×

Penana
search
Loginarrow_drop_down
Registerarrow_drop_down
Please use Chrome or Firefox for better user experience!
Kesuksesan di Masa Mudaku
G
1.2K
0
1
850
0

swap_vert

Haii readers… kenalin namaku reana. Aku seorang dokter muda di desa terpencil yang jauh dari pusat kota. Saat ini aku membuka klinik di sebuah desa dimana aku lahir, sebut saja desa Trikala. Menjadi seorang dokter merupakan impianku sejak kecil tetapi ada sebuah masalah yang aku hadapi pada saat itu sehingga  bagaimana bisa aku menjadi seorang dokter di usia mudaku? Faktor apa saja yang membuatku bisa berhasil hingga saat ini. Mari simak ceritaku dari awal perjuanganku hingga menjadi seorang dokter.


Aku Reana, aku anak pertama dari 3 bersaudara.  Keluargaku juga bukan sebagai keluarga terpandang serta bukan keluarga sederhana tetapi keluarga yang serba kekurangan. Meskipun serba kekurangan, tapi bapakku tidak pantang menyerah untuk mencari nafkah demi Pendidikan anak – anaknya. Bapakku hanyalah seorang tukang becak dari satu desa ke desa lain, tak hanya itu terkadang bapakku juga menempuhnya hingga ke kota. Masyarakat desa memanggil nama bapakku dengan sebutan Pak Saif, sedangkan ibuku dikenal dengan sebutan bu Ina. Ibuku merupakan pedagang sayur keliling di desaku. Setiap hari orangtua ku bekerja dari pagi hingga menjelang sore. Terkadang, jika  membutuhkan uang untuk  biaya keperluan maka bapak pulang hingga larut malam.



Aku menempuh Pendidikan di SMAN1 Trikala di usia 15 tahun. Di usiaku yang sangat muda tersebut, aku duduk di kelas 3 SMA. Awal masuk SMA aku berusia 12 tahun, sejak SD hingga SMA saat ini aku menduduki peringkat 1 sehingga aku bisa mengikuti program kelas akselerasi  dari SMP. Akselerasi merupakan kelas yang dapat ditempuh hanya 2 tahun saja.  Dan sebentar lagi, aku akan menjadi seorang mahasiswa. Aku ingin melanjutkan ke perguruan tinggi, tetapi mengingat bahwa penghasilan orangtua ku tak cukup membiayaiku untuk kuliah lamunku. “Nakk, mengapa kamu melamun seperti itu?” ucap bapakku tiba – tiba. Akupun menjawab pertanyaan bapakku “Tidak pak, Rea hanya memikirkan bahwa Rea ingin melanjutkan kuliah setelah lulus SMA. Tetapi bapak tidak punya banyak uang untuk membiayai Rea kuliah”. Bapakku menjawab “Untuk masalah biaya tidak usah dipikirkan, biar bapak saja yang memikirkannya. Tugas Rea hanya belajar dan berdoa ya nak. Agar keinginan Rea dapat terkabul nak. Rea ingin kuliah mengambil jurusan apa nak?” Kata bapak sambil mengusap kepalaku. “Rea ingin menjadi dokter pak, sehingga Rea mengambil jurusan kedokteran. Tetapi kuliah kedokteran membutuhkan banyak biaya pak atau Rea membantu ibu berjualan saja ya pak ketika Rea lulus SMA?” akupun menjawab demikian. “Tidak nak, bapak tidak setuju. Kamu harus tetap melanjutkan pendidikanmu. Bapak akan berusaha sekeras mungkin agar kamu menjadi orang yang sukses. Serta bapak ingin anak – anak bapak semuanya berhasil” Kata bapakku sambil tersenyum. “Baiklah pak Rea akan fokus belajar agar cita – cita Rea tercapai ya pakk” akupun menjawabnya dengan lirih. Bapakku tersenyum, lalu pergi bekerja untuk mencari penumpang. Karena di pagi buta ini banyak masyarakat desa yang sudah  melakukan aktivitas kesehariannya. Lalu akupun membantu ibu untuk berdagang sayur walaupun sebentar. “Rea, sekarang sudah jam 8 sudah waktunya kamu pergi ke sekolah Rea. Tidak usah membantu ibu lagi menjual sayur, biar ibu saja yang melakukannya sendiri” ibuku berkata demikian. “Tidak apa – apa bu. Lagipula Rea hanya membantu ibu sebentar saja kok. Baiklah bu, Rea akan pulang ke rumah lalu Rea pergi berangkat sekolah. Rea pamit ya buu” kataku sambil berpamitan pada ibu.


Perjalanan dari rumah ke sekolahku hanya menempuh 15 menit. Hingga tibalah aku disekolah. Hari ini merupakan jadwal pengumuman siswa SMA yang lolos untuk mendaftar di perguruan tinggi yang hanya menggunakan nilai rapor saja. Di sekolahku terdapat 2 kelas, yaitu kelas akselerasi dan kelas regular. Jika kelas akselerasi hanya sedikit siswanya berbeda dengan kelas regular yang begitu banyak jumlahnya. Pengumuman pun tiba, hingga akhirnya wali kelasku tiba di kelas dan membacakan nama siapa – siapa saja yang lolos. Akupun terkejut mengapa namaku tidak merasa terpanggil lalu aku bertanya pada wali kelasku “Mohon maaf bu, mengapa nama saya tidak tercantum ya bu?” Kataku sambil mengangkat tangan. “Nilai kamu sangat kurang memenuhi standart, sudah seharusnya kamu makin giat belajar Rea. Bukan memprotes seperti ini pada saya” wali kelasku berkata seperti itu. Akupun diam dan masih berpikir mengapa aku yang selalu juara 1 tidak lolos dalam pengumuman tersebut, padahal nilai ku tidak begitu buruk. “Sepertinya ada yang tidak beres di sekolah ini,  sehingga banyak murid yang melakukan kecurangan dan berbuat seenaknya saja” gumamku. Tidak lama kemudian pelajaran akan dimulai, akupun tetap fokus mendengarkan apa yang disampaikan oleh guruku dan tidak memikirkan kejadian tadi. Hingga jam istirahat tiba, aku tidak makan dikantin seperti teman – temanku yang lain. Tetapi aku duduk saja di dalam kelas karena aku tidak punya uang untuk berbelanja dikantin. Hingga tiba segerombolan temanku yang datang menghampiriku dengan wajah meledek “Eh kasihan banget ya, padahal kamu siswa yang paling berprestasi disekolah ini loh. Tapi mengapa kamu tidak bisa masuk jalur itu ya ohhh atau dikarenakan kamu miskin makanya kamu tidak tercantum hahaha…” Kata mereka sambil tertawa terbahak – bahak. Akupun memandangi wajah mereka satu persatu, dan aku bersumpah dalam hatiku meskipun tidak lolos jalur ini aku dapat kuliah setinggi mungkin. Lalu mereka kembali ke tempat duduk masing – masing. Hingga bunyi bel masuk pelajaran segera dimulai, dan lagi – lagi aku tidak memikirkan ucapan mereka. Aku hanya tetap fokus mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan oleh guruku. Bunyi bel pulang sudah terdengar, seluruh siswa SMAN1 Trikala berhamburan keluar dan segera pulang dari sekolah.


Hingga tiba dirumah, aku menceritakan kejadian tersebut pada orangtuaku. “Sudah nak, tidak usah sedih berlarut- larut, masih ada jalan lain yang bisa kamu tempuh. Ini berarti sudah menjadi rezeki temanmu nak” bapakku yang menasehatiku seperti itu, lalu bapakku memelukku dengan kasih sayang. Aku hanya menangis sendu dalam dekapan bapakku. Kemudian aku meminta restu pada orangtua ku agar aku diberi kemudahan dan kelancaran untuk mendaftar kuliah. Hari kelulusan pun tiba, berkat rahmat Tuhan aku lulus dengan nilai yang sangat sempurna. Walaupun aku tidak bisa masuk jalur undangan, ada jalur lain yang bisa ku coba. Kemudian disela – sela waktu ku gunakan untuk belajar. Dan tak lupa untuk tetap beribadah dan berdoa pada Tuhan agar doa – doaku dapat didengar serta dikabulkan oleh-Nya. Hingga beberapa minggu kedepan, aku mengambil jalur tes perguruan tinggi, berkat restu dan doa dari orangtuaku,  aku lolos dan mendapatkan nilai tertinggi se Indonesia hingga pihak kampus langsung menghubungiku agar secepatnya mendaftar. Tidak hanya itu, aku mendapatkan beasiswa dari kampus tersebut. Orangtua ku juga tidak perlu mencari uang bersusah payah untuk biaya kuliahku. Aku berjanji pada kedua orangtua ku bahwa aku akan berhasil dan bisa membanggakan mereka.


Kehidupan kuliah sudah dimulai, aku tidak akan pernah mengeluh dan harus belajar secara bersungguh – sungguh. Jika ada materi yang tidak aku pahami, aku langsung bertanya pada dosen atau bertanya pada kakak tingkatku. Terkadang jika ada waktu luang, aku pergi ke perpustakaan untuk menambah referensiku. Di usiaku yang ke 19 tahun ini, aku lulus dengan mendapatkan gelar Cumlaude serta aku hanya menempuh tiga setengah tahun untuk menempuh pendidikan kedokteran. Tidak hanya aku yang bangga, tetapi orangtua sangat bangga kepadaku. Sehingga akhirnya aku dapat membuka klinik di desaku sendiri. Serta jika ada pasien yang tidak memiliki biaya, maka aku akan memberikan pelayanan ku secara gratis pada mereka. Karena aku dulu pernah merasakannya juga bagaimana susahnya hidup tidak memiliki uang yang berkecukupan.

Jika bukan karena restu, doa, serta motivasi dari kedua orangtuaku maka aku tidak akan bisa menjadi suskses seperti ini. Inilah akhir dari ceritaku.  

swap_vert

X