
Ustad Karim mengenakan jubah putih dan peci bersih. Wajahnya bersinar bukan karena iman, tapi karena minyak kelapa dan senyum palsu yang selalu siap disuguhkan. Di teras rumah, Lina menyajikan teh dan pisang goreng. Ia menunduk sopan, belum tahu bahwa tiap gerakan kecilnya sedang ditelanjangi oleh tiga pasang mata.
224Please respect copyright.PENANAXNw8QAh3yv
"Subhanallah... istri salehah," gumam Karim pelan, cukup keras untuk membuat Lina tersipu. Togar hanya tertawa kecil di balik koran.
Tak lama, datanglah Rini—istri muda tetangga yang jadi sasaran pertama. Ia datang membawa anak balitanya dan sebaskom cucian, seperti biasa. Tapi hari itu, Karim menyapanya lebih dulu.
224Please respect copyright.PENANAeUMW3dsvZa
"Bu Rini, wajah ibu pucat. Jangan-jangan ada gangguan gaib?"
Rini hanya mengangguk, menunduk, dan menahan air mata yang belum habis. Dalam benaknya, ia merasa lebih ringan. Lebih hidup. Tapi ia tidak sadar bahwa dirinya baru saja jatuh ke dalam jerat—jerat paling licik yang pernah dirancang: syahwat berwujud syariat.
Rini terkejut. “Eh… gangguan apa, Ustad?”
“Saya lihat dari aura tubuh ibu. Mungkin ada jin hawa yang menempel. Biasanya menyerang perempuan-perempuan yang suaminya sedang sakit.”
Rini makin pucat. “Astaghfirullah…”
“Tenang. Kami bisa bantu. Tapi harus ikhlas dan taat. Ruqyah ini khusus. Bukan hanya baca ayat, tapi menyentuh pusat hawa nafsu tempat jin biasa bersarang,” jelas Karim tenang, seolah tengah menjelaskan ilmu syar’i yang agung
Ijal menimpali, “Terkadang jin menempel di dada... perut... atau paha. Jangan malu, karena niat kami ikhlas lillahita’ala.”
Hari itu, “ruqyah” pertama pun digelar di ruang tamu Pak Togar, beralaskan sajadah dan doa-doa yang tak pernah benar-benar ditujukan ke langit. Togar mengintip dari celah pintu, senyumnya melebar melihat Rini sepertinya mulai masuk perangkap,
“ bu apa kepala sering pusing, badan mudah lemas dan emosi tidak stabil?”
Tanya Karim berwibawa sedangkan Ijal mengerti arah pembicaraan karim perlahan keluar kamar meninggalkan mereka ber 2 karena dia tau semua ada waktunya
Rini : iya tad, sering juga kalo malam di dada kayak ada beban bikin susah nafas, tapi maksudnya emosi gk stabil gmn,? Astofirullah apa Saya bisa gila ya tad ?
Rini menjawab dengan kuatir
Keringatpun mulai muncul di dahi nya
Karim : iya kalo di biarkan bisa gila bu, tapi ibu tenang iklas dan pasrahkan saja sama saya kalo mau saya bantu
Rini
Tolong saya ustad suami saya sakit2an padahal gk pernah sakit sebelumnya , siapa yg hidupi anak saya nanti ustad “
Wajahnya terlihat kuatir dan sedih
Karim : Ya sudah ibu tenang pulang dahulu nanti di rumah mandi yg bersih dan sholat dahulu kalo bisa
Rini : gitu saja ustad ?? Saya cukup bersih2 badan dan sholat ?
Rini bertanya merasa heran,
Rini : apa tak ada doa2 kusus atau apa untuk saya dan suami saya ??
Karim : ibu saya bilang kan saratnya yakin dan percaya sama saya , kalo ibu gk nurut dengan iklas gmn saya bisa bantu?
Rini pun hanya diam dan mengangguk lemah ,lalu saat dia pamit dan hendak berdiri karim kembali berbicara
Karim : nanti setelah mandi bersih ibu taruh jangan memakai BH dan CD lagi sampai esok hari “
Rini terkejut akan perkataan ustad karim
“ maksudnya ? Saya gk boleh make Baju dalam ,ada apa tad ?”
Karim : itu sarat roqiahnya bu, dan pakaian yg ibu kenakan itu pintu masuk jin jahat , ibu buka di rumah dan besok malam datang ke saya bawa bh dan cd untuk di pakai setelah ruqiah”
Karim menjelaskan dengan tenang tapi berwibawa membuat Rini tenag dan percaya stiap ucapan karim,
“ bener harus gt ya ustad ? Jadi saya kesini gk make daleman ?
Rini masi sedikit ragu
Karim
Iya ,ibu tenang saja , saya jamin setelah selesai ruqiah nanti badan dan pikiran ibu pasti lega seperti lengantin baru hihihi
Karim sedikit tertawa menjelaskannya
Tapi justru itu membuat cair suasana
“ ya deh pak ustad saya percayakan sama allah melalui ustad, smoga suami saya juga bjsa lekas sembuh , ekonomi kami kembali naik”
Karim : ya sudah saya tunggu ya bu , o iya pastikan suami jangan tau ya takutnya nanti jin jahat di tubuh suami ibu ikut tau juga
Rini pun mengangguk dan tersenyum merasa masuk akal perkataan ustad karim , lalu dia permisi keluar.
Sementara itu, Ijal mulai mendekati Lina. Tidak langsung. Pelan-pelan, seperti ular yang melingkar di batang pohon sebelum menyergap.
“Lina, saya dengar kamu sudah lima tahun menikah tapi belum juga diberi keturunan, ya?” tanyanya suatu pagi sambil menyeruput teh di teras rumah.
Lina, yang tengah menyapu halaman, hanya menunduk.
“Kadang, bukan karena rahimmu yang bermasalah,” lanjut Ijal. “Tapi karena ada jin yang menghalangi jalur anak masuk ke dalam rahim.”
Lina mengangkat wajah. “Maksudnya…?”
“Kamu butuh ruqyah rahim. Tapi ini khusus. Tidak bisa di tempat umum. Harus di ruangan tertutup. Dengan media air dan sentuhan doa.”
Lina diam, tapi tatapannya ragu. Ijal tidak menekan. Ia hanya tersenyum dan mengelus janggut tipisnya.
“Besok saja aku jelaskan lebih lanjut. Saya sudah sering bantu santri putri yang mandul. Setelah ruqyah, mereka hamil kembar. Masya Allah.
Di luar, warga mulai mendengar kabar bahwa ada ustad karismatik yang bisa menyembuhkan segala penyakit—baik lahir maupun batin.
Tapi di balik itu, sesungguhnya yang diruqyah bukanlah jin... melainkan logika dan harga diri perempuan-perempuan desa yang haus akan pertolongan.
di desa itu selalu tenang. Udara segar berembus dari hamparan sawah, dan suara ayam bersahutan dengan lantunan ayat-ayat dari toa masjid kecil di ujung gang. Warga tak tahu bahwa di dalam rumah Pak Togar, rencana iblis tengah disusun dalam balutan sajadah dan jubah putih.
Di malam hari, Togar duduk lagi dengan dua sahabatnya itu. Mereka membahas progres.
“Rini sudah mulai lemas, Pak,” kata Karim pelan. “Tinggal dua kali sesi lagi. Setelah itu, dia pasti menurut.”
Togar menyalakan rokok dan mengangguk puas.
“Lina bagaimana?”
Ijal tersenyum tipis. “Sudah bisa diajak bicara tentang ‘rahim’.”
Mereka tertawa pelan, di antara asap kretek dan semerbak minyak wangi palsu dari botol kecil bertuliskan ‘Madinah’.
Dan malam pun memeluk rumah Togar, menyembunyikan rencana-rencana yang semakin dalam. Semua terlihat suci dari luar—padahal di balik doa dan air putih, ada dosa yang menunggu untuk ditumpahkan.
ns216.73.216.117da2