
Setamat SMA, aku diterima di perguruan tinggi negeri di Jakarta, mengambil jurusan MIPA. Banyak yang bilang jurusan itu bikin stres, tapi aku justru menikmatinya. Ada ketenangan dalam memecahkan soal-soal logika dan struktur angka yang tak berubah. Dalam dunia eksak, semuanya pasti. Tidak seperti perasaan yang samar, berubah, dan sering kali menyesakkan.
Semester 3, badai kembali menerpa keluarga kami. Mama Inge, ibu sambungku yang selama ini merawat kami dengan penuh kasih, divonis menderita kanker payudara stadium lanjut. Tak ada yang bisa dilakukan. Pengobatan hanya memperlambat, tapi tidak menyembuhkan. Aku masih ingat betapa pucatnya wajah Nadya saat menerima kabar itu. Dan lebih jelas lagi aku ingat betapa kosongnya tatapan mata papa saat memeluk jenazah istrinya dalam diam.
Kematian mami menghantam Nadya dengan keras. Ia kehilangan satu-satunya orang tua kandung yang masih ada. Papa yang walaupun sangat menyayanginya tetap bukan darah dagingnya. Meski ia mencoba kuat, Nadya nyaris tenggelam dalam kesedihannya. Tak jarang ia mengurung diri di kamar, menangis pelan hingga terdengar samar-samar lewat dinding kamar kami.
Aku dan papa berusaha sekuat tenaga menenangkan dan menyemangatinya. Papa menegaskan bahwa Nadya tetap anaknya, tidak peduli dia bukan anak kandung. Aku pun terus mengatakan padanya,
96Please respect copyright.PENANAS5ctfzSYnS
“Kamu adik aku, Nad. Bukan cuma karena tinggal serumah. Tapi karena kamu emang bagian dari hidupku.”
Kadang aku merasa kalimat itu punya makna lebih dari yang seharusnya.
Perlahan, Nadya mulai pulih. Tapi pemulihannya tidak serta-merta membuat keadaan kembali seperti semula. Justru sejak saat itu, Nadya semakin manja padaku. Jika aku pulang ke rumah saat libur kuliah, dan dia sudah pulang sekolah, Nadya akan lebih sering berada di dekatku. Dia akan mengetuk pintu kamarku sambil membawa camilan, atau kadang cuma untuk duduk-duduk sambil nonton serial drama di laptopku.
96Please respect copyright.PENANArln0VB4xbq
Aku awalnya merasa itu bentuk kedekatan saudara. Tapi perlahan-lahan, ada sesuatu yang lain yang muncul di antaranya.
Nadya kini bukan lagi gadis kecil. Usianya sudah 15 tahun, dan dia telah tumbuh menjadi gadis remaja yang... terlalu memikat. Kulitnya tetap seputih dulu, tapi kini terlihat lebih segar, lebih matang. Tubuhnya ramping tapi sudah mulai membentuk lekuk yang feminin. Rambutnya panjang terurai, dan wangi parfumnya selalu menyusup pelan ke ruang kamar saat dia datang. Kadang, saat dia duduk di sebelahku dengan kaus rumahan dan celana pendek, aku harus menahan napas agar tidak terlalu mencium aroma tubuhnya.
Yang membuatku semakin bingung adalah sikapnya yang makin... ambigu. Terkadang dia menyandarkan kepala di lenganku, lalu tertawa pelan,
“Kak Simon, kamu wangi banget sih. Pakai parfum apa sih?”
Kadang dia bermain-main dengan rambutku sambil menyebutku
96Please respect copyright.PENANA9d0vd3er30
“cowok paling ganteng di rumah ini”
96Please respect copyright.PENANATvV7tJ2KfN
padahal hanya ada aku dan papa. Bahkan, pernah suatu malam, saat aku sedang main game di kamarku, dia datang dan langsung rebahan di kasurku tanpa izin.
Aku hanya menoleh dan tertawa canggung,
96Please respect copyright.PENANAUt9OZ5kRIS
“Eh, ini kamar cowok loh, jangan sembarangan masuk.”
96Please respect copyright.PENANA2BtMMNIvL5
Dia hanya menggeliat manja,
96Please respect copyright.PENANAcomSD03OZ6
“Tapi ini juga rumahku, Kak. Lagian, kamarmu nyaman banget, sih. Lebih enak daripada kamarku.”
96Please respect copyright.PENANAhHyAlpW4bq
Waktu berjalan. Aku tidak pernah menyentuh batas itu, tapi aku tahu, perasaan di antara kami tidak sesederhana hubungan kakak-adik tiri. Ada ruang abu-abu yang makin melebar setiap harinya. Kadang aku berpikir, apakah aku harus bicara pada papa? Tapi bicara apa? Tentang perasaan ganjil yang bahkan belum kupahami sepenuhnya?
Dan yang paling membuatku takut adalah: bagaimana kalau Nadya juga merasakan hal yang sama?
Aku tidak tahu bagaimana kelanjutannya. Tapi setiap kali mata kami bertemu terlalu lama, setiap kali lengannya tak sengaja menyentuhku lebih dari yang perlu, setiap kali dia memanggil namaku dengan nada lembut sambil menyender di bahuku...
Nadya hampir mengalami despresi karena ditinggal maminya. Aku dan papa terus memberinya semangat agar dia kuat menerima keadaan. Perlahan-lahan dia mulai pulih. Dia makin manja kepadaku. Jika aku dirumah tidak kuliah dan kebetulan Nadya sudah pulang sekolah dia lebih senang berada di kamarku.
Ada saja yang dilakukan , selain mengerjakan tugas-tugas sekolah dia minta diajari PR mengenai matematika . Nadya sudah tubuh menjadi gadis yang sangat cantik. Jujur saja kalau dia berdekatan aku tidak bisa menahan diri agar kemaluanku tidak menegang.
Namun Nadya makin lama makin akrab yang kadang-kadang membuatku agak belingsatan. Dia sering nglendot di bahuku ketika aku berada di kamar. Sifat manjanya sering dia minta duduk dipangkuanku. Padahal Nadya sudah bukan anak kecil lagi. Teteknya terlihat cukup besar dan pantatnya ketika duduk dipangkuanku terasa sangat kenyal. Wajahnya cantik, dengan rambut lurus sebahu.
96Please respect copyright.PENANAXakt4dFWmy
Nadya akhir-akhir ini mempunyai kebiasaan baru. Dia seringkali mencium pipiku. Jika aku diperlakukan begitu, aku pasrah saja. Habis harus bagaimana. Secara aku anak kutu buku yang belum pernah pacaran maka berdekatan dengan Nadya membuatku sangat grogi dan tanganku dingin. Aku sangat terangsang, tetapi aku tidak berani bertindak macam-macam, mengingat dia sudah kuanggap sebagai adik kandungku.
Dari seringnya dia berada di kamarku akhirnya dia malah minta numpang tidur di kamarku. Aku tidak kuasa menolak, karena tidak tahu harus ngomong apa. Awalnya kami tidur biasa saja berdampingan dan berbeda selimut.
Tempat tidurku cukup lebar, berukuran 160. Jadi jika ditiduri berdua yang lumayan muat tetapi sulit tidak berhimpitan selalu menempel tubuh kami.
96Please respect copyright.PENANAU3KGTMohAo
Diawali kuperbolehkan nginap di kamarku, akhirnya Nadya jadi kebiasaan, jika tidur dia tidak mau tidur di kamarnya sendiri. Aku bukannya laki-laki tanpa mengetahui soal sex, aku boleh dibilang pecandu video-video sex. Aku sangat paham soal sex meski pun belum pernah melakukan. Kadang-kadang terpikir juga ingin memanfaatkan Nadya untuk melampiaskan nafsu sexku.
Jika aku terangsang dan sudah tidak tertahankan lagi aku permisi ke Nadya ke kamar mandi dengan alasan sakit perut mau buang air besar. Di kamar mandi aku bukannya berak tetapi onani bisa sampai dua kali. Sekali crot rasanya tidak puas, aku ingin dua kali. Crot kedua itu tidak selalu berhasil, karena aku kocok cukup lama tidak juga terasa ingin muncrat.
96Please respect copyright.PENANAct0oMFEVIu
96Please respect copyright.PENANAWpSwRqbDeG
Entah kenapa pula, sehabis aku ke kamar mandi Nadya malah buru-buru gantian masuk kamar mandi, katanya dia kebelet pipis. Namun aku merasa dia sangat lama di kamar mandi, apakah dia pipis sekalian berak, sehingga lama banget, atau dia pun masturbasi. ???
96Please respect copyright.PENANAE8as3rglrQ
Jangan Lupa Follow & Bookmark yah..
JUga cek link Di bio
ns216.73.216.176da2