt
Aku menunduk menyembunyikan semburat rona di wajahku. Tak ada satupun kata yang mampu keluar dari mulutku.2754Please respect copyright.PENANAAVj6ONTdoc
2754Please respect copyright.PENANAcJVxqeLQsL
“Ayo tan.” Fajar sudah siap di atas motor. “Jangan salting mulu.” Ia kembali menggodaku. Dengan pipi yang masih merona, aku menaiki motornya.2754Please respect copyright.PENANA0nKQwIGF6q
2754Please respect copyright.PENANADrSImquB64
“Duduknya jangan jauhan, nanti jatuh, lho,” Fajar menoleh sekilas ke belakang.2754Please respect copyright.PENANA7l6eQJn5Bd
2754Please respect copyright.PENANAqsdP37Wseq
Aku memukul pelan punggungnya. “Nyebelin!”2754Please respect copyright.PENANAlRAyBuAP9C
2754Please respect copyright.PENANArmFJ7QEDat
Fajar malah terkekeh. Aku meletakan tanganku di depan dada, menjadi penyangga antara dadaku dan punggungnya. Ia memacu gas, perlahan kami menembus udara malam.2754Please respect copyright.PENANA1OwRlCUTBz
2754Please respect copyright.PENANAX6JuHrN2hX
Di spion motor, aku bisa melihat senyumnya. Sebuah senyum yang membuatku malah ikut tersenyum. Berisik knalpot motor di depan dan belakang kami, seakan menjadi pengiring musik perjalanan.2754Please respect copyright.PENANAWbXEQwIzAc
2754Please respect copyright.PENANAn1lHDlbFYU
Aku berpaling kanan-kiri, hotel-hotel menjulang tinggi. Bunyi-bunyi klakson saling bersahutan tak mau mengalah. Warung bakso, nasi padang, mie ayam, terlihat ramai. Gerombolan remaja berjalan di bahu jalan, saling tertawa.2754Please respect copyright.PENANA7ivMXqjzgd
2754Please respect copyright.PENANAMoTB9QUK9x
Aku menatap wajahnya dari spion, tak di sangka, ia malah melirik ke spion dan tersenyum. Sepersekian detik, aku memalingkan wajahku, kembali menatap jalanan. Remaja itu selalu membuatku tersipu dan salah tingkah. Entah kenapa.2754Please respect copyright.PENANA1RYp5rvoyX
2754Please respect copyright.PENANAIwCC1jhhQ3
***2754Please respect copyright.PENANAX8JQ0Sj8W3
2754Please respect copyright.PENANApsdykdACmJ
Kami tiba di rumah. Aku turun dari motor. Melepas helm dan mengembalikan kepada Fajar.2754Please respect copyright.PENANAqhG3xs9N62
2754Please respect copyright.PENANAAuJSCNtkMK
“Mau mampir dulu, Jar?” Tawarku.2754Please respect copyright.PENANA1sH0XZPOEP
2754Please respect copyright.PENANAhZKw5tvmUd
Sambil mengenakan helmnya, Fajar menyahut, “Besok aja, deh, Tan. Mau pulang dulu, capek.”2754Please respect copyright.PENANA7KnkfqUXc6
2754Please respect copyright.PENANAt1b7fMcSLV
Aku membalas senyumnya. “Hati-hati, jangan ngebut.”2754Please respect copyright.PENANAHgGQkvCIPU
2754Please respect copyright.PENANAEw3FC0byMK
Fajar mengangguk, melambaikan tangan. “Pulang dulu ya, tan.” Fajar meliuk-kan motornya. Sebelum ia menancap gas, ia menoleh kebelakang, lalu membuka kaca helm.2754Please respect copyright.PENANAsq3dfn7lUM
2754Please respect copyright.PENANAlDYnUe5bjq
“Oh, iya, tan. Perihal bisik-bisik tadi. Fajar bilang sama teman Fajar, kalau tante istri Fajar.” Fajar berkata dengan lugas. Aku tergagap. Fajar melanjutkan. “Fajar tahu, kok, tante udah tahu.” Ia mengedipkan matanya.2754Please respect copyright.PENANALhk0Z8DhTw
2754Please respect copyright.PENANALe7VrZIjbQ
Untuk yang tidak tahu keberapa kalinya pipiku kembali memanas. Dan desir itu kembali datang, lagi dan lagi. Dua detik kemudian, terdengar suara knalpot motornya. Ia menancap gas, keluar dari pekarangan rumah, lalu menghilangkan dari pandanganku.2754Please respect copyright.PENANA3RVUBxoyU8
2754Please respect copyright.PENANAVNm4TSr49R
Aku berbalik dan melangkah menuju pintu dengan wajah yang kian merona. Tak bisa dipungkiri, bahwa aku sangat menikmati kebersamaan bersama Fajar. Ada sebuah gejolak dalam jiwaku yang meletup ketika Remaja itu menggodaku. Sedetik kemudian aku tersadar, lantas aku menggelengkan kepala. Engga, engga boleh.2754Please respect copyright.PENANARd1wzqN3Ew
2754Please respect copyright.PENANAxnIlejnRvI
Tiba aku di ruang tamu. Aku memperhatikan Adit, anakku, yang sedang duduk di sofa sambil bermain ponsel. Lekas aku menghampirinya, lalu duduk di sampingnya.2754Please respect copyright.PENANA2gZTHtzuba
2754Please respect copyright.PENANA2V1JPRCm03
“Abi udah pulang?” tanyaku kepadanya.2754Please respect copyright.PENANAWfdVW4wT5Q
2754Please respect copyright.PENANAnzXfSGufsC
“Belum, mi.” Adit menjawab singkat, matanya masih fokus ke layar ponsel.2754Please respect copyright.PENANALHy62548DI
2754Please respect copyright.PENANAEQmNhfBWV0
Aku menghela nafas. “Adit, kalau umi ngomong, bisa gak stop main hp?”2754Please respect copyright.PENANAGVweNOpZGm
2754Please respect copyright.PENANAxXOaMBn7b1
Dengan raut wajah muram, Adit meletakan ponsel di atasnya meja. “Iya, mi, iya. Maaf, Adit salah.”2754Please respect copyright.PENANAfnzhNmOPUe
2754Please respect copyright.PENANA2fL7CGtTTg
Aku malah terkekeh. Melihatnya seperti itu membuatku tergelitik.2754Please respect copyright.PENANAXn4zESmC2T
2754Please respect copyright.PENANAhUwc7cMuPW
Adit merubah posisi duduknya menghadapku. Wajahnya terlihat antusias. “Umi mau tau gak?”2754Please respect copyright.PENANAy8xCOxkwBn
2754Please respect copyright.PENANAR8DhK1iVWn
Aku mengernyit heran. “Gimana umi mau tahu. Kamu belum ngomong apa-apa.”2754Please respect copyright.PENANAMS7Y2OP5No
2754Please respect copyright.PENANATXw5b8AWDf
Adit tertawa ringan. Matanya sedikit membesar, seakan ingin menyampaikan sebuah berita penting. “Barusan pacar Fajar, chat Adit, katanya dia lihat Fajar bonceng cewek.”2754Please respect copyright.PENANA1kDknSd25v
2754Please respect copyright.PENANAR3BjrbU4hz
Aku membenarkan posisiku. Entah kenapa aku malah tertarik. “Terus?”2754Please respect copyright.PENANADeQiUuR71y
2754Please respect copyright.PENANAVf36TdmqiO
Adit melanjutkan. “Fajar selingkuh Umi. Adit gak habis fikir sama Fajar.” Adit menepuk jidatnya.2754Please respect copyright.PENANAYJgh06Dd1P
2754Please respect copyright.PENANAQBQMCYyu4C
Aku tertawa sambil memegang perutku. Anakku malah bingung. Aku mengambil nafas sejenak. “Bilang sama pacarnya Si Fajar, yang dibonceng Fajar, itu Umi.”2754Please respect copyright.PENANAM1hZTOYqj2
2754Please respect copyright.PENANAyPa9JCZ9fb
Giliran Adit yang tertawa. “Udah Adit duga.” Adit menggelengkan kepala, Kemudian ia meraih ponselnya. Aku menggeser tubuhku bersentuhan dengan bahu anakku.2754Please respect copyright.PENANA7gu37dpgcK
2754Please respect copyright.PENANA8jNeBBkyzV
“Kamu chatingan sama pacarnya Fajar?” tanyaku fokus menatap layar ponsel Adit.2754Please respect copyright.PENANAHB9iiU8rKY
2754Please respect copyright.PENANAyGfzmBx0eG
Adit menarik ponselnya menjauh dariku. “Ih, umi, kepo banget urusan anak muda.”2754Please respect copyright.PENANAjYazomq96R
2754Please respect copyright.PENANAgGqo1G00pE
“Umi penasaran doang,” kataku.2754Please respect copyright.PENANA2oiuU9uVjY
2754Please respect copyright.PENANA2cyvyWQrBM
“Kan umi yang nyuruh Adit buat bilang sama pacarnya Fajar.”2754Please respect copyright.PENANAV0X3ZBOpnE
2754Please respect copyright.PENANAkRVZkQ8jNg
Entah kenapa, ada sebuah tusukan kecil dalam hatiku. yang membuatku merasa gundah. Apakah itu cemburu? Aku tidak tahu.2754Please respect copyright.PENANAyGUI61OTX1
2754Please respect copyright.PENANAITmAP7tXCu
Kemudian, Aku bergeser empat jengkal menjauh dari anakku. Memberi ruang privasi kepadanya. Fajar sudah punya pacar, ternyata. Mengetahui kenyataan itu membuatku sedikit merana. Terus kenapa dia memperlakukanku dengan romantis begitu? tapi, yang lebih anehnya, kenapa aku harus marah? Aku bersikap seolah-seolah sedang jatuh cinta kepadanya. Lantas aku menggeleng-geleng. Engga, Engga boleh. Aku udah punya suami.2754Please respect copyright.PENANAxR5d9E4zDY
2754Please respect copyright.PENANA0Ducme2Oar
“Umi kenapa?” Adit menatapku heran.2754Please respect copyright.PENANACaLwZqUfjc
2754Please respect copyright.PENANAmVRHGFxRgA
Aku memasang wajah galak, berpura-pura. “Umi lagi kesal sama abi!” aku malah menyalahkan suamiku, padahal yang membuatku kesal adalah sahabat dari anakku sendiri.2754Please respect copyright.PENANAyrOaqcRssG
2754Please respect copyright.PENANALG6KjWWYII
Adit hanya terkekeh, kembali menatap layar ponsel. Aku berkata lagi, sedikit galak, “Awas aja kalau kamu ketahuan sama umi kalau pacaran.”2754Please respect copyright.PENANA9X7m57hDHB
2754Please respect copyright.PENANAUfXmCUgYu1
Adit menoleh. “Iya umiku yang paling cantik.”2754Please respect copyright.PENANA9bPjFztEPi
2754Please respect copyright.PENANAJYReIxcqJD
Aku tersenyum lebar, lalu mengusap kepalanya lembut. “Itu baru anak umi.”2754Please respect copyright.PENANA5e7xoAcb33
2754Please respect copyright.PENANAEB4bU9QnL6
Sebenarnya, aku bukan tidak menyuruh Adit berpacaran, atau dekat dengan perempuan. Aku sendiri akan mengiyakan jika dia sudah bisa memilih keputusan dengan baik. Bukan juga aku menormalisasikan perzinahan. Aku tidak ingin mengekang kebebasannya. Yang aku bisa, hanya menasehatinya, dan menjauhkannya dari larangan-Nya.2754Please respect copyright.PENANAwDLU7RnoIj
2754Please respect copyright.PENANAW5JlSde3Ki
***2754Please respect copyright.PENANASPSNLYE8bR
2754Please respect copyright.PENANAL0sw73tw7U
Aku berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit kamar. Entah kenapa pikiranku masih berkecamuk perihal Fajar. Ada yang menjanggal di benakku.2754Please respect copyright.PENANAa6E13yUD1e
2754Please respect copyright.PENANAO2AUV4VL2F
Aku menoleh ke samping, wajah Dimas terlihat terlelap. Entah kenapa ada racikan bersalah ketika aku melihat wajahnya. Bisa-bisanya aku memikirkan pria lain sementara dia berada di sampingku. Bukankah itu adalah perbuatan dosa? entahlah, hanya tuhan yang tahu.2754Please respect copyright.PENANAsgZRN6rjqk
2754Please respect copyright.PENANAIdPGRyDC7A
Sayup-sayup suara terdengar berisik. itu pastilah anakku yang sedang bermain console game tengah malam begini. Jika sudah begini, aku harus turun tangan. Mana pula besok ia harus sekolah. Aku beranjak berdiri, melangkah menuju pintu kamar.2754Please respect copyright.PENANAULy177WTbd
2754Please respect copyright.PENANAX9mQ2g0wgv
Sayu suara itu saling bersahutan. Selintas aku berfikit, jangan-jangan itu Fajar? Tapi, bukankah ia berkata ingin pulang? Untuk memastikan, aku melangkah cepat menuju kamar anakku.2754Please respect copyright.PENANAmI9wqgougX
2754Please respect copyright.PENANAbJcl12zNVt
Tebakanku benar, Adit dan Fajar sedang asik bermain console game.2754Please respect copyright.PENANAqsEGab7nbw
2754Please respect copyright.PENANAFD0zqWyKST
“Udah malem, gak ada puas-puas-nya main game.” Aku berdiri di tengah pintu, menatap tajam mereka bergantian.2754Please respect copyright.PENANAw84d8pZafc
2754Please respect copyright.PENANAdwd0lzAzfJ
“Lo sih Jar berisik.” Adit menoyor pelan baju fajar.2754Please respect copyright.PENANAY2UvmxEkQD
2754Please respect copyright.PENANAqUzfRdElWi
Fajar menatapku lekat. Aku memalingkan wajah, tak kuat akan tatapannya. “Kalian lekas tidur, besok sekolah.” Aku berkata sambil memalingkan wajah.2754Please respect copyright.PENANA3yhfIjPs3h
2754Please respect copyright.PENANA5h6dX5Ge7r
Adit mendengus, beranjak bangkit dan berbaring di ranjang. Sementara fajar mendekat ke arahku. Otomatis aku mundur satu langkah, mempersilahkannya. Sekilas, ketika ia melewatiku, ia melirikku dengan senyum simpul. Yang aku tak paham maksudnya. Bagai tersihir aku mengekor di belakangnya, sementara pintur kamar anakku, kubiarkan terbuka.2754Please respect copyright.PENANAMux9ZgscMK
2754Please respect copyright.PENANA1wk88clRP5
Fajar berhenti di ruang tamu dan duduk di sofa. Ia mendongak menatapku. “Kenapa tan?”2754Please respect copyright.PENANAYh5qa3Z9tT
2754Please respect copyright.PENANALgxeQMJCmy
Aku tergagap. “Susah tidur,” jawabku sedikit kikuk.2754Please respect copyright.PENANAvHARloSiXs
2754Please respect copyright.PENANApAEUfsLx4k
Fajar hanya ber-oh saja. Aku duduk di sofa, berhadapannya dengannya. Hening menyapa. Fajar merogoh kantung celananya, mengeluarkan sebatang rokok lalu membakarnya.2754Please respect copyright.PENANAwK4UNPclMi
2754Please respect copyright.PENANAfSmVn1jJ9d
“Tante baru tahu kalau kamu merokok,” kataku memecah hening di antara kami.2754Please respect copyright.PENANACit3jEX7Eh
2754Please respect copyright.PENANAII7UCtoK1g
Fajar mengepulkan asap. “Jarang, kok, tan. Palingan kalau pengen aja.”2754Please respect copyright.PENANAjwzCEVxHDM
2754Please respect copyright.PENANAMFJPOyp5Oz
Aku mengangguk. “Oh, iya. Tadi ada kejadian lucu tauk.” Aku terkekeh. “Waktu kamu bonceng tante, pacar kamu ngira, kalau tante selingkuhanmu.”2754Please respect copyright.PENANAVCJ4UlgMot
2754Please respect copyright.PENANA7VCbrtGLwI
“Adit udah cerita, tan,” Fajar berkata singkat. Kemudian ia berdiri, beranjak duduk di sampingku.2754Please respect copyright.PENANAD0z2oYjIdR
2754Please respect copyright.PENANAKj90Om1F3a
Aku menelan ludah dan bergeser sedikit.2754Please respect copyright.PENANACyNYZO7JpD
2754Please respect copyright.PENANAgNgN0YVfnR
“Tante cemburu?” dia menoleh.2754Please respect copyright.PENANAsSyMCsHTS7
2754Please respect copyright.PENANAh5Ab2EXCSi
Aku menggelengkan wajah, tak berani aku menoleh dan menatapnya.2754Please respect copyright.PENANAhbi3ABYJ0m
2754Please respect copyright.PENANAO6QVFwYKga
Fajar bergeser semakin dekat. Aku kembali menelan ludah. Semuanya terasa hening, suara detik jam terasa melengking. Ia kemudian mengendus area ketiakku. Entah kenapa aku membiarkannya, padahal perbuatan itu tidak pantas.2754Please respect copyright.PENANAJDqhiK3ayY
2754Please respect copyright.PENANAha70KLVmOC
“Tante bau ketek.” Ia bergeser agak menjauh.2754Please respect copyright.PENANAKINRbQxNwG
2754Please respect copyright.PENANAOyMmgLu0Ux
Sontak aku menatapnya tajam. “Tante udah mandi!” Aku berkata ketus.2754Please respect copyright.PENANAlK0csKMJ4m
2754Please respect copyright.PENANAK3gjaFPbyO
Fajar malah terkekeh. Ia kembali mendekat ke arahku. “Lagian tante di tanya diem doang. Kaya ngomong sama tembok.”2754Please respect copyright.PENANAILOGhVD8qz
2754Please respect copyright.PENANAGUEyO7o9zQ
Aku menyahut. “Lagian pertanyanmu aneh!” Aku memalingkan wajah, sebal.2754Please respect copyright.PENANAyGz7ZlUx8o
2754Please respect copyright.PENANAuzZGTuMNBY
“Aneh atau memang iya?” Fajar terus mencecer. “Tante juga gak nolak waktu aku endus ketiaknya.”2754Please respect copyright.PENANAbRKoUIT1TU
2754Please respect copyright.PENANAcOCeI7rhDt
“Jangan aneh-aneh, deh, Jar.” Aku berkata dengan nada sedikit tinggi. Bagaimanapun juga, ia sudah melampaui batas. Dan Jujur saja, aku tidak ingin terlampau jauh.2754Please respect copyright.PENANAOUEUwUGDWZ
2754Please respect copyright.PENANA5btCENNIND
Fajar tak menghiraukan. Dia malah menggodaku lagi. “Bau ketiak tante enak lho. Fajar suka. Harum.”2754Please respect copyright.PENANAhMXfjXUfjF
2754Please respect copyright.PENANAzCZYsO8l8O
Aku merasa terhina atas perkataanya barusan, tapi entah kenapa aku masih ingin terus berbincang dengannya. Tapi, aku tidak mau obrolan kami mengarah ke hal tabu.2754Please respect copyright.PENANA78bvL1rLUP
2754Please respect copyright.PENANAbdqQT2w2r3
“Bahas yang lain, Jar. Tante gak suka bahas hal kaya gitu.” Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.2754Please respect copyright.PENANAmgFUDrUJEl
2754Please respect copyright.PENANAqNwc6p8tc4
Fajar masih kekeuh. Kali ini ia semakin berani. Dengan lembut ia mengusap kepalaku bagai seorang ibu mengusap kepala anaknya. Lagi-lagi aku tak menolak, pun marah. Desir hangat itu kembali lagi, membelengguku dalam dosa yang aku sadari.2754Please respect copyright.PENANAmBKKLSHyHW
2754Please respect copyright.PENANAIl1Yerh3ob
Fajar menarik daguku menghadapnya. Mata kami bertemu. Bagai berada di kutub utara, aku seketika membeku. Perlahan ku rasakan jemarinya berjalan lembut di pipiku, lalu menuju keningku. Aku hanya diam, membiarkan jemarinya menyelusuri seluk-beluk wajahku. Desir darahku bergejolak ketika jemarinya menapak jejak di bibirku. perlahan ia usap halus bibirku dengan jemarinya.2754Please respect copyright.PENANAQUtpUm35SS
2754Please respect copyright.PENANAHVgJDoNBwR
Entah kenapa, sentuhan lembut jemarinya di bibirku membuatku memejamkan mata. Tiba-tiba terdengar suara tertawa. Aku membuka mata, menatap bingung Fajar yang terkekeh.2754Please respect copyright.PENANAGHCc5F0ksE
2754Please respect copyright.PENANAFF8eNRajNf
“Tante minta di cium?” Fajar bertanya dengan wajah gembira.2754Please respect copyright.PENANA1yrCRUDeqM
2754Please respect copyright.PENANAhbXUl8gb1j
Aku menatapnya kesal. Ia seolah-olah mempermainkan perasaanku, dan itu sangat mejengkelkan sekali. Lekas aku berdiri. Fajar menarik tanganku, membuatku kembali duduk.2754Please respect copyright.PENANAKg52A4s75L
2754Please respect copyright.PENANAXx38GkXAIQ
Ia mendekat. Jantungku berdegup kencang. Lagi-lagi aku memejamkan mata, seakan rela jika ia mencumbu bibirku. Fajar malah berbisik, deruh nafasnya bisa kurasakan saking bibirnya dengan dengan telingaku.2754Please respect copyright.PENANAXcdAbIh0rk
2754Please respect copyright.PENANAwwx13ZBtSb
“Besok pagi kerumahku, Tan.” Seketika aku merinding mendengarnya. Kerumahnya? Kenapa? Untuk apa?2754Please respect copyright.PENANAxClXFrETmw
2754Please respect copyright.PENANA2isEjVOJQI
Belum sempat aku bertanya, ia lekas beranjak berdiri sambil tersenyum kepadaku. Aku menatapnya penuh tanda tanya. Fajar malah berbalik, melangkah menujur kamar anakku.2754Please respect copyright.PENANAGt7nwd3pPg
2754Please respect copyright.PENANAVIYKuAZ8Eh
Pada sebuah cela kesadaraan, aku menyadari sesuatu. Bahwa aku jatuh cinta kepadanya, kepada sahabat anakku sendiri. Aku menghela nafas, dalam. Kamu gak boleh melanjutkan ini lagi. Laras, kamu harus sadar, kamu udah bersuami sekaligus ibu rumah tangga. Laras, kamu bisa. Ini semua dosa.2754Please respect copyright.PENANAeXwbhTafHA
2754Please respect copyright.PENANACoc3v22qs0
***2754Please respect copyright.PENANAzD2546QuxL
2754Please respect copyright.PENANA1I6xbE89SV
“Mati kau mati, kau akan terlahir berkali-kali”.2754Please respect copyright.PENANApYuuMLIxdm
2754Please respect copyright.PENANA0W6guNfZG9
Sebuah kutipan yang aku ambil dari sebuah novel yang barusan aku baca. Aku memang kerap mengisi waktu soreku dengan membaca. Sejak dahulu, Ralat, lebih tepatnya sejak kecil, aku memang hobi membaca. Kebiasaan tersebut terbawa sampai sekarang.2754Please respect copyright.PENANAcDyYuzXWgd
2754Please respect copyright.PENANAnWn6TKAiQ5
Aku mendongak ke atas, melirik jam dinding. Sudah pukul tiga sore. Sekiranya, aku menghabiskan waktu satu jam untuk membaca buku. Rumah sepi, Adit belum pulang. Di hari tertentu, seperti hari ini, selasa, Adit biasanya pulang pukul empat, sebab ia mengikuti sebuah eskul di sekolahnya.2754Please respect copyright.PENANAsr3ck3qCZt
2754Please respect copyright.PENANAWYLgrzgw5r
Semalam, Aku dan Dimas membahas perihal Pendidikan Adit. Bulan depan, ia sudah lulus. Adit sendiri memilih untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Tentu saja aku dan Dimas mensupport hal tersebut. Pendidikan anak tetap nomer satu.2754Please respect copyright.PENANAxMbhN6aOzC
2754Please respect copyright.PENANA7waKXygHTH
Dimas sedikit berbeda pendapat denganku. Aku sendiri ingin Adit masuk kuliah di kota ini. Sementara Dimas, menyuruhnya kuliah di Ibu Kota. Ya, apapun hasilnya yang penting dia kuliah.2754Please respect copyright.PENANAvXFowoGSsa
2754Please respect copyright.PENANA54kDN5KaLe
Aku kembali melihat jam dinding. Kemudian aku bangkit sambil meregangkan tangan, lalu menghela nafas secukupnya. Aku memutuskan untuk membuat kopi, caffein sangat ampuh untuk mencegah kantuk.2754Please respect copyright.PENANApIdQWf6N67
2754Please respect copyright.PENANARnwdOzVLNq
Aku berjalan menuju dapur. Mengambil kopi hitam di selorakan meja dan juga gelas kaca. Sambil memanaskan air, aku kembali teringat soal pernyataan Fajar malam itu. Emangnya siapa dia? bisa memerintahku seenaknya begitu? Aku cukup merasa jengkel terhadap sikapnya yang seperti itu. bisa-bisa-nya dia menyuruhku untuk datang kerumahnya.2754Please respect copyright.PENANA6cpWAx8yx3
2754Please respect copyright.PENANApCLQGo1FGK
Gemercik air bergemuruh kecil, sigap aku mematikan kompor gas. Lalu menuangkan air panas ke gelas, tak lupa sendok ku taruh terlebih dahulu. Fisika dasar, sendok bisa menjadi penghantar panas. Jika langsung kutuangkan tanpa sendok, kemungkinan gelas akan retak.2754Please respect copyright.PENANAejTE5SpfRY
2754Please respect copyright.PENANARlLXC5woz1
Aku kembali ke sofa ruang tamu dengan kopi hitam di atas meja. Duduk takzim sambil sesekali menyesap kopi. Aku menyukai kopi sudah lama. aku hanya sekedar penikmat saja, untuk jenis-jenis kopi, aku tidak terlalu tahu.2754Please respect copyright.PENANAYXGEJMSmGE
2754Please respect copyright.PENANALkic4QmSm5
Terdengar suara pintu terbuka. Adit tersenyum kepadaku dan beranjak mendekat.2754Please respect copyright.PENANA2OXfYmt7aq
2754Please respect copyright.PENANAZiAaVJ1GRc
“Umi, laper,” kata Adit sambil duduk di sofa, berhadapan denganku.2754Please respect copyright.PENANAEc58JyKmpX
2754Please respect copyright.PENANApZ9wLfg7G1
“Umi udah masak ayam goreng, makan gih,” kataku.2754Please respect copyright.PENANAVXek3DTzxb
2754Please respect copyright.PENANASFn53dQQIr
Adit meletekan tasnya disampingnya. Wajahnya tampak kusam dan berminyak. “Fajar tadi ke sini, mi?” Tanya Adit.2754Please respect copyright.PENANA1RP4gItcJO
2754Please respect copyright.PENANAqNtEEfJn13
Aku menggelang.2754Please respect copyright.PENANAwCLePbtBK8
2754Please respect copyright.PENANAtKJdJI8t2m
“Dia gak sekolah tadi, tumben banget.”2754Please respect copyright.PENANASMVw9HYrPI
2754Please respect copyright.PENANAEMlszqIsEu
Aku ber-oh saja. “Mungkin lagi demam.”2754Please respect copyright.PENANAv79taH3bXp
2754Please respect copyright.PENANA9oXp1q420d
“Yaudah, mi. Adit mau makan dulu, laper.” Adit meraih tasnya kemudian berdiri.2754Please respect copyright.PENANA6qKFfVwdfZ
2754Please respect copyright.PENANA9DyoXy0s67
“Ganti baju dulu, sayang,” kataku.2754Please respect copyright.PENANAxPh7cA2nGV
2754Please respect copyright.PENANAN0nmWa8llg
“Iya umiiii.” Adit melangkah menuju kamarnya,2754Please respect copyright.PENANAG76hf02HOj
2754Please respect copyright.PENANAnlBumFNhsB
Aku kembali menyesap kopi. Aku sebenarnya tahu alasan Fajar tidak sekolah, ia pasti menunggu kehadiranku di rumahnya. Ia menyangka bahwa aku akan datang, mengenaskan sekali jika ia berfikir seperti itu. Aku bukanlah perempuan murahan yang akan tunduk kepadanya. Lagian, aku sudah mempunyai keluarga. Jadi, apapun yang dia lakukan, pasti akan sia-sia. Pasti.
Bersambung
2754Please respect copyright.PENANAx2QZyOr2TH