
#2 Perspektif4146Please respect copyright.PENANAcFXw8zreFw
4146Please respect copyright.PENANAfVxDQgiwOO
Klakson-klakson kendaraan saling bersahutan. Aku memandang ke keluar jendela mobil. Kota Pekanbaru terlihat indah di malam hari. Di bahu jalan, muda-mudi saling berkasih di bawah cahaya lampu. Pedagang kaki lima menyebar di setiap tempat, membuat riuh ramai kebersamaan.4146Please respect copyright.PENANAXucJCXfW6P
4146Please respect copyright.PENANAEJge0p1fQN
Dimas fokus menyetir, sesekali ia bersenandung. Aku menoleh ke arahnya. “Abi gak ada kesibukan, kan?” tanyaku, memastikan. “Kalau sibuk kita putar balik aja.”4146Please respect copyright.PENANAysTNnbWAIN
4146Please respect copyright.PENANAmynipKVttp
Dimas menggeleng. “Engga, umi.” Pandangannya masih ke depan, fokus ke arah jalan.4146Please respect copyright.PENANAjUqMYufGlJ
4146Please respect copyright.PENANAdhA0hjyIGY
Aku tersenyum, lalu kembali memandang keluar jendela mobil. Jalanan ini mengingatkan ku tentang banyak hal. Dahulu, di tahun pertama aku menikah. Aku dan Dimas menyimpan banyak kenangan di pinggiran jalan. Dulu kami berdua tidak punya cukup uang untuk makan di restoran bintang lima, atau tempat megah lainnya. Alternatif yang kami pilih adalah angkringan di tepian jalan, dengan riuh orang-orang, aroma sate bakar, di tambah dengan berisik kendaraan lalu-lalang.4146Please respect copyright.PENANAJ4G5allE87
4146Please respect copyright.PENANAmC85ZicDeA
Aku rindu suasana itu. Sekarang, kami tidak punya cukup waktu untuk bernostalgia tentang masa-masa awal pernikahan. Tapi aku cukup bangga dengan suamiku. ia mempunyai daya juang yang cukup besar, sehingga kami bisa sampai pada titik ini, ya, walaupun tidak kaya-kaya banget.4146Please respect copyright.PENANAUH68dg9MB5
4146Please respect copyright.PENANAl332dxLoaz
Kami berhenti Di sebuah Gedung dengan halaman yang luas. Dimas memarkirkan mobil berdempetan dengan mobil lain. Aku dan Dimas segera membuka pintu mobil dan turun. Sejenak kupejamkan mataku, menikmati suasana.4146Please respect copyright.PENANAU5PNbyOaqx
4146Please respect copyright.PENANAay3wnV9Fzu
Dimas melangkah terlebih dahulu. Sementara Aku melangkah pelan sambil memperhatikan sekitar. Di samping Gedung, banyak sekali stand makanan, minuman, dan lainnya. Di tambah dengan riuh pengunjung yang saling berdesakan. Bau-bau keringat saling berbaur menjadi satu. Terdengar juga suara tawa dari kejauhan. Bazar, memang selalu semegah ini.4146Please respect copyright.PENANAUJGrrDIsXt
4146Please respect copyright.PENANAl2tXiwSgsm
Dimas berhenti sebentar dan menoleh kebelakang. Ke arahku. Aku menyengir, pastilah ia menyuruhku untuk berjalan cepat. Buru-buru aku menghampirinya. Aku sendiri belum memutuskan mau berbelanja apa. Bazar ini tidak melulu perihal makanan atau minuman, beragam jenis terdapat di sini. Pakaian, perlengkapan sekolah anak, buku-buku bekas, dan lain-lain.4146Please respect copyright.PENANAdh2FSJUAC6
4146Please respect copyright.PENANAubPZO8HMbC
Aku dan Dimas terus melangkah berdampingan sambil memutuskan mau berbelanja apa. Suasana ramai membuatku harus hati-hati berjalan, khawatir menabrak pengunjung lain. Aku memepetkan bahuku ke bahu Dimas. Dimas melirik-ku dan tersenyum, kemudian ia melingkarkan tangannya ke pundakku. Kami terus melangkah. Tak lama kemudian, Kami berhenti di sebuah stand minuman.4146Please respect copyright.PENANAn2ND5BNl8j
4146Please respect copyright.PENANAshoZobE9zI
“Pop ice rasa mangga satu, sama rasa cokelat satu,” kata Dimas sambil menatap beragam rasa dari pop ice yang tergantung.4146Please respect copyright.PENANAkoVSpoLuH1
4146Please respect copyright.PENANAlSVzYq2mIF
Aku mengulum senyum. Dimas masih tahu perihal rasa kesukaanku, dan itu cukup untuk membuat pipiku merona.4146Please respect copyright.PENANAxVz6enJqMj
4146Please respect copyright.PENANAmrWfeMx41H
Si penjual mengangguk. Dengan piawai ia memasukan bubuk pop ice dan juga es batu ke dalam blender. tak lupa ia tuangkan air sebagai perantara. Tak lama, ia jentikan jarinya ke tombol penghancur, sepersekian detik itu pula terdengar suara bentrokan es batu dan bubuk pop ice yang menyatu bersama air. Warung sebelah tak ingin kalah, suara letupan-letupan minyak membahana. Di tambah dengan riuh pengunjung yang berbelanja. Aku bisa merasakan lalu-lalang yang intens di belakangku. Dari remaja, pemuda, sampai orang tua. Semuanya membaur menjadi satu.4146Please respect copyright.PENANAQ8VK6dL811
4146Please respect copyright.PENANArzoDNjDh8i
Si penjual menyodorkan dua cup pop ice yang di bungkus dengan plastik putih, tak lupa ia tersenyum ramah kepada kami berdua.4146Please respect copyright.PENANAhuEDHuFvX2
4146Please respect copyright.PENANAMYnEBX3At0
“Makasih.” Dimas meraih pop ice itu, lalu mengeluarkan dua lembar uang pas, dan menyodorkan kepada si penjual.4146Please respect copyright.PENANAhaZSt2EPKn
4146Please respect copyright.PENANAexU6OOUROu
Kami kembali melangkah, berdampingan. Aku menyesap pop ice dari sedotan, perpaduan manis coklat mendinginkan tenggorokanku. Sambil melangkah, kami mengobrol sedikit perihal akan membeli apa lagi.4146Please respect copyright.PENANAbmZ5MS8F2t
4146Please respect copyright.PENANAN5QkBOsOvo
“Mau ke tempat Fajar, mi?” Dimas melirik kiri-kanan.4146Please respect copyright.PENANAfzwnxfXe7F
4146Please respect copyright.PENANA1fVM2DTYAn
Aku mendongak ke arahnya. “Fajar buka stand, bi?”4146Please respect copyright.PENANAqWDZlJSK6B
4146Please respect copyright.PENANAdpBQxjowQh
“Dia jaga stand buku.”.4146Please respect copyright.PENANAxJxBBio3gp
4146Please respect copyright.PENANAkDIEUkIsHz
Aku mengangguk. Sudah tiga hari lamanya aku tidak bertemu sahabat anakku itu. Dimas menggenggam tanganku. Hangat. Aku tersenyum sambil membalas genggaman tangannya. lalu Kami menuju stand Fajar sambil berpegangan tangan layaknya pengantin baru.4146Please respect copyright.PENANAXfojG82xH6
4146Please respect copyright.PENANATbsPjkRDSt
Dari kejauhan, aku bisa melihat sosok remaja tinggi yang tak lain adalah Fajar. Stand bukunya lumayan ramai, ia terlihat sibuk melayani pembeli. Tak sabaran, aku mempercepat langkah. Membuat Dimas harus menyamakan langkahnya dengan langkahku.4146Please respect copyright.PENANAZnwU5Q7vKk
4146Please respect copyright.PENANAHmm230C58p
Tibanya di stand buku Fajar, aku memanggilnya dengan riang. “tante baru tahu kamu jaga stand buku, lho.” Aku melirik ke bawah, tumpukan-tumpukan buku berjejer rapi di atas meja. Kemudian aku melirik ke kanan, di rak kecil terdapat beragam buku juga. Di samping kanan pun sama.4146Please respect copyright.PENANAbQNtnnhPm1
4146Please respect copyright.PENANA6Epw71kDVY
Fajar berdiri menyambut kehadiran kami. Ia melirikku dan Dimas bergantian. “Om-tante. Mau beli buku?”4146Please respect copyright.PENANAjE8zGEoNOc
4146Please respect copyright.PENANAkiKr9oxS8s
Dimas memperhatikan tumpukan buku di meja. ia mengangguk-angguk. Lalu menunjuk salah satu buku. “Jar, om beli yang ini.”4146Please respect copyright.PENANAGvFacVybWH
4146Please respect copyright.PENANAzpYZ0UQnGC
Sigap Fajar meraih buku itu, dan mengemasnya ke dalam plastik merah. Dimas merogoh dompet dan menyodorkan satu lembar uang.4146Please respect copyright.PENANA5MsVMzWxxM
4146Please respect copyright.PENANAyNYz30DKWa
“Gratis, om.” Tolak Fajar.4146Please respect copyright.PENANArRMNw2BGwP
4146Please respect copyright.PENANAQutdSR25En
Dimas tersenyum. “Udah, ambil aja.” Tangannya masih terangkat.4146Please respect copyright.PENANA8U0JRlYGIm
4146Please respect copyright.PENANA2Qb6n53cD6
Fajar meletakan kantung kresek itu di atas tumpukan buku. Dimas menggeleng, menurunkan tangannya, lalu meraih kantung kresek di meja. “Makasih, ya, Jar.”4146Please respect copyright.PENANAxCPH8krv9T
4146Please respect copyright.PENANAz8yONsdTdu
Fajar menggangguk. Aku hanya memperhatikan mereka sedari tadi. Sesekali aku melirik Fajar, begitupun Fajar. Kami seperti saling mencuri-curi pandang.4146Please respect copyright.PENANArlgDFVKyUL
4146Please respect copyright.PENANA8H9bikuUBc
“Tunggu bentar, Mi.” Aku menoleh ke arah Dimas. Ia merogoh ponselnya, kemudian beranjak menuju tempat sepi. Aku membiarkannya saja, barangkali ada telepon penting.4146Please respect copyright.PENANAuwenzl9FTk
4146Please respect copyright.PENANAI0IskBy6Vk
Fajar memindahkan bangku di belakangnya ke samping bangkunya. Sambil tersenyum ia mempersilahkanku duduk. Aku melangkah melewati cela kecil di samping kanan, dan duduk di sebelahnya. Duduk berdua dengannya membuat degup jantungku berdetak cepat, tidak seperti biasanya.4146Please respect copyright.PENANAl3SEHh3SN5
4146Please respect copyright.PENANAcxJ6tlmoAR
Jejak kaki terdengar ribut seperti angin topan yang melanda desa. Di tambah dengan lalu-lalang orang-orang di hadapanku. Tapi, yang membuatku betah adalah aroma harum kertas yang menyeruak cuping hidungku.4146Please respect copyright.PENANAJLbGoXeiDX
4146Please respect copyright.PENANAKZ1WxHSN2c
Seorang lelaki menghampiri Stand tempat aku berada. Fajar berdiri dan tersenyum kepadanya. Lelaki itu melirikku sekilas. Ia berbisik kepada Fajar. “Pacarmu, Jar?” Walaupun bisik itu kecil dan suara pengunjung lain begitu riuh, tapi aku masih bisa mendengarnya.4146Please respect copyright.PENANAhGISy6RLNF
4146Please respect copyright.PENANAozE1ivl8zR
“Istri saya,” Fajar balas berbisik. Sekilas ia melihat ke arahku.4146Please respect copyright.PENANAIDbunEZ31y
4146Please respect copyright.PENANAuBQbFjj2jv
Aku menelan ludah. Anehnya aku tidak marah dan justru merasa senang. Aku tidak tahu kenapa. Lelaki itu tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.4146Please respect copyright.PENANAKnnmrdQq8D
4146Please respect copyright.PENANAV2nm2sm6cH
Setelah melayaninya, Fajar lekas duduk di sampingku. Aku menatapnya dengan tajam. “Tante denger, lho.” Aku menyilangkan kedua tanganku di depan dada.4146Please respect copyright.PENANAbHJ07rwAJl
4146Please respect copyright.PENANAUX7vOwixBk
Fajar terlihat gelagapan. “Emang Fajar bilang apa tadi, Tan?”4146Please respect copyright.PENANA30ExFkV08c
4146Please respect copyright.PENANA9X46wmE5ry
“Kamu bilang Tante istri kamu.” Aku mengernyitkan wajah memasang ekspresi garang.4146Please respect copyright.PENANAfrJ59xOoFb
4146Please respect copyright.PENANAxiipI73KE3
“Tante salah dengar kali.” Fajar bertahan, matanya lekat memandang lalu lalang orang. Ia terlihat gugup, seperti maling yang keciduk. Belum sempat aku menginterogasinya lebih lanjut. Dimas terlebih dahulu datang.4146Please respect copyright.PENANA3YI2wU0NUE
4146Please respect copyright.PENANAXpm77dhO7s
“Mi, abi ada urusan mendadak.” Dimas meringis sambil menggaruk hidungnya.4146Please respect copyright.PENANAXi0xjyUdiF
4146Please respect copyright.PENANABA3WX5GeY6
Aku menghela nafas. “Jadi, mau pulang?” aku berkata dengan wajah cemberut.4146Please respect copyright.PENANAdREUWpAYj1
4146Please respect copyright.PENANAnsg6ZZrlgP
Dimas berdehem sebentar. Ia melirik Fajar sekilas. “Jar, nanti kamu bisa anter tante pulang? Om ada urusan.”4146Please respect copyright.PENANA7ISXhRFoB2
4146Please respect copyright.PENANAMHjfNTuTvK
Aku menoleh ke Fajar. Menunggu jawabannya.4146Please respect copyright.PENANAph8ABuWxSp
4146Please respect copyright.PENANA3Ugo5U5Bra
“Dengan senang hati, om,” Jawab fajar sambil berdiri, lalu menunduk sopan.4146Please respect copyright.PENANAyynCiFqFpp
4146Please respect copyright.PENANAIiBo8Qdqsc
Dimas melirikku. “kalau umi masih mau di sini, nanti pulangnya sama Fajar, ya? Abi gak bisa lama-lama. Maaf ya, mi.”4146Please respect copyright.PENANA0ejbRYJlsR
4146Please respect copyright.PENANAOqW6omdat3
Aku mengangguk tidak rela, tapi mau tak tamu aku harus membiarkan suamiku yang super sibuk itu kembali berkutat dengan pekerjaannya.4146Please respect copyright.PENANAyHYL3IGBYW
4146Please respect copyright.PENANA45DhVQyMLn
Aku dan Fajar kembali ke dalam obrolan. Menit berlalu. Obrolan kami semakin intens. Obrolan kami kadang terhenti sejenak, Sebab Fajar haris melayani pembeli. Lalu kami jatuh dalam obrolan lagi. Menit ganjil menjelma genap. Obrolan semakin serius. Deru kaki pengunjung lain mulai mereda.4146Please respect copyright.PENANAefV4QPHyqJ
4146Please respect copyright.PENANAcz2GtfjUSw
“Kamu rencananya mau lanjut kuliah atau kerja, Jar?” tanyaku, menoleh ke arahnya.4146Please respect copyright.PENANANFl3zSmv1H
4146Please respect copyright.PENANAtQfMQHiXw4
ia tersenyum. Sebuah senyum yang jika aku lihat dengan dalam, memancarkan sebuah kesedihan. “Fajar gak lanjut, Tan.”4146Please respect copyright.PENANA92nhwsCuGq
4146Please respect copyright.PENANAHrG5gSLcQ2
Aku menyedot pop iceku. “Sayang banget, sih, Jar. Kamu tuh anaknya rajin, lho,” kataku. Jujur saja, menurutku pribadi, Fajar sangatlah pintar. Ia bisa beradaptasi dalam kondisi apapun.4146Please respect copyright.PENANAa88EijE1Rs
4146Please respect copyright.PENANAnhCfxWgoEh
“Fajar juga maunya gitu, Tan. Pengen kaya teman-teman yang lain. Tapi, mau gimana lagi?” ia tertawa, getir. Kemudian melanjutkan, “terkadang, keadaan membuat seseorang mati langkah.” Ada racikan duka yang kurasakan di setiap kalimatnya. ia berkata lagi. “Sebagian orang terlahir beruntung. Sebagian lagi, hanya menghiasi mereka yang beruntung,” ia terkekeh, getir.4146Please respect copyright.PENANADUWDzAudpw
4146Please respect copyright.PENANAbZBeN61B8E
Akhirnya aku bersuara. “Menurut tante, setiap orang beruntung, kok. Ya, kalau belum beruntung berarti coba lagi.”.4146Please respect copyright.PENANANtxWZwSo1g
4146Please respect copyright.PENANAINVajvR4Hw
Hening sejenak. Derup langkah tidak terdengar lagi. Pengunjung kian menyepi. Hembusan angin menerpa wajahku, wajahnya, dan setumpuk buku. Fajar berdiri, menoleh ke arahku.4146Please respect copyright.PENANA4MvsDiTFhI
4146Please respect copyright.PENANAQ9RE3C4RHP
“Udah sepi, tan. Waktunya tutup,” katanya. “Tante gak masalah, kan, kalau bantuin Fajar berkemas?”4146Please respect copyright.PENANAQDDN0odlYf
4146Please respect copyright.PENANAdmaYDBfqQR
Aku ikutan berdiri. tersenyum kepadanya. “Dengan senang hati,” kataku, riang.4146Please respect copyright.PENANAXFb2c557rb
4146Please respect copyright.PENANA3wj1UyJVxV
***4146Please respect copyright.PENANAohjvOvNFZi
4146Please respect copyright.PENANAjavQqq9L4g
Kami berdua berjalan bersampingan, menuju sepeda motor Fajar yang terletak di belakang Gedung. Hening malam seperti ini teramat kusukai. Jauh dari berisik kendaraan. Angin berhembus kencang di kemalaman, Bangku-bangku di depan setiap Stand sudah sunyi tak berpenghuni.4146Please respect copyright.PENANAtvmY65iZZv
4146Please respect copyright.PENANAZGsTaCH7J9
“Pernah naik motor, Tan?” Tanya Fajar sesampainya kami di depan motornya.4146Please respect copyright.PENANA4kMHLT7Q5r
4146Please respect copyright.PENANAfkw0EJ0wna
“Waktu kuliah, tante sering naik motor, kok.” Jawabku.4146Please respect copyright.PENANAFcQ9FdZbKn
4146Please respect copyright.PENANAzQTb97xL8o
Fajar menyodorkan helmnya kepadaku. Aku menatapnya heran. “Kamu aja yang pakai. Kan kamu yang bonceng.”4146Please respect copyright.PENANAcfuVtYqV6j
4146Please respect copyright.PENANACWBZDcQuID
Fajar tersenyum, kemudian mendekat ke arahku. Aku tercekat. Jarak kami dekat. sangat dekat. Ia mengangkat kedua tangannya dan memasangkan helm di kepalaku. Degup jantungku seakan mau melompat keluar. Bau keringatnya menyeruak cuping hidungku. Aku menelan ludah. Sudah lama aku tidak pernah diperlakukan seromantis ini.4146Please respect copyright.PENANAQ7Q3wCP90V
4146Please respect copyright.PENANA2bO2PPL4hH
“Pakai, ya, tan.” Fajar membungkuk sedikit. Mensejajarkan wajahnya dengan wajahku. Wajah kami terlalu dekat. aku bisa merasakan hembusan nafasnya.4146Please respect copyright.PENANACgR6iQG62V
4146Please respect copyright.PENANAGy7k3x5oJv
“Debaran jantung tante kedengaran, lho.” Fajar mengedipkan mata. Aku bisa merasakan pipiku memanas. Fajar berkata lagi. “Pipinya juga merah.” Ia mengulum senyum.4146Please respect copyright.PENANAn63ngQpFwW
4146Please respect copyright.PENANAMyK7oxcKwa
Aku menunduk menyembunyikan semburat rona di wajahku. Tak ada satupun kata yang mampu keluar dari mulutku.4146Please respect copyright.PENANAwwD4rruHEp
4146Please respect copyright.PENANA2HTjiikXDQ
“Ayo tan.” Fajar sudah siap di atas motor. “Jangan salting mulu.” Ia kembali menggodaku. Dengan pipi yang masih merona, aku menaiki motornya.4146Please respect copyright.PENANAFYXCqjYuDj
4146Please respect copyright.PENANAq7CQPnDKaK
“Duduknya jangan jauhan, nanti jatuh, lho,” Fajar menoleh sekilas ke belakang.4146Please respect copyright.PENANA2T4f2ejRsy
4146Please respect copyright.PENANAlsJEdQCXHm
Aku memukul pelan punggungnya. “Nyebelin!”4146Please respect copyright.PENANAj4wRIBI0iq
4146Please respect copyright.PENANAvdm3iqJAGh
Fajar malah terkekeh. Aku meletakan tanganku di depan dada, menjadi penyangga antara dadaku dan punggungnya. Ia memacu gas, perlahan kami menembus udara malam.4146Please respect copyright.PENANAlzLRrigfSE
4146Please respect copyright.PENANAooSJ8HnVcZ
Di spion motor, aku bisa melihat senyumnya. Sebuah senyum yang membuatku malah ikut tersenyum. Berisik knalpot motor di depan dan belakang kami, seakan menjadi pengiring musik perjalanan.4146Please respect copyright.PENANAqcA1KthHOk
4146Please respect copyright.PENANA8nScmAzcrU
Aku berpaling kanan-kiri, hotel-hotel menjulang tinggi. Bunyi-bunyi klakson saling bersahutan tak mau mengalah. Warung bakso, nasi padang, mie ayam, terlihat ramai. Gerombolan remaja berjalan di bahu jalan, saling tertawa.4146Please respect copyright.PENANACiUV1G6hyv
4146Please respect copyright.PENANAaszGUMJTUQ
Aku menatap wajahnya dari spion, tak di sangka, ia malah melirik ke spion dan tersenyum. Sepersekian detik, aku memalingkan wajahku, kembali menatap jalanan. Remaja itu selalu membuatku tersipu dan salah tingkah. Entah kenapa.4146Please respect copyright.PENANAjTji9CfsIQ
4146Please respect copyright.PENANAHvjPFKFnMF
***4146Please respect copyright.PENANAjn5vadkJFD
4146Please respect copyright.PENANAbNQ8iJqxWQ
Kami tiba di rumah. Aku turun dari motor. Melepas helm dan mengembalikan kepada Fajar.4146Please respect copyright.PENANAk0ZCdyrJvC
4146Please respect copyright.PENANAYFpF3Dio2b
“Mau mampir dulu, Jar?” Tawarku.4146Please respect copyright.PENANA0N0x0ifCe8
4146Please respect copyright.PENANAa68TygT36O
Sambil mengenakan helmnya, Fajar menyahut, “Besok aja, deh, Tan. Mau pulang dulu, capek.”4146Please respect copyright.PENANA5UCpWq2GyR
4146Please respect copyright.PENANA3m1kjWcHsY
Aku membalas senyumnya. “Hati-hati, jangan ngebut.”4146Please respect copyright.PENANAGidyRejD1J
4146Please respect copyright.PENANAmmojzb4MJI
Fajar mengangguk, melambaikan tangan. “Pulang dulu ya, tan.” Fajar meliuk-kan motornya. Sebelum ia menancap gas, ia menoleh kebelakang, lalu membuka kaca helm.4146Please respect copyright.PENANAIzcNtlKYwv
4146Please respect copyright.PENANAWEUggqPwu1
“Oh, iya, tan. Perihal bisik-bisik tadi. Fajar bilang sama teman Fajar, kalau tante istri Fajar.” Fajar berkata dengan lugas. Aku tergagap. Fajar melanjutkan. “Fajar tahu, kok, tante udah tahu.” Ia mengedipkan matanya.4146Please respect copyright.PENANAvxsESaH57W
4146Please respect copyright.PENANAj1bPqpO2Cm
Untuk yang tidak tahu keberapa kalinya pipiku kembali memanas. Dan desir itu kembali datang, lagi dan lagi. Dua detik kemudian, terdengar suara knalpot motornya. Ia menancap gas, keluar dari pekarangan rumah, lalu menghilangkan dari pandanganku.4146Please respect copyright.PENANAxQGqFhk04S
4146Please respect copyright.PENANAYBsz5wSpHR
Aku berbalik dan melangkah menuju pintu dengan wajah yang kian merona. Tak bisa dipungkiri, bahwa aku sangat menikmati kebersamaan bersama Fajar. Ada sebuah gejolak dalam jiwaku yang meletup ketika Remaja itu menggodaku. Sedetik kemudian aku tersadar, lantas aku menggelengkan kepala. Engga, engga boleh.4146Please respect copyright.PENANAnYUiGQP1c7
4146Please respect copyright.PENANAiLZWRGef3O
Tiba aku di ruang tamu. Aku memperhatikan Adit, anakku, yang sedang duduk di sofa sambil bermain ponsel. Lekas aku menghampirinya, lalu duduk di sampingnya.4146Please respect copyright.PENANAGnVDHKh6NH
4146Please respect copyright.PENANAE2g9ZBecbm
“Abi udah pulang?” tanyaku kepadanya.4146Please respect copyright.PENANAAzvezZXQ9j
4146Please respect copyright.PENANAOZsGAfPShF
“Belum, mi.” Adit menjawab singkat, matanya masih fokus ke layar ponsel.4146Please respect copyright.PENANA3gGJ1Tyvd1
4146Please respect copyright.PENANAsiJwHt9gvY
Aku menghela nafas. “Adit, kalau umi ngomong, bisa gak stop main hp?”4146Please respect copyright.PENANAgCTWpFXMaf
4146Please respect copyright.PENANAMFrFWbMtGo
Dengan raut wajah muram, Adit meletakan ponsel di atasnya meja. “Iya, mi, iya. Maaf, Adit salah.”4146Please respect copyright.PENANALGqWsBJZNy
4146Please respect copyright.PENANAQtPVQiQGlZ
Aku malah terkekeh. Melihatnya seperti itu membuatku tergelitik.4146Please respect copyright.PENANAFob06QXZMr
4146Please respect copyright.PENANA9fwK1Adatx
Adit merubah posisi duduknya menghadapku. Wajahnya terlihat antusias. “Umi mau tau gak?”4146Please respect copyright.PENANADhqcLU1HU1
4146Please respect copyright.PENANABvGB7WFpx0
Aku mengernyit heran. “Gimana umi mau tahu. Kamu belum ngomong apa-apa.”4146Please respect copyright.PENANAMEDNWqTX2X
4146Please respect copyright.PENANACBJpWtnQIf
Adit tertawa ringan. Matanya sedikit membesar, seakan ingin menyampaikan sebuah berita penting. “Barusan pacar Fajar, chat Adit, katanya dia lihat Fajar bonceng cewek.”4146Please respect copyright.PENANAaZ9V6YkTqg
4146Please respect copyright.PENANAj0VG8r7rjD
Aku membenarkan posisiku. Entah kenapa aku malah tertarik. “Terus?”4146Please respect copyright.PENANA22dSTk9HP2
4146Please respect copyright.PENANAaar0pdxxB5
Adit melanjutkan. “Fajar selingkuh Umi. Adit gak habis fikir sama Fajar.” Adit menepuk jidatnya.4146Please respect copyright.PENANAMg6kTVdsQN
4146Please respect copyright.PENANAxAn1uTt5Yx
Aku tertawa sambil memegang perutku. Anakku malah bingung. Aku mengambil nafas sejenak. “Bilang sama pacarnya Si Fajar, yang dibonceng Fajar, itu Umi.”4146Please respect copyright.PENANAIxvnC3SJsN
4146Please respect copyright.PENANAEahRUlamQF
Giliran Adit yang tertawa. “Udah Adit duga.” Adit menggelengkan kepala, Kemudian ia meraih ponselnya. Aku menggeser tubuhku bersentuhan dengan bahu anakku.4146Please respect copyright.PENANAljN6Yaq88R
4146Please respect copyright.PENANAgDk7sg0OUV
“Kamu chatingan sama pacarnya Fajar?” tanyaku fokus menatap layar ponsel Adit.4146Please respect copyright.PENANABWmoxR03IP
4146Please respect copyright.PENANAUsc4HqUAC4
Adit menarik ponselnya menjauh dariku. “Ih, umi, kepo banget urusan anak muda.”4146Please respect copyright.PENANAZAiZYWOEwo
4146Please respect copyright.PENANA0fiVmZHQEz
“Umi penasaran doang,” kataku.4146Please respect copyright.PENANATvacAuxTQL
4146Please respect copyright.PENANAfRonTY0jC3
“Kan umi yang nyuruh Adit buat bilang sama pacarnya Fajar.”4146Please respect copyright.PENANAqpmEBRgbq3
4146Please respect copyright.PENANAbvgNpeyi84
Entah kenapa, ada sebuah tusukan kecil dalam hatiku. yang membuatku merasa gundah. Apakah itu cemburu? Aku tidak tahu.4146Please respect copyright.PENANAjoasIVY3GG
4146Please respect copyright.PENANASF8xYRl8HH
Kemudian, Aku bergeser empat jengkal menjauh dari anakku. Memberi ruang privasi kepadanya. Fajar sudah punya pacar, ternyata. Mengetahui kenyataan itu membuatku sedikit merana. Terus kenapa dia memperlakukanku dengan romantis begitu? tapi, yang lebih anehnya, kenapa aku harus marah? Aku bersikap seolah-seolah sedang jatuh cinta kepadanya. Lantas aku menggeleng-geleng. Engga, Engga boleh. Aku udah punya suami.4146Please respect copyright.PENANAz5Lk04mmdU
4146Please respect copyright.PENANAf4elSaCX1G
“Umi kenapa?” Adit menatapku heran.4146Please respect copyright.PENANAAMYx02WlSf
4146Please respect copyright.PENANAGYBzupr92f
Aku memasang wajah galak, berpura-pura. “Umi lagi kesal sama abi!” aku malah menyalahkan suamiku, padahal yang membuatku kesal adalah sahabat dari anakku sendiri.4146Please respect copyright.PENANAFxT2xX1Ax2
4146Please respect copyright.PENANAXhMmAJi3Bc
Adit hanya terkekeh, kembali menatap layar ponsel. Aku berkata lagi, sedikit galak, “Awas aja kalau kamu ketahuan sama umi kalau pacaran.”4146Please respect copyright.PENANAzD9pjDoEAt
4146Please respect copyright.PENANAP1sqKNVsj1
Adit menoleh. “Iya umiku yang paling cantik.”4146Please respect copyright.PENANAQXd7s0mIpJ
4146Please respect copyright.PENANAg2rJUCfJac
Aku tersenyum lebar, lalu mengusap kepalanya lembut. “Itu baru anak umi.”4146Please respect copyright.PENANA523eDt0C9A
4146Please respect copyright.PENANAiJzZrI2W4H
Sebenarnya, aku bukan tidak menyuruh Adit berpacaran, atau dekat dengan perempuan. Aku sendiri akan mengiyakan jika dia sudah bisa memilih keputusan dengan baik. Bukan juga aku menormalisasikan perzinahan. Aku tidak ingin mengekang kebebasannya. Yang aku bisa, hanya menasehatinya, dan menjauhkannya dari larangan-Nya.4146Please respect copyright.PENANA1QoeFgZl8B
4146Please respect copyright.PENANAn2ZMNKNAl5
***4146Please respect copyright.PENANA5cDf1hspAa
4146Please respect copyright.PENANAfTKDhxPZUm
Aku berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit kamar. Entah kenapa pikiranku masih berkecamuk perihal Fajar. Ada yang menjanggal di benakku.4146Please respect copyright.PENANAeMKEle03vK
4146Please respect copyright.PENANAC34fABGgBm
Aku menoleh ke samping, wajah Dimas terlihat terlelap. Entah kenapa ada racikan bersalah ketika aku melihat wajahnya. Bisa-bisanya aku memikirkan pria lain sementara dia berada di sampingku. Bukankah itu adalah perbuatan dosa? entahlah, hanya tuhan yang tahu.4146Please respect copyright.PENANAMjV5xOUFUY
4146Please respect copyright.PENANA2JdrxrQBJO
Sayup-sayup suara terdengar berisik. itu pastilah anakku yang sedang bermain console game tengah malam begini. Jika sudah begini, aku harus turun tangan. Mana pula besok ia harus sekolah. Aku beranjak berdiri, melangkah menuju pintu kamar.4146Please respect copyright.PENANAun5uqTu2Mn
4146Please respect copyright.PENANACfLS2tlviG
Sayu suara itu saling bersahutan. Selintas aku berfikit, jangan-jangan itu Fajar? Tapi, bukankah ia berkata ingin pulang? Untuk memastikan, aku melangkah cepat menuju kamar anakku.4146Please respect copyright.PENANACtrpRpG9Tl
4146Please respect copyright.PENANAG368hUf2WE
Tebakanku benar, Adit dan Fajar sedang asik bermain console game.4146Please respect copyright.PENANAgDlQv7xfn2
4146Please respect copyright.PENANAB8bSJ6Uvn7
“Udah malem, gak ada puas-puas-nya main game.” Aku berdiri di tengah pintu, menatap tajam mereka bergantian.4146Please respect copyright.PENANAEZ0W4E8tQn
4146Please respect copyright.PENANA5qtAlJ39Ei
“Lo sih Jar berisik.” Adit menoyor pelan baju fajar.4146Please respect copyright.PENANAjSKFsNxFYL
4146Please respect copyright.PENANAo3owSQ0lpT
Fajar menatapku lekat. Aku memalingkan wajah, tak kuat akan tatapannya. “Kalian lekas tidur, besok sekolah.” Aku berkata sambil memalingkan wajah.4146Please respect copyright.PENANAEt3qJuiTVo
4146Please respect copyright.PENANAesX6qFPxdj
Adit mendengus, beranjak bangkit dan berbaring di ranjang. Sementara fajar mendekat ke arahku. Otomatis aku mundur satu langkah, mempersilahkannya. Sekilas, ketika ia melewatiku, ia melirikku dengan senyum simpul. Yang aku tak paham maksudnya. Bagai tersihir aku mengekor di belakangnya, sementara pintur kamar anakku, kubiarkan terbuka.4146Please respect copyright.PENANAMrgGWE4wLb
4146Please respect copyright.PENANAooBN6tfKgu
Fajar berhenti di ruang tamu dan duduk di sofa. Ia mendongak menatapku. “Kenapa tan?”4146Please respect copyright.PENANAPvMj1gT6OO
4146Please respect copyright.PENANAaAoFnLcY2t
Aku tergagap. “Susah tidur,” jawabku sedikit kikuk.4146Please respect copyright.PENANAnvGN0RVbYT
4146Please respect copyright.PENANAFAiKpFiDgs
Fajar hanya ber-oh saja. Aku duduk di sofa, berhadapannya dengannya. Hening menyapa. Fajar merogoh kantung celananya, mengeluarkan sebatang rokok lalu membakarnya.4146Please respect copyright.PENANAdGRetWwjLK
4146Please respect copyright.PENANArpj4kBWJJp
“Tante baru tahu kalau kamu merokok,” kataku memecah hening di antara kami.4146Please respect copyright.PENANAZDBHMNMPkr
4146Please respect copyright.PENANAeV3dF6mDVd
Fajar mengepulkan asap. “Jarang, kok, tan. Palingan kalau pengen aja.”4146Please respect copyright.PENANApUEDPHLmbl
4146Please respect copyright.PENANAvj9c9dKxLV
Aku mengangguk. “Oh, iya. Tadi ada kejadian lucu tauk.” Aku terkekeh. “Waktu kamu bonceng tante, pacar kamu ngira, kalau tante selingkuhanmu.”4146Please respect copyright.PENANAMb6E7j5EjB
4146Please respect copyright.PENANAzUU3Bb3a3q
“Adit udah cerita, tan,” Fajar berkata singkat. Kemudian ia berdiri, beranjak duduk di sampingku.4146Please respect copyright.PENANAVhrI8h6PsT
4146Please respect copyright.PENANAizIGsYofrd
Aku menelan ludah dan bergeser sedikit.4146Please respect copyright.PENANAJc2jki8P7E
4146Please respect copyright.PENANAKsd6Y0S7U9
“Tante cemburu?” dia menoleh.4146Please respect copyright.PENANAVfBMttspvE
4146Please respect copyright.PENANAcjwcpKDB8O
Aku menggelengkan wajah, tak berani aku menoleh dan menatapnya.4146Please respect copyright.PENANAoVC04bRpnp
4146Please respect copyright.PENANAUyhEUoCa8c
Fajar bergeser semakin dekat. Aku kembali menelan ludah. Semuanya terasa hening, suara detik jam terasa melengking. Ia kemudian mengendus area ketiakku. Entah kenapa aku membiarkannya, padahal perbuatan itu tidak pantas.4146Please respect copyright.PENANAyq978Eeicb
4146Please respect copyright.PENANAlCSRnA9BrV
“Tante bau ketek.” Ia bergeser agak menjauh.4146Please respect copyright.PENANAqX0NJY0kL4
4146Please respect copyright.PENANAj4bRkMcWtW
Sontak aku menatapnya tajam. “Tante udah mandi!” Aku berkata ketus.4146Please respect copyright.PENANAAWyCke8f0Y
4146Please respect copyright.PENANA0dZOseZfPi
Fajar malah terkekeh. Ia kembali mendekat ke arahku. “Lagian tante di tanya diem doang. Kaya ngomong sama tembok.”4146Please respect copyright.PENANA4tRnSLn2q2
4146Please respect copyright.PENANAhKhb4ca7Jx
Aku menyahut. “Lagian pertanyanmu aneh!” Aku memalingkan wajah, sebal.4146Please respect copyright.PENANArcSRMcOCJ6
4146Please respect copyright.PENANAVLAWTQvx4q
“Aneh atau memang iya?” Fajar terus mencecer. “Tante juga gak nolak waktu aku endus ketiaknya.”4146Please respect copyright.PENANAUGeYBx1DcR
4146Please respect copyright.PENANA1W1buzSmOu
“Jangan aneh-aneh, deh, Jar.” Aku berkata dengan nada sedikit tinggi. Bagaimanapun juga, ia sudah melampaui batas. Dan Jujur saja, aku tidak ingin terlampau jauh.4146Please respect copyright.PENANAptdAVq3Lj1
4146Please respect copyright.PENANAfLlhixUbuU
Fajar tak menghiraukan. Dia malah menggodaku lagi. “Bau ketiak tante enak lho. Fajar suka. Harum.”4146Please respect copyright.PENANA502JnhhzHl
4146Please respect copyright.PENANAVgjcdEb90Q
Aku merasa terhina atas perkataanya barusan, tapi entah kenapa aku masih ingin terus berbincang dengannya. Tapi, aku tidak mau obrolan kami mengarah ke hal tabu.4146Please respect copyright.PENANAqeS8mFUE2k
4146Please respect copyright.PENANAxucDtocNyq
“Bahas yang lain, Jar. Tante gak suka bahas hal kaya gitu.” Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.4146Please respect copyright.PENANA5u2vumVvgc
4146Please respect copyright.PENANAkXKzXjnQ0C
Fajar masih kekeuh. Kali ini ia semakin berani. Dengan lembut ia mengusap kepalaku bagai seorang ibu mengusap kepala anaknya. Lagi-lagi aku tak menolak, pun marah. Desir hangat itu kembali lagi, membelengguku dalam dosa yang aku sadari.4146Please respect copyright.PENANAZBKXmEp0lQ
4146Please respect copyright.PENANAg0wE2O0qXk
Fajar menarik daguku menghadapnya. Mata kami bertemu. Bagai berada di kutub utara, aku seketika membeku. Perlahan ku rasakan jemarinya berjalan lembut di pipiku, lalu menuju keningku. Aku hanya diam, membiarkan jemarinya menyelusuri seluk-beluk wajahku. Desir darahku bergejolak ketika jemarinya menapak jejak di bibirku. perlahan ia usap halus bibirku dengan jemarinya.4146Please respect copyright.PENANArmcAnWxwZe
4146Please respect copyright.PENANA2mLa8hPxLz
Entah kenapa, sentuhan lembut jemarinya di bibirku membuatku memejamkan mata. Tiba-tiba terdengar suara tertawa. Aku membuka mata, menatap bingung Fajar yang terkekeh.4146Please respect copyright.PENANAUDwmkRF45f
4146Please respect copyright.PENANAQMNaMRterS
“Tante minta di cium?” Fajar bertanya dengan wajah gembira.4146Please respect copyright.PENANAFApXH3KNkE
4146Please respect copyright.PENANAXMtFrKRjU3
Aku menatapnya kesal. Ia seolah-olah mempermainkan perasaanku, dan itu sangat mejengkelkan sekali. Lekas aku berdiri. Fajar menarik tanganku, membuatku kembali duduk.4146Please respect copyright.PENANAO5tqlS3fao
4146Please respect copyright.PENANAgacVknvkaG
Ia mendekat. Jantungku berdegup kencang. Lagi-lagi aku memejamkan mata, seakan rela jika ia mencumbu bibirku. Fajar malah berbisik, deruh nafasnya bisa kurasakan saking bibirnya dengan dengan telingaku.4146Please respect copyright.PENANAjPeY3h54g2
4146Please respect copyright.PENANAyyZigVXWcg
“Besok pagi kerumahku, Tan.” Seketika aku merinding mendengarnya. Kerumahnya? Kenapa? Untuk apa?4146Please respect copyright.PENANAiRecTEEMJj
4146Please respect copyright.PENANAUdPs0DfUm9
Belum sempat aku bertanya, ia lekas beranjak berdiri sambil tersenyum kepadaku. Aku menatapnya penuh tanda tanya. Fajar malah berbalik, melangkah menujur kamar anakku.4146Please respect copyright.PENANA4JkLlqy0wB
4146Please respect copyright.PENANAmEFwf9ArQF
Pada sebuah cela kesadaraan, aku menyadari sesuatu. Bahwa aku jatuh cinta kepadanya, kepada sahabat anakku sendiri. Aku menghela nafas, dalam. Kamu gak boleh melanjutkan ini lagi. Laras, kamu harus sadar, kamu udah bersuami sekaligus ibu rumah tangga. Laras, kamu bisa. Ini semua dosa.4146Please respect copyright.PENANA3V5ubtdCEU
4146Please respect copyright.PENANAk3g4Fq7flQ
***4146Please respect copyright.PENANA9Gof6XaThZ
4146Please respect copyright.PENANAXBUXv6kIzK
“Mati kau mati, kau akan terlahir berkali-kali”.4146Please respect copyright.PENANAcsW1acjnbw
4146Please respect copyright.PENANAl1RaGHKEg3
Sebuah kutipan yang aku ambil dari sebuah novel yang barusan aku baca. Aku memang kerap mengisi waktu soreku dengan membaca. Sejak dahulu, Ralat, lebih tepatnya sejak kecil, aku memang hobi membaca. Kebiasaan tersebut terbawa sampai sekarang.4146Please respect copyright.PENANAAJTBFW6leO
4146Please respect copyright.PENANACUE3YZhw5U
Aku mendongak ke atas, melirik jam dinding. Sudah pukul tiga sore. Sekiranya, aku menghabiskan waktu satu jam untuk membaca buku. Rumah sepi, Adit belum pulang. Di hari tertentu, seperti hari ini, selasa, Adit biasanya pulang pukul empat, sebab ia mengikuti sebuah eskul di sekolahnya.4146Please respect copyright.PENANACmp86k3mHK
4146Please respect copyright.PENANAuuBWj2V8s8
Semalam, Aku dan Dimas membahas perihal Pendidikan Adit. Bulan depan, ia sudah lulus. Adit sendiri memilih untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Tentu saja aku dan Dimas mensupport hal tersebut. Pendidikan anak tetap nomer satu.4146Please respect copyright.PENANAsdjN14cpV6
4146Please respect copyright.PENANAxJ83aMRTpn
Dimas sedikit berbeda pendapat denganku. Aku sendiri ingin Adit masuk kuliah di kota ini. Sementara Dimas, menyuruhnya kuliah di Ibu Kota. Ya, apapun hasilnya yang penting dia kuliah.4146Please respect copyright.PENANAYiHTrD7W24
4146Please respect copyright.PENANAGdADFPDO1O
Aku kembali melihat jam dinding. Kemudian aku bangkit sambil meregangkan tangan, lalu menghela nafas secukupnya. Aku memutuskan untuk membuat kopi, caffein sangat ampuh untuk mencegah kantuk.4146Please respect copyright.PENANAuWGiorHUcj
4146Please respect copyright.PENANALAdNiISzJ7
Aku berjalan menuju dapur. Mengambil kopi hitam di selorakan meja dan juga gelas kaca. Sambil memanaskan air, aku kembali teringat soal pernyataan Fajar malam itu. Emangnya siapa dia? bisa memerintahku seenaknya begitu? Aku cukup merasa jengkel terhadap sikapnya yang seperti itu. bisa-bisa-nya dia menyuruhku untuk datang kerumahnya.4146Please respect copyright.PENANA4s8fK6MSUO
4146Please respect copyright.PENANAWchUOjFmJE
Gemercik air bergemuruh kecil, sigap aku mematikan kompor gas. Lalu menuangkan air panas ke gelas, tak lupa sendok ku taruh terlebih dahulu. Fisika dasar, sendok bisa menjadi penghantar panas. Jika langsung kutuangkan tanpa sendok, kemungkinan gelas akan retak.4146Please respect copyright.PENANA2rQgq1bUXG
4146Please respect copyright.PENANAVHlZcE38TV
Aku kembali ke sofa ruang tamu dengan kopi hitam di atas meja. Duduk takzim sambil sesekali menyesap kopi. Aku menyukai kopi sudah lama. aku hanya sekedar penikmat saja, untuk jenis-jenis kopi, aku tidak terlalu tahu.4146Please respect copyright.PENANASO9QiiYy4x
4146Please respect copyright.PENANAaK9Yt2omBv
Terdengar suara pintu terbuka. Adit tersenyum kepadaku dan beranjak mendekat.4146Please respect copyright.PENANAZ7Vm6Hfjrm
4146Please respect copyright.PENANAzNDW9yiqxG
“Umi, laper,” kata Adit sambil duduk di sofa, berhadapan denganku.4146Please respect copyright.PENANA0HwofyYYGP
4146Please respect copyright.PENANATaLRFZFoSs
“Umi udah masak ayam goreng, makan gih,” kataku.4146Please respect copyright.PENANAS42UMcdNzJ
4146Please respect copyright.PENANAdPQtF3jWU4
Adit meletekan tasnya disampingnya. Wajahnya tampak kusam dan berminyak. “Fajar tadi ke sini, mi?” Tanya Adit.4146Please respect copyright.PENANAT5Xkt1XuDo
4146Please respect copyright.PENANAqH6YNlJxLj
Aku menggelang.4146Please respect copyright.PENANATt2Bcup0L0
4146Please respect copyright.PENANAAfBN2EF7q1
“Dia gak sekolah tadi, tumben banget.”4146Please respect copyright.PENANANnSLmxm8mo
4146Please respect copyright.PENANALVugUdbCAs
Aku ber-oh saja. “Mungkin lagi demam.”4146Please respect copyright.PENANAYS8grZb04h
4146Please respect copyright.PENANAeukGDs7rJK
“Yaudah, mi. Adit mau makan dulu, laper.” Adit meraih tasnya kemudian berdiri.4146Please respect copyright.PENANAhPZhyqY2Me
4146Please respect copyright.PENANA6IzqcKDHax
“Ganti baju dulu, sayang,” kataku.4146Please respect copyright.PENANAdofsdzEEfq
4146Please respect copyright.PENANADgNlwpabX5
“Iya umiiii.” Adit melangkah menuju kamarnya,4146Please respect copyright.PENANAHG3cq8cSfA
4146Please respect copyright.PENANAmFRBTaHsCK
Aku kembali menyesap kopi. Aku sebenarnya tahu alasan Fajar tidak sekolah, ia pasti menunggu kehadiranku di rumahnya. Ia menyangka bahwa aku akan datang, mengenaskan sekali jika ia berfikir seperti itu. Aku bukanlah perempuan murahan yang akan tunduk kepadanya. Lagian, aku sudah mempunyai keluarga. Jadi, apapun yang dia lakukan, pasti akan sia-sia. Pasti.
Bersambung
4146Please respect copyright.PENANAYpudveVzem