Cahaya pagi menyelinap lewat celah-celah kayu reyot, menerangi debu yang beterbangan di dalam gubuk.
Fatma bangun dengan pegal di sekujur tubuhnya, punggungnya sakit akibat permukaan kardus yang keras.
1984Please respect copyright.PENANAs8yvxdOTq0
Pemulung itu sudah bangun lebih dulu rambutnya masih basah, baju lusuhnya sudah dikenakan meski masih lembap.
Ia menatap Fatma yang baru saja membuka mata.
1984Please respect copyright.PENANA2YBwXkYUwn
"Gimana, tidur nyenyak?" tanyanya, sambil merapikan kain robekan yang dipakainya sebagai ikat pinggang.
1984Please respect copyright.PENANAJce8ibVIKX
Fatma tersenyum, tangannya dengan refleks membenarkan jilbabnya yang sedikit miring. "Lumayan," jawabnya, suaranya ringan, seolah malam di atas lantai kotor itu tidak seburuk yang dibayangkan.
1984Please respect copyright.PENANAsXsRTI5z5y
Pemulung itu melempar handuk usang ke arah Fatma kainnya kaku, bercampur bau apek dan keringat lama.
1984Please respect copyright.PENANAVvAUm9SXZr
"Mandi. Biar segar." ujarnya singkat.
1984Please respect copyright.PENANAfvdp1WkEVp
Fatma menerima handuk itu tanpa protes. Ia berjalan ke kamar mandi kecil, menyingkap tirai tipis yang tak bisa sepenuhnya menutupi tubuhnya.
1984Please respect copyright.PENANAs2IpXEwyKW
Udara di dalam pengap, lembap, dan bau pesing menusuk hidungnya.
Ia menahan napas, menuangkan air keruh dari ember ke tubuhnya.
Sabun yang ia bawa terasa sia-sia airnya terlalu sedikit, dan baunya tetap menempel.
1984Please respect copyright.PENANA94bVEjaQXh
Tiba-tiba, tirai disibak kasar.
1984Please respect copyright.PENANARzh01DaKzg
Fatma terkejut, tubuhnya yang masih berbusa berusaha ditutupi dengan tangan, menutupi payudara dan memeknya.
1984Please respect copyright.PENANA52zA77DvdI
Pemulung itu berdiri di sana, ember tambahan di tangannya.
1984Please respect copyright.PENANAn7xiEkzveQ
"Ini airnya, takut kurang," ujarnya, menuangkannya tanpa ekspresi.
1984Please respect copyright.PENANAWxtZHNN0wL
Matanya melirik sekilas ke tubuh Fatma yang basah dari dada, pinggang hingga paha sebelum ia berbalik pergi, meninggalkan Fatma dengan jantung berdebar kencang.
Fatma keluar dari kamar mandi, handuk usang melilit erat di tubuhnya. Pemulung itu terbaring di lantai, tangan di belakang kepala, memandangi ke arah atap seng yang bocor.
1984Please respect copyright.PENANAE1LaVqXejk
Fatma ragu. Harusnya, ia akan meminta pria itu menutup mata atau pergi. Tapi entah kenapa, ia hanya berdiri di sana, seolah menunggu izin.
1984Please respect copyright.PENANAKfjM2Me37c
Pemulung itu tidak bergerak. Menatap seng yang bocor
1984Please respect copyright.PENANA1T7vDFKnBc
Dengan gemetar, Fatma melepas handuk dan mengenakan pakaiannya di depan dia
Fatma melepaskan handuk.
memakai kolor nya dengan sedikit menungging.
Payudaranya mengantung bebas.
Dan memasang celana training yang ketat itu.
lalu memasang beha bekas yang sedikit menguning dan bau apek, kemudian kaos yang lusuh.
training ketat yang membentuk belahan pantatnya, baju bekas itu mencetak bentuk payudaranya, dan tidak lupa sebuah jilbab.
1984Please respect copyright.PENANANsRfZMG53M
Pemulung dalam diam sesekali melirik itu mengamati setiap gerakannya, seperti predator yang menikmati mangsanya.
1984Please respect copyright.PENANAerstA1mqg9
Begitu Fatma selesai berpakaian, pemulung itu bangkit. Ia berjalan ke arah kamar mandi tapi tidak masuk.
1984Please respect copyright.PENANAYeBx3b5kNi
Dia berhenti di depan pintu, membuka celananya di hadapan Fatma.
1984Please respect copyright.PENANAG8izQVsQ8a
Fatma terpaku.
1984Please respect copyright.PENANAWB0Ia792Y5
Kontolnya yang tidak disunat terlihat jelas saat ia mulai kencing ke arah dinding kamar mandi, air kencingnya memercik ke lantai yang sudah kotor.
1984Please respect copyright.PENANAonREBjAGgS
Fatma tidak bisa memalingkan muka.
Ada sesuatu yang menjijikkan sekaligus memikat kejujuran brutal dari seorang yang tak punya kepura-puraan.
1984Please respect copyright.PENANAKNae70JzyQ
Setelah selesai, pemulung itu mengibaskan sisa air kencingnya yang menetes, tanpa membersihkan apa pun, lalu memasang celananya kembali.
1984Please respect copyright.PENANA0gf3RNaFSj
"Kamu lapar?" tanyanya tiba-tiba, seperti baru saja menyiram tanaman, bukan melakukan hal mesum di depan perempuan.
1984Please respect copyright.PENANA6AQoxeI3BQ
Fatma mengangguk, lidahnya kaku.
1984Please respect copyright.PENANAIwOEsUd2Es
"Tunggu sebentar. Aku belikan sarapan," ujarnya sambil berjalan ke pintu. "Uang sisa jual beha sama kolor kamu masih ada."
1984Please respect copyright.PENANAJvcp1Uaknz
Fatma tersenyum kecil, merasa aneh bahwa uang dari beha dan kolornya kini akan menjadi makanannya.
Pemulung itu pun pergi keluar.
Tak lama kemudian.
Pemulung itu kembali ke gubuk dengan membawa satu bungkusan kecil berisi nasi bungkus kecil dan dua potong tempe goreng yang berminyak.
Fatma tersenyum melihatnya.
1984Please respect copyright.PENANATbi1eDLvx2
"Ini buat kita," ujar pemulung itu, meletakkannya di lantai kayu yang lapuk.
1984Please respect copyright.PENANADdsQ47y7o9
Dia mengambil satu piring plastik dan satu gelas plastik yang sudah kusam dari rak seadanya.
1984Please respect copyright.PENANAjDOVG1z6vY
"Kita makan bareng," katanya, duduk bersila di hadapan Fatma.
1984Please respect copyright.PENANAdhtkGhQwGL
Fatma mengangguk, meski sedikit ragu.
Ini pertama kalinya ia berbagi piring dengan seorang lelaki apalagi seorang pemulung tua yang baru kemarin menyaksikannya mandi.
1984Please respect copyright.PENANAUr2x8IT3VF
Pemulung itu menyendok nasi dengan tangannya lalu mengulurkan suapan pertama ke arah Fatma.
1984Please respect copyright.PENANAfJFbmPvzlP
"Buka mulut," perintahnya, suaranya parau tapi ada nada main-main.
1984Please respect copyright.PENANAmK9KaFPxHg
Fatma tertegun. Ini terlalu intim.
1984Please respect copyright.PENANAV32jCFcJxB
Tapi entah mengapa, ia menurut.
1984Please respect copyright.PENANAWLQ23WIHZE
Dia membuka mulut, membiarkan pemulung itu menyuapinya dengan tangan tadi yang memegang kontolnya tanpa dicuci. Nasi itu terasa keras, tempenya terlalu asin, tapi ada sesuatu dalam cara pemulung itu memandangnya seolah ini bukan sekadar makan, tapi sebuah ritual.
1984Please respect copyright.PENANAbhBc28L4xR
Setelah beberapa suap, Fatma yang menyuapi pemulung itu.
Pemulung itu tiba-tiba terkekeh.
1984Please respect copyright.PENANAuWsLMsM5fp
"Kita kayak suami istri," candanya, matanya berbinar menantang.
1984Please respect copyright.PENANAFirNAUBZCs
Fatma tersipu, tapi anehnya, ia tidak membantah.
1984Please respect copyright.PENANApa0R4DrQJx
"Iya, ya?" jawabnya ringan, seolah ikut bermain.
1984Please respect copyright.PENANA7RKbuOESft
Pemulung itu mengangkat alis, terkejut tapi senang Fatma merespons.
1984Please respect copyright.PENANAeqsev03dn6
"Kalau gitu, aku suaminya, kamu istrinya," lanjutnya, sengaja mendorong lebih jauh.
1984Please respect copyright.PENANAdzewAdLlmB
Fatma hanya tertawa kecil, tapi tidak menyangkal.
1984Please respect copyright.PENANAMJandeImMg
Udara di antara mereka berubah lebih hangat, lebih tegang.
Begitu makan selesai, pemulung itu menuangkan air dari ceret ke dalam satu gelas yang mereka berdua harus bergantian meminumnya.
1984Please respect copyright.PENANAS3DR0n9bFb
"Ini juga bareng," ujarnya, lalu meneguk pertama kali dengan sengaja meletakkan bibirnya di tempat yang sama persis di mana Fatma nanti akan minum.
1984Please respect copyright.PENANAm02XMgHZYP
Dia menyodorkan gelas itu ke Fatma, bekas bibirnya masih basah di tepian.
1984Please respect copyright.PENANAXAAsMSXFYt
Fatma tahu ini ujian.
1984Please respect copyright.PENANAKVrQ6Kr6uo
Dia mengambil gelas itu, tanpa ragu menempelkan mulutnya di bekas bibir pemulung itu, lalu meneguk dalam-dalam.
1984Please respect copyright.PENANAWbaYGrwBij
Pemulung itu tersenyum puas.
1984Please respect copyright.PENANAUqoDJ137qG
"Kamu cepat belajar," gumamnya.
Begitu sarapan usai, pemulung itu berdiri dan merapikan sisa makanan.
Fatma memperhatikan gerak-geriknya bagaimana tubuhnya yang tua tapi masih kuat bergerak lincah di ruang sempit itu.*l
1984Please respect copyright.PENANACkfAaP0sqr
"Hari ini kita kerja," ujarnya tiba-tiba. "Kamu ikut aku pungut sampah."
1984Please respect copyright.PENANAUZiAO9vDrx
Fatma mengangguk. Ini seharusnya tujuan awalnya penelitian.
1984Please respect copyright.PENANAoFGOdyOBNo
Tapi sekarang, semuanya terasa berbeda.
Ia sudah melihat kontol orang asing yang baru ia kenal
Ia sudah berbagi piring.
Ia sudah ikut dalam candaannya.
Ia sudah minum dari bekas bibirnya.
1984Please respect copyright.PENANAitzXyz5B7f
Batas antara penelitian dan keterlibatan emosional semakin kabur.
1984Please respect copyright.PENANAFPpNpit4Zt
Matahari terik membakar punggung mereka saat Fatma dan pemulung tua itu tiba di tempat pembuangan sampah yang luas.
Bau busuk menyengat, campuran sampah organik dan plastik terbakar, membuat Fatma hampir muntah di awal. Tapi ia bertahan ia harus terbiasa.
1984Please respect copyright.PENANASdxzYtbFtN
Fatma memakai training ketat yang semakin tidak nyaman di bawah terik matahari. Bahan kaos lusuhnya menempel di kulit lembap oleh keringat. Beha bekas yang longgar itu bergesekan dengan putingnya, membuatnya gatal dan sensitif.
Sesekali, merogoh dan menggaruk payudaranya, ia menggeser beha itu lewat jilbabnya, mencoba meredakan rasa tidak nyaman.
1984Please respect copyright.PENANAngz9TN5xxW
Di sebelahnya, pemulung itu menggaruk-garuk kemaluannya dengan kasar, tangannya masuk ke dalam celana tanpa rasa malu. Fatma memalingkan muka, tapi matanya mencuri pandang.
1984Please respect copyright.PENANAkHSDW8zkWp
"Kamu cari plastik. Aku cari besi," perintah pemulung itu, suaranya parau.
1984Please respect copyright.PENANAYM3iC6eWln
Fatma mengangguk, lalu mulai memilah-milah tumpukan sampah. Tangannya yang halus biasanya hanya memegang buku dan pulpen kini menyentuh botol bekas, kantong kresek berlumur sisa makanan, dan wadah styrofoam berminyak.
1984Please respect copyright.PENANArXmhk1v30A
Tapi anehnya, ia tidak merasa jijik lagi.
1984Please respect copyright.PENANAJBNPLuLBqz
Dia melirik pemulung itu, yang dengan cekatan memukul-mukul kaleng bekas dengan tongkat besi. Otot lengannya yang berurat tegang, keringat mengalir di kulit hitamnya yang terbakar matahari.
1984Please respect copyright.PENANAmC5uYOVtKG
Fatma tiba-tiba sadarnia sedang memerhatikan tubuh pria itu.
Puting yang Sensitif dan Pikiran yang Kotor
Beha bekas yang longgar itu semakin mengganggu. Puting Fatma mengeras karena gesekan kain kasar dan keringat.
1984Please respect copyright.PENANAhg6iBxm7t7
Ia mencoba mengatur posisi beha, tapi semakin diatur, semakin sensitif rasanya.
1984Please respect copyright.PENANAg5SBwaML2V
Pemulung itu memperhatikan gelagatnya.
1984Please respect copyright.PENANAHhCboNarRa
"Kenapa? Gatal ya?" tanyanya, dengan senyum yang tahu.
1984Please respect copyright.PENANAJuKf5RLtZE
Fatma menggeleng cepat. "Nggak, biasa aja."
1984Please respect copyright.PENANAzUuptT95PD
Tapi pemulung itu mendekat.
"Kalau ganggu, lepas aja. Di sini nggak ada yang lihat."
1984Please respect copyright.PENANABDtkgPmgO8
Fatma terengah, tapi tidak menjawab.
Setelah berjam-jam, mereka berhasil mengumpulkan:
- Sekarung plastik (oleh Fatma).
- Tumpukan besi dan kaleng (oleh pemulung itu).
1984Please respect copyright.PENANA3YyE9o7kbf
Matahari sudah mulai tenggelam ketika mereka pulang. Fatma lelah, tapi ada kepuasan aneh ia berhasil melewati hari pertamanya sebagai pemulung.
1984Please respect copyright.PENANAkBPHtwT6SQ
Pemulung itu berjalan di sampingnya, sesekali sengaja menyenggol bahu Fatma.
1984Please respect copyright.PENANAbPfHq9JK3U
"Besok kita cari lagi," ujarnya. "Tapi mungkin kamu nggak usah pakai beha. Biar lebih nyaman."
1984Please respect copyright.PENANAxEBrgfXicv
Fatma kaget, tapi tidak marah.
mereka bejalan pulang ke gubuk tersendiri di ujung sebuah jalan.
Ia hanya tersenyum kecil, sambil membayangkan betapa liarnya hidup yang ia jalani sekarang.
Didalam gubuk itu.
Pemulung tua itu tiba-tiba membuka karung kecil berisi barang-barang yang ia sembunyikan di sudut gelap. Matanya berbinar saat mengeluarkan dua benda aneh yang ia temukan hari itu.
Pemulung itu mengangkat sebuah kalung rantai tipis dengan liontin batu kristal mengkilap mungkin imitasi, mungkin asli tapi rusak.
1984Please respect copyright.PENANAdhTYKjZPTV
"Ini buat kamu," ujarnya, menggoyang-goyangkan kalung itu di depan wajah Fatma. "Aku nemu di tumpukan sampah elektronik. Masih bagus."
1984Please respect copyright.PENANAjecyWSaEYY
Fatma terkejut. Ini pertama kalinya seorang lelaki memberinya perhiasan walau mungkin berasal dari tempat sampah.
1984Please respect copyright.PENANAgGNkZWtuGM
Benda kedua yang dikeluarkan pemulung itu jauh lebih mengejutkan.sebuah buku porno bekas dengan sampul yang sudah robek, gambar-gambar vulgar masih jelas terlihat.
1984Please respect copyright.PENANAFQ77znM13h
"Ini juga aku temukan," katanya, tertawa serak sambil membolak-balik halamannya di depan Fatma.
1984Please respect copyright.PENANA4m44T2GtrN
Fatma langsung menunduk, pipinya membara. Tapi matanya mencuri pandang.
1984Please respect copyright.PENANASS8emLyFBm
"Nggak perlu malu-malu," goda pemulung itu. "Kamu kan udah dewasa."
1984Please respect copyright.PENANA3w5W83p3v8
Dia melemparkan buku itu ke pangkuan Fatma. Beberapa halaman terbuka pose-pose vulgar, close-up tubuh telanjang
1984Please respect copyright.PENANA1elc8vR4ZB
Pemulung itu duduk di sebelah Fatma, pahanya menempel.
1984Please respect copyright.PENANAEffUFoH4va
"Ajarin aku baca ya?" .
1984Please respect copyright.PENANAFTbo6Uz7Tc
Fatma tersedak, tapi pemulung itu terus mendesak:
1984Please respect copyright.PENANA60fV3Ml1RZ
"Ini tulisannya apa? Posisi apa ini?" Jarinya yang kotor menunjuk gambar pasangan yang sedang bersetubuh.
1984Please respect copyright.PENANAsONknALWFo
Fatma tidak bisa menjawab. Napasnya tersengal, dadanya naik turun cepat.
1984Please respect copyright.PENANAtxt2YDaeyL
Fatma menatap buku itu sekali lagi sebelum akhirnya menutupnya dengan gemetar.
"Iya, besok... kita belajar baca,"' ujarnya, suaranya hampir seperti bisikan.
1984Please respect copyright.PENANASTjnmFdF7y
Pemulung itu mengangguk puas, senyum liciknya semakin lebar.
"Oke," balasnya singkat sebelum berdiri dan mengambil uang recehan dari kaleng bekas. "Aku beli makanan buat malam ini. Tunggu sebentar."
1984Please respect copyright.PENANAmoNez4bymq
1984Please respect copyright.PENANAlBCy2hNewA