“Anda langsung pulang, Tn. Chad?”
“Aku sudah tidak pulang dua hari, Cake. Jadi tidak ada yang bisa menahanku lagi.” Katanya sambil menghela nafas.
Ia segera mengenakan mantel dan topi bowler hitamnya itu.
“Apakah itu termasuk bagian dari persiapan pensiun dengan tenang?”
“Itu sudah jelas,” sahutnya.” Dan cobalah berkeluarga. Sampai nanti.”
Ia pun pergi.
“Well, setidaknya itu sindiran.”
“Senior tetaplah senior, Mark. Kata – katanya selalu terdengar lebih bernilai dan tinggi. Mungkin suatu saat aku mengambil nasehat itu.”
“Omong kosong, Beckey!”
Dari dapur, aku membawa dispenser sirup. Hari ini adalah perayaan kecil – kecilan. Tn. Chad memutuskan untuk sekedar ngeteh dan sepotong kue, lalu pulang. Sementara Nona Pusett dan Tn. Cake sekedar mengobrol.
“Terima kasih, Feline.”
“Anda tidak bersama Miss Pusscat?”
Ia menjelaskan kalau rekannya itu sedang mengurus hal yang membosankan seperti administrasi. Mereka sebenarnya sedang memecahkan kasus lain, tapi saat di bagian akhir, Nona Pussett tidak ingin jauh terlibat dengan birokrasi.
“Kantor detektif swasta memang sangat sibuk. Aku jadi tidak banyak waktu luang.” Katanya mendengus.
Well, menurutku itu kebalikannya. Tidak seperti kami yang membuat kue.
“Ah, milik Gwendoline sudah resmi dan tergabung dan dipercaya di unit kepolisian.”
Oh jadi begitu rupanya aku baru tahu. Sementara itu aku tiba – tiba teringat sesuatu.
“Tn. Cake, aku masih tidak mengerti mengapa klien kita yang malah ditangkap?”
Katanya dengan kaget dan agak heboh, “Eh?! maksudmu wanita itu? Aku juga penasaran!”
“Jangan berisik, Beckey!” tambahnya. “Feline, bagian mana yang kau tidak pahami?’
Eh? Apakah itu harus dijawab?
“Semua.”
Tn. Cake menghela nafas keberatan. Ia meminum sirup itu lalu mengatur nafas sekali lagi. Aku bertanya – tanya, apakah menjelaskan hal dari awal adalah hal yang menyulitkan?
Aku memberi selembar kertas dari buku catatan kecilku dan sebuah pulpen, Tn. Cake yang minta.
“Pembahasan kali ini kugunakan yang paling cepat. Mari ditetapkan pada sebuah garis, tiga titik,” katanya sambil mencoretkan pulpen itu. “Awal, tengah, dan akhir. Semua ini mengandung pertanyaan dan krusial.”
Tunjuknya pada titik yang paling kiri, atau yang paling akhir.
“Di sini, Mengapa suaminya mengirim pesan itu lagi?” lalu ia menunjuk di titik paling kanan. “Dan yang di sini, Apa yang signora lakukan dengan mondar - mandir?”
Aku tak perlu menjawab yang itu, karena sudah jelas Nyonya Lombardi menunggu suaminya. Sementara Nyonya Pussett menyandarkan kepalanya pada tangan kanannya.
Kemudian Tn. Cake, menunjuk pada kedua garis kanan dan kiri, di antara titik tengah.
“Dari sini, kita tahu berbagai macam hal. Seperti surat itu, mengapa sebuah kode, lalu dengan sebuah alasan dan informasi yang sangat terbatas. Mudahnya, seseorang datang tiba – tiba datang dengan suatu masalah, tanpa sebuah keterangan. Semua keanehan ini, membuat daya pikir terbatas.”
Aku dan Nona Pussett terlihat kurang paham.
“Bayangkan saja sebuah cerita, mereka pasti punya aktor. Aktor ini mengisi perannya masing – masing. Dalam melakukan perannya, barulah kita tahu, tokoh yang baik dan yang buruk.”
Aku terdiam sesaat. Kepalaku mulai dipaksa untuk membuka pintu yang susah dibuka. Tidak dengan mendobraknya, tapi memutar kunci itu.
“Maksudmu, siapa yang antagonis?” tanya Nona Pussett sambil memutar – mutar sendok pada gelas berisi sirup itu.
Tn. Cake mengangguk. Jari manisnya menutup titik tengah pada coretan yang ia buat.
“Karena itu, aku tidak bisa menentukan titik penghubungnya. Titik tengah adalah titik krusial.”
“Yeah, itu masuk akal Tn. Cake. Tapi saya kurang setuju. Masalahnya kata anda beberapa kasus punya keanehannya sendiri – sendiri bukan? Dan mungkin sebelum saya di sini, pasti ada beberapa orang yang tiba – tiba datang dengan masalah tanpa sebuah dasar yang jelas, bukan?”
Ia mengangguk.
“Précisément. Dan karena itu, kasusnya akan lebih cepat menemui kesimpulan,” ia meneguk penuh satu gelas sirup. “Semakin sedikit keanehan, semakin sulit disanggah dan hampir mendekati kewajaran. Artinya seseorang dengan plot itu akan mulus sesuai jalan cerita yang mereka kehendaki. Ngomong - ngomong kita tak membicarakan kasus lain.”
Aku mulai memikirkan hal itu dalam – dalam. Yang ternyata cukup masuk akal. Lagipula, para detektif, selama aku dengan Tn. Cake, selalu mencari keanehan agar tujuan si pelaku tidak tersampaikan.
“Bagaimanapun juga, Feline, saat itu kau dengan sikap kewajaranmu, melontarkan sesuatu pada wanita itu.”
“Kewajaran saya?”
“Saat wanita itu dipenuhi ketidakpuasan.”
Otakku mulai mengingat – ingat lagi. Aku mulai melihat gambaran saat perasaanku dipenuhi penyesalan dan rasa malu. Saat aku ngotot dengan Nyonya Lombardi. Kuucapkan satu per satu. Hingga Tn. Cake menunjuk yang paling tepat.
“…Dan yang terpenting dan paling aneh, suami anda harus mengirimkan surat dengan angka aneh? Kenapa tidak berterus terang saja? Well, misalnya anda bisa melakukan gugatan cerai?”
“Yang itu.”
Aku kurang begitu mengerti mengapa ini mencari titik terang bagi Tn. Cake. Tapi aku menyadari raut wajah Nona Pussett yang tiba – tiba melongo.
“Hey, tunggu sebentar. Itu adalah hal yang paling tidak mungkin dilakukan suami istri.”
“Eh? Yang mana?” tanyaku penuh penasaran.
Tn. Cake menegaskan setelah menuang gelasnya penuh dengan sirup.
“Lupakan kode itu sejenak. Kenapa suami dan istri harus mengirimkan surat? Kau tahu sendiri bahwa mereka bisa mengirimkan pesan melalui ponsel? Kemudian aku melanjutkan pada pernyataanmu yang cukup kasar, tentang berterus terang dan gugatan cerai, yang mengindikasikan bahwa perceraian adalah hal logis diantara mereka yang sudah menjadi pasangan namun tidak cocok. Lalu menyambungkan pendapatnya bahwa ia juga merasa suaminya bisa saja melakukan perselingkuhan yang Signora Lombardi ucapkan dengan entengnya dan tidak merasa frustasi sedikit pun. Kemudian ia juga menjelaskan bahwa ia berpindah – pindah tempat, karena pekerjaan dan pangkatnya yang begitu penting. Well, ini cukup memberikan kesan bahwa mereka ini saling menghindar satu sama lain. Dengan kata lain, Signora Lombardi, membutuhkan sesuatu lalu pergi. Pada akhirnya bila itu semua digabungkan jadi satu, akan menimbulkan satu kejanggalan. Sebuah titik krusial.”
Dengan tenang senyuman tipisnya ia mengatakan, “Bisakah mereka disebut pasangan suami istri yang esensial? Atau Mereka menjalin hubungan yang sama – sama senang bagi mereka sendiri – sendiri? Non. Itu bukanlah suami istri. Atau? Mereka memang bukanlah suami istri.”
ns3.14.73.0da2