Usai semuanya dan aku kembali untuk merasakan kebebasan sederhana, keluar dari rumah sakit adalah hal yang sangat didambakan orang sakit. Tapi tidak bagiku, kengerian akan ancaman yang tak bisa ditebak membuatku enggan untuk berpijak dari tempat ini. Suatu ketika datang sosok manusia yang terlihat dari kejauhan sedang memperhatikanku yang tengah berbaring santai di atas ranjang rumah sakit ini, dia tak lain adik perempuanku yang datang membawa seorang pria muda yang tampan.
Dalam benakku aku tak tahu darimana dia mengetahui keberadaanku, satu hal yang pasti. Ini pasti perbuatan si jalang Monica. Tidak cukupkah kau menghancurkan hidupku kemarin, sampai membawa adik kesayanganku untuk datang menemuiku.
"Bang, masih ingat adek?"
"Masihlah sayang, masa abang lupa sama adek kandung sendiri"
"Abang nggak ada kabar sejak hari itu, ibu dan bapak sejujurnya rindu dengan kepulangan abang" dia merajuk melihatku tak berdaya diatas pembaringan ini
"Abang habis kerampokan dek, maunya abang juga mau pulang tapi ternyata abang sudah berada di rumah sakit ini, dan baru pagi ini abang siuman" ucapku berbohong
"Bang, kenalin. Ini... "
"Saya, Ruddel.. Ruddel Smith.. " dia menjabat tanganku dan memperkenalkan dirinya.
"Aku Brahman, tapi panggil aja aku Bram"
Dalam pembicaraan ini sepertinya adekku ingin mengenalkan pasangannya kepadaku, mungkin meminta restu. Tapi masih mengganjal perasaan aneh ini, dari mana mereka tahu aku disini.
"Oh ya bang, adek dapet kiriman surat dari entah tak tahu siapa, tapi adek dapet tiket untuk bisa pergi menemui abang"
"Tapi tertulis sebuah inisial huruf " M" mungkin abang tau siapa dia"
Sudah jelas jelas itu Monica keparat, mau buat apalagi dia sampai menyandera adekku tersayang ini.
"Tok tok tok... " suara pintu diketuk
"Wah lagi apa nih? kangen ga ketemu dengan abangmu?" Monica menunjukkan batang hidungnya juga pada akhirnya.
"Anda??"
"Saya Monica... "
"Saya Nina, ini Ruddel Smith" adekku biasa dipanggil Nina karena dia suka ajah dipanggil demikian.
"Saya adalah kerabat abangmu, dia bekerja di sebuah pabrik tempat saya mengelola disana.. dia itu tampan, kuat dan tahan lama.." bajingan, stop omonganmu bangsat
"Tahan lama??"
"Ya dia sudah bekerja denganku lebih dari saat dia pergi dari kampung halamannya"
"Ooohhh" keduanya berseru baik Nina maupun Ruddel.
Monica yang hanya tersenyum cabul itu sempat berpose v sambil jilat di tengahnya. Bangsat mau apa dia.
"Kalian pasti belum makan kan? yuk kita makan dulu, Bram masih belum bisa ikut... kan baru sadar.. " ketiganya pergi.
Waktu sudah berjalan cukup lama, mungkin 3 jam sudah ada. Namun yang membuatku sangat panas adalah kiriman sebuah video, Monica sedang menggenjot kontol Ruddel dan di sampingnya ada adekku yang sedang terkulai lemas dengan mata tertutup kain hitam namun telanjang di penuhi oleh banyak cairan sperma yang mengering.
"Bramm... memek adekmu enak bangett... hehehehe"
"Ouuuhhh ampun memeknya bikin kontolku ngilu.. " Ruddel melenguh dengan tangan terikat dan banyak bekas suntikan di sekitar lehernya.
Aku lalu menelepon Monica namun tak diangkat olehnya, hingga Video Call pun terjadilah. Adekku sedang dinikmati satpam yang bekerja di pabrikku. Anjing!!! Laknat!!! Pak Yosep sedang menggenjot kemaluan adekku yang sudah memerah, sperma kental berleleran dan kemudian digantikan oleh satpam lainnya. Betul betul binatang.
"Bangsat kau Monica!! Lepaskan adekku.. awas ya kau, aku mampusin kamu"
"Yakin? Bisa? bahkan bisa saja ibumu yang jadi gilirannya.. "
"Lagian kenapa marah kalo kamu sangek?"
Aku melirik kebawah, kontolku sudah mengeras dan menjulang keluar dari celana pasien yang kukenakan.
"Bilang aja pengen nyicip.. boleh.. tapi.. oopss lagi di pake sama yang lainnya"
"Ouuuhhhh... ahhh abanggg... memek adek sangeeekk bang... genjot terus memek adek... semprotin isi kontol abang di rahim adek"
Aku sangek luar biasa mendengar adekku mengerang nikmat, tak berapa lama, spermaku meledak dan muncrat deras membasahi sprei kasur.
Lalu seorang perawat datang untuk membersihkan dan merawatku telah tiba, aku pegang tangannya kebelakang dan aku genjot dalam sekali nafas. Perawat itu mengerang kesakitan dan darah segar merembes dari sela sela memeknya. Monica yang sedang live video, kegirangan sambil mengulek kontol Ruddel yang sudah tak karuan bentuknya. Aku genjot dengan sangat brutal memek perawat itu, tubuhnya terpelanting keatas dan kebawah. Memeknya kini sudah basah dengan cairan memeknya.
"Oouuhh kontollll enaaakkk oohhh ohhhh..... aku diperkosa pasieeeennn... ohhh"
Perawat itu kini hanya bisa mengerang dan mendesah dan perzinahan ini sangatlah brutal lagi maha sangek. Dan betapa malunya aku bahwa sejak awal, adekku, Monica dan Ruddel sedari tadi ada di ruangan sebelah. Mereka keluar dan duduk dengan perasaan malu bercampur takut. Video yang diperankan tadi hanyalah rekayasa dengan menggunakan pemain pengganti.
Aku yang tadinya terangsang, kini hanya diam membatu sementara perawat tadi juga akhirnya memberhentikan kegiatan binatangnya. Aku merasa malu dan ingin bunuh diri. Adekku hanya diam terpaku melihat aku, abangnya berbuat gila. Ruddel yang tadinya respek kepadaku kini melihatku dengan tatapan jijik. Sementara Monica hanya tersenyum iblis.
Bersambung
ns3.134.86.4da2