
# 4 Sentuhan demi sentuhan
2597Please respect copyright.PENANAXbe5plKyOW
Pukul 18.28, setelah melaksanakan ibadah solat magrib, aku lekas kembali menuju ruang tamu, tapi tidak terlihat Fajar di sana. Aku membentangkan pandanganku ke seluruh penjuru ruang, mencari keberadaan remaja itu. Mungkin dia lagi keluar, pikirku. Kemudian aku beranjak menuju dapur dan memasak untuk makan malam.2597Please respect copyright.PENANAzeRKTfz79p
2597Please respect copyright.PENANA58DxaVOONN
Aku mengambil dua potong ayam dan meletakkannya di satu piring. minyak sudah terlebih dahulu ku panaskan. Tak lama kemudian, gemercik minyak terdengar Meletus-melutus. Kumasukkan satu persatu sepotong ayam, lalu membolak-balik-nya dengan hati-hati.2597Please respect copyright.PENANAgOYtMIqMsW
2597Please respect copyright.PENANAFoEzOv7JK5
Tiba-tiba aku merasakan tangan yang melingkar di pinggangku. Lalu terdengar bisik yang membuat bulu kuduk ku merinding, “Cie masak buat Fajar.” Aku menoleh ke belakang sekilas, lalu kembali fokus memasak dan membiarkan Fajar memelukku.2597Please respect copyright.PENANA6xVUsiOZkp
2597Please respect copyright.PENANAWJn1KUF850
Aku terus membolak-balik-kan ayam, sementara Fajar terus memelukku dan sesekali mencium pipiku. Tapi, lama-kelamaan aku bisa merasakan kemaluan Fajar yang bergesekan dengan pantatku.2597Please respect copyright.PENANAQNoajxGOEs
2597Please respect copyright.PENANAkWn6x8mznT
“Jar, Ih, tante lagi masak,” kataku.2597Please respect copyright.PENANASdgS8ylJfP
2597Please respect copyright.PENANAOqyDmxRmao
Fajar malah terkekeh, “Badan tante semok banget,” bisiknya di telingaku.2597Please respect copyright.PENANAk3248heYKF
2597Please respect copyright.PENANAW33big8nRd
Jujur saja aku merasa bangga apabila di puji seperti itu. Harus ku akui bahwa tubuhku lumayan berisi, hanya saja cara berpakaian ku yang agamis yang membuat lekuk tubuhku tertutupi.2597Please respect copyright.PENANA1hiZXazFL2
2597Please respect copyright.PENANAuRCXfb3hgE
Aku menggeser tubuhku dan meraih dua piring di selorok atas. “Jar, udahan,” kataku lagi.2597Please respect copyright.PENANAbTMzmMhxQN
2597Please respect copyright.PENANAHXGEoZaLU7
Fajar beranjak menjauh lalu duduk di meja makan. Kemudian aku meletakan satu persatu ayam di kedua piring, dan mengambil nasi di kosmos samping. Aku melangkah ke meja makan dengan dua piring di kedua tanganku.2597Please respect copyright.PENANANKxdIpe1JM
2597Please respect copyright.PENANAPfnfj39QUq
“Ayo, makan,” kataku sambil meletakan satu piring di hadapannya.2597Please respect copyright.PENANAWUAEiE1csE
2597Please respect copyright.PENANAZ1gr1x8eZR
Fajar malah tersenyum menatapku. Aku memicingkan mata dan menatapnya kembali. “Kenapa?” kataku agak garang.2597Please respect copyright.PENANAq56aujoSEA
2597Please respect copyright.PENANAKBrD2XSuve
Fajar terkekeh. “Tante imut banget.”2597Please respect copyright.PENANAFDNK6KdXxS
2597Please respect copyright.PENANAOLTsqHAoTz
Sontak kedua pipiku merona. Remaja itu selalu saja menggombal. “Udah-udah, makan, nanti ngomongnya.”2597Please respect copyright.PENANAR0TszsmIvR
2597Please respect copyright.PENANAyqpJiySioy
“iya, sayang,” kata Fajar.2597Please respect copyright.PENANACeUjJzirdL
2597Please respect copyright.PENANAgMrkRCCPv7
Aku semakin merona. Panggilan sayang yang diucapaknnya mampu membuat degup jantungku tak karuan. Kemudian, kami menyantap makanan masing-masing. Suara sendok dan piring menjamu keheningan.2597Please respect copyright.PENANAfn9KhTWhk8
2597Please respect copyright.PENANACTqwrtEiWR
Tidak lama kemudian lauk habis tak tersisa. Aku menuangkan air di gelasku dan Fajar dan meminumnya.2597Please respect copyright.PENANASvoKEE74tu
2597Please respect copyright.PENANAhCKSbsvwnh
Fajar beranjak berdiri. “Main ps yuk tan di kamar Adit,” ajaknya.2597Please respect copyright.PENANANMfG9D23g2
2597Please respect copyright.PENANA47bdgpMBz3
Aku menggeleng. “Bosan, ih.”2597Please respect copyright.PENANA8xnwo5MZLg
2597Please respect copyright.PENANAkfFbc0TWmH
“Ngobrol aja di ruang tamu.”2597Please respect copyright.PENANA1JxnkwoQyg
2597Please respect copyright.PENANAiRm8huqYoi
Aku mengganguk lalu melangkah di belakangnya. Kami duduk bersampingan di sofa. Seperti biasa Fajar melingkarkan tangannya di bahuku. Aku merasa sudah biasa atas perlakuannya yang manja seperti ini.2597Please respect copyright.PENANAwsTCYKD2tS
2597Please respect copyright.PENANAmWMrWVAzfw
“Mau ngopi lagi, Jar?” tanyaku.2597Please respect copyright.PENANAT1bAJxsbrL
2597Please respect copyright.PENANAHMttRy8rI0
Fajar menggangguk. Aku hendak bangkit, tapi kemudian ia menahan lenganku. “Fajar aja yang bikin, tan.” Katanya.2597Please respect copyright.PENANASWJRu9pOlq
2597Please respect copyright.PENANAaocwFa8G1G
Aku tersenyum dan mengganguk. Lantas Fajar berdiri dan berjalan menuju dapur. Ada perasaan hangat ketika aku melihat punggungnya, sebuah perasaan yang sedikit bisa ku jelaskan, bahwa itu adalah percikan cinta yang timbul di hatiku.2597Please respect copyright.PENANAXRvYGNQcqS
2597Please respect copyright.PENANAmFRiVClNgz
Ya, aku mecintainya, tapi aku juga mencintai semuaku. Memang kontradiktif, tapi itu apaadanya. Mungkin jika orangtuaku mengetahui yang kuperbuat sekarang pastilah mereka akan memukulku sebab yang kulakukan adalah dosa yang besar, berselingkuh sekligus berzina.2597Please respect copyright.PENANAZpqju4eLOn
2597Please respect copyright.PENANAdknhFU2zKB
Selain itu, aku juga merasa teramat bersalah kepada suamiku. Tapi, entah kenapa, hasrat untuk bersama Fajar lebih kuat daripada dosa. Aku sedikit bingung, tak pernah sebelumnya aku melakukan hal seperti ini. Pun, aku terdidik dari kalangan yang agamis yang selalu mengajarkan moral dan etika sesuai agama.2597Please respect copyright.PENANARUU7TbNPdQ
2597Please respect copyright.PENANACcW43yyoA6
Semoga tuhan bisa memaafkan apa yang kuperbuat, mau bagaimanapun juga, aku masih percaya kepada-Nya, meskipun aku melakukan tindakan yang dilarangnya.2597Please respect copyright.PENANAD45dybdwUk
2597Please respect copyright.PENANAqYKiezSUSJ
Fajar datang dengan dua cangkir gelas yang ia pegang dengan kedua jari jempol dan telunjuknya. Ia duduk di sampingku sambil meletekan kopi. Aku memandanginya, alisnya tebal bagai bulu buruang, hidungnya mancung, tubuhnya tegap, yang membuatku kagum adalah rahangnya yang tampak mengeras. Kupikir pastilah ia sering berolahraga.2597Please respect copyright.PENANAcU6J7sjSBb
2597Please respect copyright.PENANAyy4LQ9wCDs
Kalau aku sendiri memiliki tubuh yang bagiku lumayan ideal. Tidak gemuk dan juga tidak kurus. Mata bidadari, begitulah Abiku sering berkata, sebab bola mataku besar. Hidungku sedikit mancung walaupun tak semancung Fajar. Aku sedikit bermasalah di tinggi badan, bukan berarti aku pendek. Untuk ukuran perempuan bisa dibilang tinggi rata-rata perempuan Indonesia.2597Please respect copyright.PENANAKKEJUUCMvF
2597Please respect copyright.PENANAbdZe2ctQ2w
Kulitku putih, sejak SMA aku memang sering merawat wajahku, tak heran jika dahulu banyak lelaki yang mendekatiku dengan berbagai cara, ada yang dengan cara memamerkan hartanya, ada juga yang hanya bermodal tampang, tapi tak satupun kupilih, lagian masa-masa SMA aku tidak tertarik untuk pacaran. Dosa.2597Please respect copyright.PENANACH1IR7j9R1
2597Please respect copyright.PENANAaeE0saLKDg
Aku menyesap kopiku sambil memejamkan mata. Kopi memang sahabat terbaik di segala keadaan. Ketika bahagia, sedih, gunda, kadang semua itu bisa diatasi dengan secangkir kopi, atau saat sedang berselingkuh seperti yang kulakukan sekarang ini.2597Please respect copyright.PENANACvqlBesUEj
2597Please respect copyright.PENANAvlO9mbLEib
“Tan, besok jalan-jalan, yuk.” Fajar membuka obrolan.2597Please respect copyright.PENANAXntoetmB5U
2597Please respect copyright.PENANAUefQUCqQ8F
“Ke mana?”2597Please respect copyright.PENANAhNvI1zxbfF
2597Please respect copyright.PENANAisD7UOfaJp
Fajar terlihat berpikir. “Tante mau ke mana?”2597Please respect copyright.PENANAVifCd3ubpP
2597Please respect copyright.PENANAhNGISTicKP
“Tante ikut aja, sih.”2597Please respect copyright.PENANAakrhjbz0YH
2597Please respect copyright.PENANAjsqiSGJIa9
“Tapi temenin Fajar ke gereja bentar, ya?”2597Please respect copyright.PENANAlihk4vCj3g
2597Please respect copyright.PENANAPChHSpkm0X
Ludah berhenti di teggoralkan. Aku melupakan sesuatu, kalau Fajar tidak beragama islam. Selintas aku merasakan ketidaknyaman.2597Please respect copyright.PENANAq4JXzA3NsJ
2597Please respect copyright.PENANAIBWRYzk0T8
“Tan?” tanyanya lagi.2597Please respect copyright.PENANAqNhxiqcFkM
2597Please respect copyright.PENANAc3GQ0h2cem
Aku ragu untuk menjawab iya.2597Please respect copyright.PENANAWhkgUmXs4N
2597Please respect copyright.PENANAyoeSHsAoJG
“Gimana, Tan?” ia terus bertanya.2597Please respect copyright.PENANAULVxXYh4OV
2597Please respect copyright.PENANAROuVkrC9tX
Aku menghela nafas sebelum memutuskan. “Tapi tante di mobil aja, ya. Engga sampe masuk,” kataku. Mau bagaimanapun aku tetap memiliki keyakinan tersendiri. Begitupun Fajar, perbedaan agama di antara kami tidak membuatku harus memaksakan kehendakku dan sebaliknya.2597Please respect copyright.PENANA04FLizVCoC
2597Please respect copyright.PENANAK6Sh363B8Q
Fajar tersenyum. “Iya tante sayang.”2597Please respect copyright.PENANAN2rzPcYBB6
2597Please respect copyright.PENANAIP2EKuibrp
Lalu kami jatuh dalam sebuah obrolan yang panjang, selama mengobrol aku bisa merasakan kehangatan pada suaranya. suara yang sedikit berat. Terlebih ekspresinya ketika berbicara, seperti aku berada di pandang rumput yang luas dengan sepoi-sepoi angin. Di tambah dengan tuturnya yang begitu lembut.2597Please respect copyright.PENANAcXcAexkWcW
2597Please respect copyright.PENANAPP2RNeh8nV
Selama mengobrol aku senyam-senyum sendiri, antara kagum dan juga heran. Heran mengapa remaja setampan Fajar bisa-bisa-nya jatuh cinta kepadaku. Padahal perbedaan usia kami terpaut jauh.2597Please respect copyright.PENANAlQl4xHg5KC
2597Please respect copyright.PENANAdAWOgI3YOa
Lambat laun semakin malam. Aku sempat terlena untuk melaksanakan Solat Isya. Ketika aku hendak bangkit, Fajar menahan lenganku dan bilang, Nanti aja, Tan, ngobrol dulu, lagian tenggat waktu solat isya panjang.2597Please respect copyright.PENANA8J5amTNf4y
2597Please respect copyright.PENANAbAqbKiDawY
Entah kenapa aku mengiyakan dan duduk kembali. Tak seperti biasanya, biasanya saat adzan berkumandang, aku segera menunaikan ibadah.2597Please respect copyright.PENANAnuPVSHUGML
2597Please respect copyright.PENANAMm3x7uvP23
Lalu, kami kembali jatuh dalam obrolan. Fajar bercerita bahwa dia butuh waktu tiga bulan untuk menabung dan membelikan cicin yang terlingkar di jari manisku. Aku sempat untuk mengembalikannya, merasa tidak enak. Tapi Fajar mencegahku dan bilang, pemberian gak bisa ambil kembali. Fajar juga menambahkan bahwa aku harus terus memakai cincin pemberiannya. Lalu aku bilang, kalau suamiku tau gimana? Fajar menjelaskan, bilang aja kalau aku beli sendiri. Aku mengiyakan saja.2597Please respect copyright.PENANAGcG2SL85tH
2597Please respect copyright.PENANAY1F32DdAvI
Malam semakin menyalak. Kami terus bersatu dalam obrolan. Sesekali Fajar mencium pipiku, sesekali juga ia mengendus area ketiakku. Perlahan aku mulai terbiasa. Kami tampak seperti pasangan suami-istri, di tambah dengan keadaan rumahku yang menyisakan kami berdua. Saksi daripada perselingkuhanku.2597Please respect copyright.PENANAizCnjsBP6R
2597Please respect copyright.PENANAI70lkoVCcQ
Aku melirik jam dinding, pukul 22.01, biasanya jam segini aku sudah berada dalam mimpi. Tapi, mengobrol dengan Fajar terasa begitu mengasikan, maka kuputuskan untuk tidur agak lama dari biasanya.2597Please respect copyright.PENANAdCLTV7GG4o
2597Please respect copyright.PENANAHIxGGoqAZg
Kami membahas banyak hal, mulai dari masa kecil Fajar yang ada kaitan denganku. Yang tentu saja langsung kucerca dengan beragam pertanyaan. Aku mengetahui sesuatu bahwa Fajar sudah menyimpan perasaan denganku sejak di bangku SMP. Aku sempat tertawa sebab bagaimana bisa anak SMP jatuh cinta kepada ibu rumah tangga sepertiku ini.2597Please respect copyright.PENANAuYKVEOj5E5
2597Please respect copyright.PENANAXtSPsQ4vIF
Aku juga bercerita bahwa aku menyukainya baru-baru ini. Dia bertanya kenapa aku menyukainya. Kujelaskan kalau aku merasa nyaman berada bersamanya, merasa diperlakukan dengan mesra. Fajar tersenyum dan kemudian kembali mengendus ketiakku. Remaja itu sungguh menyukai ketiakku.2597Please respect copyright.PENANA5dJARHNIam
2597Please respect copyright.PENANAQBpTRI3DJV
Menjelang pukul 23.00, aku menyudahi aktivitas berbincang kami dan bangkit.2597Please respect copyright.PENANANHweWM0M6W
2597Please respect copyright.PENANAAEl55ldlCf
“Tante mau tidur dulu,” kataku kepadanya.2597Please respect copyright.PENANA4Vax50SEze
2597Please respect copyright.PENANAWxXGR9lo1d
Terlihat wajahnya yang nampak kecewa. Aku terkekeh. “Besok lanjut lagi.”2597Please respect copyright.PENANArWKuL7fuIm
2597Please respect copyright.PENANAPGvp5flCCE
“Tidur di sini aja, tan,” katanya. “Fajar janji deh gak macem-macem.” ia mengangkat kedua telapak tangannya setinggi kepala.2597Please respect copyright.PENANAb5MUIeugDK
2597Please respect copyright.PENANAXOdiESGKGI
“Tante gak bisa tidur di sofa,” kataku.2597Please respect copyright.PENANArSKOe0Iwi9
2597Please respect copyright.PENANAT0JrcPhKUq
Fajar mendengus, kemudian bangkit dan mendekat ke arahku. “Boleh cium bibir?” tanyanya.2597Please respect copyright.PENANA165Oag2EaN
2597Please respect copyright.PENANASq0bcuT23e
Aku mengangguk pelan dan memejamkan mata. Kemudian, Terasa bibirnya menyentuh bibirku. Kali ini tidak ada lumatan, murni bibir ketemu bibir.2597Please respect copyright.PENANAvx7Tejg37X
2597Please respect copyright.PENANAEfcxFvTSwW
“Selamat malam, Tan.” Fajar tersenyum ramah.2597Please respect copyright.PENANA5BPlIJcVFd
2597Please respect copyright.PENANAKvnU361yUr
“malam juga, Jar.” Aku berbalik dan melangkah menuju kamarku. Sepanjang langkah, hatiku berbunga-bunga bagai mawar di taman para suci.2597Please respect copyright.PENANAYFVIypheUM
2597Please respect copyright.PENANAj2hhw8elDM
***2597Please respect copyright.PENANAIK2orMyGW3
2597Please respect copyright.PENANAeb1NZvBp5H
Minggu pagi menyapa dengan semburat cahaya. Aku terlihat cantik pagi ini, dengan gamis pink dan balutan hijab lebar yang menutupi kedua buah dadaku. Aku berdandan secukupnya, memoles bibir dan memberi sedikit taburan make-up di wajahku. Begitupun Fajar, dia tampak tampan dengan kaos hitam dan celana jeans panjang. Aku sengaja menyuruhnya memakai pakaian anakku, sebab, waktu kami berbincang semalam ia hendak untuk pulang dan mengambil baju ganti, karena sudah larut, aku cegah.2597Please respect copyright.PENANAOirL8DYZXf
2597Please respect copyright.PENANAB8NIOVrkFD
Sebelum berangkat pergi, seperti biasa aku dan ia ngopi terlebih dahulu di ruang tamu. Jam dinding menunjuk pukul 08.00, masih terlalu pagi untuk menuju gereja.2597Please respect copyright.PENANAudTkKReHKP
2597Please respect copyright.PENANAGwHvGaSm3B
“Tante gak risih, kan? kalau ke gereja bareng Fajar?” tanyanya dengan kaki yang tersilang.2597Please respect copyright.PENANAXgVgKX20lp
2597Please respect copyright.PENANA6lKHORo9ze
“Dikit,” kataku jujur. “Kamu gak bisa apa balik kaya dulu?”2597Please respect copyright.PENANApX67Z75UtG
2597Please respect copyright.PENANA3pWyT3b5Z4
Tentu saja Fajar mengerti apa yang kumaksud. Ia menggeleng, “Tante aja yang ikut aku, mau?”2597Please respect copyright.PENANATu8FYCxwus
2597Please respect copyright.PENANAQJRVUOwrhy
Sontak aku memukul pelan bahunya. “Apaan sih, Jar!”2597Please respect copyright.PENANAoHYSAZ6cwb
2597Please respect copyright.PENANAMsHiveWH1T
Fajar malah tertawa. “Bercanda, tan,” katanya sambil mengelus kepalaku. “Tapi kalau mau serius juga boleh.”2597Please respect copyright.PENANAYG9HPCKUJ9
2597Please respect copyright.PENANA2cASPxXjss
“Udah-udah,” kataku mencegah obrolan agar tidak berlanjut ke sembarang arah. “Ngobrol yang lain aja.”2597Please respect copyright.PENANAt1WwBz3xNQ
2597Please respect copyright.PENANAtxTdrV0Gw6
Fajar berdehem. “Mau dinyanyiin lagi, Tan?”2597Please respect copyright.PENANA0vwiSEHEAc
2597Please respect copyright.PENANAZFPYjtpj5z
Aku menggangguk antusias.2597Please respect copyright.PENANAuvlNwjbZeB
2597Please respect copyright.PENANAlbU7tyfJog
“Bentar.” Fajar beranjak berdiri dan melangkah menuju kamar anakku, lalu kembali duduk di sampingku dengan gitar di pangkuannya.2597Please respect copyright.PENANA1FOHi70Lrt
2597Please respect copyright.PENANARgzizXMVBR
“Mau lagu apa? Tan?” Fajar membenarkan posisinya menghadapku, begitupun aku.2597Please respect copyright.PENANAlfCUV3Fr3E
2597Please respect copyright.PENANAs42yTbSnJr
Aku berfikir sejenak, lalu berkata, “Hujan di mimpi?”2597Please respect copyright.PENANAxz9j7TnGge
2597Please respect copyright.PENANA02YRJLaA4Z
“Tante yang nyanyi, Fajar yang main gitarnya. Oke?”2597Please respect copyright.PENANAYI0bDVnmMm
2597Please respect copyright.PENANAXNwXayvk5n
Aku mengangguk. Perlahan terdengar petikan senar yang begitu indah, setiap nada saling melengkapi. Petikannya bervariasi dalam chord B. Kemudian Fajar menatapku. Aku mengerti.2597Please respect copyright.PENANA3E6pjKWgt7
2597Please respect copyright.PENANAq6i0A1zMsp
“Semesta bicara tanpa suara, semesta ia kadang buta aksara. Sepi itu indah, percayalah. membisu itu anugrah.” Aku bernyanyi mengikuti irama dawai yang ia petik.2597Please respect copyright.PENANAI8cc0j2CMX
2597Please respect copyright.PENANAkbuJc7KaUf
“Seperti hadirmu di kala gempa, jujur dan tanpa bersandiwara. Teduhnya seperti hujan di mimpi, berdua kita berlari.” Aku memejamkan mata, menikmati setiap note-note yang berhamburan di ruang tamu.2597Please respect copyright.PENANA45oz4rgqPD
2597Please respect copyright.PENANAISiV1NQfm5
“Semesta bergulir tak kenal aral. Seperti langkahmu menuju kaki langit. Seperti genangan akankah bertahan. Atau perlahan menjadi lautan.” Aku terus bernyanyi dengan senyum yang tak pudar menatapnya. Mata kami saling bertemu dan memancarkan sebuah cinta. Saling menggenggam dalam kesatuan nada, irama, dan tempo.2597Please respect copyright.PENANAaXm0wwnGhd
2597Please respect copyright.PENANAc8gnmuJ4Eh
Petikannya kembali mengisi ruang di antara kami. Romansa menyentak bagai kekasih yang akan selalu abadi. Pada binar matanya aku melihat sebuah ketulusan, pada jemarinya aku bisa melihat note-note cinta yang beterbangan, membentuk sebuah lagu cinta. Lalu, ia mengakhiri permainan gitarnya dengan genjrengan cantik dalam chord B.2597Please respect copyright.PENANA7pFZdbxn8r
2597Please respect copyright.PENANA1CSWNFAQZE
Kemudian ia rebahkan gitar di sampingnya dan meraih tanganku. Bola matanya seakan ingin mengatakan sesuatu yang tercekat, yang tak bisa ia katakana.2597Please respect copyright.PENANATTWkLA79f0
2597Please respect copyright.PENANAzkBrj9HhaD
“Kenapa?” tanyaku.2597Please respect copyright.PENANArySSQftZAs
2597Please respect copyright.PENANA1cNsl4zdBo
Ia tak menjawab melainkan tersenyum. Aku menatapnya bingung. “kenapa?” tanyaku lagi.2597Please respect copyright.PENANAMqbDWqFYNq
2597Please respect copyright.PENANAWCqTpNjDVU
Ia malah bangkit. “Yuk, Tan. Udah pukul Sembilan, nih.”2597Please respect copyright.PENANAqTVXtXt43Q
2597Please respect copyright.PENANAJEjAuu80zD
Aku melirik jam dinding dan bangkit. Kemudian kami melangkah keluar. Masuk ke dalam mobil. Ketika mobil menyala, Fajar menoleh ke arahku, dan bertanya. “Malam ini? boleh tidur bareng?”2597Please respect copyright.PENANAN7Xl5fG3YQ
2597Please respect copyright.PENANAyGAD4j9Nbk
Aku tertegun. “Liat nanti, ya,” kataku ragu.2597Please respect copyright.PENANAjzhM1LUHtP
2597Please respect copyright.PENANAw0B18pllo3
Fajar tidak berkata lagi. Perlahan mobil yang kami kendarai berjalan keluar halaman, melewati setiap rumah dan menghambur di jalanan raya.2597Please respect copyright.PENANAS0uRhNF26G
2597Please respect copyright.PENANA6CZmyFKBQh
***2597Please respect copyright.PENANAG8tsE255LG
2597Please respect copyright.PENANAmNg9D0rgUr
Sesampainya di Gereja, Fajar memarkirkan mobil di antara hempitan mobil lain. Gereja tampak ramai, di pintu masuk berhamburan orang-orang yang akan menunaikan ibadah.2597Please respect copyright.PENANAZJlyLPQZli
2597Please respect copyright.PENANAQ6LOFJq9UT
“Tunggu bentar ya, tan,” Kata Fajar sambil mematikan mobil.2597Please respect copyright.PENANAM9HHtadpsI
2597Please respect copyright.PENANAvJctzEzJFd
Aku menggangguk. Fajar membuka pintu mobil dan keluar. Dari kaca mobil aku bisa melihat ia masuk bersama yang lainnya. Jujur saja, ini kali pertama bagiku berada di gereja, walaupun hanya sekedar di halamannya.2597Please respect copyright.PENANA5xmYRACubG
2597Please respect copyright.PENANAjb1gsmeaQq
Gereja ini berbentuk seperti rumah pada umumnya, hanya saja di bagian atasnya terdapat tanda salib. Dengan sepasang bangku lebar dan meja yang menjadi penengah, di samping pintu. Halaman termasuk luas. Di atas atap, terdapat menara tinggi yang ujungnya berbentuk setiga dengan aluminium yang berbentuk salib dipuncak menara.2597Please respect copyright.PENANAj87TZnh68Z
2597Please respect copyright.PENANA6ZF5PWYvgo
Sewaktu aku kecil, aku diajarkan Abiku (Ayah) untuk selalu menghargai perbedaan agama. Masuk ke dalam tempat ibadah umat lain engga apa-apa, mbak, asalkan keyakinan kita tetap sama Allah, begitulah Abiku sering berkata.2597Please respect copyright.PENANAuJJEQs3na7
2597Please respect copyright.PENANAObo3AwEvLp
Perlahan terdengar suara mikrofon melengking, di susul dengan suara seorang pria berkhotbah. Sambil menunggu Fajar, aku berkutat dengan ponselku.2597Please respect copyright.PENANAn4D4M8rwyM
2597Please respect copyright.PENANApVScGRCH7V
Tiga puluh menit berlalu, Terlihat orang-orang berhamburan keluar Gereja. Aku memandangi kerumunan, mencari apakah Fajar ada di antara kerumunan itu. Tapi, tak kunjung kutemukan ia. Mungkin ia masih berdoa, pikirku. Lalu, aku berselancar kembali di media sosial. Menit berlalu, aku semakin bosan sebab Fajar tak kunjung keluar.2597Please respect copyright.PENANAUL53yYnsHq
2597Please respect copyright.PENANAMeaJizArPl
Tak lama kemudian, sosok yang kucari keluar dari pintu, tapi ia tidak sendirian. Ia bersama seorang pria tua yang pekiraanku berumur enam puluh tahunan, pria tua itu menggunakan jubah hitam dengan kalung salib yang melingkar di lehernya, yang kuyakini pastilah ia pendeta.2597Please respect copyright.PENANAiD7TS7SVEJ
2597Please respect copyright.PENANAIubeF5JM5x
Fajar tidak lekas kembali masuk mobil, ia bersama pendeta itu duduk di satu meja samping pintu, berhadapan. Dari dalam mobil, aku memandangi mereka yang sedang bercakap-cakap. Sesekali pendeta itu memukul pelan bahu Fajar sambil tertawa, pastilah perbincangan mereka asik sekali.2597Please respect copyright.PENANA24mkHkm39f
2597Please respect copyright.PENANAATQmslrdkk
Maka, aku memilih untuk menunggu lagi. Aku memaklumi, mungkin hanya hari minggu saja Fajar bisa berbincang ria dengan pendeta itu.2597Please respect copyright.PENANAgMDNh23dWc
2597Please respect copyright.PENANAYNOPF4Vldm
15 menit berlalu. Fajar tidak hengkang atau menyudahi obrolan, malahan mereka semakin asik mengobrol. Aku yang memandangi mereka hanya bisa mendengus. Aku benci sekali jika menunggu, dan Fajar membuatku menunggu selama satu jam lebih.2597Please respect copyright.PENANA7oxmGn2CpW
2597Please respect copyright.PENANANfzrSWaOgr
Tak lama dari itu, mereka berdua menoleh ke arahku. Lalu Fajar bangkit dan melangkah menuju mobil. Aku bernafas lega, akhirnya ia kembali.2597Please respect copyright.PENANAbTeU8z11jQ
2597Please respect copyright.PENANA93h9ycRR5B
“Tan, keluar bentar, pak pendeta mau ngobrol.,” kata Fajar sambil menahan pintu mobil.2597Please respect copyright.PENANA3mRtxgEVrO
2597Please respect copyright.PENANAegJF6X4l59
Aku tercekat, menatap bingung Fajar. Lagian, bagaimana jika orang-orang melihat perempuan berjilbab sepertiku duduk di depan gereja. “Gak ah,” kataku.2597Please respect copyright.PENANAiOwbs1yR37
2597Please respect copyright.PENANASlTTiu4BgF
Masih menahan pintu mobil Fajar berkata lagi, “Bentar doang, Tan. Lagian Fajar gak enak sama pak pendeta.”2597Please respect copyright.PENANAMJDUZfTCYR
2597Please respect copyright.PENANATStzWyU01J
Aku menggeleng, dan Fajar terus memaksaku. Remaja itu memang kerap memaksakan kehendak. Jika sudah begini, pastilah akan ribet. Aku berfikir sejenak. Kembali mengingat perkataan abiku. Sambil memutuskan aku menghela nafas dalam, lalu menggangguk pelan. Seketika itu Fajar tersenyum, lalu menutup pintu mobil dan melangkah kembali menuju bangku gereja.2597Please respect copyright.PENANA65MYoFOgvM
2597Please respect copyright.PENANA6Jdlw8eBJs
Aku membuka pintu mobil dan melangkahkan kakiku keluar. Untung saja gereja sudah sepi, mungkin hanya menyisakan kami bertiga. Lantas, aku melangkah menuju mereka dengan kikuk sambil menunduk.2597Please respect copyright.PENANA9ozHMWpoOw
2597Please respect copyright.PENANAOhIoenlYql
“Selamat pagi,” kataku memberi salam sambil menunduk sopan di hadapan pendeta itu.2597Please respect copyright.PENANAEFvk57MhsY
2597Please respect copyright.PENANAuhTqyEBQwz
Pendeta itu tersenyum. Agak kikuk aku duduk di samping Fajar, berhadapan dengan pendeta itu, dengan meja yang menjadi penengah di antara kami.2597Please respect copyright.PENANAcE8YPjGUWx
2597Please respect copyright.PENANAGw89V5349y
“Nak, Laras?” tanyanya sopan.2597Please respect copyright.PENANA4tfG3fVCkw
2597Please respect copyright.PENANAdxXkFgDILi
Aku tersenyum, “Iya, pak.”2597Please respect copyright.PENANAC1spnDgtMt
2597Please respect copyright.PENANAvE1ma5v7Ne
“Pacarnya nak Fajar?” tanyanya, lagi.2597Please respect copyright.PENANAIn57i0W9y8
2597Please respect copyright.PENANAiMkhsDGBXX
Aku menoleh Fajar sekilas. Agaknya ia sudah memberitahu hubungan gelap kami. “Iya, pak,” kataku pelan. Merasa tidak nyaman.2597Please respect copyright.PENANAF3KbwxI3eu
2597Please respect copyright.PENANAK6igdjqaKB
“Calon istri juga, pak,” tambah Fajar. Sontak pendeta itu tertawa.2597Please respect copyright.PENANAc2mE8szAxj
2597Please respect copyright.PENANAwqSDc7ORNJ
Aku hanya bisa menatap kaki-kaki meja, suasana ini terasa canggung sekali.2597Please respect copyright.PENANARWU42RUoy9
2597Please respect copyright.PENANAM0fktKIJyb
“Udah lama pacaran, nak?” tanya pendeta itu, lagi.2597Please respect copyright.PENANARTM04Jy9lM
2597Please respect copyright.PENANAGhXSv4Pm3z
Aku hanya menggangguk. Fajar malah mengusap kepalaku yang sontak kuberi pelototan tajam. Bagaimana ia bisa bersikap tidak sopan di hadapan pendeta.2597Please respect copyright.PENANA31DfFJn5Ko
2597Please respect copyright.PENANACCEfmcYIXt
Pendeta itu hanya tersenyum memandangi kami. “Kalian cocok,” katanya.2597Please respect copyright.PENANAuV863dptHE
2597Please respect copyright.PENANAPw5EaeF9WM
Fajar tersenyum dengan binar dimatanya. Mengiyakan. Sementara aku bergeming dan tidak merespon.2597Please respect copyright.PENANAeMfaO368iX
2597Please respect copyright.PENANA8tyYjU5i3c
Jauh dari pikiranku, ternyata. Pendeta itu teramat sopan sekali. Awalnya memang terasa kaku, tapi kelamaan aku semakin terbiasa, dan kadang menimpali. Pendeta itu juga memberi kami wejangan berupa pemikiran. Ia juga tidak membenarkan hubungan gelap kami, melainkan memberi nasehat.2597Please respect copyright.PENANAmAeJNuvSFB
2597Please respect copyright.PENANAFFbHRPOtjB
Yang aku suka dari pendeta itu adalah, ia tidak menasehatiku dengan ayat-ayat yang tercantum pada kitabnya, seakan ia menghargai keyakinanku. Begitupun aku. Seharusnya semua umat beragama harus seperti itu, saling menghargai dan tidak memaksakan pendapat. Mungkin, jika pemahaman seperti itu di terapkan, pastilah tanah air tercinta ini akan menjadi subur dan banyak cintanya.2597Please respect copyright.PENANA0rbrdle7An
2597Please respect copyright.PENANAwKPLuo3VxD
Pak pendeta juga berkata kepada kami, bahwa jika hubungan kami akan serius dan masuk dalam jenjang pernikahan, maka, salah satu dari kami harus mengalah. Dan aku mengerti maksud dari mengalah itu.2597Please respect copyright.PENANAxZ7hJ8VHOQ
2597Please respect copyright.PENANAPUaOpbGLuI
Lalu, Pendeta itu berkata kepada Fajar untuk selalu menghargaiku sebagai perempuannya. Yang langsung ku respond dengan anggukan mantap. Perempuan bukanlah objek. Perempuan adalah Rahim bumi yang melahirkan tanaman yang subur, begitulah pendeta itu berkata.2597Please respect copyright.PENANAeyJolMS3fr
2597Please respect copyright.PENANAxdvLQvG1zM
Di akhir perbincangan kami, ketika aku dan Fajar hendak bangkit, pendeta itu menyodorkan alkitab. Jantung mempopa darah dengan cepar, dan timbul perasaan tidak nyaman. tanpa mengurangi rasa hormat kepadanya, aku tersenyum dan menyatukan kedua tanganku di depan dada.2597Please respect copyright.PENANAJ24pZe7clv
2597Please respect copyright.PENANA5AEYPOIMEU
“Maaf, pak,” kataku. “Saya gak bisa nerimanya.”2597Please respect copyright.PENANAfaY3YvYsgP
2597Please respect copyright.PENANABFNiomdYtR
Pendeta itu tersenyum. “Nak, saya memberi alkitab ini bukanlah sebab agar kamu menghianati agamu. Melainkan untuk kamu belajar tentang agama yang lain.” Lalu ia merogoh kantung jubah satunya. “Bapak juga baca kitab kamu,” ia mengangkat kitabku.2597Please respect copyright.PENANAVh4bSaovXu
2597Please respect copyright.PENANAWVusME3bw0
Aku memandangi alkitab yang ia sodorkan kepadaku. Sekilas kulirik Fajar. Fajar mengganguk. Sambil menghela nafas, kuraih alkitab di tangannya.2597Please respect copyright.PENANA8Ubu4XP0nS
2597Please respect copyright.PENANA2G3iO39sOj
“Baca, ya, nak.” Pendeta itu tersenyum. lalu memasukan kitabku di tangan satunya dalam kantung jubahnya.2597Please respect copyright.PENANA5lvokIE9BB
2597Please respect copyright.PENANAC7fUTrNENE
Aku membalas senyumnya. “Makasih, pak,” kataku sambil memasukan alkitab dalam tas yang melingkar di bahuku.2597Please respect copyright.PENANA6BoCTc7Ppl
2597Please respect copyright.PENANAGlubE5yg7F
“Kami pulang duluan ya, pak,” Kata Fajar sambil menyalam punggung tangan pendeta itu. Aku ikutan menyalam punggung tangannya. Sebab mau apapun agamanya, aku diajarkan untuk selalu menghormati orang tua.Kemudian kami berbalik dan melangkah menuju mobil.2597Please respect copyright.PENANAPatkbaNXIA
2597Please respect copyright.PENANAq51mSEkmJO
terdengar suara mobil menyala, Fajar melirikku sekilas dan tersenyum. “Makasih, ya, tan.” Ia mengusap kepalaku mesra.2597Please respect copyright.PENANA8ZLbomSGHd
2597Please respect copyright.PENANAyyEds2AYSt
Aku membalas dengan tersenyum lebar.2597Please respect copyright.PENANAv3BQx78bTc
2597Please respect copyright.PENANAuBtFyk4aCH
***2597Please respect copyright.PENANAE0Jx4ODJnT
2597Please respect copyright.PENANA7zE7tlfFfh
Jalanan terlihat ramai. Motor saling menyalip-nyalip, berisik kendaraan terdengar dari kaca jendela yang tertutup. Dengan kecepatan pelan, aku memperhatikan setiap orang yang duduk santai di kedai-kedai tepian jalan. Sepang kekasih, sahabat, teman, saling menabur rindu di minggu pagi.2597Please respect copyright.PENANAbxbeWG9X7u
2597Please respect copyright.PENANAHayONBMbJX
Aku jadi teringat masa ketika awal pernikahanku. Dimas sering mengajakku berkunjung ke meseum. Aku tampak bahagia ketika itu. Kami saling bergandengan tangan bagai kekasih yang tak terpisahkan.2597Please respect copyright.PENANAQVU7H546kg
2597Please respect copyright.PENANAoVpo8P52vC
Memikirkannya membuatku merasa bersalah karena sudah menghianati cinta suci yang ia bangun. Aku juga menghianati anakku, entah apa yang dilakukannya jika ia mengetahui bahwa aku menjalin hubungan gelap dengan sahabatnya sendiri.2597Please respect copyright.PENANACFv9Qeyjb3
2597Please respect copyright.PENANAuxPCKj4Gtw
Aku juga sempat terpikir untuk menyudahi hubungan gelap ini, terlanjur masih baru. Tapi, aku tidak bisa melakukannya. Ada sebuah hasrat penolakan dari diriku.2597Please respect copyright.PENANAgJ6OTEgiXP
2597Please respect copyright.PENANA3qKYPSnQay
Lambat laun mobil kami menembus kerumunan jalanan. Fajar fokus menyetir. Lama kelamaan aku merasa bahwa Fajar sungguh tampan sekali, memandanginya membuatku terpesona.2597Please respect copyright.PENANAaQgCgXsfMH
2597Please respect copyright.PENANALwMQ3fvmiY
“Masih lama, Jar?” tanyaku.2597Please respect copyright.PENANAP7tBHofxbn
2597Please respect copyright.PENANAJzlJOtep8J
“Bentar lagi, Tan,” jawabnya.2597Please respect copyright.PENANA0jrvOVaAXO
2597Please respect copyright.PENANAYOOuchWaIP
Tiga puluh menit berlalu. Akhirnya, mobil yang kami kendarai terpakir di sebuah pantai di samping kedai minuman. Fajar keluar dari mobil, begitupun aku. Aku membentangkan pandangan, Pohon-pohon kelapa menjulang tinggi di pesisir pantai, desir ombak bergemuru, riuh suara pengunjung lain terdengar berisik.2597Please respect copyright.PENANAQu1EiczMW5
2597Please respect copyright.PENANANOIwxJaDbl
Kedai-kedai berjejer lurus dari sudut mata memandang. Fajar berdiri di sampingku. “Jar, pindah, ah, rame banget,” kataku.2597Please respect copyright.PENANAirZAOhMZhb
2597Please respect copyright.PENANAPiIpciy6vj
“Fajar tau, kok, tempat yang sepi,” katanya. Kemudian ia melangkah menuju bagasi mobil. Lalu kembali dengan tas yang bertengger di punggungnya.2597Please respect copyright.PENANAxpdnIlNPAR
2597Please respect copyright.PENANA8RVgK7poaz
“Kamu bawa apaan?” tanyaku bingung.2597Please respect copyright.PENANAYZeMK2QERE
2597Please respect copyright.PENANA1nmH6ArEFO
“Perlengkapan buat piknik.”2597Please respect copyright.PENANA2S1lyHLcHD
2597Please respect copyright.PENANAJ7I2lc9cnG
Aku mengganguk. Akuu tidah tahu bahwa Fajar telah menyiapkan perlengkapan, di tambah ia tidak memberitahuku akan ke pantai.2597Please respect copyright.PENANAcISlYkwI1B
2597Please respect copyright.PENANAGVcX2KKFjQ
Kemudian kami melangkah di antara keramain orang. Penjual-penjual es, batagor, cilor, terlihat sepanjang kami melangkah. Fajar terlihat santai di sampingku. Ia tampak tinggi, membuatku harus mendongak memandanginya. Pastilah aku terlihat kecil jika berjalan di sampingnya.2597Please respect copyright.PENANATxS7iX1xVd
2597Please respect copyright.PENANAmlm86F3bED
Kami terus melangkah sampai pada akhirnya kami menapak kaki di pantai. Aku bisa merasakan tanah-tanah halus yang menghabur di kakiku. “Masih jauh?” tanyaku.2597Please respect copyright.PENANAIwQp7rySSS
2597Please respect copyright.PENANAZMDlec9K9b
Fajar menunujuk ke arah depan. Dari kejauhan aku melihat dua pohon kelapa yang pendek dan melengkung. Sepanjang perjalanan, kami berbasi-basi. Fajar menceritakan legenda pantai ini. Katanya, pantai ini adalah bekas dari meteroit yang jatuh ke bumi ratusan tahun silam, terbukti dengan adanya beberapa batu besar di tengah-tengah laut. Ia juga menjelaskan tentang pulau kecil yang jauh di tengah laut. Katanya, pulau itu menjadi tempat persingahan nelayan di malam harinya.2597Please respect copyright.PENANAqgzoR6MZZp
2597Please respect copyright.PENANAtviZcZvTCE
Gemuruh ombak semakin menyalak, aroma pasir tercium segar di cuping hidung. Angin-angin laut menemani kami sepanjang melangkah. Sampai pada akhirnya kami tiba dan menapak kaki di pesisir, di bawah pohon kelapa yang jaraknya tidak jauh dari kepalaku.2597Please respect copyright.PENANA5998gtWUs7
2597Please respect copyright.PENANAeoPDjuN4aF
Fajar menaruh tasnya di tanah. mambuka tasnya lalu mengeluarkan satu karpet lebar dan satu hammock. Ia membentangkan karpet di tanah, lalu mengingkat hammock di kedua pohon kelapa.2597Please respect copyright.PENANA3LeHilsZ1p
2597Please respect copyright.PENANANvluwuqusX
Aku lekas duduk di karpet, di susul Fajar. Kemudian ia mengeluarkan kompor gas Portable, serenceng kopi, panci kecil, dua cangkir, dan tiga botol aqua. ia sungguh sudah mempersiapkan ini semua.2597Please respect copyright.PENANAAIEFAzaQrc
2597Please respect copyright.PENANA3po1ZQyBSd
“Kamu excited banget, Jar.”2597Please respect copyright.PENANAyDgU963qDX
2597Please respect copyright.PENANAnXg42b2dYy
“Iya, dong. Kalau sama tante persiapannya harus matang.” Fajar meletakan kompor portable di tanah, lalu memasang gas. Aku bergeser mendekat ke arahnya, membuat tubuh kami bersentuhan.2597Please respect copyright.PENANAfpJI07POzK
2597Please respect copyright.PENANADvIyMFF4ca
“Tante mau minta cium?” godanya dengan senyum yang terkulum.2597Please respect copyright.PENANAwXOli9S8j5
2597Please respect copyright.PENANAvb3JeT6cCm
“Ih orang mau nolong.” Aku mengambil serenceng kopi dan membaginya menjadi dua. Lalu membuka satu persatu bungkus dan mengisinya ke dua gelang. Sementara Fajar memanaskan air.2597Please respect copyright.PENANA8m0Bs7lgjw
2597Please respect copyright.PENANAuWkKtt67tU
Sambil menunggu air mendidih kami fokus menatap lautan. Teduh rasanya, ombak-ombak bergoyang mengikuti irama angin. Burung-burung camar menari-menari mengikuti latunan ombak. Semilir angin menyapu wajah kami berdua.2597Please respect copyright.PENANAp8i2D3J3zR
2597Please respect copyright.PENANAmeaLslINca
“Fajar cinta banget sama tante,” katanya, lirih. Wajahnya terlihat meringis, ada campuran duka pada suaranya. kedua tangannya memeluk kedua kakinya, membuatnya terlihat seperti kanak-kanak.2597Please respect copyright.PENANAdqX4p18aum
2597Please respect copyright.PENANAMfNqu7XJ7w
“Tante juga cinta sama Fajar.” Aku memandanginya. Mata kami bertemu. Cukup lama. sampai pada akhirnya ia mendaratkan bibirnya di bibirku. Aku memejamkan mata, membiarkan bibir kami saling menyapa di antara berisiknya ombak dan sepoi-sepoi angin pagi.2597Please respect copyright.PENANAF4L7tLUyp4
2597Please respect copyright.PENANAFLzRRNTaoc
Kami saling menatap kembali. Kini, ia pegangi kepalaku dengan kedua tangannya. Ia ciumi pipiku, kiri-kanan, bergantian. kurasakan ketulusan pada kecupannya. Terakhir, ia kecup keningku. Mesra sekali. Aku terbang bagai burung camar yang kulihat tadi, terbang bebas mengirama ombak.2597Please respect copyright.PENANABFPVfWPuGa
2597Please respect copyright.PENANAooTnPkUIXZ
Kemesraan itu berakhir dengan gemercik air mendidih. Fajar mematikan kompor. Lalu menuangkan air ke dua gelas. Ia menganduk kopinya dan kopiku bergantian. Bersamanya, aku seperti dilayanin dengan sebaik-sebaik-nya.2597Please respect copyright.PENANAXDkYlznHBk
2597Please respect copyright.PENANALMyS05wbpb
Aku meraih gagang gelas. Bersamaan dengan sepoi angin, kusesap kopi hitam. Terasa enak di lidah. Sepanjang pernikahanku, tak pernah aku merasakan kenyamanan ini. Dan ini adalah kali pertamaku. Sungguh.2597Please respect copyright.PENANACZn2Ej5LTP
2597Please respect copyright.PENANACLT0qMHPJR
Tiba-tiba terdengar dering ponsel berbunyi. Aku mengeluarkan ponsel dari tasku, lalu menatap lekat layar ponsel yang bertuliskan: Abi. Aku menoleh ke Fajar sambil meletakan jari telunjukku di tengah bibir.2597Please respect copyright.PENANAV7m2Bzp0NT
2597Please respect copyright.PENANAWF31OhbP8Q
“Assamulaikum, bi,” kataku.2597Please respect copyright.PENANAATVPwaIAJN
2597Please respect copyright.PENANAl1aQy1HmXd
“Waalaikumsallam, umi,” terdengar suaranya di sebrang sana. “Umi lagi di mana? berisik banget.”2597Please respect copyright.PENANAbEwrdRQ249
2597Please respect copyright.PENANAWHN0cITBNo
“Umi lagi di warung, nih. Sama Fajar,” jawabku, berbohong.2597Please respect copyright.PENANAgar5BJHRyr
2597Please respect copyright.PENANAJ1DLexQShc
“Aawww,” aku memekik dan lekas menutup mulutku ketika kurasakan remasan di buah dadaku. Si pelaku malah tersenyum nakal. Aku memelotinya agar tidak kembali melakukan hal itu lagi.2597Please respect copyright.PENANA1m0vcXCgfu
2597Please respect copyright.PENANAVQWM8N8meO
“Umi kenapa?”2597Please respect copyright.PENANA6FVKpeOkND
2597Please respect copyright.PENANAqBtdfoXuOY
“Eh, engga, Bi. Ini masakannya kepedasan,” elakku.2597Please respect copyright.PENANAwGAmimIEdG
2597Please respect copyright.PENANARTv5UDiTA1
Bukannya mengerti, tangan Fajar malah masuk ke dalam gamisku dan membelai betisku. Aku mencoba menggeser betisku sambil terus berbincang dengan suamiku. Fajar malah semakin menjadi, ia mendekat ke arahku dan mengangku tanganku yang satunya. Lantas, ia endus ketiakku.2597Please respect copyright.PENANAcOHQmCZwyk
2597Please respect copyright.PENANAtwjErLHaI9
“Umi Yang sabar ya, nunggu abi pulang.”2597Please respect copyright.PENANAfhtAyDOJkg
2597Please respect copyright.PENANANYlrsAvbyL
“Iya, bi,” jawabku singkat.2597Please respect copyright.PENANAR3zdzH3eQl
2597Please respect copyright.PENANAtXhuXsjw54
“Umi mau oleh-oleh, apa?”2597Please respect copyright.PENANAaU6gq5AUXL
2597Please respect copyright.PENANA0eXO9Rbfo8
“Terserah, bi.”2597Please respect copyright.PENANATCXLKTXlwA
2597Please respect copyright.PENANA6h3fHUSKFY
Fajar semakin menjadi, tanganya berpindah mengelus perutku, sontak aku merasa geli. Tapi tidak ada niatan untuk menyuruhnya berhenti. Elusan tangannya di perutku, membuatku mengabaikan telepon dari suamiku.2597Please respect copyright.PENANAlt8nLVFf9J
2597Please respect copyright.PENANAlYtHEveIgX
Tindakannya semakin liar, perlahan ia remes buah dadaku dari balik gamis. Aku yang kepalang bosan menegurnya, akhirnya membiarkan. Remasannya semakin liar, membuatku harus menggigit bibir, menahan lenguhan agar tidak terkeluar.2597Please respect copyright.PENANAH4SEFYP5KA
2597Please respect copyright.PENANAXhMwArmQ5r
“Umi?”2597Please respect copyright.PENANAjyV12CkiRw
2597Please respect copyright.PENANA1RyqiF2obt
“Eh, iya, bi. Kenapa?” jawabku tergagap.
2597Please respect copyright.PENANAlhAqpmxhiE
Bersambung.
ns216.73.216.176da2