×

Penana
search
Loginarrow_drop_down
Registerarrow_drop_down
Please use Chrome or Firefox for better user experience!
PROMISE.
G
1.2K
0
0
871
0

swap_vert

                                        "Pada ruang mata itu, kumelihat diriku ada".


Tiada yang lebih romantis dari pada hujan di bulan Juni. Rintiknya selalu meninggalkan tanya yang membuatku merindukan sesuatu yang aku sendiri tak tau. Suara, aroma dan hawa ini semacam alunan musik ballad yang membuatku semakin merindu, entah dengan siapa ku merindu. Aku tak pernah membenci hujan, bagiku hujan adalah waktu yang paling tepat untuk merindu.

Pagi ini dengan penuh percaya diri aku bergegas menuju kampus, bisa dikatakan percaya diri karena mungkin hari ini hujan turun menemaniku. dengan membawa payung rainbowku, aku berjalan menuju kampus baruku. Tak seorangpun aku mengenal mereka, maklum saja aku pendatang dikota ini jadi aku butuh waktu untuk beradaptasi mendapatkan teman. Ada rasa nervous yang tak bisa kusembunyikan ketika melihat mereka seperti sudah mengenal satu sama lain, sedangkan aku tak bisa memulai. Aku hanya mengamati lingkungan sekitarku tanpa dapat memulai percakapan dengan siapapun, rasa percaya diriku sudah tak lagi sama seperti sebelumnya. Tak lama kemudian acara dimulai, para senior membagikan kelompok pada kami mahasiswa baru. Mereka memberikan kertas daftar kelompok yang sudah mereka buat sendiri, aku bertanya entah dari mana mereka bisa menentukan kelompok ini. " Denisa Ikhtaria Syaziah kelompok 8" gumamku membaca kertas tersebut. Aku berjalan menuju sumber suara dari para senior yang berteriak - teriak mencari kelompoknya. Tempat kelompokku berada di tengah pada deret depan, posisi ini membuatku merasa menjadi sorotan dan hal ini membuatku tak nyaman. Aku belum juga memulai perkenalanku dengan kelompokku, padahal yang lainnya sudah dengan nyamannya saling berbagi nomor hp. Kupandangi kelompokku dan ini bukan aku banget, dari penampilan dan cara mereka berbicara dapat kusimpulkan bahwasannya kelasku jauh dibawah mereka. Aku hanya duduk diam dan ssangat memperhatikan diriku sendiri, rasanya ingin sekali aku berlari pulang dan tidur. " Hai aku Mentari" sapa seorang mahasiswi yang duduk disebelahku. "Iya, salam kenal aku Denisa dari fakultas pendidikan" sautku. Meski agak kaku namun kuberanikan diri untuk memulai percakapan, alhasil kami slaing bertukar nomer hp. Sedikit kelegaan kurasakan karena setidaknya aku tidak merasa asing. Hari berikutnya, aku sudah terbiasa bercakap - cakap dengan Mentari dan juga anggota kelompok yang lain. Hari ketiga dimana hari ini adalah hari terkhir kami, ada sesuatu yang beda dari hari - hari sebelumnya. Aku merasa ada yang menyorotiku dengan tatapannya, awalnya aku hanya mengira bahwa ini ilusiku, namun ketika sorotan itu sengaja ku tangkap aku merasakan hal ini begitu nyata. Seseorang telah mencuri gambaran diriku dengan sangat nyata. Kubiarkan dia menatapku yang sedang asik menulis, karena terlalu sadar diperhatikan sesekali aku menangkan sorotan itu dan ........ dia memalingkannya. Hal ini terjadi beberapa kali dan membuatku yankin bahwa aku sedang diperhatikan oleh seseorang. "Mungkinkah ada yang tidak beres dengan dandananku hari ini? ataukah mungkin dia mengenaliku?" tanyaku dalam hati sambil membenahi dandananku.  Mata itu, mata coklat yang tajam sedang memperhatikanku kembali, membuatku salah tingkah. Ku alihkan pandanganku dengan mengajak Mentari berbicara, sesekali juga aku menulis pada bukuku dengan tulisan yang tak berniat. Iya, diriku memang salah tingkah, sungguh kali ini baru kutemukan jenis lelaki yang memiliki tingkah laku seperti ini.

Hari berganti hari dan hidupku biasa saja, tidak ada yang spesial kecuali hujanku. Sore ini gerimis menghiasi jendela kamarku, aku duduk dipinggirnya seraya menanti aluanan lagu balladnya. Dingin, nyaman, dan rindu. Entah pada siap rindu kali ini, hanya saja aku teringat dengan mata coklat tajam itu. Tiba -tiba hpku berbunyi, SMS dari Mentari rupanya. Dia bertanya padaku apakah aku mengenal " Alvin", jujur saja aku bukanlah orang yang bisa menghafa nama orang dengan baik dan hal ini kadang membuatku susah. "Alvin" aku pernah mendengar namanya namun aku tak tau wajahnya. "Ada apa Mentari?" balasku. "Yasudah, nanti kamu tau sendiri", jawabnya. Aku tak paham dengan maksud Mentari, kuletakkan hpku kembali dan kerebahkan badanku diatas kasur. Inginku bermimpi bertemu pangeran yang paling tampan sedunia dan membawaku keluar bermain hujan dan mendengarkan lagu balladnya.........

favorite
0 likes
Be the first to like this issue!
swap_vert

X