Hari itu aku ingat, hujan turun sangat deras.32Please respect copyright.PENANAd6NwONMEXm
Aku berdiri di depan stasiun MRT menunggu hujan redah, seorang satpam yang berjaga di sana menghampiriku dan bertanya pertanyaan konyol.
"Tidak bawa payung mba?"
Dalam hati ku berkata 'matamu dimana? jelas-jelas-' batinku terusik saat ada suara yang nyelonong mampir di telingaku.
"Bapak tidak lihat, wanita ini sedang berteduh disini itu tandanya. Ia tidak punya payung. Bagaimana bapak ini"
Sang Pak satpam tersenyum dan tertawa kecil "Becanda sedikit mas, masa tidak boleh"
Pria itu kemudian berucap kembali "Hayo pak bercanda sama saya saja, lebih menyenangkan"
32Please respect copyright.PENANAevtWSgG0nK
Aku melirik percakapan dua bapak-bapak aneh. Untung saja temanku si Rapunzel tidak di sini. kalau tidak, mungkin dirinya sudah berfantasi ria dengan menjadikan seorang pemuda misterius dan pak satpam menjadi bahan cerita fanfiction dirinya selanjutnya.
32Please respect copyright.PENANAQs415C23JZ
Selama lima belas menit berdiri bagai patung kuda di depan perusahaan tempatku bekerja.
Pegal, entahlah. Lebih ke risih mendengar kedua bapak-bapak itu mencuri-curi kesempatan mengobrol.
Kalau saja tidak ada petir yang menyambar, aku ingin sekali merekam momen dimana pak satpam itu terlalu asik mengobrol dengan pria aneh.
SOP nya telah hilang. Walau wajar si mereka berdua mengobrol membahas tentang kehidupan politik di zaman sekarang yang semakin payah menurutku.
32Please respect copyright.PENANAex3cGff6Rq
Loh, kenapa aku jadi.
Sudahlah tidak usah mendengarkan percakapan mereka berdua.
32Please respect copyright.PENANALrdmPJsB6T
.
.
Melirik jam tangan hadiah pemberian suami,
16.00
Semoga sebelum magrib aku sudah tiba di rumah.
Berdoalah semoga tidak keduluan dengan suamiku.
"Mau kemana mba?"
Loh, suaranya tidak asing.
Menoleh kearah suara itu terdengar dan melihat ternyata pria itu sedang bersebelahan denganku.
Apa-apaan dia, mengikutiku atau apa? Seram sekali.
"Bogor" jawabku asal, padahal aku akan pulang ke Bekasi.
"Oh, kalau saya ke situ Deket Bekasi" nahloh mau sekali aku mendekati dia dan bicara di telinganya 'Nggak nanya, aku nggak nanya sama sekali mas'
Bentar, tunggu. Apa tadi katanya? Bekasi?
Sial.
..
.
.
Bodo Dan idiot, kenapa aku harus turun dari kereta itu, yang jelas-jelas menuju tempatku berteduh.
Itu karna pria aneh yang selalu saja melirik pandang dan tersenyum padaku.
Seram, iya seram.
Karna terlalu parno dengan kejadian yang menimpa sahabatku sendiri yang di ikuti oleh orang aneh saat pulang kerja, aku jadi begini deh.
Menunggu dengan sabar kereta selanjutnya menuju Bekasi.
.
.
.
continue...