Bab 5: Desahan di Balik Rekaman
85Please respect copyright.PENANADgubbmNFNd
85Please respect copyright.PENANA5lJxcvoFEC
“Pesan nasi goreng aja, ya, Mam. Kita makan bareng. Oke?” kata gua, Jhoni, sambil nyoba santai, meski jantungan gua udah kenceng lagi. Cemburu sama gairah gua bercampur, bro, kayak bensin ketemu api.
85Please respect copyright.PENANAb6Z4tJOejG
“Bagus, Papi. Kalo si Alvie, pesenin juga, ya. Ntar kalo udah dateng, baru dibangunin,” jawab Viona, langsung angkat telepon ke room service. Suaranya lelet, masih lemas, tapi ada nada manja yang bikin gua ngerasa dia lagi nyembunyiin kepuasan. Mukanya kusut, rambut acak-acakan, tapi matanya berbinar, kayak orang abis dapet hadiah besar.
85Please respect copyright.PENANAo7x7LPRPyy
Gua duduk di kursi, kebetulan pas ngadepin Alvie yang masih pingsan di kasur. Badan kuningnya telanjang, cuma pinggul sampe paha atas ketutup selimut tipis.
85Please respect copyright.PENANAWvZ6V7c7iJ
Gua penasaran banget, bro ingin tahu “torpedo” dia kayak apa. Badannya kekar, pantat bulat berisi, kayak orang yang rajin gym. Apa Viona ketagihan sama tipe gini? Apa karena torpedo Alvie yang bikin dia sampe biarin cowok ini tidur di kamar? Atau selera dia udah bergeser ke opa-opa Korea? Gua cemburu, tapi penis gua malah ngaceng, pikiran gua liar.
85Please respect copyright.PENANAGpQYcfJpKo
Gua melirik Alvie, nggak berani lama-lama, takut Viona curiga. Tangan kirinya nempel di atas kepala, bikin ketiaknya terbuka lebar. Bulu ketiaknya tipis, tapi… bro, gua lihat bercak kebiruan di sana cupang! Jantungan gua kenceng, cemburu membakar.
85Please respect copyright.PENANAeAes07SQAW
Gua jelajahi badannya pake mata, dan ternyata cupang-cupang itu bertebaran di leher, dada, sampe perut, terus ngilang di bawah selimut. Gua ngebayangin, pasti di selangkangan sama bokongnya lebih ngeri lagi. Viona, lu binal banget, ya, pikir gua dalam hati, tapi gairah gua malah meledak.
85Please respect copyright.PENANAVh88A4QTJZ
Gua berdiri, pura-pura ambil tas kecil gua. Spy cam di dalem tas udah mati, baterainya habis. Gua matiin, taruh tas lagi, dan melirik Alvie. Dari deket, kakinya kelihatan penuh cupang sampe betis. Bro, Viona bener-bener haus! Dua setengah jam sama Alvie, pasti liar banget.
85Please respect copyright.PENANAcLI7THgN5E
Gua ngebayangin dia mendesah, njerit, mungkin ngelupas celana Alvie, jilatin “barang” gede yang bikin dia lupa sama gua. Cemburu gua kayak pisau, tapi entah kenapa, penis gua makin tegang.
Pas Viona bikin kopi di sudut kamar, gua teringat sperma Revan yang meleleh dari vaginanya tadi malam. Kalo sama Alvie tadi, pasti lebih seru, kan?
85Please respect copyright.PENANAcvLZJRFzfS
Dua setengah jam, cupang di mana-mana Viona pasti orgasme berkali-kali, nggak kayak sama gua. Dengan nafsu membara, gua tarik tangan Viona, “Mam, ayo, Papi pengen, mumpung Alvie masih tidur.”
85Please respect copyright.PENANApYMT8PbooA
“Papi, apaan, sih? Nasi goreng bentar lagi dateng,” kata Viona, suaranya lelet, badannya lemas, rambut acak-acakan nempel di leher yang penuh keringat. “Sebentar aja, Mam,” kata gua, nggak bisa nahan.
85Please respect copyright.PENANAPmMxt1QtnT
Gua dorong dia ke kasur di kamar sebelah, tangan gua buru-buru nyibak handuk yang nempel di bokongnya. Nggak ada celana dalam, bro vaginanya masih basah, jembut lengket, pasti penuh sperma Alvie yang belum sempet dia bersihin.
85Please respect copyright.PENANAy2st38a0ER
“Papi, gua capek banget, belum mandi, kotor!” protes Viona, tapi gua udah gelap mata.
85Please respect copyright.PENANATKoAVL0mfk
Wajah gua langsung nyusup ke selangkangannya, nggak sabar. Gua cium vaginanya, bau keringat bercampur sperma Alvie nyengat, bikin jantungan gua kenceng.
85Please respect copyright.PENANANJp9lsbD0H
Lidah gua main, jilatin jembut yang lengket, terus nyedot bibir vaginanya yang merah, bengkak, kayak abis “digarap” habis-habisan.
85Please respect copyright.PENANAxIVaHYC5yG
“Papi, apaan, sih? Masih perih, belum cebok!” rintih Viona, tapi gua nggak peduli. Sperma Alvie menumpuk di lubang vaginanya, kental, asin, sedikit manis, beda sama Revan. Gua ngorek pake lidah, nyedot pake bibir, kayak orang haus. Rasanya gurih, bro, dan gua telan tanpa mikir, saking terbakar cemburu dan nafsu.
85Please respect copyright.PENANATEzzALxQEW
“Papi seneng, ya, nyedot sperma Alvie di memek Mami?” tanya Viona, suaranya lemas tapi ada nada nakal. Dia kayak tahu fetish aneh gua yang mulai muncul.
85Please respect copyright.PENANAuqMwmemqs3
Gua angguk, mulut masih sibuk. Viona jambak rambut gua, tekan kepala gua lebih dalam, kakinya dikangkangin lebar, pantatnya diangkat sedikit, kayak ngajak gua ngebor lebih dalam.
85Please respect copyright.PENANAv9k1hg3HD2
“Papi, bersihin memek Mami dari sperma Alvie! Minum semua, Papi!” desahnya, suaranya liar, nggak kayak akting yang biasa dia kasih pas sama gua. Erangannya mentah, jujur, bikin gua makin gila.
85Please respect copyright.PENANAu3XUQRi5Hd
Gua ngebor vaginanya, nyedot sisa-sisa Alvie, sambil ngegoyang penis gua di betisnya. Sperma gua muncrat di kakinya, bro, sementara mulut gua masih penuh cairan kental dari vaginanya.
85Please respect copyright.PENANAzRAY6Rjbj6
Gua naik, peluk Viona erat, dan dia bales peluk gua, elus kepala gua. “Puas, Papi? Enak, ya?” tanyanya, suaranya manja, tapi matanya lelah, bibirnya bengkak.
85Please respect copyright.PENANAisFfRnyhiE
“Mam, lu puas banget, ya, sama Alvie? Lebih enak dari Revan? Berapa kali lu orgasme?” tanya gua, cemburu tapi penasaran. Dia cuma nyengir, pipinya memerah, “Papi, udah, lah… enak, kok. Beda, tapi… puas.” Jawabannya samar, tapi binar matanya bilang dia dapet apa yang dia mau.
85Please respect copyright.PENANAPixeApKdZo
Gua nyungsep ke ketiaknya, aroma keringat Alvie bercampur wangi tubuh Viona bikin penis gua bangun lagi. “Mam, Alvie hebat, ya? Kontolnya gede, kayak di video BBC itu?” tanya gua lagi, suara gemeter.
85Please respect copyright.PENANAz4KUEMO78W
Viona angguk pelan, “Iya, Papi… gede, penuh…” katanya, suaranya lelet tapi penuh gairah. Cemburu gua membakar, tapi gairah gua malah meledak. Alvie bangun, nyapa, “Pagi, Ko, Tante.” Viona lanjutin bikin kopi, kayak nggak ada apa-apa, meski mukanya kusut, rambut acak-acakan.
85Please respect copyright.PENANAUAka7AbSPU
Nasi goreng dateng, kami makan bareng. Gua perhatiin Alvie, belum mandi, badannya penuh cupang leher, dada, perut, sampe betis. Gua ngebayangin, di selangkangan sama bokongnya pasti lebih ngeri.
85Please respect copyright.PENANAG16Hz6hPQ6
Viona sesekali nyuapin Alvie, bro nyuapin! Gua cemburu, tapi entah kenapa, penis gua ngaceng lagi. Pas Alvie mau balik, mereka berpagutan di depan gua, tanpa malu. Tangan Viona merem2 celana Alvie, yang udah “menggunung”.
85Please respect copyright.PENANAR21kqM61Oa
Gua ikut rem2 penis gua, bro, saking terbakar gairah.
Kami check out lebih awal, nggak ada lagi kegiatan. Pikiran gua cuma satu: pengen denger rekaman spy cam. Gua ngebayangin desahan Viona, rintihan, mungkin njerit kecil pas Revan
85Please respect copyright.PENANASWk5oY05Fa
“ngentot” dia. Sepuluh hari kemudian, Viona pamit ke rumah saudaranya di Lenteng Agung. Gua langsung naik ke kasur, senderan bantal guling, pake celana kolor biar gampang ngutak-atik penis gua. Earphone gua pasang, tekan “play”.
85Please respect copyright.PENANAggXFjoYv2T
Menit pertama, cuma suara tas gua ketaruh di dressing table. Terus suara gua pas ninggalin Viona sama Revan, diikuti bunyi “klek” pintu. Sepi beberapa detik, lalu ada suara sesuatu ditaruh di meja. “Selamat malam, Tante,” suara Revan, dalam, mirip Andre Hehanusa.
85Please respect copyright.PENANArg8xTg7aQs
“Acch, lu udah bilang tadi pas kenalan,” kata Viona, suaranya manja. “Tadi kan ada Ko-nya, nggak bebas. Sekarang bebas, dong, ngeliat Tante yang cantik gini,” goda Revan.
85Please respect copyright.PENANAv31Pd8Ftnw
“Gombal, ya, Revan,” bales Viona, tapi nada suaranya segar, jujur, kayak orang lagi ngerasa nyaman.
85Please respect copyright.PENANAvGa5TtdkCe
“Ayo, Tante, kita mulai,” kata Revan.
“Mulai apa?” tanya Viona, pura-pura polos.
85Please respect copyright.PENANAUEu1iiBTTF
“Lho, katanya minta dipijat. Ko bilang gitu.” “Oh, iya… apa lagi kata Papi?” “Suruh sabar, halus, bikin Tante puas. Tante dari Manado, ya?”
85Please respect copyright.PENANAdPsfJUEXYp
“Enak aja, ngubah-ngubah asal orang!” “Kalo bukan, dari mana?”
85Please respect copyright.PENANAHgWSmSyZNO
Tak ada jawaban..
'Revan, bagaimana kamu mulai pijiti aku? Di mana?'.
85Please respect copyright.PENANAYXVJOQWTed
'Tante ganti pakai sarung dulu, supaya lebih leluasa. Bernafasnya juga lega'.
'Khan aku nggak bawa sarung..', nggak ada bunyi.. ada sura kaki melangkah, kemudian bunyi pintu dibuka..
85Please respect copyright.PENANApVHHMmt65k
'Bagaimana kalau pakai handuk kamar mandi yang lebar ini?'.
'Bolehh, bagus..'.
85Please respect copyright.PENANA58Zbax1Xhw
Beberapa waktu kemudian yang terdengar hanyalah langkah-langkah kaki, suara pintu kamar mandi dibuka kemudian di tutup, suara kursi yang ditarik, ada kletak-kletek, mungkin Jhoni atau istriku menaruh sesuatu di dressing table itu. Kemudian beberapa omongan yang tidak begitu jelas selama mempersiapkan memijat.
Terdengar suara bantal di tepuk-tepuk. Kemudian,
85Please respect copyright.PENANAanCBncGWot
'Haacchh.. nyamaann..', itu suara istriku yang disertai suara rebahnya tubuh di kasur.
85Please respect copyright.PENANA34ZVjSk8dY
'Tante tengkurap dulu. Biar aku pijat kakinya'.
85Please respect copyright.PENANAu7lXVOo4ux
'OK.., kamu jadi komandan, aku ngikut bos'..
85Please respect copyright.PENANAvjlVoWwnHA
Tak terdengar apa-apa.. kecuali ada dentingan kecil, mungkin botol baby oil (saat aku menjemput aku lihat Revan bawa baby oil) dengan piring kecil. Lama.. Blap, sepertinya kain yang ditepiskan.. sepi.. (bagian ini lama banget sepinya, hampir 2 menit)..
'Kaki tante mulus sekali yaa..' (tentu suara Jhoni)
85Please respect copyright.PENANA00rcMti3Nb
'Aacchh.. sakitt bangett.. Diapain ssihh..'(suara istriku).
'Maaff tante.. Inii ada urat yang salah nihh..'
85Please respect copyright.PENANAVhXBADsySD
'Kamu bisa mijit benar nggak sihh..' (nada istriku tinggi tetapi dalam tekanan manja)
85Please respect copyright.PENANA2BEigaQNlG
'Ha ha ha, tantee.. Koa iya nggak bisa sihh..'(Revan)..
(sekitar 1 menit sepi)..
Lalu terdengar kembali suara Viona berubah, “Revan… tangan lu… enak…” Erangannya mentah, kayak nggak tahan. Gua ngebayangin tangan Revan naik dari betis ke paha, mungkin udah deket selangkangan.
85Please respect copyright.PENANAkKHXV76EmA
“Lu suka, Tante?” tanya Revan, suaranya nakal. “Iya… terus…” jawab Viona, suaranya setengah mendesah. Bunyi kain digesek, mungkin handuknya udah dilepas.
85Please respect copyright.PENANAye92QR7KE9
“Tante, balik badan, dong,” pinta Revan. Bunyi kasur bergoyang, terus desahan Viona, “Aah… Revan… lu… gede banget…” Jantungan gua kayak mau pecah, bro. Gua tahu, “pijat” udah berubah jadi yang lain.
85Please respect copyright.PENANABwRQy9sF2S
Suara ciuman, basah, keras, bikin penis gua makin tegang. “Revan… masukin… sekarang…” rintih Viona, suaranya liar, kayak cewek di video BBC yang nancep di otak dia.
85Please respect copyright.PENANAQTgRJfWnDe
Gua ngegosok penis gua lebih cepet, cemburu membakar, tapi gairah gua nggak terkendali. Suara Viona makin keras, “Aah… Revan… lebih dalam…!” diikuti bunyi kasur yang bergoyang cepet. “Tante… lu ketat banget…” kata Revan, suaranya serak. Gua ngerasa kayak nonton film, tapi ini istri gua, bro. Sperma gua muncrat di celana, klimaks gua meledak bareng rintihan Viona di rekaman.
“Revan… gua… nyampe…!” jerit Viona, suaranya kayak orang kesetanan. Gua rebah di kasur, napas ngos-ngosan, cemburu tapi puas.
85Please respect copyright.PENANA0jhtOUPDQK