“Menggantikanmu? Mak… maksudmu apa, Las?”
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsmEdedwkbW
Suaraku nyaris tak terdengar, bergetar, seperti baru saja terhempas dari tempat tinggi. Aku bahkan tak mengenali suara itu sendiri campuran dari keterkejutan, kemarahan, dan sesuatu yang tak bisa langsung kusebut: rasa takut.
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6oG17ZzJOa
Lasmini menunduk, bahunya mulai terguncang. Butir air mata jatuh dari sudut matanya, membasahi kerudung polos yang sejak tadi ia genggam erat.
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQYgC5sSWXM
“Maaf, Mbak…” suaranya serak, nyaris tercekat.
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeCZbRXdipN
“Aku tahu ini gila. Tapi aku bener-bener nggak tahu harus gimana lagi. Aku takut, Mbak… aku takut kehilangan Herman.”
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡF59WnH3kZd
Aku masih membeku. Ingin menepis, ingin marah, tapi bibirku tak mampu bergerak. Aku seperti lumpuh oleh absurditas dari semua ini.
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5XngbHf13C
“Aku tahu Mas Herman laki-laki yang sehat… dan kuat. Nafsu dia besar, Mbak. Aku… aku udah nggak bisa ngimbangin. Sejak keguguran terakhir, tubuhku berubah. Rasanya... perih tiap kali aku paksain diri. Tapi dia tetap butuh, Mbak. Butuh perempuan. Butuh kehangatan."
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKpGHPygT1Q
Ia mendekat. Matanya bengkak, tapi kini menatapku langsung, seolah mengiba dari dasar luka paling dalam.
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmodzc6E936
"Aku tahu Mas Herman nggak akan tahan lama begini. Dan aku takut, kalau dia tergelincir, malah jatuh ke perempuan lain yang cuma mau hartanya. Hancur nanti keluargaku, Mbak. Kamu tahu sendiri dia kerja keras, bisnisnya makin maju, uang mulai banyak… perempuan licik itu kayak semut ngendus gula."
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6V54xH2wnd
Aku mencengkeram kain sulamanku yang sejak tadi tak tersentuh. Jarum dan benang menggelinding dari pangkuanku ke lantai, tak kuhiraukan.
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbKiQdqeMZR
"Las, apa kamu sadar apa yang kamu minta?"
Suaraku pelan, namun terasa getir.
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGRSOosIFsc
Dia mengangguk pelan. Dan justru di situlah tubuhku menggigil.
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2RazN4Lgbb
"Mbak…" katanya pelan,
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDbpu4DY31b
"kita sama-sama perempuan. Sama-sama satu keturunan. Nafsu kita besar, kan? Aku tahu, Mbak… Aku tahu Mbak juga punya hasrat yang udah lama ketahan. Udah tiga tahun Mbak sendiri. Aku nggak bodoh. Aku lihat caramu sesekali melamun, caramu meremas-remas bantal malam-malam. Aku tahu rasanya, Mbak…"
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSvqdWensMU
"Apa salahnya kita saling bantu?" ucapnya, lebih lirih, namun terasa menohok.
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQFya5WXcuW
Aku terperanjat, bukan hanya oleh ucapannya, tapi juga oleh betapa benarnya itu. Aku benci mengakuinya, tapi tubuhku bereaksi. Ada sesuatu di dadaku yang seperti pecah—sebuah pengakuan sunyi yang tak pernah berani aku katakan bahkan pada diriku sendiri.
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGulrYcqQKg
“Las… jangan bicara begitu…”
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzjkXslhuSt
Tapi dia malah mendekat, menggenggam tanganku erat.
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqt2TeytYW2
“Mbak, Herman… dia luar biasa di ranjang.”
Matanya berkilat, bukan karena air mata saja. “Ukuran dia besar, Mbak. Panas, keras, dan tahan lama. Kadang aku kewalahan sendiri, apalagi pas dia lagi benar-benar pengen.
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhcUzLRNUu4
Dia tahu gimana nyentuh perempuan, Mbak. Lidahnya... jemarinya... semuanya.”
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxm2O9ktBI4
Aku tersentak. Jantungku berdegup kencang, bukan hanya karena malu, tapi karena rasa panas yang tiba-tiba merambat dari dada ke leher dan turun ke perut. Aku memejamkan mata, menahan gejolak yang datang seperti badai yang tak diundang.
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwpMH0zDGvx
"Las… stop..." bisikku, lebih sebagai permintaan pada diriku sendiri daripada padanya.
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBxlntZ19Np
"Aku cuma minta Mbak mikir… bukan sekarang jawabannya. Tapi jangan tutup mata. Aku tahu Mbak juga perempuan… bukan batu. Kalau bukan Mbak yang aku percaya, siapa lagi? Mbak itu kakakku, dan aku tahu… Herman juga, dia... dia pernah bilang, Mbak itu cantik. Lebih dari cantik."
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCsNV5On0qv
Aku menoleh, wajahku memanas. Tapi tak ada cermin untuk melihat bagaimana rona merah menjalar dari pipi ke leherku.
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3ff1tac8IO
Lasmini berdiri perlahan, suaranya kembali melembut. “Aku tinggal dulu ya, Mbak. Pikirin aja. Aku cuma pengen keluarga ini utuh. Aku cuma… pengen kamu bantu aku, sebagai sesama perempuan.”
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJbA2lCNJF1
Tanpa menunggu jawabanku, dia melangkah pergi, menyisakan aroma samar dari minyak rambutnya dan udara yang tiba-tiba menjadi berat.
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmnkOvHRCTl
Aku terduduk. Kain sulaman di pangkuanku kini terasa seperti beban. Aku memandang kosong ke arah pintu yang tertutup pelan.
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡO9aWwtpBmq
Permintaannya menggema di kepalaku seperti suara genta. Menggantikan adikku di ranjang bersama suaminya? Itu bukan cuma gila. Itu dosa. Itu tak masuk akal.
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtRBS0FIsLo
Tapi tubuhku... tubuhku bereaksi sebaliknya. Aku gemetar. Bukan karena takut. Tapi karena bagian dari diriku yang selama ini kutahan dengan susah payah... tiba-tiba bergidik.
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxsPv2kCbN3
Aku janda. Sudah tiga tahun. Dan selama itu pula aku hanya berteman sunyi dan ranjang dingin. Pernikahanku dulu… tidak buruk, tapi juga tidak pernah memberi kebahagiaan. Suamiku… terlalu cepat, terlalu biasa. Nafsu besar tapi tak tahu cara mengendalikannya. Ukurannya pun... ya, biasa saja. Aku jarang, hampir tak pernah, mencapai apa yang disebut puncak.
864Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdOKEuLTjSS
Dan kini, Lasmini menyodorkanku kemungkinan yang absurd... namun menggoda. Dalam segala keanehannya, aku terbangun dari tidur panjang. Dan itu membuatku takut. Karena aku belum tahu… apakah aku akan menolaknya, atau justru menyambutnya.
Dukung dan Follow juga di
https://victie.com/novels/gairah_di_balik_luka
ns216.73.216.238da2
