Hea dan Jimin bukanlah pasangan biasa; mereka bukan dua orang yang jatuh cinta karena senyuman manis atau pandangan pertama.
Mereka adalah dua jiwa yang hancur. Dua orang yang merasa bahwa dunia ini tak lagi layak ditempati.
Hea adalah seorang gadis yang setiap hari dihantui oleh horor rumahnya sendiri. Diperkosa, disiksa, dan dimutilasi secara batin oleh ayah dan kakaknya sendiri.
Ia sudah mencoba untuk mengakhiri hidupnya berkali-kali...tetapi dunia terus menyeretnya kembali.
Jimin adalah seorang pemuda yang Hea temui di restoran kecil tempatnya bekerja, tiga bulan yang lalu. Jimin tak banyak bicara, tetapi mata mereka langsung saling mengenal. Seolah-olah memberitahu bahwa:
"Kita sama."
Sama-sama rusak. Sama-sama sekarat di dalam. Sama-sama tak ingin hidup, tetapi juga tak bisa benar-benar mati.
Mereka mulai sering menghabiskan waktu bersama. Berdiri berdampingan di tengah ladang alang-alang. Berbicara. Berbagi luka.
Untuk sesaat, dunia terasa lebih sunyi. Lebih bisa ditoleransi.
Namun, kebersamaan itu hanya mungkin terjadi jika keduanya terus bertahan.
Pertanyaannya: bagaimana jika salah satunya menyerah?
Ketika Hea akhirnya menyerah, Jimin pun memutuskan satu hal: jika keadilan tak bisa menjemput mereka yang telah menghancurkan hidup Hea, maka dia sendirilah yang akan melakukannya.
...dan jika satu-satunya cara untuk melakukan itu adalah masuk ke neraka...
...maka Jimin akan turun ke sana dengan kesadaran penuh.
******
Immure;
to shut in, seclude, confine.