×

Penana
search
Loginarrow_drop_down
Registerarrow_drop_down
Please use Chrome or Firefox for better user experience!
TEROR HANTU JAILANGKUNG
G
0
0
0
197
0

swap_vert

Teror hantu Jailangkung


Empat orang pemuda-pemudi sedang duduk di sebuah rumah kosong yang terlihat berserakan. Sambil memegang sebuah boneka dari batok kelapa, mereka melakukan ritual pemanggilan Jailangkung.


"Jailangkung, Jailangset, di sini ada pesta. Pestanya kecil-kecilan. Datang tsk dijemput, pulang tak diantar," ujar mereka semua.


Mereka diam sejenak lalu melihat sekeliling, tak ada apa pun di sana.


"Sudah kubilang, nggak ada gunanya, main kayak gini!" bentak Andre lalu berdiri menatap mereka semua.


"Sayang, jangan kayak gini, lah," lerai Anggi pacar pria itu.


"Kamu lihat, mana setannya? Nggak ada, kan?" bentak pria itu lagi.


"Ini baru permulaan, Ndre," sela Puja. Teman mereka.


"Udah, kita pulang aja, aku tunggu kalian di mobil!" ucap pria itu seraya menggandeng Anggi lalu pergi dari sana.


"Van, kamu masih mau di sini? Ayo, pulang!" pinta Puja seraya melirik ke sekitar yang gelep gulita.


"Ehm, aku bersihin ini dulu," sahut Devan seraya memasukkan boneka Jailangkung itu ke dalam tasnya.


Mereka berdua masuk ke mobil, kemudian pergi dari tempat itu. Sesosok wanita dengan rambutnya yang acak-acakan menatap dari kejauhan. Di dalam mobil, wajah Andre terlihat sangat marah sekali.


"Ndre, kamu masih marah, ya? Maaf, udah ngajak kamu buat main Jailangkung," ujar Puja.


"Iya, nggak papa, biasa aja," sahut Andre datar.


Andre mengantarkan teman-temannya satu per satu, kemudian yang terakhir adalah rumah Anggi.


"Sampai ketemu besok, Sayang," ujar Anggi seraya mengecup pipi Andre.


"Ehm, jangan lupa angkat teleponku," pinta pria itu.


"Siap, Bos," sahut Anggi dan melemparkan senyumannya.


Andre pun pergi dari rumah itu. Saat mobilnya melintas Anggi seperti melihat seseorang duduk di bangku belakang.


"Eh, bukannya semua orang udah pulang, ya? Terus yang di bangku belakang ... ah, paling aku berhalusinasi," gumam wanita itu lalu masuk ke rumah.


Andre sampai di rumah, lalu merebahkan tubuhnya sejenak di atas ranjang.


"Capeknya," gumam pria itu.


Ia meletakkan ponsel di atas meja lalu beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Guyuran air hangat membuat pikiran pria itu menjadi segar. Kemudian dia keluar dari kamar mandi dan hanya berbalut handuk.


Andre ingin mengambil ponsel yang tadi dia letakkan di atas meja. Namun, ponsel itu sudah berpindah tempat dan berada di atas kasur.


"Apa aku mulai pikun, ya?" gumamnya.


Ia Ingin mengambil ponsel itu. Namun, ponselnya bergerak ke atas. Ia ingin mengambilnya lagi, tetapi benda itu selalu naik ke atas.


"Waduh, macem-macem, nih. Keong!" umpatnya pada benda yang tak bernyawa itu.


Andre akhirnya bisa memegang ponsel itu. Namun, tiba-tiba tangannya juga dipegang oleh tangan yang berkuku panjang. Andre menatap ke depan dan melihat sesosok wanita dengan wajah yang penuh sayatan sudah menatapnya dengan tajam


"Archhhhh?!" teriak Andre dan bangun dari tidurnya.


"Mimpi apa aku tadi? Serem banget," gerutunya lalu beranjak dari tempat tidur.


Di kampus pria itu segera menemui teman-temannya.


"Eh, kalian pada ngimpi setan, nggak?" tanya Andre tiba-tiba.


Mereka semua menggeleng.


"Enggak, tuh!" sahut Devan.


"Haesttt, sialan! Pasti gara-gara manggil Jailangkung kemarin, nih!" gerutu Andre.


"Paling, kamu cuman kecapean, Sayang," bujuk Anggi.


"Iya, Ndre. Jangan berpikiran negatif dulu, deh!" timpal Puja.


Mereka semua terdiam.


Puja baru saja pulang dari kampus lalu mengeluarkan buku tugas dari pelajaran hari ini.


Crengggg!! Suara berisik itu mengagetkan Puja. Ia keluar dari kamar dan melihat piring pecah di lantai.


"Kok, bisa jatuh, ya?" gumam wanita itu seraya memunguti pecahan piring.


Mendadak dari belakang wanita itu, berdirilah sesosok wanita yang berwajah hitam. Wanita itu langsung mencekik leher Puja. 


***


Devan baru saja pulang ke rumah, karena sering mampir ke toko kaset dulu. Pria itu melihat Puja berdiri di depan rumahnya.


"Puja, ngapain ke sini?" tanya Devan.


"Bisa kita bicara sebentar, Van?" sahutnya lirih.


"Bisa, ayo, masuk ke dalam?" pinta pria itu.


"Nggak usah Van, di sini aja. Sebenarnya udah lama aku suka sama kamu, Van. Tapi baru hari ini aku bisa mengatakannya. Maafkan aku, jika ini sudah terlambat," ujar wanita itu.


"Aku juga suka sama kamu, Puja. Maaf, jika membuatmu menunggu." Devan langsung memeluk tubuh wanita itu. Namun, terasa begitu dingin.


"Apa kamu sakit, Ja?" tanya Devan.


"Enggak, kok. Ya udah, aku pamit dulu," ujar wanita itu lalu melepaskan pelukan Devan.


Devan merasa sedikit aneh, kenapa pelukan itu seperti tanda perpisahan.


Keesokan harinya, Devan mencari-cari Puja di kampus. Namun, wanita itu tidak masuk kuliah. Teleponnya dari semalam juga tidak diangkat. Kedua temannya juga tidak tahu keberadaan Puja.


Hingga sebuah selebaran yang di tempel di dinding pengumuman, membuat air mata Devan mengalir deras. Pasalnya pengumuman itu adalah pemberitahuan bahwa mahasiswa bernama Puja Sarendra telah meninggal sejak kemarin siang.


Devan beserta kedua temannya langsung datang ke rumah Puja yang sudah dibanjiri banyak orang. Terlihat seorang wanita yang sudah terbalut kain kafan sedang terbaring di tengah-tengah kerumunan orang.


"Ini nggak mungkin! Puja, bangun? Semua ini bohong, kan?" teriak Devan dan menguncang tubuh wanita yang sudah tidak bernyawa itu.


Karena membuat keributan, maka Devan harus dijaga oleh teman-temannya. Anggi bertanya kepada kedua orang tuanya Puja. Bagaimana bisa Puja meninggal.


Mereka mengatakan bahwa menemukan Puja di kamar mandi dengan keadaan kepalanya pecah. Polisi sudah memeriksa dan tidak ada tanda-tanda penganiayaan. Jadi mereka berasumsi bahwa Puja terpeleset dan kepalanya terbentur dinding kamar mandi.


Anggi masih belum percaya dengan semua yang orang itu katakan. Saat penguburan jenazah, Devan dan teman-temannya ikut ke tanah perkuburan juga. Devan melihat arwah Puja sedang berdiri menatapnya. Saat pria itu ingin mengejarnya, terlihat sosok lain yang menyeramkan langsung menarik arwah wanita itu hingga lenyap dari sana.


"Pujaaaaaaa!" teriak Devan sembari menangis di atas tanah perkuburan kekasihnya.

favorite
0 likes
Be the first to like this issue!
swap_vert

X