×

Penana
search
Loginarrow_drop_down
Registerarrow_drop_down
Please use Chrome or Firefox for better user experience!
Mbah Dar
G
0
0
0
421
2

swap_vert

Mbah Dar

Mbah Dar, begitulah aku dan orang-orang didesa ini memanggilnya, tapi tidak sepertiku orang-orang di desa ini cederung tidak ingin berdekatan atau berurusan denganya. Cerita-cerita buruk tentang Mbah Dar bahkan terlalu banyak untuk mampu aku ingat satu persatu dan tepatnya terlalu sulit untuk dilogikakan oleh gadis muda sepertiku, maksudku siapa yang akan percaya jika wanita tua yang selalu menjamuku makan ketika aku lapar adalah ko penyihir, dukun santet dan sebagaiya, bagai bocah sepertiku seseorang yang memberiku makan, mengobati sakitku bahkan mengajarkanku memakai pembalut dimenstruasi pertamaku tentulah malaikat.

Aku gadis muda 13 tahun yang hidup sebatangkara, sejauh yag dapat kuingat aku sudah makan, tidur dan menjalani kehidupanku dengan sangat sembarang, makan dari warga desa, tidur dimanapun yang kurasa cukup nyaman; pos kamling, balai desa, teras rumah penduduk, cukup banyak tempat untuk tubuh kurus keringku ini tergolek. Dengan keadaan begini caraku memandang warga desa menjadi cukup sederhana, mereka hanya terdiri dari yang memberiku makan dan memberiku makian, yang mengijinkan aku tidur di teras rumahnya dan yang tidak mengijinkan aku melewati pekarangannya, tetapi yang terbaik diantara yang terbaik adalah Mbah Dar, dia memberiku makan dan mengganti baju lusuhku dengan yang lebih bagus meski terkadang aku cukup heran dari mana Mbah Dar memperoleh baju-baju anak itu,semetara dia jangankan punya anak atau cucu, suamipun dia tidak punya.

Jika berbicara tentang Mbah Dar memang beberapa hal terasa ganjil, dirumahnya Mbah Dar punya satu ruangan besar yang didalamnya dipenuhi lemari-lemari tinggi hingga ketengah ruangan dan dilemari itulah botol-botol tersusun rapi dengan berbagai warna dan motif ukiran, disetiap botol bertuliskan tahun yang mungkin adalah tahun botol itu dibuat. Aku pernah masuk keruangan itu sekali ketika Mbah Dar berbaik hati menawarkan memberiku baju ganti, entah bagaimana mulanya aku berakhir diruangan itu, saat itu aku punya waktu yang cukup untuk memperhatikan setiap botol disusun rapi berdasarkan tahun yang tertera dan setiap botol melambangkan satu tahun tanpa ada kemungkinan ada lebih dari satu botol untuk tahun yang sama, aku cukup pintar untuk tahu bahwa disana ada ratusan atau ribuan botol yang melambangkan ratusan atau ribuan tahun pula, selanjutnya aku tidak punya waktu lagi untuk terus mengamati karena diujung pintu Mbah Dar telah berdiri dengan senyum kecil seraya melambai memanggilku setelah rona terkejud yang tetap tergambar jelas meski coba dia tutupi diwaahnya. Kala itu tentu aku bertanya apa dan untuk apa botol-botol itu, dengan senyum kecil dia menjawab singkat “koleksi”, jawaban itu tentu tidak memuaskanku karena jelas sekali botol-botol itu adalah botol-botol yang sama dengan cerita salah satu warga desa bahwa Mbah Dar tidak bisa mati atau menua, konon kakek siwarga desa tersebut pernah bercerita bahwa ketika dia kecil dia juga telah mengenal Mbah Dar yang sama dengan kondisi atau kisaran usia yang sama dengan Mbah Dar yang kami kenal saat ini dan rahasia umur panjangnya adalah botol-botol cantik yang tersimpan disalah satu ruangan di rumahnya, konon Mbah Dar dapat merubah tubuh gadis muda menadi botol bermotif dan jiwanya terkurung di dalamnya, setiap tahun Mbah Dar akan menghisap jiwa gadis muda yang tersimpan di dalam botol dan begitulah caranya berumur panjang.

Bagiku kisah-kisah itu tentu hanya bualan belaka dan memang warga desa memusuhi Mbah Dar  yang selalu baik padaku dengan alasan-alasan tidak masuk akal, setidaknya begitulah keyakinanku sebelum aku hanya dapat memandangi botol-botol lain disebelahku melalui botol biru dengan motif hati berlabel 2020. 

favorite
0 likes
Be the first to like this issue!
swap_vert

X