
Ustad Cabul
5166Please respect copyright.PENANAOoMMLD3Hhf
Di sebuah daerah di Pulau Jawa yang dikenal akan kuatnya tradisi keagamaan, kehidupan masyarakat berputar di sekitar pengajian-pengajian dan pesantren-pesantren yang tumbuh di berbagai pelosok. Dari lembaga-lembaga inilah lahir para ustad dan santri yang dianggap suci, pewaris ilmu agama, dan pembimbing umat. Di balik kesalehan itu, tersimpan kisah yang tak terduga kisah yang bermula dari sebuah desa kecil di pinggiran kota besar.
5166Please respect copyright.PENANAT0ykXYLhvN
Desa itu tenang, masyarakatnya hidup rukun, bahkan hubungan antarumat beragama begitu harmonis. Namun, di balik kedamaian itu, tampak jelas jurang kesenjangan sosial yang memisahkan antara muslim dan non-muslim.
5166Please respect copyright.PENANApGBBEzUyNa
Mayoritas warga muslim hidup dalam kekurangan. Pandemi yang baru berlalu, disusul musim paceklik yang melanda sawah dan ladang, memaksa banyak kepala keluarga untuk merantau mencari nafkah ke luar daerah. Sementara itu, warga non-muslim justru tampak lebih mapan, karena rata-rata usaha mereka berdiri di luar desa, bahkan di kota besar.
5166Please respect copyright.PENANAd3mzY4k5OV
Suatu hari, datanglah dua musafir dari sebuah pesantren ternama. Mereka adalah ustad muda yang tengah berdakwah berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Ketika tiba di desa itu dan melihat kondisi umat muslim yang terpuruk, mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan. Mereka ingin menetap dan membantu memulihkan kesejahteraan umat.
5166Please respect copyright.PENANATW3TEJI5Mj
Kebaikan hati menyambut mereka. Pak Togar, sang kepala desa yang beragama non-muslim dan dikenal bijak serta dermawan, mengizinkan keduanya tinggal di rumahnya. Ia telah lama menduda sejak istrinya meninggal sepuluh tahun lalu. Di rumah itu, ia tinggal bersama anaknya, Sitor, yang berusia 25 tahun, dan menantunya, Lina, yang telah lima tahun menikah namun belum juga diberi keturunan.
5166Please respect copyright.PENANA4paori1gaA
Namun keajaiban terjadi Lina akhirnya hamil setelah meminum air yang telah dibacakan doa oleh seorang ustad yang pernah singgah sebentar di desa itu. Sejak saat itu, Pak Togar menaruh rasa hormat yang tinggi kepada para ustad, dan saat Ustad Karim dan Ustad Ijal memutuskan tinggal, ia menyambut mereka dengan tangan terbuka tak tahu bahwa dari rumah itulah, kisah kelam akan bermula.
5166Please respect copyright.PENANAolH9qRfmZj
5166Please respect copyright.PENANAiFnBBVTuqO
Yang tak diketahui oleh warga desa dan bahkan oleh Lina, sang menantu adalah bahwa Ustad Karim dan Ustad Ijal bukanlah pendakwah sejati. Mereka adalah buronan, pelarian dari kasus perampokan dan pemerkosaan di luar daerah. Dulu, mereka sempat mondok di sebuah pesantren kecil dan hanya mempelajari agama sebatas untuk menipu. Mereka paham cara bicara lembut, membaca ayat suci dengan tartil, dan menyusun nasihat penuh hikmah. Semua itu hanyalah topeng.
5166Please respect copyright.PENANARIsVdzZv71
Kedatangan mereka ke desa itu bukan karena belas kasihan, melainkan karena panggilan dari seseorang yang telah lama menjadi bagian dari jaringan gelap mereka: Pak Togar kepala desa yang selama ini dikenal bijak dan toleran.
5166Please respect copyright.PENANAwrxzrsDsLk
Di mata warga, Pak Togar hanyalah lelaki tua yang hidup tenang bersama anak dan menantunya. Istrinya sudah lama meninggal, dan ia disegani sebagai sosok netral yang mengayomi semua golongan.
5166Please respect copyright.PENANAhgavIoo2jg
Tapi di balik keramahan dan wajah tenangnya, Pak Togar menyimpan masa lalu yang kelam dan keinginan yang lebih gelap dari siapa pun di desa itu.
5166Please respect copyright.PENANAdkoquNZMIS
Dulu, saat masih muda, Togar adalah bagian dari lingkaran gelap yang berkedok dakwah. Ia mengenal Karim dan Ijal sebagai rekan satu jalan orang-orang yang tahu cara menyembunyikan dosa di balik ayat dan sorban.
5166Please respect copyright.PENANAP0cweTLQde
Bertahun-tahun mereka tak bersua, hingga suatu hari, dua sahabat lamanya itu menghubungi dari tempat pelarian mereka. Tanpa ragu, Pak Togar menyambut mereka, bahkan menawarkan rumahnya sebagai tempat tinggal.
5166Please respect copyright.PENANAxC0z2Eo0aX
Namun niatnya bukan sekadar menolong.
5166Please respect copyright.PENANAyCWakl790V
Sejak lama, Togar menaruh nafsu pada istri tetangganya perempuan muda bersuami lemah yang kerap datang untuk meminjam alat atau minta bantuan. Tapi yang paling membuat hatinya gelisah adalah Lina, menantunya sendiri.
5166Please respect copyright.PENANAxJefNIYiTX
Sudah lima tahun tinggal serumah, Lina belum juga diberi anak. Dalam pandangan Togar, tubuh Lina adalah godaan yang selalu hadir tiap hari berjalan di rumahnya, menyajikan makanan, menunduk dengan patuh.
5166Please respect copyright.PENANAO9zPNwIfHx
Togar tahu, keinginannya terlarang. Tapi kini, dengan kedatangan Karim dan Ijal, semua bisa diatur. Bersama mereka, ia mulai menyusun rencana. Mereka akan membungkus hawa nafsu dengan topeng agama: membuka pengajian, menyebarkan air doa, dan memberikan "ruqyah" kepada perempuan-perempuan yang membutuhkan ketenangan. Warga akan percaya, dan para perempuan akan datang sendiri.
5166Please respect copyright.PENANAwixO00YzsA
Tak butuh waktu lama. Kharisma palsu Ustad Karim dan kelembutan suara Ustad Ijal membuat para ibu dan gadis desa tertarik. Mereka datang untuk meminta doa, meminta nasihat rumah tangga, dan membawa anak-anak mereka untuk belajar mengaji. Semua berjalan sesuai rencana.
5166Please respect copyright.PENANAlfBaHos5eC
Dan dari rumah itulah, dosa mulai tumbuh dalam diam. Dibalut sorban dan doa, tapi berakar dari nafsu dan tipu daya yang sudah dirancang sejak lama.
5166Please respect copyright.PENANAnF70IwkWLR
5166Please respect copyright.PENANAdwUrGzhAG0
Malam itu, ruang tengah rumah Pak Togar hanya diterangi lampu minyak yang berkelap-kelip. Hujan baru saja reda, menyisakan bau tanah basah yang meresap ke dalam rumah kayu tua itu. Togar, lelaki paruh baya yang dikenal ramah dan moderat, duduk bersila dengan sebatang rokok kretek di tangan. Di hadapannya, dua tamu barunya Karim dan Ijal menyesap kopi sambil melirik satu sama lain.
Togar membuka obrolan lebih dulu, suaranya berat dan datar.
5166Please respect copyright.PENANAJPCTQXJuLw
“Jadi… kalian ngaku ustad sekarang?”
Karim tersenyum lebar, cengengesan.
5166Please respect copyright.PENANAVxGic1xLtl
“Orang sini gampang percaya, Pak. Asal hafal dua-tiga surat, bisa doa sedikit, udah dianggap wali.”
5166Please respect copyright.PENANAODSqJn5bZp
Ijal ikut tertawa kecil, lalu menyahut, “Padahal saya aja belum disunat, Pak. Tapi kalau udah pakai baju koko, langsung dipanggil ‘kyai muda’.”
5166Please respect copyright.PENANAVfcBhB5T1W
Togar ikut tertawa, lalu mengangguk puas. “Itu dia alasan saya undang kalian ke sini. Saya tahu kalian dua ini bukan ustad beneran. Tapi kalian ngerti cara mainnya.”
5166Please respect copyright.PENANARla9afjWJp
“Main gimana, Pak?” tanya Karim sambil mencondongkan badan, mulai serius.
5166Please respect copyright.PENANAOR9j9lxG1H
Togar menghembuskan asap rokoknya, matanya menyipit. “Aku ini orang kafir buat mereka. Tapi karena anakku masuk Islam, ya aku ikut toleran. Nah... aku punya masalah. Ada istri tetanggaku. Namanya Rini.
5166Please respect copyright.PENANABPaVI6viMV
Masih muda, suaminya sakit-sakitan. Perempuan itu... tiap kali dia datang ke sini, minta air, minta bantuin benerin genteng... aku pengen, paham?”
5166Please respect copyright.PENANAOqEERQOhrg
Karim mengangguk, tatapannya mulai tajam. “Mau kita bantu ‘ruqyah’ dia, Pak?”
5166Please respect copyright.PENANAVPYqZm7qpU
“Ruqyah, pengajian, doa-doa... apa aja lah. Yang penting dia nurut. Masuk rumah ini, terus kalian atur. Setelah itu tinggal aku selesaikan.”
5166Please respect copyright.PENANA6UeeOtCuly
Ijal tertawa pendek. “Wah, gampang. Tinggal pasang wajah suci, bawa Al-Qur’an kecil, terus bilang dia kerasukan jin birahi.”
5166Please respect copyright.PENANARq98DhJWN2
Togar menyeringai puas. Tapi belum selesai.
5166Please respect copyright.PENANAbTeaAJRvUp
“Dan satu lagi,”
bisiknya pelan.
5166Please respect copyright.PENANAedFoz4xQ9l
“Lina. Menantu gue. Masih muda, cakep. Lima tahun nikah sama anakku, belum punya anak. Tiap pagi dia bikin kopi, bersihin rumah. Kadang pakai daster longgar… Astaga.”
5166Please respect copyright.PENANAnaqqSTRg7D
Kedua “ustad”
itu berpandangan dan tertawa pelan.
5166Please respect copyright.PENANAXieGpy4lgh
Karim menepuk pundak Togar.
“Pak… buat orang kafir, nafsu Bapak ini Islami sekali.”
5166Please respect copyright.PENANAag5Hfz8Xmq
“Makanya saya butuh kalian,” Togar menyahut cepat.
5166Please respect copyright.PENANAfCwnnucMAV
“Kalau berhasil, kalian tinggal aja di sini seumur hidup. Saya urus semuanya. Di mata orang-orang, kalian bakal jadi wali kampung ini.”
5166Please respect copyright.PENANAaDcfiZdfEi
Ijal menyeringai.
5166Please respect copyright.PENANAE8YPZunCju
“Gampang. Urusan syahwat yang dibungkus syariat… itu spesialisasi kami, Pak.”
5166Please respect copyright.PENANARL8YCyJrJt
Dan malam itu, di balik canda dan asap rokok, tiga lelaki dengan niat bejat mulai menyusun rencana. Sebuah drama kotor yang dibalut sorban dan doa-doa palsu siap menjerat perempuan-perempuan lugu yang mencari pertolongan dalam nama agama.
5166Please respect copyright.PENANAysep8jfQHE
Keesokan harinya, pagi di desa itu seperti biasa kabut tipis menggantung di antara ladang, dan suara ayam bersahut-sahutan. Tak ada yang menyangka bahwa dari rumah Pak Togar, rencana bejat tengah bergerak pelan, menyaru dalam wujud kesalehan.
Cek Di Full Nya juga di
https://victie.com/novels/nafsu_berselimut_dakwah
https://karyakarsa.com/DSASAXU
ns216.73.216.238da2