×

Penana
search
Loginarrow_drop_down
Registerarrow_drop_down
Please use Chrome or Firefox for better user experience!
  • Writer
    Lebe Education
    Lebe Education
    Menulis adalah mengaktualisasikan dan mengadministrasikan proses berpikir secara logis dan sistematis
    See more
GAGAL PAHAM PEMBELAJARAN DARING DI MASA PANDEMI COVID-19
G
0
1
1
307
0

swap_vert

Covid-19 merupakan jenis virus mematikan yang mewabah hampir di seluruh jagad. Pandemi Covid-19 ini secara langsung merusak tatanan kehidupan masyarakat. Kondisi terus berlanjut selama obat (vaksin) untuk menangkal virus tersebut belum diedarkan secara menyeluruh. Salah satu aspek kehidupan yang berdampak akibat covid-19 adalah dunia pendidikan. Dunia pendidikan secara langsung mengalami perubahan signifikan. 

Proses pembelajaran tidak berlangsung secara normal akibat kebijakan belajar dari rumah (learning from home). Kebiasan baru ini cukup mengejutkan bagi guru dan siswa. Sebab, sebelumnya tidak pernah terjadi proses pembelajaran berlangsung dari rumah dalam waktu yang relatif lama. Guru maupun siswa dituntut untuk beradaptasi dengan kondisi yang serba dilematis.

Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan efektif walaupun siswa berada di rumah. Untuk memperlancar kegiatan belajar dari rumah tersebut dibutuhkan media serta metode pembelajaran yang tepat. Salah satu metode pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran dalam jaringan atau lebih sering disebut dengan daring.


Apa itu pembelajaran daring?

Daring merupakan akronim dari dalam jaringan yang juga merupakan  lawan dari Luring (luar jaringan). Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang menggunakan model interaktif berbasis internet dan Learning Management System (LMS). Pembelajaran daring tetap menintikberatkan pada pola interaktif siswa dengan guru. Pembelajaran yang menggunakan model interaktif berbasis internet seperti whatsapp, zoom dan googe meet. Sedangkan, LMS seperti ruang guru, edmodo, dan google class room

Pembelajaran daring berbeda dengan pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran jarak jauh tidak melibatkan interaksi dalam proses pembelajaran. Pembelajaran jarak jauh bersifat monolog non partisipatif seperti guru menjelaskan materi tanpa ada interaksi dari siswa. Contoh pembelajaran jarak jauh adalah pembelajaran yang diperoleh melalui radio atau televesi. Perbandingan ini sengaja diuraikan sebagai pengantar awal untuk memahami kegagalan berpikir tentang pembelajaran daring.  


Gagal Paham Pembelajaran Daring.

Gagal paham pembelajaran daring merupakan judul tulisan hasil refleksi dari penulis sebagai siswa dengan merujuk pada literatur tentang pembelajaran daring dan pendapat dari beberapa orang tua siswa. Informasi yang diperoleh memperjelas bahwa baik guru, siswa dan orang tua belum memahami sepenuhinya tentang pembelajaran daring. Berikut ini penulis menguraikan beberapa alasan sehingga menjastifikasi judul tulisan.

Pertama, guru. Jika diamati secara baik, pembelajaran daring yang sudah berlangsung belum memenuhi aspek pembelajaran sesuai amanat dalam kurikulum 2013. Ada kesan bahwa, pembelajaran daring yang dipahami lebih  menitikberatkan guru pada kemampuan mengoperasionalkan media pembelajaran sehingga mengabaikan proses pembelajaran serta isi materi yang diajarkan.  Alhasil, tahapan proses pembelajaran secara garis besar seperti kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup tidak tercapai. 

Secara umum, guru memberikan materi dalam bentuk file powerpoint, PDF dan Word. Jika ditinjau lebih dalam pola ini menggambarkan pemahaman bahwa pembelajaran daring adalah sebatas perpustakaan virtual dan guru hanya berperan menyiapkan sumber belajar. Padahal pembelajaran daring mengkondisikan pembelajaran yang dialog partisipatif yang melibatkan interaksi  antara guru dengan  siswa.

 Proses pembelajaran daring yang berlangsung paling tidak sama dengan tahapan pembelajaran biasa (tatap muka) . Hal ini agar menghindari  kesan bahwa guru hanya memberikan materi ajar secara tekstual tanpa penjelasan lebih lanjut misalnya melalui video. Sebagai siswa, saya menginginkan penjelasan guru secara langsung melalui video. Selain untuk meningkatkan pemahaman siswa, video pembelajaran yang diperankan langsung oleh guru bidang studi memberikan dampak positif seperti meningkatkan rasa kepercayaan siswa kepada guru.

Proses pembelajaran tidak berhenti pada pemberian materi semata. Evalusi pembelajaran adalah bagian yang tidak bisa terpisahkan dari proses pembelajaran. Pada pembelajaran daring, model evaluasi yang digunakan harus betul-betul dapat dipertanggungjawabkan. Penilaian pada pembelajaran  daring  sangat sulit untuk  dikontrol. Sehingga, guru  harus memikirkan metode yang tepat untuk  mengevalusi kemampuan siswa. 

Kecurigaan guru kepada siswa saat  ujian daring sangatlah wajar. Namun, jika semua kesalahan dilimpahkan sepenuhnya kepada siswa adalah sikap yang tidak bijaksana. Sebagai contoh: guru beranggapan bahwa siswa yang memperoleh nilai tinggi saat ujian karena mencari jawaban dari google. Jika demikian analogi yang dibangun, boleh saja siswa beranggapan bahwa guru memberikan soal kuis atau ujian bersumber dari google yang jawabannya tersedia di google. Sehingga ada kesan bahwa baik guru maupun siswa  sama-sama mengandalkan google. 

Evaluasi  dalam pembelajan daring harus berbeda dengan evalusi pembelajaran tatap muka. Soal-soal yang diberikan saat ujian daring harus otentik dan kontekstual sehingga tidak muda memperoleh jawaban dari google. Instrumen evaluasi yang digunakan harus mengkondisikan siswa seperti mengikuti ujian saat tatap muka agar tidak mudah menyontek. Evaluasi secara tepat dapat  meningkatkan kualitas pembelajaran. 

Dari persoalan yang diangkat tersebut, penulis berani mengatakan bahwa sebagian guru gagal paham tentang pembelajaran daring. Langkah-langkah pembelajaran daring secara umum harus tetap sama dengan pembelajaran luring. Pembelajaran daring tidak sebatas menyuruh siswa membaca materi lalu mengerjakan soal-soal. Jika demikian praktiknya, penulis meyakini bahwa pembelajaran daring hanya kren sebatas sebutannya namun tidak memilki dampak positif pada tataran praktisnya.

Ke dua, siswa. Sama halnya dengan guru, siswa juga keliru memahami pembelajaran daring.  Bagi siswa pembelajaran daring mengarah pada pembelajaran yang memfokuskan sumber belajar pada internet. Alhasil, semua tugas di peroleh melalui internet. Jika ditelusuri lebih jauh kecendrungan siswa menganggap bahwa penyelesaian tugas tepat waktu menjadi prioritas utama. Waktu menjadi penting karena sistem pembelajaran daring mengaturnya secara ketat. Misalnya: penguncian waktu untuk tugas tertentu di google class. Keadaan ini mengubah paradigma berpikir siswa yaitu asal kumpul tugas tepat waktu itu sudah luar biasa. Dengan demikian, banyak siswa menggunakan segala cara untuk menggumpulkan tugas seperti menggandalkan internet.

Ketiga, orang tua. Pembelajaran daring cukup membingungkan orang tua. Anggapan bahwa pembelajaran daring itu ibarat “pepesan kosong” muncul akibat ketidakpahaman akan pembelajaran daring. Bagi orang tua pembelajaran tanpa melibatkan guru adalah suatu hal yang tidak masuk akal. Sebab, pembelajaran secara ideal adalah adanya interaksi antara guru dan siswa secara langsung. Anggapan bahwa guru “tidak ada kerja” saat pembelajaran daring merupakan kesalahan berpikir. Jika pembelajaran daring dilaksanan secara baik dan benar maka tugas guru jauh lebih berat dua kali dari pembelajaran luring. 

Pembelajaran daring mendorong peran serta orang tua secara langsung untuk mengontrol. Jika peran orang tua maksimal maka pembelajaran daring akan berjalan secara baik. Pembelajaran daring membutuhkan peran orang tua, sebab proses pembelajaran berlangsung dari rumah.

Di akhir tulisan ini, penulis meminta maaf jika opini ini dianggap tendensius serta mendeskritkan kelompok tertentu. Penulis meyakini bahwa semua pihak yang mencintai pendidikan akan menerima semua kritikan dan saran. Prestasi belajar tetap menjadi tujuan utama dalam pembelajaran pembelajaran daring. Tekadkan bahwa prestatsi dapat diraih kapan saja, dimana saja dan dalam kondisi apa saja. Terima kasih.

 

swap_vert

X