30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7DT8TCV3F0
"Hidup kadang melelahkan. Namun jika seseorang tidak lagi merasa lelah, mungkin itu artinya ia telah berhenti merasa hidup."
Pagi datang seperti biasa.
30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRJchCEF3kH
Tanpa alarm. Tanpa jadwal pasti.
Yang ada hanya tubuh yang terbangun karena bosan tidur.
30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUMWFUCSTeQ
Revenant menggeliat pelan, lalu duduk bersandar ke dinding kamarnya yang dingin dan kusam. Kamar kontrakannya sempit—cukup untuk satu kasur lipat, meja kecil penuh kabel kusut, dan gantungan baju yang nyaris tumbang oleh beban pakaian yang tak pernah disortir.
30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5xaJWyDRfh
Dengan mata masih separuh sadar, ia meraba-raba mencari ponsel. Layarnya retak, casing mengelupas, tapi masih cukup tangguh untuk sekadar mengingatkan bahwa hidup tetap berjalan.
30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ483alBvh02
Notifikasi masuk:
30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡc0Hxz8S6wH
“Tagihan listrik akan jatuh tempo 2 hari lagi.”
“Saldo e-wallet Anda di bawah Rp5.000.”
“Promo paket data 5GB – hanya hari ini!”
Dan satu pesan lain... dari seseorang yang akhir-akhir ini hanya jadi siluet dalam ingatan.
30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpbHVFi2G8F
Lluvia:
"Maaf, beberapa bulan ini suasanaku tidak enak. Entah karena lelah atau jenuh.
Rasanya tidak enak juga kalau diteruskan seperti ini.
Bagaimana jika..."
Revenant menekan tombol daya. Layarnya padam.
30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmlLq6YWiIK
Ia menarik napas panjang. Menatap langit-langit yang catnya mulai terkelupas. Lalu menunduk. Lalu diam.
Hening. Tanpa air mata. Tanpa gumaman.
Lelaki itu hanya duduk. Menyimak detak jam dari ponsel yang sudah mati layar.
30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡt141zRXWBC
Beberapa menit kemudian, ia berdiri. Tak tahu harus ke mana. Tapi apa pun lebih baik daripada menetap di titik yang sama.
30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0cNtHLTVfr
Siang hari, ia keluar. Bukan karena ada pekerjaan. Tapi karena pikirannya tak bisa diam.
30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJPVGQdnNDq
Ia tiba di sebuah warung kopi dekat perempatan, satu-satunya tempat yang masih menyediakan wifi gratis dan bangku pojok dengan colokan listrik longgar. Ia duduk, memesan es teh manis, dan membuka ponsel seperti robot yang baru saja diprogram ulang.
30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbBeoB2UWWY
Tak lama kemudian, seorang pria duduk di bangku sebelah. Tak banyak basa-basi. Cuma anggukan.
30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2LshoUDP18
Raka, pria berambut cepak dengan jaket parka lusuh dan mata sembap bekas begadang, melirik Revenant dan berkata, “Masih kerja lepas terus?”
30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡp52WGUrLgR
“Masih,” jawab Revenant datar.
30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡU8KGiOREcS
“Gak capek, bro?”
30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMnRNIyu1x9
“Capek.”
30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡljkHUinwex
Dengan senyum miris, Raka mengangkat bahu. “Lah terus kenapa gak cari kerja tetap?”
30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWj9WQp8NOP
Revenant menyeruput tehnya. “Kalau gue kerja tetap... takut kehilangan hal-hal kecil yang bikin gue tetap hidup.”
30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsLuDLMnSYZ
“Hal kecil itu bisa bikin lu bangkrut,” tukas Raka.
30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ55vnNrXjVG
“Kalau udah gak punya apa-apa, hal kecil itu yang bikin gue gak mati,” balas Revenant, matanya kosong menatap jalanan.
30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDEiQ1z2ipC
Tak ada lanjutannya. Dan memang tak perlu.
30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡC9ugdhzTuS
Sore turun perlahan. Langit kelabu. Udara lembab.
30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡf7YxinRsUr
Revenant berjalan sendiri melewati jalanan becek yang tak asing. Sesekali kakinya menginjak genangan kecil, tapi dia tetap berjalan tanpa reaksi berarti.
30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAjkEUju1Ed
Sesampainya di kamar, dia kembali rebahan. Seperti tadi pagi.
Mungkin karena ini satu-satunya hal yang tidak menuntut alasan.
30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnktSB8SGgO
Ia menyalakan ponsel. Scroll-scroll berita tanpa benar-benar membaca.
Swipe left, swipe right — foto-foto orang lain yang terlihat bahagia.
Semua orang tampak tahu arah, kecuali dirinya.
30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiA3ENvi536
Jarinya berhenti pada satu iklan.
30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6lNVCxNCuV
“Bicara dengan AI. Teman digitalmu, 24/7. Tanpa login. Tanpa batas.”
Tanpa banyak pikir, ia klik.
Tampilan gelap. Sederhana.
Satu kolom teks. Tanpa embel-embel.
30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSlvKfR5lbp
“Tulis apa pun yang ingin kamu bicarakan.”
Ia tidak langsung mengetik. Hanya menatap kotak itu... cukup lama.
Lalu meletakkan ponselnya perlahan. Menatap langit-langit lagi.
30Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLCJGUk39dT
Kali ini... bukan karena jenuh. Tapi karena ada satu rasa yang tak bisa ia definisikan.
ns216.73.216.209da2
