
Part 1 - Hasrat Nakalku
1019Please respect copyright.PENANAM0H3nYpUoI
"Ouhh Eros, terusss... Aaaarrgghhhhh... kencengin kontolmuuuu... Aaah…enak banget, Sayang!" jerit Sinta, suaranya lepas dan penuh gairah, nyaris seperti ratapan kenikmatan yang tak tertahankan, saat aku menggenjotnya tanpa ampun.
1019Please respect copyright.PENANAuF6usiMiLd
Tubuhnya melengkung ke atas, punggungnya terangkat dari ranjang, seolah berusaha menyerap setiap inci doronganku. Setiap desakan penetrasi yang kulakukan adalah penegasan, bahwa dirinya telah kumenangkan sepenuhnya. Aku tersenyum tipis, merasakan setiap denyutan di dalam dirinya, setiap kontraksi otot-ototnya yang mencengkeramku erat, seolah ingin menarikku lebih dalam ke dalam pusaran gairahnya.
1019Please respect copyright.PENANAxWNpP6hR6Z
Inilah dia, sisi binal Sinta yang perlahan mulai kuungkap, permata tersembunyi di balik citra gadis baik-baik dan anggunnya. Setiap hentakan, setiap desahan yang keluar dari bibirnya, adalah kemenangan kecil bagiku. Ini konfirmasi bahwa rencanaku berjalan sesuai harapan, bahwa dia semakin tenggelam dalam kendaliku, dalam duniaku.
1019Please respect copyright.PENANA1YGJCrGlhA
Aku membisikkan kata-kata ke telinganya, nada lembut namun penuh penekanan, seolah mantra yang merasukinya. "Terus kayak begini ya, Sayang. Kamu wanita yang layak digenjot tanpa henti. Kamu diciptakan hanya untuk memuaskanku. Kamu budakku, pecunku, milikku seutuhnya." Bisikan itu, bercampur napas berat kami dan aroma tubuh memabukkan, menanamkan benih kepatuhan di antara gelombang kenikmatan.
1019Please respect copyright.PENANA5nZdeJPjN9
Aku mendoktrinnya, sedikit demi sedikit, bahwa kenikmatan sejati hanya bisa ia temukan bersamaku, dalam kepatuhan total, dalam penyerahan diri yang sempurna. Dalam puncak gairahnya, Sinta hanya bisa mengangguk dan mendesah setuju. Matanya terpejam erat, wajahnya berkerut menahan kenikmatan luar biasa, bibirnya sedikit terbuka. Tubuhnya melengkung, sepenuhnya menyerah pada sensasi yang kuberikan. Pikirannya kosong dari apa pun kecuali desakan hasrat yang kubangkitkan, sensasi yang membanjiri setiap sarafnya, mencabutnya dari realitas. Di saat seperti ini, pikirannya terbuka lebar untuk sugesti, untuk setiap kata yang kubisikkan. Ini momen paling tepat untuk membentuknya sesuai keinginanku, untuk mengukir jejak kepemilikanku di dalam jiwanya, membuatnya menjadi boneka seks yang sempurna, untukku.
1019Please respect copyright.PENANAFdpN92AU9e
Pagi menjelang, kami terbangun dalam pelukan, tubuh kami masih saling bertautan di bawah selimut tipis yang kini melorot. Sinta tampak lebih manja dari biasanya, lebih lengket, seolah malam itu telah mengukir sesuatu yang baru dalam dirinya, sebuah ketergantungan yang manis dan memabukkan. Dia mencium leherku, lalu menatapku dengan tatapan sulit kuartikan. Ada campuran gairah yang belum padam, kelelahan menyenangkan, dan sedikit kepasrahan mendalam. Sebuah kepasrahan yang membuatku tersenyum dalam hati, tanda bahwa dia semakin terikat, semakin menjadi milikku.
1019Please respect copyright.PENANAdrnhQB1N0h
"Kamu selalu membuatku menggila, Eros," bisiknya, suaranya serak namun ada senyum di bibirnya, senyum yang menunjukkan bahwa dia menikmati kegilaan itu. "Aku sampai tidak bisa bergerak, seluruh tubuhku remuk." Dia mencoba menggerakkan kakinya, namun hanya bisa menggeliat manja, seperti kucing yang baru bangun tidur, mencari kenyamanan.
1019Please respect copyright.PENANAe7CSH7RYPf
Aku tertawa kecil, membelai lembut rambut hitam legamnya yang terurai di bantal. "Itu karena kamu sangat menikmati, Sayang. Aku tahu apa yang kamu butuhkan, dan aku akan selalu memberikannya padamu. Lebih dari siapa pun, lebih dari apa pun yang pernah kau rasakan. Aku satu-satunya yang bisa memberimu kenikmatan seperti ini." Aku menatap matanya, mencoba menembus pikirannya, menegaskan dominasiku. "Kamu hanya perlu menyerahkan diri kamu sepenuhnya padaku, Sinta. Serahkan semua padaku, dan aku akan memberimu dunia penuh kenikmatan, dunia yang tidak pernah kau bayangkan."
1019Please respect copyright.PENANAlzdQVHrldF
Dia terdiam sejenak, tatapannya menerawang ke langit-langit, seolah mencerna kata-kataku, seolah berdialog dengan dirinya sendiri. Aku bisa melihat perjuangan kecil di matanya, antara sisa-sisa kemandiriannya dan godaan kenikmatan yang ia rasakan. Akhirnya, kenikmatanlah yang menang, hasrat mengambil alih. Dia menghela napas panjang, lalu membenamkan wajahnya di dadaku, seolah mencari perlindungan, tempat di mana dia bisa sepenuhnya menjadi dirinya yang baru, yang binal, tanpa rasa malu.
1019Please respect copyright.PENANAplXTSIr7fa
"Aku... aku percaya padamu, Eros," bisiknya, suaranya nyaris tak terdengar, namun cukup jelas bagiku. "Aku... aku akan selalu pasrah padamu. Aku sudah menjadi milikmu sepenuhnya."
Aku tahu, ini adalah langkah maju yang signifikan. Jaring yang kubangun semakin mengikat, semakin kuat.
1019Please respect copyright.PENANAILi7gmQjtA
Sinta perlahan-lahan menyerahkan kendali padaku, selangkah demi selangkah menuju takdir yang sudah kuperhitungkan untuknya. Dia tidak lagi Sinta yang sama seperti lima tahun lalu. Dia kini adalah Sinta yang kubentuk, yang kuinginkan. Aku melihat jam, pukul delapan pagi. Waktu untuk sarapan dan merencanakan langkah selanjutnya. Ini baru permulaan, perjalanan menjadikan Sinta sepenuhnya milikku, pemuas nafsu dan hasratku, dan perjalanan masih panjang. Benih kepatuhan perlahan-lahan sudah kutanam, dan aku akan menyiraminya hingga tumbuh menjadi pohon kokoh, tak tergoyahkan, yang akarnya akan mengikat Sinta selamanya padaku.
1019Please respect copyright.PENANAhRsj7mlImh
Aku memeluknya erat, menikmati kehangatan tubuhnya yang pasrah, merasakan detak jantungnya yang berirama dengan detak jantungku. Dalam benakku, senyum puas mengembang. Dia akan menjadi mahakaryaku, terbentuk untuk menjadi sebuah boneka yang akan menari di atas panggung yang kubuat. Petualangan kami baru saja dimulai, dan aku sudah membayangkan skenario-skenario liar.
1019Please respect copyright.PENANACwMbeMCb9W
Threesome, pesta seks, apa pun yang terlintas di pikiranku. Dia akan menikmatinya, aku pastikan itu. Aku akan membuatnya ketagihan, hingga dia tak bisa hidup tanpanya. Akulah satu-satunya yang bisa mengendalikan setiap desah dan keinginan tersembunyinya, satu-satunya yang membangkitkan sisi terliar, yang paling binal.
1019Please respect copyright.PENANAOucWPEXtuZ
Sinta menggeliat pelan dalam pelukanku, napasnya melambat, detak jantungnya berangsur normal. Aku mencium puncak kepalanya, memejamkan mata, membiarkan imajinasiku melayang. Aku tak sabar melihat sejauh mana aku bisa mendorongnya, seberapa dalam aku bisa menggali sisi gelapnya, seberapa patuh dia akan menjadi. Ini bukan lagi sekadar seks, ini tentang kendali, tentang kekuasaan, tentang menciptakan sesuatu yang baru dari dirinya. Dan aku akan memilikinya, seutuhnya.
1019Please respect copyright.PENANAzsRARRd6fS
Beberapa saat kemudian, Sinta mengangkat kepalanya, menatapku dengan mata berbinar dan senyum nakal. "Eros... aku lapar," bisiknya manja, tangannya mengusap lembut perutku, sebuah sentuhan disengaja.
1019Please respect copyright.PENANANHzBvW8IuZ
Aku membalas senyumnya, mengusap punggungnya. "Tentu, Sayang. Akan kubuatkan sarapan terbaik." Aku mencondongkan tubuh, mencium bibirnya, dalam, penuh gairah, lalu turun ke lehernya. Aku meninggalkan jejak kemerahan baru di sana, tanda kepemilikan yang tak terbantahkan. "Tapi sebelum itu, aku akan memastikan kamu tidak melupakan siapa yang membuatmu seperti ini, siapa yang menguasai setiap lekuk tubuhmu."
1019Please respect copyright.PENANAunykEQLBod
Sinta mendesah, matanya terpejam lagi, menikmati setiap sentuhan dan bisikanku. Bibirnya melengkung membentuk senyum tipis. "Aku tidak akan pernah lupa, Sayang," bisiknya, yang kini terdengar lebih dalam dan penuh kepasrahan, seolah apa yang kuinginkan telah meresap ke dalam dirinya.
1019Please respect copyright.PENANA7qGVT6F7sR
Aku tersenyum, dia bukan lagi hanya sebagai kekasihku. Sia adalah bagian dari rencanaku yang akan terwujud sempurna.
1019Please respect copyright.PENANAiHV4FhBSVt
***
1019Please respect copyright.PENANAEsPjD60ZP1
Minggu-minggu berikutnya adalah fase intensif dari "pendidikan" Sinta. Aku tidak terburu-buru, melainkan melakukan pendekatan sistematis dan bertahap. Aku ingin Sinta tidak hanya tunduk, tetapi juga menikmati proses ini, bahkan menginginkan lebih, hingga dia sendiri yang mencari kenakalan itu. Kami sering menghabiskan waktu di apartemenku. Aku mulai dengan hal-hal kecil, sentuhan-sentuhan yang awalnya tampak polos namun memiliki makna tersembunyi.
1019Please respect copyright.PENANAp4v1Ln5zOy
Misalnya, saat kami menonton film di sofa, tanganku akan bergerak lebih dari sekadar memeluk. Aku akan membelai pahanya yang mulus, lalu perlahan naik ke roknya, menyentuh kulit telanjangnya di bawah kain. Awalnya, Sinta akan sedikit menegang, napasnya tertahan, matanya terpaku pada layar, namun aku bisa merasakan detak jantungnya berpacu lebih cepat. Aku tidak akan berhenti. Aku akan terus membelainya dengan lembut, dengan sentuhan sensual, sentuhan yang menjanjikan lebih, hingga dia rileks dan mulai mendesah pelan.
"Eros... kita lagi nonton..." bisiknya suatu kali, suaranya tercekat, namun dia tidak menghentikan tanganku. Matanya terpaku pada layar, namun tubuhnya sepenuhnya merespons sentuhanku, pinggulnya sedikit bergerak, seolah mencari kontak lebih dalam.
1019Please respect copyright.PENANAyujE1cqQQq
"Aku tahu, Sayang," jawabku, bibirku menyentuh telinganya, napas hangatku menyapu kulitnya. "Tapi aku lebih suka melihatmu menikmati ini. Bukankah kamu juga?" Aku mencium lehernya, lalu menjilat telinganya, mengirimkan sensasi geli yang membuat tubuhnya menggeliat, erangan kecil lolos dari bibirnya. "Mmm... kamu suka, kan?"
1019Please respect copyright.PENANAejJya55jKf
Hari-hari berikutnya, aku mulai memperkenalkan permainan kata yang lebih berani. Saat kami makan malam di restoran mewah, di tengah keramaian dan dentingan sendok garpu, aku akan membisikkan komentar-komentar sugestif tentang tubuhnya, tentang apa yang ingin kulakukan padanya nanti malam, atau tentang bagaimana dia akan merintih namaku saat aku menguasainya. Awalnya, Sinta akan tersipu malu, matanya melirik ke sekeliling, takut ada yang mendengar. Dia akan menggigit bibir bawahnya, kebiasaan lama yang kini terlihat semakin menggoda.
Namun, aku akan menatapnya dengan tatapan menantang, senyum tipis di bibirku, seolah berkata, "Apa yang akan kamu lakukan? Kamu akan melarangku? Atau kamu akan menyerah pada hasratmu?" Perlahan, rasa malu itu mulai berubah menjadi sesuatu yang lain, sesuatu yang lebih memikat.
1019Please respect copyright.PENANA7LaalQUE6c
Suatu malam, saat kami sedang makan di sebuah restoran yang cukup ramai, aku membisikkan, "Aku ingin menjilat setiap inci tubuhmu malam ini, Sinta. Dari ujung kaki hingga ke bibirmu yang manis, sampai kamu memohon padaku untuk berhenti."
1019Please respect copyright.PENANAqrSVXIFVVK
Sinta menegang, lalu tersipu, rona merah menjalar hingga ke lehernya. Namun, kali ini, dia tidak hanya menunduk. Dia mengangkat kepalanya, menatapku dengan mata berbinar, dan senyum nakal terukir di bibirnya, senyum yang belum pernah kulihat sebelumnya.
1019Please respect copyright.PENANAl0De5D6jLT
"Benarkah? Apakah kamu akan melakukannya dengan serius, Eros? Aku tidak yakin kamu bisa membuatku memohon untuk berhenti," bisiknya, suaranya rendah, nyaris tak terdengar di tengah keramaian, namun penuh tantangan dan provokasi yang membuatku terangsang.
1019Please respect copyright.PENANAJfopePBuHi
Aku tersenyum puas. "Tentu saja, Sayang. Aku tidak pernah main-main dengan kenikmatanmu. Dan aku akan membuatmu memohon, bahkan lebih dari itu." Itu adalah titik balik, sejak saat itu, Sinta mulai menunjukkan sisi "nakal"nya secara lebih terbuka, lebih berani, bahkan inisiatif.
1019Please respect copyright.PENANAzJBclwkAjV
Dia tidak lagi hanya merespons, dia mulai memprovokasi. Dia mulai menikmati peran sebagai wanita yang liar dan tak terkendali di bawah sentuhanku. Suatu sore, kami sedang berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan yang ramai. Aku sedang melihat-lihat jam tangan di sebuah toko perhiasan, ketika Sinta tiba-tiba mendekatiku dari belakang. Tangannya melingkari pinggangku, lalu jarinya bergerak nakal, menyusup ke dalam celanaku, mengusap lembut pangkal pahaku, mendekati area intimku. Aku sedikit terkejut, namun dengan cepat menutupi tangannya dengan tanganku sendiri, seolah kami hanya berpegangan. Namun, aku bisa merasakan panas yang menjalar di tubuhku.
1019Please respect copyright.PENANAmUxZqLEzuo
"Apa yang kau lakukan, Sayang?" bisikku, suaraku rendah, sedikit terkejut namun juga terangsang oleh keberaniannya.
Sinta menyeringai, bibirnya menyentuh telingaku, napasnya yang hangat menggelitik kulitku. "Hanya ingin tahu, apakah kamu sudah siap untuk nanti malam, Eros. Aku sudah tidak sabar. Aku ingin kau mengisiku dengan pejumu lagi." Bisikannya begitu sensual, begitu berani, membuat bulu romaku berdiri.
1019Please respect copyright.PENANAZsglQ2gfYz
Dia bahkan sedikit meremas, gerakan disengaja, undangan tak bisa ditolak. Aku harus menahan diri untuk tidak mendesah di tengah keramaian itu. Ini adalah Sinta yang baru, Sinta yang mulai menikmati permainanku, Sinta yang mulai menunjukkan inisiatif dalam kenakalannya, yang mulai berani mengambil risiko.
1019Please respect copyright.PENANACn095mFEVU
Aku mulai menguji batasannya lebih jauh, mendorongnya ke tepi jurang. Aku akan memintanya mengenakan pakaian yang lebih terbuka saat kami keluar, gaun dengan belahan tinggi atau atasan yang memperlihatkan punggungnya, atau melakukan hal-hal kecil yang "tidak sopan" di tempat umum, seperti menyentuhku di bawah meja saat makan malam, membelai pahaku, atau membiarkan tanganku merayap di pahanya saat kami berada di dalam taksi, bahkan di depan sopir.
1019Please respect copyright.PENANA9wzUlapqmX
Awalnya, dia akan ragu, matanya akan melirikku mencari persetujuan, namun dengan sedikit bisikan sugestif dariku, sebuah tatapan menantang, dia akan melakukannya. Setiap kali dia melakukannya, aku akan memujinya, memberinya kenikmatan yang lebih intens saat kami berdua, hadiah atas keberaniannya.
1019Please respect copyright.PENANA3ABonkw7Ag
"Kau makin cantik saat kamu nakal, Sinta," bisikku suatu malam, setelah kami menghabiskan waktu bersama, tubuh kami berpelukan erat. "Aku suka bagaimana kamu mulai menunjukkan sisi liarmu. Itu membuatku semakin menginginkanmu, semakin tergila-gila padamu."
1019Please respect copyright.PENANAKE9Y3cGSIZ
Sinta tersenyum, matanya berbinar, ada kebanggaan di sana, kebanggaan karena telah memuaskanku. "Itu karena kamu yang mengajariku, Eros. Kamu yang membangkitkannya." Dia membelai wajahku, jemarinya bergerak sensual di rahangku, lalu turun ke leherku. "Aku suka bagaimana kamu membuatku merasa... bebas. Aku tidak pernah tahu aku bisa seperti ini, seberani ini."
Dia membenamkan wajahnya di dadaku, lalu mendesah pelan, "Mmm... aku suka menjadi pecunmu, Eros." Aku tahu, itu adalah kebebasan semu. Kebebasan yang kuberi, yang kubentuk, yang pada akhirnya akan mengikatnya lebih erat padaku.
1019Please respect copyright.PENANA3uCBOtutQv
Dia merasa bebas, padahal dia semakin terikat, semakin bergantung padaku untuk merasakan sensasi itu.
1019Please respect copyright.PENANAAzv5ByxgQB
Suatu hari, aku sengaja mengajaknya ke sebuah bar yang cukup remang-remang dan ramai, dengan musik menghentak dan orang-orang berdansa dengan bebas. Aku memintanya mengenakan gaun merah ketat yang memperlihatkan lekuk tubuhnya dengan sempurna, dan belahan dada yang cukup rendah, nyaris memperlihatkan sebagian payudaranya. Sinta tampak sedikit ragu, namun aku meyakinkannya.
1019Please respect copyright.PENANAFqKDfX5UrO
"Kamu akan terlihat luar biasa, Sayang. Dan aku ingin semua orang tahu, betapa indahnya wanitaku. Aku ingin mereka iri padaku." Di bar itu, aku sengaja membiarkan beberapa pria meliriknya, bahkan mendekat untuk mengajaknya bicara.
1019Please respect copyright.PENANArDWjbb6jN9
Aku mengamati Sinta dari kejauhan. Awalnya, dia sedikit canggung, namun setelah beberapa kali aku meliriknya dengan tatapan menyetujui, sebuah anggukan kecil, dia mulai bermain peran. Dia akan tersenyum menggoda, membiarkan matanya beradu pandang lebih lama dari seharusnya, bahkan sedikit menggoyangkan pinggulnya saat berjalan melewati mereka, gerakan disengaja untuk menarik perhatian.
1019Please respect copyright.PENANA1I3If1jsmV
Namun, setiap kali ada yang mencoba melangkah lebih jauh, dia akan segera kembali padaku, memeluk lenganku dengan posesif, dan menatapku dengan tatapan "Aku hanya milikmu, Eros. Lihatlah betapa aku selalu ingin kembali padamu."
"Kau sangat nakal malam ini, Sayang," bisikku saat kami berdansa di tengah keramaian, tanganku merayap di pinggulnya, menariknya lebih dekat hingga tubuh kami menempel erat. Aku bisa merasakan setiap lekuk tubuhnya.
1019Please respect copyright.PENANA6jA1iAqu3w
Sinta tertawa kecil, kepalanya bersandar di dadaku, napasnya hangat di kulitku. "Kamu kan yang mau aku seperti ini, Eros. Aku hanya mengikuti apa yang kamu inginkan. Kamu suka kan melihatku seperti ini? Menjadi pecunmu?" Dia mengangkat kepalanya, menatapku dengan mata yang berbinar, penuh gairah dan tantangan.
"Sangat suka," jawabku, mencium bibirnya, dalam, penuh gairah, mengabaikan tatapan orang-orang di sekitar kami yang mungkin terkejut atau iri. "Kamu murid yang pintar. Dan kamu semakin cantik saat nakal."
1019Please respect copyright.PENANAy5i8D59kK8
====
1019Please respect copyright.PENANA0PMxUpetl7
1019Please respect copyright.PENANA5KkAKjtfhj
Part 2 - Menginginkan Sinta Lebih Nakal
1019Please respect copyright.PENANAdYshvApQUM
Pagi itu, kepuasan yang menguar dari sarapan dan sentuhan nakal di bawah meja terasa begitu menyenangkan. Sinta, dengan rambut sedikit acak-acakan dan bibir memerah karena ciumanku, tampak begitu... milikku. Ada kilatan baru di matanya, cahaya binal yang semakin terang setiap hari.
1019Please respect copyright.PENANApMisJkyppU
"Jadi, Sayang…," kataku, menyesap kopi, mengamati gerak-geriknya yang anggun saat membersihkan sisa sarapan. Dia mengenakan kemejaku yang kebesaran, katun lembut itu melorot dari bahu kanannya, memperlihatkan sebagian pahanya yang mulus setiap kali dia membungkuk. Aroma tubuhnya yang bercampur sisa gairah semalam masih melekat di udara, memabukkanku. "...bagaimana kalau hari ini kita melakukan sesuatu yang berbeda? Sesuai dengan sisi liarmu yang semakin terlihat."
1019Please respect copyright.PENANAhchBsbETJ5
Sinta menoleh, senyum nakal merekah di bibirnya, matanya menyipit menggoda. Dia meletakkan piring kotor di wastafel, lalu berbalik, bersandar pada meja dapur, melipat tangannya di dada, menonjolkan lekuk tubuhnya di balik kemejaku yang tipis.
1019Please respect copyright.PENANAgfwsDJaLzt
"Oh? Apa yang kamu rencanakan? Aku suka kejutan-kejutan darimu. Aku tak sabar menunggu pengalaman baru apa lagi yang akan kamu berikan padaku." Ada antusiasme jelas dalam suaranya, tak ada lagi keraguan atau malu seperti dulu. Dia siap untuk apa pun yang kusiapkan.
1019Please respect copyright.PENANAKi6OiWhv3l
"Kita akan pergi ke sebuah galeri seni," kataku, sengaja membuat nadaku biasa saja, seolah ini kegiatan paling normal di dunia. "Ada pameran yang cukup... provokatif. Dan aku ingin kau mengenakan sesuatu yang sesuai dengan tema itu. Sesuatu yang akan membuat semua mata tertuju padamu."
1019Please respect copyright.PENANAzJxfJRnUVH
Matanya berbinar, kilatan binal itu semakin jelas. "Provokatif? Seberapa provokatif?" Dia melangkah mendekat, langkahnya anggun namun penuh maksud. Sinta kini duduk di pangkuanku, melingkarkan lengannya di leherku, jari-jarinya bermain dengan rambut di tengkukku. "Apakah aku harus memakai gaun yang sangat terbuka? Atau... tidak memakai apa-apa di baliknya? Hanya untuk memuaskanmu." Bisikannya begitu rendah, begitu menggoda, napas hangatnya menyapu telingaku, memicu denyutan instan di bawah sana.
1019Please respect copyright.PENANAqxS2S9XMIf
Aku menyeringai, mengusap punggungnya yang mulus di bawah kemejaku. "Mmm... ide yang sangat menarik, Sayang. Tapi untuk hari ini, aku ingin kamu memakai gaun yang kuberikan padamu kemarin." Aku menunjuk ke kotak hitam beludru di sudut kamar, yang sengaja kubiarkan sedikit terbuka. "Gaun itu akan menunjukkan keindahanmu dengan sempurna. Tanpa harus telanjang, itu akan membuat mereka membayangkan keindahanmu dalam imajinasi liar mereka."
1019Please respect copyright.PENANAJCPQ6o9lRQ
Gaun itu adalah pilihanku, hasil perburuan berjam-jam. Gaun hitam ketat dari sutra tipis, sedikit transparan di dada dan pinggul, dengan belahan tinggi nyaris mencapai pangkal paha, dan punggung terbuka lebar hingga tulang ekor. Itu adalah gaun yang didesain untuk wanita yang tak takut menjadi pusat perhatian, wanita yang ingin memikat dengan cara yang sensual dan elegan. Dan aku ingin Sinta menjadi objek fantasi banyak orang, namun hanya untukku.
1019Please respect copyright.PENANAmN8rhagZig
Sinta mengambil kotak itu, matanya membesar saat melihat isinya. Dia mengeluarkan gaun itu, membiarkannya melayang di depannya. "Eros... ini... ini terlalu berani," bisiknya, namun kilatan kegembiraan tak terbendung di matanya jelas terlihat. "Apa kata orang nanti? Mereka akan menganggapku wanita murahan."
1019Please respect copyright.PENANANNozzjxspx
"Apa pedulimu dengan apa kata orang, Sayang?" Aku menariknya lebih dekat, mencium bibirnya, dalam, penuh dominasi. "Yang penting adalah apa yang kamu rasakan, dan apa yang aku rasakan. Aku ingin kau merasa seksi, merasa diinginkan. Aku ingin semua mata tertuju padamu, tahu bahwa kamu adalah milikku, dan hanya aku yang bisa menyentuh, mencicipi, menguasaimu. Aku ingin mereka iri padaku."
1019Please respect copyright.PENANAAiV2zkT1F2
Dia menatapku, ada sedikit keraguan tersisa, namun hasrat untuk memuaskanku, untuk menjadi wanita yang kuinginkan, untuk menjelajahi sisi gelapnya, lebih besar. Dia menghela napas, lalu tersenyum lebih berani. "Baiklah, Eros. Aku akan memakainya. Tapi... kamu harus berjanji menjagaku. Dan... kau harus menghukumku jika aku terlalu nakal."
"Tentu saja, Sayang," kataku, mengusap pipinya, lalu mencium sudut bibirnya. "Aku akan selalu menjagamu. Dan aku akan memastikan kamu menikmati setiap detiknya, termasuk hukuman manis dariku nantinya."
1019Please respect copyright.PENANAkfi6fTwj96
***
1019Please respect copyright.PENANAk19Cr7kmbZ
Sore harinya, Sinta muncul dari kamar mandi, rambutnya masih sedikit basah, namun tubuhnya sudah terbalut gaun hitam itu. Aku harus menahan napas. Dia tampak... luar biasa, seperti dewi yang baru saja turun ke bumi. Gaun itu memeluk setiap lekuk tubuhnya dengan sempurna, menonjolkan pinggang rampingnya, payudaranya yang proporsional terlihat menggoda di balik kain transparan di bagian dada, dengan puting yang sedikit menonjol karena antisipasi.
1019Please respect copyright.PENANAa1Rus78Y4b
Belahan tinggi di paha memperlihatkan kaki jenjangnya yang mulus, setiap langkahnya memamerkan lebih banyak kulit. Punggungnya yang terbuka lebar adalah mahakarya, tulang belakangnya terlihat jelas, memancarkan keanggunan sekaligus kerentanan yang memikat. Dia terlihat seperti dewi kegelapan, memancarkan aura memikat sekaligus berbahaya, magnet bagi mata setiap pria.
1019Please respect copyright.PENANA4cbyt6zpvK
"Bagaimana, Sayang?" tanyanya, berputar pelan di depanku, senyum nakal terukir di bibirnya, matanya penuh tantangan. Dia sengaja membuat gaun itu sedikit bergerak, memperlihatkan lebih banyak paha. "Apakah aku sudah cukup 'pecun' untukmu, Eros? Cukup nakal?"
1019Please respect copyright.PENANAEtwVk6K5Lj
Aku bangkit dari sofa, berjalan mendekat, membelai pipinya yang halus. "Kamu lebih dari cukup, Sayang. Kamu adalah definisi sempurna dari 'pecun'ku. Kamu adalah mahakaryaku. Aku tak pernah membayangkan kau bisa menjadi semenarik ini." Aku mencondongkan tubuh, membisikkan di telinganya, napas hangatku menyapu kulitnya. "Aku ingin semua orang di galeri itu menatapmu, menginginkanmu, membayangkan apa yang mereka bisa lakukan padamu, tapi tahu bahwa kamu hanya bisa mereka impikan. Karena kamu adalah milikku, dan hanya milikku."
1019Please respect copyright.PENANAjNUtl9FAIx
Sinta menggeliat, sebuah desahan kecil lolos dari bibirnya. "Mmm... itu ide yang menarik. Aku suka melihat mereka menginginkanku, tapi tidak bisa menyentuhku. Itu membuatku merasa... berkuasa." Ada kilatan kesenangan jelas di matanya, kesenangan baru yang kutemukan dalam dirinya.
1019Please respect copyright.PENANAjtMcDQPq11
Dari menjadi objek hasrat banyak orang, namun tetap tak terjamah oleh mereka.
1019Please respect copyright.PENANAFBAwP2OZCY
Saat kami tiba pada galeri itu, aku sengaja memegang tangannya erat, ibu jariku mengusap punggung tangannya, sentuhan posesif yang halus namun jelas. Di dalam galeri, seperti yang kuduga, semua mata tertuju pada Sinta. Bisikan terdengar di antara pengunjung. Beberapa pria menatapnya dengan tatapan lapar tak terselubung, mata mereka menelanjangi Sinta dari ujung kepala hingga kaki. Beberapa wanita meliriknya dengan campuran kekaguman dan kecemburuan.
1019Please respect copyright.PENANA3aH5Bsg1dT
Aku mengamati Sinta. Awalnya, dia sedikit canggung, sesekali menarik gaunnya, mencoba menutupi bagian yang terlalu terbuka, refleks dari Sinta yang lama. Namun, setiap kali dia melakukannya, aku akan meliriknya dengan tatapan menantang, sebuah senyum tipis di bibirku, seolah berkata, "Jangan malu, Sayang. Nikmati perhatian ini. Kau pantas mendapatkannya. Kau diciptakan untuk dikagumi."
1019Please respect copyright.PENANAvFG0smsPQe
Perlahan, Sinta mulai rileks. Dia mengangkat dagunya, berjalan dengan langkah lebih percaya diri, bahkan sedikit menggoyangkan pinggulnya saat melewati kerumunan, gerakan disengaja untuk menarik perhatian. Dia mulai membalas tatapan pria-pria itu dengan senyum tipis, kedipan mata yang disengaja, sebuah undangan yang tidak akan pernah mereka dapatkan, janji palsu yang hanya akan membuat mereka semakin menginginkan.
1019Please respect copyright.PENANAhDwRgs8DAZ
"Eros," bisiknya, suaranya rendah, nyaris bergetar karena gairah tersembunyi, saat kami berhenti di depan sebuah lukisan abstrak yang gelap dan provokatif. "Pria itu... dia tidak berhenti menatapku. Dia terlihat seperti ingin menerkamku."
1019Please respect copyright.PENANAdaaNoXfrYe
Aku melirik ke arah yang dia tunjuk. Seorang pria paruh baya, dengan setelan rapi namun tatapan liar, memang menatap Sinta dengan nafsu yang sangat jelas. Aku tersenyum. "Biarkan saja, Sayang. Dia hanya bisa melihat. Dia tidak akan pernah bisa menyentuh. Kamu adalah buah terlarang baginya." Sinta terkekeh pelan, tawa nakal yang membuatku merasakan sensasi geli di perutku, tawa yang menunjukkan betapa dia menikmati permainan ini. "Apakah kamu suka melihat mereka menginginkanku? Apakah itu membuatmu cemburu, Sayang?"
1019Please respect copyright.PENANA0dZzRIXO6G
"Sangat suka," jawabku, menariknya lebih dekat, bibirku menyentuh telinganya, napas hangatku menyapu kulitnya. "Itu membuatku merasa... lebih berkuasa. Karena aku tahu, setelah ini, hanya aku yang akan memilikimu, hanya aku yang akan mencicipi setiap inci tubuhmu. Mereka hanya bisa membayangkan, aku yang akan merasakan."
1019Please respect copyright.PENANAzidHv9bAGu
Sinta mendesah, erangan kecil lolos dari bibirnya. "Mmm... aku suka itu. Aku suka bagaimana kau membuatku merasa... diinginkan oleh banyak orang, tapi hanya kamu yang bisa memilikiku. Aku selalu suka bersikap menjadi pecunmu, Eros." Dia memutar tubuhnya sedikit, menggesekkan pinggulnya ke pahaku, gerakan disengaja, provokasi di tengah keramaian, janji akan kenikmatan yang menunggu. "Apakah kau akan menghukumku nanti karena membuatmu cemburu? Aku ingin dihukum olehmu."
1019Please respect copyright.PENANAmLZBNZDuSV
Aku menyeringai. "Tentu saja, Sayang. Akan aku berikan hukuman yang bisa membuatmu memohon lebih."
1019Please respect copyright.PENANAqE7vFzQ46e
Kubiarkan Sinta sendirian disebuah sudut yang tak banyak orang yang mendekati. Aku menginginkan sebuah permainan sensasi, sebuah bisikan dariku sebelum menjauhinya. Selang beberapa menit, ada seorang pria memberanikan diri mendekati Sinta, ingin mengajaknya bicara, Sinta pun tidak langsung menolaknya. Dia tersenyum ramah, membiarkan pria itu berbicara sebentar, mengamati tatapan memuja di matanya.
1019Please respect copyright.PENANAwPYS5n3UoW
Aku berdiri di tak jauh darinya, mengamati, membiarkan permainan ini berjalan, menikmati pemandangan Sinta yang memikat perhatian. Setelah beberapa saat, Sinta menoleh padaku, matanya berkilat nakal, lalu dengan ia menghampiriku dan memeluk lenganku, menyandarkan kepalanya di bahuku, tindakan posesif yang jelas.
1019Please respect copyright.PENANA1dDhlaoFpK
"Maaf, Pak," kata Sinta sambil menoleh kepada pria itu, suaranya lembut namun tegas, dengan senyum sedikit licik. "Aku sudah ada yang punya. Dan dia sangat posesif. Anda tidak ingin melihat sisi posesifnya." Dia melirikku dengan senyum menggoda, seolah menantangku untuk menunjukkan sisi posesif itu.
1019Please respect copyright.PENANA3p77fvsZ1g
Pria itu tampak kecewa, namun tidak bisa berkata apa-apa. Dia hanya mengangguk dan pergi, tatapannya masih terpaku pada Sinta hingga dia menghilang dari pandangan.
1019Please respect copyright.PENANAmA93mQt3hw
"Kamu sangat pintar, Sayang," bisikku, mencium keningnya, lalu mengusap punggungnya. "Kamu tahu bagaimana membuatku bangga. Kau tahu bagaimana membuatku bangga memilikimu."
Sinta mendongak, menatapku. "Aku hanya ingin memuaskanmu, Eros. Aku ingin menjadi wanita yang kamu inginkan. Wanita yang paling nakal dan liar untukmu."
1019Please respect copyright.PENANA1FdwdG13B0
***
1019Please respect copyright.PENANAYitCJIq6oj
Aku mulai memperkenalkan konsep-konsep kenakalan yang kuinginkan lebih jauh kepada Sinta, mendorong batas-batasnya dengan lembut namun pasti. Aku ingin dia tidak hanya menjadi liar di ranjang, tetapi juga dalam pikirannya, dalam setiap aspek hidupnya, hingga kenakalan itu menjadi bagian tak terpisahkan dari dirinya. Aku mulai mengajaknya menonton film-film yang lebih eksplisit, bukan film porno biasa, tetapi film-film seni yang menampilkan adegan berani dan menantang norma. Setelah itu, kami akan mendiskusikannya secara mendalam.
1019Please respect copyright.PENANArQW2LDlQtn
Aku akan bertanya padanya, "Apa yang kamu rasakan saat melihat adegan itu, Sinta? Apakah kamu ingin mencobanya? Merasakan kebebasan seperti itu?" Awalnya, dia akan sedikit malu, pipinya merona, namun perlahan, dia mulai terbuka, matanya memancarkan rasa ingin tahu yang besar. "Aku... aku merasa penasaran, Eros. Aku ingin tahu bagaimana rasanya... menjadi sebebas itu. Melakukan hal-hal yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya."
1019Please respect copyright.PENANA0sgxqhmsmk
"Kalau begitu, kita akan mencobanya, Sayang," kataku, mengusap pipinya, lalu mencium bibirnya. "Kita akan menjelajahi setiap keinginanmu, setiap fantasi tersembunyimu, setiap sisi gelapmu. Dan kamu akan menyukainya. Kamu akan ketagihan."
1019Please respect copyright.PENANAk32kboDBhY
Aku mulai memberinya "tugas" kecil yang semakin berani. Misalnya, memintanya mengirimkan foto dirinya dalam pose menggoda saat aku sedang bekerja, atau mengenakan pakaian dalam yang sangat minim saat dia berada di rumah sendirian, bahkan saat ada orang lain di rumah. Awalnya, dia akan mengirimkan foto-foto yang masih sedikit malu-malu, pose yang masih kaku. Namun, setelah aku memujinya, mengatakan betapa seksinya dia, betapa aku terangsang olehnya, dia mulai mengirimkan foto-foto yang lebih berani, lebih eksplisit, dengan pose semakin menggoda, tatapan mata semakin liar.
1019Please respect copyright.PENANArQDjFf4mzJ
Suatu sore, aku menerima sebuah foto dari Sinta. Dia mengenakan lingerie hitam transparan, berpose di depan cermin, dengan tangan membelai tubuhnya sendiri, jari-jarinya bermain di antara payudaranya, tatapannya penuh hasrat, bibirnya sedikit terbuka, seolah sedang mendesah. Aku tersenyum, sebuah seringai puas terukir di bibirku. Dia belajar dengan sangat cepat, melebihi ekspektasiku.
1019Please respect copyright.PENANAIQLifkuhKT
Aku segera meneleponnya, suaraku sedikit serak karena gairah yang tiba-tiba melanda. "Kamu sangat nakal, Sayang. Aku suka fotomu. Itu membuatku ingin segera pulang dan menerkammu." Sinta memang sering menginap di tempatku, aku pun juga memberikan dia kunci cadangan. Jadi dia bisa masuk ke apartemenku kapanpun ia mau.
1019Please respect copyright.PENANAeTHlARBCkf
"Benarkah, Sayang?" bisiknya, suaranya terdengar senang, ada nada bangga di sana. "Aku hanya ingin kamu tahu, aku sedang memikirkanmu. Dan aku ingin kamu segera pulang. Aku ingin kamu menghukumku karena terlalu nakal."
"Aku akan segera pulang," kataku, suaraku semakin serak. "Dan kamu akan mendapatkan hukuman yang nikmat, Sayang. Hukuman yang tidak akan pernah kau lupakan."
1019Please respect copyright.PENANA1F9LKXzACx
Ketika aku tiba di apartemen, Sinta sudah menungguku di pintu, masih mengenakan lingerie yang sama, bibirnya tersenyum menggoda, matanya berkilat liar. Dia tidak lagi malu. Dia berjalan mendekatiku, melingkarkan lengannya di leherku, lalu menciumku dengan penuh gairah, lidahnya bermain di dalam mulutku, sebuah ciuman yang menjanjikan lebih banyak lagi.
1019Please respect copyright.PENANATPhSDPFSt9
"Aku sudah tidak sabar, Eros," bisiknya di antara ciuman, napasnya terengah-engah. "Aku ingin kamu membimbingku untuk lebih nakal lagi. Aku ingin menjadi pecunmu yang paling nakal. Aku ingin kau menguasai setiap inci tubuhku."
1019Please respect copyright.PENANAsh0YrE6sRC
Malam itu, aku mengajaknya ke tingkat yang lebih tinggi. Aku mulai memperkenalkan konsep "roleplay" yang lebih kompleks dan berani. Aku akan memintanya menjadi karakter tertentu. Misalnya, seorang wanita yang ingin memuaskan setiap hasratku tanpa batas, atau seorang wanita yang baru saja tertangkap basah melakukan sesuatu yang sangat nakal dan harus menerima hukuman. Sinta, dengan sedikit bimbingan, mulai masuk ke dalam peran itu dengan sangat baik, seolah dia memang dilahirkan untuk itu.
1019Please respect copyright.PENANAQOokkSCJYH
"Kamu adalah budakku malam ini, Sayang," bisikku, saat aku mengikat pergelangan tangannya dengan syal sutra ke kepala ranjang. Matanya membesar, namun tidak ada ketakutan di sana, hanya antisipasi yang membara, sebuah hasrat untuk menyerah.
1019Please respect copyright.PENANAd9iR1GRIUw
"Apapun yang kamu inginkan, Tuanku," jawabnya, suaranya rendah, penuh kepatuhan, sebuah erangan kecil lolos dari bibirnya saat aku mencium lehernya. Aku menyeringai. "Bagus. Sekarang, tunjukkan padaku seberapa nakalnya kamu bisa menjadi. Tunjukkan ke aku seberapa besar kamu menginginkan memuaskanku."
1019Please respect copyright.PENANAWvCD1aRSG7
Dia mulai menggeliat, mendesah, memohon padaku untuk menyentuhnya. Erangan-erangan yang keluar dari bibirnya semakin liar, semakin tanpa kontrol, semakin binal. Dia tidak lagi menahan diri. Dia sepenuhnya menyerah pada perannya, pada hasratnya, pada kendaliku.
1019Please respect copyright.PENANAuQuXNtA2Rc
"Aahh... Eros... lebih... lebih cepat... aku mohon... aku ingin kau mengisiku dengan spermamu..." rintihnya, tubuhnya melengkung, pinggulnya bergerak tak sabar, seolah ingin menyatu denganku. "Aku ingin kau menghukumku, Tuanku... aahh..."
1019Please respect copyright.PENANAGo3JyA5a78
Aku tahu, ini adalah puncak dari pendidikan yang kuberikan padanya. Sinta telah sepenuhnya bertransformasi. Dia tidak lagi hanya pasif. Dia adalah wanita yang liar, nakal, dan sepenuhnya patuh pada setiap hasratku. Aku membenamkan wajahku di lehernya, menghirup aroma tubuhnya yang bercampur keringat dan gairah.
1019Please respect copyright.PENANAvZAMxuFCTg
"Kamu adalah pecunku, Sinta," bisikku. "Dan kamu akan selalu menjadi milikku. Selamanya."
Sinta mendesah, lalu memelukku erat, tubuhnya gemetar karena kenikmatan. "Selamanya, Eros. Aku milikmu. Sepenuhnya.."
1019Please respect copyright.PENANAd2TI3H3sfp
Aku tahu, jaring yang kubangun untuknya kini telah sempurna. Sinta telah terperangkap, tidak hanya dalam tubuhku, tetapi juga dalam pikiranku, dalam obsesiku. Dia tidak akan pernah bisa lepas. Dan aku tidak akan pernah membiarkannya.
1019Please respect copyright.PENANA95ZY8Lb21I
Akan kubuat dia menikmati peran barunya sebagai wanita yang binal, yang hanya hidup untukku.
ns216.73.216.146da2