
Bab 2
Hari ini rasanya berat, seperti ada beban tak kasat mata yang menekan pundakku.
378Please respect copyright.PENANAtpvaileWFs
Tadi malam, aku dan Reza bercumbu dengan penuh gairah, tapi seperti biasa, dia meninggalkanku di puncak hasrat tanpa kepuasan. Rasanya seperti ditampar oleh kekecewaan, lagi dan lagi. Di sekolah tadi, suasana malah makin bikin aku nggak karuan.
378Please respect copyright.PENANAvZpK2hxa54
Para guru laki-laki genit, melempar pujian yang bikin aku risih tapi juga sedikit tersanjung, sementara guru-guru perempuan heboh membahas pengalaman mereka dengan pria muda katanya, “bisa bikin kamu lupa diri berkali-kali.” Aku cuma diam, nggak ikut nimbrung, tapi kata-kata mereka menempel di pikiranku seperti lem. Sekarang, di rumah, aku cuma bisa duduk di sofa, tenggelam dalam lamunan, mencoba memahami kenapa hidupku terasa begitu kosong.
378Please respect copyright.PENANAB8qwsX0rWu
Ayahku, adalah satu-satunya yang perhatian akhir-akhir ini. Dia sering nanya kabar, ngobrol panjang, atau bercanda ringan buat nyemangatin aku. “Reza itu kerja keras, Sal, tapi kadang lupa ngurusin orang di sampingnya,” katanya suatu hari. Aku cuma tersenyum, tapi dalam hati, aku bersyukur ada dia.
Sore ini, aku masih di rumah, pake kebaya dan kain batik yang aku pakai ngajar tadi.
378Please respect copyright.PENANA3PJySgj7J6
378Please respect copyright.PENANAvEu3FU5oEF
378Please respect copyright.PENANAZsu1An6N50
Aku nggak ganti baju karena badanku rasanya remuk dan pikiranku kacau. Tiba-tiba, ayah datang mampir, masuk sambil bawa sebungkus nasi goreng dari warung depan. Ayahku pria akhir 40 an, dia memang sering datang ke rumah bila mas Reza sedang kluar kota untuk sekedar ngobrol, atau sekadar ngecek keadaan.
378Please respect copyright.PENANAyL2LYJOATN
“Sal, kok melamun? Muka kamu pucat banget, lho. Nggak enak badan ya?” tanyanya tiba-tiba, bikin aku tersentak dari lamunan.
378Please respect copyright.PENANA5f9ame5yEx
“Ya, Yah, badan Sal pegal-pegal, capek banget. Entah kenapa, kayak nggak ada tenaga,” jawabku pelan, mencoba senyum biar nggak kelihatan terlalu rapuh.
378Please respect copyright.PENANAUrYVJNpCwb
Ayahku duduk di sofa sebelahku, matanya penuh perhatian tapi ada sesuatu di senyumnya yang bikin aku sedikit waspada. “Kasihan kamu, Sal. Penat ngajar, pulang masih harus ngurus rumah. Kalau capek, nggak usah susah-susah masak buat Yah, lho. Yah bisa beli di warung depan,” katanya sambil nunjuk bungkusan nasi goreng.
378Please respect copyright.PENANAGHizSsCmQl
“Enggak apa-apa, Yah. Masakan warung kan nggak seenak masakan rumah. Lagian, Yah udah kayak keluarga, Sal nggak keberatan,” jawabku, berusaha terdengar santai meski badanku terasa berat.
378Please respect copyright.PENANAAi9dfQJzIc
“Baik banget kamu, Sal. Nggak sia-sia punya tetangga kayak kamu,” katanya, senyumnya melebar dengan nada genit yang bikin aku nggak tahu harus merespons apa.
378Please respect copyright.PENANAlbIZcOlQoT
“Kalau badan pegal, sini deh, biar Yah urutin. Biar rileks sedikit.”
378Please respect copyright.PENANA1Fs44DnCSU
Aku ragu. Bagian logisku berteriak untuk menolak, tapi ada bagian lain di diriku bagian yang lelah, yang rindu diperhatikan yang bikin aku mengangguk pelan.
378Please respect copyright.PENANAj4ASR2OQy8
“Nggak ngerepotin, Yah?” tanyaku, suaraku sedikit gemetar.
378Please respect copyright.PENANALi1h1aqDhX
“Ngerepotin apaan? Kamu kan kesayangan ayah. Sini, biar Yah urut, nggak susah kok,” jawabnya dengan nada yakin, matanya menatapku dengan cara yang bikin jantungku berdetak lebih kencang.
Aku nurut aja, entah kenapa. Mungkin karena badanku udah capek banget, atau mungkin ada bagian diriku yang haus sesuatu buat ngisi kekosongan yang nggak bisa aku jelasin.
378Please respect copyright.PENANAUQHEI2NPIJ
Ayahku nyuruh aku telungkup di atas karpet ruang tamu. Aku masih pake kebaya sama kain batik yang terasa sedikit lengket oleh keringat karena belum sempat ganti karena tadi cuma pengen buru-buru rebahan.
378Please respect copyright.PENANA0KcFVNbIe2
Dia mulai mengurut punggungku, dari bahu sampai pinggang, gerakannya pelan tapi kuat, bikin otot-ototku yang kaku perlahan meleleh. Awalnya, rasanya cuma biasa saja .
378Please respect copyright.PENANAC4cpKsTVdL
Tapi lama-lama, sentuhan tangannya terasa enak seolah olah tahu cara membuat tubuhku rileks namun perlahan juga bikin bulu kudukku berdiri. Ada sesuatu yang nggak seharusnya muncul perasaan yang bikin napasku nggak karuan.
378Please respect copyright.PENANAZbVc59Sv1e
378Please respect copyright.PENANAOoUYpjjDYj
Tangan Ayahku kadang meluncur ke bagian pinggangku yang lebih rendah, nyaris menyentuh bokongku yang memang agak terlalu besar jasi terasa nikmat sekali pijatannya di situ, namun tetap ada oerasaan jengah sebab yang memijat dan merwmasnya adalah ayah kandungku sendiri.
Aku cuma diam, bingung harus ngapain. Pikiranku bilang ini salah, tapi tubuhku? Kayak punya kehendak sendiri, haus akan sentuhan yang udah lama banget nggak kurasain.
378Please respect copyright.PENANA5BcVo1RnCW
“Rileks aja, Sal, ayah tahu kok badan mu ni pasti pegal banget terutama di bokongmu kan,” ujarnya, suaranya lembut tapi ada nada genit yang bikin jantungku dag-dig-dug.
378Please respect copyright.PENANAXiTAIX1LGh
“Sal, sekarang balik badan, biar Yah urut depannya,” katanya tiba-tiba, nyaris bikin aku tersentak dari lamunan. Aku menurut, berbaring telentang dengan jantungan. Tangan Ayahku mulai bergerak di bahuku, gerakannya lembut, hampir kayak belaian. Perlahan turun ke pangkal lenganku, terasa sedikit geli karena ntah mengapa ayahku sepertinya berlama lama menyentuh bagian ketiakku itu.
378Please respect copyright.PENANAu483jxgm89
“ ih.. geli lah yah, jangan lama lama mijat ketiaknya” protes kecilku krena memang merada kegelian, lalu aku kaget saat tangan ayahku yang sedari tadi memijat kwtiakku di arahkan ke hidungnya .
378Please respect copyright.PENANATZZp0KYzUJ
“ loh ayah apaan sih , kok di cium gitu bauk la yah “ tanyaku dengan nada manja
378Please respect copyright.PENANAELI44Fcqr6
“ hhmm... iya bau Nak , tapi baumu mirip aroma ibu mu dulu, malah lebih enak lagi aroma mulebih lembut gak menyengat “ jawabnya pelan membuatku tersipu malu ntah knapa.
Aku pejamkan peja saja kerena malu melihatnya,dan aku coba nikmati sensasi pijatannya. Tapi tiap sentuhan bikin tubuhku bereaksi lebih dari yang kuharapkan. Napasku mulai pendek-pendek, dan ada gelombang panas yang merambat dari dadaku.
378Please respect copyright.PENANAOf78eT79IO
Lama-lama, tangannya turun ke leher, lalu ke arah dada. Jari-jarinya nyaris menyentuh payudaraku yang masih tertutup kebaya. Aku nggak tahu kenapa, tapi tubuhku malah pengen lebih. Getaran aneh itu makin kuat, bikin putingku terasa tegang di balik kain. “Sal, biar buka aja kebayanya dikit, biar ayah gampang urutnya,” katanya pelan, sambil jari-jarinya mulai main-main sama kancing kebayaku.
378Please respect copyright.PENANAvyaovuLWKa
Jangan lupa follow dan Bookmark ya
JUGA cek ke
victie.com/app/author/88244
ns216.73.216.82da2