515Please respect copyright.PENANA67fk7u01YM
515Please respect copyright.PENANARbSLvoyBV3
Hari selanjutnya, Mereka berempat mencoba mencari pekerjaan lagi. Namun, lagi-lagi seperti kemarin mereka ditolak oleh orang-orang. Lantas menyerah dan pulang ke rumah. Begitupun rasa lelah dan lapar meski waktu makan siang masih dua jam lagi.
Nora sejak kehilang sosok ayah ia jadi lebih manja. Sangat suka mengekori ibunya. Saat ini Meldina tengah pergi mencoba mencari pekerjaan. Awalnya pun ia tak mengizinkan Nora ikut, tetapi karena rengekannya Meldina mengalah.
"Kalau begini, aku harus benar-benar pergi," ujar Theon di tengah keheningan mereka berempat di meja makan. Tempat yang menjadi berkumpulnya keluarga ini.
"Aku juga ikut." Seperti kemarin Seema juga ingin pergi bersama kakaknya.
"Tidak, kau akan tetap di sini. Ingat, kau perempuan." Lagi, Theon seperti kemarin juga, menolak.
"Apa kau bilang? karena aku seorang perempuan, jadi tak boleh pergi bekerja di tempat jauh." Seema menghela napas dan langsung mengebrak meja cukup kuat. "Hei! Aku juga bisa jaga diri, ingat umur kita hanya berbeda setahun," sungut Seema yang tak terima dia direndahkan.
Theon kesal, ia akan segera berkata lagi. Namun, Genio menyelanya. "Ya, sudah, kita berangkat semuanya."
"Gila, ibu bagaimana, hah!" Sentak Theon.
"Biasa saja, jangan berbicara seperti itu kepada Genio." Seema menatap dan berkata dengan nada yang tak kalah kesal juga.
Mereka berdua mulai berdebat. Karena Theon masih menolak keinginan Seema. Sedangkan Genio langsung terdiam, dia takut ketika kakaknya sudah marah. Gea yang berada di antara mereka, menonton dengan diam. Sampai ketika Theon dan Seema saling meninggikan suara.
Gea tiba-tiba merasakan sakit di kepala. Memegang kepala yang memakai ikat kepala oleh kain Merah maroon sehingga menutupi seluruh keningnya. Ia tak tahu kenapa, tapi kata Meldina ada luka yang tak ingin membuat Gea merasa malu. Ia sempat ingin melepaskan, tetapi Meldina melarang. Bahkan ketika mengganti ikan kepala pun harus Meldina yang melakukannya. Karena ia ingin jadi anak penurut, Gea tak pernah protes lagi soal itu.
"Aakh!" teriak Gea saat rasa sakit itu terasa begitu menyakitka. Membuat Theon dan Seema langsung menghentikan berdebatan yang tak tahu kapan selesainya.
Genio yang kebetulan berada di dekat Gea langsung memegang bahunya.
"Hei, Gea, ada apa?"
Theon dan Seema segera menghampiri Gea yang kini kedua tangannya memegang kepala kuat-kuat.
Di tengah rasa sakitnya, ia mendengar suara loceng saling saling bersahutan memenuhi indra pendengarannya. Lantas tubuhnya lemas dan pingsan.
****
Putih dan menyilaukan.
Gea membuka mata secara perlahan. Lantas ia terkejut, dirinya entah ada di mana di sini hanya warna putih dan sinar yang sangat terang di depannya.
Gea berdiri dari posisi duduknya. Sesekali ia pun harus menghalangi sinar itu dengan tangan kananya.
"Mengapa aku di sini?" batinya dengan penuh tanya.
Ia hanya berdiam di tempat sampai suara merdu nan lembut terdengar jelas.
"Kemarilah, ini sudah waktunya semua terlepas."
"Si-siapa itu?" tentu saja Gea takut. Apakah ia mati? Pikirnya yang mulai gemetaran.
"Ayo! Melangkahlah. Jangan takut, kau tidak mati justru kau akan abadi."
Suara itu muncul lagi, seakan-akan juga dapat membaca pikiran Gea. Gea pun tak luput dari kata penasaran. Baiklah, ia mulai menghilangkan rasa takut itu dan perlahan-lahan melangkah. Menuju cahaya yang menyilaukan.
Makin mendekati cahaya itu, semakin menyilaukan bagi mata Gea serta entah dari mana rasa sejuk terasa diseluruh badannya. Cahaya itu pun perlahan lenyap.
Semuanya berubah gelap dan Gea tak merasakan apapun.
"Gea! Gea! Bangunlah, jangan pergi." Meldina memanggil-manggil anak tengahnya dengan air mata yang terus membasahi pipinya.
Ketika perjalanan pulang, dia berpapasan dengan Genio tang terburu-buru. Lantas memberitahukan apa yang sedang terjadi.
Seperti waktu itu Meldina langsung panik, ia berlari sembari memegang tangan Nora.
Saat tiba di rumah dan melihat keadaan Gea yang terbaring dengan lemah seperti menahan sakit. Seketika itu jugan air matanya luruh, hal itu sangat mengingatkan dengan sosok Jaswan, suami tercintanya.
"Lihat! Matanya mulai terbuka," ujar Seema yang langsung membuat yang lain menatap ke arah Gea.
Gea perlahan-lahan membuka matanya, ketika telah membuka mata sepenuhnya Meldina langsung memeluk putrinya dengan rasa syukur yang besar. "Akhirnya kau bangun."
Segera, ketika Meldina melepaskan pelukannya Nora langsung memberikan air putih yang langsung diminum oleh Gea. Yang lain langsung merasa lega, terlebih lagi Theon yang berdiri di ambang pintu kamar Seema dan Gea.
Semuanya membiarkan Gea merasa tenang beberapa saat kemudian mulai mengajukan pertanyaan.
"Gea, tadi kenapa? Kau sakit?" tanya Seema terlebih dahulu dan ia hanya mendapatkan jawaban dengan gelengan lemah dari Gea.
"Aku tidak tahu, tiba-tiba kepalaku sakit dan tak ingat apapun." Meski, aku tak tahu apa yang tadi aku alami itu. Sambung Gea dalam hatinya. Ia masih belum berani menceritakan hal-hal aneh. Apalagi takut membuat ibunya merasa khawatir karena hal itu.
"Kalau begitu, mengapa kau bisa tak sadarkan diri selama tiga jam?" tanya Genio yang tengah berdiri dekat Theon. Hal itu membuat Gea cukup terkejut. Namun, Gea hanya menggelengkan kepalanya lagi. Yang lain pun mempunyai pikiran yang sama dengan Genio.
Meldina mengusap lembut puncak kepala Gea. "Ya, sudah, istirahat saja. Mungkin kamu kecapean."
Meldina pun langsung menyuruh yang lain ke luar kamar. Lantas mereka kembali berkumpul di meja makan.
"Mungkin gara-gara kalian berdua yang saling berteriak." Genio langsung berkata ketika ia baru saja mendudukan diri di kursi.
Sontak hal itu langsung dipeloti oleh Theon dan Seema. Lantas keduanya berpaling menatap sang ibu, Meldina.
"Maksudnya, kalian bertengkar? Apa yang menjadi penyebabkan. Sudah ibu katakan kalian sudah besar jangan bertengkar di depan adik-adik kalian," tutur Meldina dengan menatap keduanya yang menunduk.
"Kami hanya berdebat soal kemarin," Seema menjawab dengan nada rendah.
"Karena dia ingin ikut pergi juga bersamaku, ibu." Theon menimpal dengan sedikit menegakkan kepalanya.
"Aku juga bisa menjaga diri." Seema berkata dengan rasa kesal seperti tadi.
Saat Theon akan membalas perkataan Seema, Meldina langsung menghentikan itu.
"Sudah, hentikan. Lagipula ibu belum mengatakan setuju atau tidak untukmu Theon."
Semua terdiam, Nora dan Genio hanya menonton tanpa ingin ikut terlibat. Setelahnya, Meldina pergi meninggalkan meja makan, ia pergi masuk ke dalam kamarnya. Meninggalkan keheningan di meja makan.
515Please respect copyright.PENANA2Gbl9GEaGU
515Please respect copyright.PENANAT6ppSol0vS
515Please respect copyright.PENANAYAjvjR1rz5
515Please respect copyright.PENANAFMS8dVkaRl
515Please respect copyright.PENANAgwBRwW20nU
515Please respect copyright.PENANAlJV2YHHymM
515Please respect copyright.PENANAKUyzwEiMpo
515Please respect copyright.PENANA0xQcdsMUes
515Please respect copyright.PENANAUbGF27wART
515Please respect copyright.PENANA76Ba051JmA
515Please respect copyright.PENANAmTMiap50yF
515Please respect copyright.PENANAyklZG5i7pB
515Please respect copyright.PENANAToGsi4l7Ak
515Please respect copyright.PENANAPreCkFhHDD
515Please respect copyright.PENANAtORms2SwIf
515Please respect copyright.PENANA7vyxqN2mEU
515Please respect copyright.PENANAd25tXKnpJE
515Please respect copyright.PENANAhb4Fj5Cx7f
515Please respect copyright.PENANAb59VLHhq3d
515Please respect copyright.PENANAGO7j1ARHUn
515Please respect copyright.PENANAydrgMUY1Un
515Please respect copyright.PENANANOxcS0uU3P
515Please respect copyright.PENANAp7SDdrcuWW
515Please respect copyright.PENANA8JiXgvqVwj
515Please respect copyright.PENANA79kMMM0AWf
515Please respect copyright.PENANAWiWkbqQP2e
515Please respect copyright.PENANAHlDFHRxpcI
515Please respect copyright.PENANAsDqp4PiRQf
515Please respect copyright.PENANAZeIAH9sHnT
515Please respect copyright.PENANAjfcTFC0hFc
515Please respect copyright.PENANAxM6uBbxiAv
515Please respect copyright.PENANApkBMZWXPbq
515Please respect copyright.PENANAnmyD0VxVrJ
515Please respect copyright.PENANAY7P7KJV3Ja
515Please respect copyright.PENANA7tlWnQRHd4
515Please respect copyright.PENANAnefcpROuO5
515Please respect copyright.PENANAtrR6aNvjZy
515Please respect copyright.PENANACrNCPwJNJ2
515Please respect copyright.PENANAU5ko3dEjpw
515Please respect copyright.PENANAVwEVODdPxg
515Please respect copyright.PENANABeQEMhFz2y
515Please respect copyright.PENANA52z5IEvowI
515Please respect copyright.PENANAvHitBOrsXR
515Please respect copyright.PENANAQBFxP4geVO
515Please respect copyright.PENANAs5nVXChBLN
515Please respect copyright.PENANAwBTv5Ki3bo
515Please respect copyright.PENANA339sTHoCEz
515Please respect copyright.PENANA7duXEs9v3G
515Please respect copyright.PENANA5JEKQ0spf3
515Please respect copyright.PENANAPr8S7BaoSq
******515Please respect copyright.PENANAMEwxHK9K7H