Bukannya itu ya, gunanya teman? Saling membantu disaat teman lain sedang membutuhkan?
***KEYSHA***
"Key, lu mau kan bantuin gua? Please!" Viona berkata dengan serius. Kalau dia pakai ekspresi itu saat dia terlambat kuliah, dia pasti diizinkan untuk masuk. Beberapa menit yang lalu, Viona dan Karin datang kerumahku. Rencananya mau menyelesaikan laporan yang menggunung.
"Bantuin apa?"
"Lu bantuin gua cari semua informasi tentang orang yang gua suka itu, ya?" Permintaan Viona sontak membuatku kaget. Bayangkan saja! Aku yang bisa dibilang tidak begitu kenal dengan Mahasiswa di jurusanku, sekarang diminta menjadi mata–mata untuk orang yang disukai Viona. Seketika itu aku berhenti mengerjakan ulang laporan yang basah tadi dan langsung menoleh ke Viona.
"Hah? Lu serius nyuruh gua?"
"Iya, lu mau kan, Key?" Balasnya dengan wajah memelas. Ya ampuun, bagaimana mungkin aku bisa melakukan permintaan konyol itu. Selama kuliah disini, aku belum pernah melakukan yang namanya 'me-ma-ta–ma-ta-i' cowok. Tahu nama cowok di jurusanku saja sudah syukur. Dan sekarang aku akan melakukan itu? Hei yang benar saja!
"Kenapa nggak Karin aja?" Pintaku memohon.
"Key, lu bantuin aja gih. Kapan lagi kan bantuin teman sendiri. Bukannya itu ya, gunanya teman? Saling membantu disaat teman lain sedang membutuhkan?" Kata Karin yang sedari tadi diam.
***GENTA***
Bukannya itu ya, gunanya teman? Saling membantu disaat teman lain sedang membutuhkan? Kata-kata itu sungguh membuat ku gila! Mulai detik ini aku akan memata-matai cewek yang disukai Dika? Permintaan konyol apa itu?? Sebisa mungkin aku menolaknya. Tapi, kata-kata yang diucapkan Rio tadi sungguh mengintimidasiku sekarang. Ya ampuun!
"Jadi, gua harus ngapain?"
"Gua mau elu nyari tau namanya, jurusannya, program studinya dan juga nomor hpnya. Okey?" Jawab Dika. Aku cuma bisa bengong menatapnya. Astaga sebanyak itu? Kenapa dia nggak sekalian minta aku untuk nyari nama orang tuanya, warna kesukaannya, minuman dan makanan kesukaannya serta nomor sepatunya? Oh, rasanya seperti membunuh karakterku saja!
***KEYSHA***
Kuliahku hari ini sudah kelar. Mulai hari ini resmilah aku menjadi agen mata-mata yang disewa—ehh maksudku, yang diinginkan Viona. Jika tidak mengingat dia temanku, aku pasti sudah menolaknya mentah-mentah—ingat mentah-mentah. Disaat jadwalku yang penuh sesak dengan semua laporan dan praktikum serta ujian UAS yang semakin dekat. Aku masih sempat melakukan hal konyol ini. Ohh... terkutuklah aku!
Sebagai detektif—eeh mata-mata yang professional, aku mulai memikirkan siapa saja target-target yang bisa aku interogasi dan yang bisa ikut bekerja sama denganku dalam pekerjaan ini, tanpa memberitahu tersangka dan saksi lain. Sepertinya aku harus memulai dengan memperhatikan tersangka dulu deh? Atau cari tau namanya dulu? Arrrggh, walaupun aku ingin menjadi detektif tapi bukan ini pekerjaan yang aku inginkan! Kata yang diucapkan Karin mulai tergiang-giang di telingaku. Aku berpikir sejenak. Yapz, aku harus bantu Viona! Haruus!
Dengan semangat yang entah dari mana aku dapatkan. Mulailah adegan penyelidikanku seperti adegan yang ada di novel Sherlock Holmes itu loh!
Aku mulai dengan menanyakan namanya terlebih dahulu kepada teman satu SMA-ku, Lizzy. Dia dekat dengan teman-teman tersangka yang sedang aku selidiki itu. Untung dia seorang yang baik hati. Tanpa tatapan curiga dan banyak bertanya. Aku langsung mendapatkan nama lengkap beserta program studinya. Hanya dengan bermodalkan kata 'temanku-membutuhkannya-sekarang!'.
"Makasih ya, Liz." Ucapku .
"Untuk temanmu atau untukmu?" Bisiknya. Dia tersenyum jahil kepadaku dan pergi meninggalkanku.
Aku cuma bisa bengong melihat kepergiannya. Yaa, inilah resiko yang paling aku takutkan untuk melakukan misi ini. Orang-orang akan beranggapan bahwa akulah yang ingin tahu serba serbi tentang cowok itu. Kontradiksi dengan apa yang sebenarnya terjadi. Oh, betapa mirisnya hidupku ini!
***GENTA***
Yup, nama dan program studinya sudah aku dapatkan. Setidaknya beban pekerjaanku sudah berkurang. Sekarang apalagi, ya? Kenapa aku benar-benar tidak ahli dalam hal seperti ini, sih? Dan kenapa otakku ikut-ikutan tidak tau akan mengerjakan apa? Sementara masih banyak jadwal pekerjaan yang menumpuk untuk di selesaikan. Haah
Aku berjalan di koridor. Banyak mahasiswa baru yang sibuk lalu lalang membicarakan laporan mereka. Bagaimana aku bisa lupa? Aku menghela napas berat. Ralat kata-kata tadi, hilangkan kata 'setidaknya' dan ubah 'berkurang' menjadi 'bertambah'. Sekarang beban pekerjaanku bertambah. Aku bergegas kembali ke kelas dan membereskan peralatanku. Aku harus segera pulang. Laporan sudah menungguku, tidak mungkin aku meninggalkannya lagi hari ini. Dasar, laporan sialan!
"Gen, elu mau kemana?" Tanya Rio.
"Ngemis! Ya, nggaklah, pulang." Kataku.
"Tumben cepat?" Balas Rio.
"Gua ada janji sama sesuatu! Udah dulu ya!"
"Eh, gua juga mau pulang kok. Bareng ya!"
Hari ini cuaca sedang bersahabat, tidak seperti kemaren muram dan suram. Aku dan Rio berjalan menyusuri jalan pulang. Jarak kampus dengan kostku tidak begitu jauh. Tidak membutuhkan waktu lama, kami sudah sampai di kost.
"Woaa, masih sepi aja ni kost. Tadi pagi gua berangkat sepi, sekarang gua udah pulang juga sepi." Kata Rio sambil membuka pintu kamarnya.
Aku melirik jam tanganku—pukul 16:30—belum jadwalnya pulang. Tanpa banyak protes, aku menaiki tangga menuju kamarku. Aku berhenti di dekat beranda, ya disitu kamarku. Aku membuka pintu perlahan. Masih terkunci. Dika belum pulang.
Aku meletakkan tasku di atas kasur dan melihat ke arah magic com. Tidak ada nasi, sambalpun juga tidak ada! Mama Papa lihatlah penderitaan anakmu ini! Dengan malas, aku memasak nasi. Dan sambal... Ah nanti saja!!
Setelah semuanya beres, dengan segera aku mulai membuat laporanku. Kertas HVS, penggaris, pena, pensil, copyan sumber laporan, kalkulator bertebaran. Kryuuk, ah belum juga satu jam, ini perut sudah tidak bisa diajak kompromi dan suara gaduh, apa itu di tangga?
"Gentaaaaa!" Seseorang memanggilku. Oh sial!! apalagi sekarang? Suaranya semakin dekat... semakin dekat...
*kreeek624Please respect copyright.PENANA6UFApM8Ogd
"Hoo, jadi elu janjian sama ini ya, Gen? pfft Gua kira tadi sesuatu yang penting." Ledek Rio disambut gelak tawanya Dika. Aku mendengus dan melirik mereka tajam dengan isyarat "DIAM KAU!" Sepertinya, mereka tidak paham bahasa isyarat. Mereka malah sibuk menertawakanku. Dasar!!
"Gen, kita beli sambal yok, gua lapar nih. Eh, nasi ada kan?" Kata Dika.
"Ada, udah gua masak. Gua titip aja ya. Ayam cabe hijau satu." Tanpa banyak bicara mereka pergi meninggalkanku. Kryuuk huuh dasar ini perut benar-benar ya.
Aku berjalan keluar menuju beranda. Matahari sudah hampir terbenam. Sebagian langit bewarna oranye. Warnanya indah sekali. Dari beranda, angin laut yang sejuk berdesir menyapa. Daun-daun kelapa di bawah sana seakan menyambut dengan lambaiannya. Aku melihat seorang gadis berdiri di tepi pantai dan memandang ke arah laut yang biru, sedangkan kakinya menjajak pada pasir putih. Perpaduan yang sangat indah. Siapa dia....?
Mana bagian FAVORITEmu?
klik VOTE jika suka :)
ns3.19.55.254da2