×

Penana
search
Loginarrow_drop_down
Registerarrow_drop_down
Please use Chrome or Firefox for better user experience!
  • Writer
    prisly
    prisly
    Aku diam bukan berarti aku tak mengerti..
    Aku lari bukan berarti kau boleh mencari...
    Aku menulis bukan berarti aku sendiri...
    Aku hanya ingin mengenal diriku lebih jauh, lebih jauh dari penduduk langit mengenalku.
    See more
Prisly Land
PG-13
2.4K
0
0
737
0

RUNYAM 1 -- LANGIT, KAU KETINGGIAN!

Waktu itu langit mendatangkan mu untukku. Seolah-olah bersikap sombong, karena dia telah memberikan orang yang terbaik menurutnya. Entah dia melihat dari sudut pandang yang mana, aku tak tau dan tak mau tau. 

...

Saat itu, kau berjalan gontai ke arah ku. Kau berlalu begitu saja -- memang, karena kita belum saling kenal saat itu. Aku menatapmu lekat-lekat berusaha mengenal wajah angkuh yang baru saja lewat di depanku. Kalau boleh ku kenang kala itu, kau memakai baju kaos berwarna merah tua, dengan lengan abu-abu. Kau ikat rambut gondrong sebahu mu rapi-rapi dengan karet rambut seadanya. Jeans biru pekat, sepatu gunung dan sling bag yang dihias dengan ikat kepala berwarna merah khas corak Dayak terikat sempurna di tasmu. Tampaknya kau manis dengan gaya itu. Ah, tapi aku tak akan mengatakan ini kepadamu. Aku tak segampang itu.

Kau duduk menjauh dari pondok dimana teman-teman yang lain duduk. Tampaknya kau memang tipe orang dengan dunia ciptaan. Dunia yang kau ciptakan hanya untukmu saja. Dunia yang hanya kau yang mengerti saja. Tapi orang lain tidak, bahkan mungkin tak kau izinkan untuk masuk. Kau makhluk jenis apa?

Kau isap rokok mu dalam-dalam. Sepertinya kau nikmati setiap asap yang masuk. Seperti semesta pun ikut tersedot bersama khusyuknya duduk mu waktu itu. Aku pun, tersedot. Aku mulai memperhatikan mu diam-diam. Penasaran dengan tingkahmu yang jauh berbeda dengan penduduk bumi lainnya. Disekitar ku ribut, tapi perlahan aku tak lagi mendengar suara disekitarku. Aku terlalu sibuk denganmu. Tapi untuk hal apa aku sibuk. Bahkan aku tak mengenalmu.

Observasi ku akan mu buyar. Saat terdengar teriakan berkumpul. Ku palingkan kepala sejenak ke arah sumber suara, kemudian kembali melihat mu dari kejauhan. Kau juga menghadap ke arah suara, kemudian mematikan rokok, berdiri, dan kau ke arah ku. Tentu saja bukan tepat menghampiri ku, tetapi ke arah sumber suara saat itu yang memang tidak jauh dari tempat ku duduk. Aku pun berdiri. Mengebas celana jeans yang sebenarnya tak kotor. Merapikan baju dan jilbab ku yang sebenarnya baik-baik saja. Entah. Ada perasaan terkesiap. Ada deru yang buru-buru di hati. Entah karena apa.

Banyak sekali orang disana kala itu. Tapi kau berhasil menjadi pusat semesta ku. Berlebihan? Baiklah, ubah saja istilahnya, kau berhasil merampas semua perhatian ku. Masih berlebihan? Sudahlah, yang ku tau, hanya ada kau disana tidak dengan yang lainnya. Eh tunggu dulu, hanya saja, ada seseorang yang dari tadi menatap ke arah ku. Tingginya hampir sama dengan mu, berkemeja kotak-kotak berwarna merah hitam, dengan celana cargo hijau pekat. Siapa dia?

"Sejak kapan dia melihat kesini" aku membatin.

Ditengah desakan lingkaran orang yang baru saja terbentuk. Mereka menunggu pengumuman yang akan disampaikan. Kau tetap saja menjaga jarak. Kau berdiri dengan kedua tangan terlipat di dada. Tentu saja dengan raut wajah datar tanpa ekspresi. Sombong sekali. Cih! 

Lalu, salah seorang dari kami membuka obrolan.

"Assalamualaikum Warahmatullahhi wa barakatuh.....Selamat siang kakak..abang... Salam Lestari! "

Sontak kerumunan manusia itu menjawab dengan suara lantang. Tapi tidak dengan mu. Aku mulai berpikir, mungkin kau tidak bisa bicara, atau mungkin kau adalah pembunuh bayaran, dingin sekali.... aku bergidik.

"Selamat datang di Bengkayang! pendakian kita akan dimulai ba'da Ashar, sambil menunggu rombongan teman-teman kita yang lain yang masih dalam perjalanan. Silahkan kawan-kawan terlebih dahulu makan siang dan saling berkenalan". 

Begitu pesan-pesan yang disampaikan, entahlah oleh siapa, aku tak tau. Setelah mendengar hal itu, ada beberapa dari kami langsung ke rumah makan yang berada tepat di seberang jalan. Ada juga yang saling berkenalan. Aku bingung harus apa saat itu. Aku masih terdiam. Bingung harus melangkah maju atau berbalik arah, dan duduk kembali ke tempat awal ku semula. Aku beranikan untuk menatapnya lagi. Ku lihat dia sedang menggigit kuku jempol nya, masih di tempat dia berdiri tadi.

"Kesana nggak ya...." batin ku.

Sebelum sempat aku mengambil tindakan. Kau bergerak! Aku panik. Kau berjalan ke arah ku. Aku harus apa. Lutut ku berat sekali untuk digerakkan.

Dari arah kanan, ada beberapa orang yang menghampiri mu. Membuat langkahmu terhenti. Ku lihat nampaknya mereka mengajakmu berkenalan. Kau tampak mencair dan menyesuaikan raut wajah dengan keadaan saat itu. Kau tersenyum. Tuhan, Kau salah mengembalikan pelangi saat telah usai. Pelangi itu masih ada disini, di bumi.....manis sekali. 

Aku mengambil hp dari tas yang sedari awal tergantung di bahu ku. Melihat-lihat apakah wajah ku baik-baik saja. Apa aku perlu memakai sedikit lipstik untuk mengimbangi pelangi tadi. Aku rasa aku telah siap meski berdiri kaku. Aku yakin saat itu aku kaku sekali. Tapi, aku juga yakin aku sudah siap berjuang. Berjuang? 

Tampaknya Tuhan curang kala itu, Dia mendekatkan jarak antara aku dan kau. Bagaimana tidak, kau sekarang di depanku! Cukup dua langkah, aku dapat meraih mu. Tapi lutut ku masih belum bisa diajak bekerja sama. Kau menyapa seseorang disebelahku. Aku saja baru sadar, bahwa ada seseorang di sebelahku dari tadi. Ku palingkan kepala ku ke arah kanan. Aku ingin tau siapa lawan bicara mu saat itu. Dia seseorang wanita berjilbab hitam. Siapa perempuan ini?

Aku sibuk. Aku sibuk mendengarkan apa saja yang kalian bicarakan. Ah, ternyata hal biasa-biasa saja. Aku tak perlu khawatir. 

Seseorang berjalan dari arah kiri mu, kemudian menepuk pundak mu dengan cukup kuat. Ku rasa itu tepukan akrab. Benar saja. Lelaki berkemeja kotak-kotak  tadi mengenalnya. Mereka tertawa dan nampak begitu dekat. Aku terus memperhatikan, sampai dua orang asing itu balik menatapku. Ke arah ku!

Aku lantas membalikkan badan. Berpura-pura ingin mengambil barang dari tas carrier ku yang sarat muat. Karena aku tak menemukan objek apa yang harus aku cari. Aku memutuskan membetulkan letak posisi tracking pole yang ku bawa. Aku berbalik arah, dan duduk. Sesekali ku lihat mereka masih sibuk dengan obrolan mereka. Syukurlah.

"Syukurlah mereka nggak kesini..." gumam ku. 




favorite
0 likes
Be the first to like this issue!

X