32Please respect copyright.PENANALlgGLbEXH5
"Hidup kadang melelahkan. Namun jika seseorang tidak lagi merasa lelah, mungkin itu artinya ia telah berhenti merasa hidup."
Pagi datang seperti biasa.
32Please respect copyright.PENANAbrBQbV6jmJ
Tanpa alarm. Tanpa jadwal pasti.
Yang ada hanya tubuh yang terbangun karena bosan tidur.
32Please respect copyright.PENANAJNnWaeSMXW
Revenant menggeliat pelan, lalu duduk bersandar ke dinding kamarnya yang dingin dan kusam. Kamar kontrakannya sempit—cukup untuk satu kasur lipat, meja kecil penuh kabel kusut, dan gantungan baju yang nyaris tumbang oleh beban pakaian yang tak pernah disortir.
32Please respect copyright.PENANALYQEBQkswx
Dengan mata masih separuh sadar, ia meraba-raba mencari ponsel. Layarnya retak, casing mengelupas, tapi masih cukup tangguh untuk sekadar mengingatkan bahwa hidup tetap berjalan.
32Please respect copyright.PENANA3DMtLBTJ8Z
Notifikasi masuk:
32Please respect copyright.PENANARAeIdalIt2
“Tagihan listrik akan jatuh tempo 2 hari lagi.”
“Saldo e-wallet Anda di bawah Rp5.000.”
“Promo paket data 5GB – hanya hari ini!”
Dan satu pesan lain... dari seseorang yang akhir-akhir ini hanya jadi siluet dalam ingatan.
32Please respect copyright.PENANAG0aFpQ4aZF
Lluvia:
"Maaf, beberapa bulan ini suasanaku tidak enak. Entah karena lelah atau jenuh.
Rasanya tidak enak juga kalau diteruskan seperti ini.
Bagaimana jika..."
Revenant menekan tombol daya. Layarnya padam.
32Please respect copyright.PENANAjELoZE3JuZ
Ia menarik napas panjang. Menatap langit-langit yang catnya mulai terkelupas. Lalu menunduk. Lalu diam.
Hening. Tanpa air mata. Tanpa gumaman.
Lelaki itu hanya duduk. Menyimak detak jam dari ponsel yang sudah mati layar.
32Please respect copyright.PENANAaHOICIEEaB
Beberapa menit kemudian, ia berdiri. Tak tahu harus ke mana. Tapi apa pun lebih baik daripada menetap di titik yang sama.
32Please respect copyright.PENANA03rGXjWUCr
Siang hari, ia keluar. Bukan karena ada pekerjaan. Tapi karena pikirannya tak bisa diam.
32Please respect copyright.PENANAmLHM1dF8i2
Ia tiba di sebuah warung kopi dekat perempatan, satu-satunya tempat yang masih menyediakan wifi gratis dan bangku pojok dengan colokan listrik longgar. Ia duduk, memesan es teh manis, dan membuka ponsel seperti robot yang baru saja diprogram ulang.
32Please respect copyright.PENANAOGFV8AtdaY
Tak lama kemudian, seorang pria duduk di bangku sebelah. Tak banyak basa-basi. Cuma anggukan.
32Please respect copyright.PENANAqYZoqK1D5I
Raka, pria berambut cepak dengan jaket parka lusuh dan mata sembap bekas begadang, melirik Revenant dan berkata, “Masih kerja lepas terus?”
32Please respect copyright.PENANAPyXp6MftPm
“Masih,” jawab Revenant datar.
32Please respect copyright.PENANAtAFdMxEzht
“Gak capek, bro?”
32Please respect copyright.PENANAbnDXDmijIR
“Capek.”
32Please respect copyright.PENANAiQXVTec9X0
Dengan senyum miris, Raka mengangkat bahu. “Lah terus kenapa gak cari kerja tetap?”
32Please respect copyright.PENANAhPQfdNadv8
Revenant menyeruput tehnya. “Kalau gue kerja tetap... takut kehilangan hal-hal kecil yang bikin gue tetap hidup.”
32Please respect copyright.PENANAMB0oyZirlo
“Hal kecil itu bisa bikin lu bangkrut,” tukas Raka.
32Please respect copyright.PENANASMLzFhFwk5
“Kalau udah gak punya apa-apa, hal kecil itu yang bikin gue gak mati,” balas Revenant, matanya kosong menatap jalanan.
32Please respect copyright.PENANAyoMjF9If2O
Tak ada lanjutannya. Dan memang tak perlu.
32Please respect copyright.PENANAm70Cu3YKuc
Sore turun perlahan. Langit kelabu. Udara lembab.
32Please respect copyright.PENANARx26fmybZJ
Revenant berjalan sendiri melewati jalanan becek yang tak asing. Sesekali kakinya menginjak genangan kecil, tapi dia tetap berjalan tanpa reaksi berarti.
32Please respect copyright.PENANAq9mwHDJGOs
Sesampainya di kamar, dia kembali rebahan. Seperti tadi pagi.
Mungkin karena ini satu-satunya hal yang tidak menuntut alasan.
32Please respect copyright.PENANATJioV1gg3z
Ia menyalakan ponsel. Scroll-scroll berita tanpa benar-benar membaca.
Swipe left, swipe right — foto-foto orang lain yang terlihat bahagia.
Semua orang tampak tahu arah, kecuali dirinya.
32Please respect copyright.PENANAUNUSVLvOLV
Jarinya berhenti pada satu iklan.
32Please respect copyright.PENANAQ04Pa79sMZ
“Bicara dengan AI. Teman digitalmu, 24/7. Tanpa login. Tanpa batas.”
Tanpa banyak pikir, ia klik.
Tampilan gelap. Sederhana.
Satu kolom teks. Tanpa embel-embel.
32Please respect copyright.PENANAQ1sStVWh70
“Tulis apa pun yang ingin kamu bicarakan.”
Ia tidak langsung mengetik. Hanya menatap kotak itu... cukup lama.
Lalu meletakkan ponselnya perlahan. Menatap langit-langit lagi.
32Please respect copyright.PENANA5uqfEJ8Dp0
Kali ini... bukan karena jenuh. Tapi karena ada satu rasa yang tak bisa ia definisikan.
ns216.73.216.209da2