Hari yang ditunggu pun tiba. Dengan bersemangat, Revan diantar oleh Bapaknya menuju rumah nenek menggunakan sepeda tua milik sang Bapak. Ia tidak diperbolehkan membawa sepeda miliknya agar tidak tergoda untuk berkeliling dan menjelajahi daerah sekitar.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡh816Z7TxEO
Setelah menempuh perjalanan singkat, mereka tiba di rumah nenek yang hangat dan penuh kenangan. Bapak Revan menitipkannya kepada nenek, sambil menyampaikan beberapa pesan penting mengenai batasan yang harus diikuti, ia tidak boleh pergi jauh dari rumah, dan diharapkan untuk membantu nenek dengan segala yang diperlukan.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡP9yUUIYVU3
Setelah obrolan yang menyenangkan, Bapaknya pamit pergi bekerja. Momen itu adalah saat yang berharga, karena Revan diantar pagi oleh Bapaknya bertepatan dengan waktu keberangkatan sang Bapak. Sebelum pergi, Bapaknya mengingatkan Revan untuk berperilaku baik, tidak merepotkan nenek, dan selalu siap sedia membantu.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfYI7nvK6GB
Begitu Bapaknya pergi, Revan segera membereskan semua barang-barangnya ke dalam kamar. Perlahan, ia mengatur barang-barang ke dalam lemari. Selesai mengatur, nenek memanggilnya untuk makan, lalu meminta Revan istirahat sejenak.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8ZgpjO3TG2
Setelah makan, Revan merasa lelah dan tertidur siang untuk mengistirahatkan tubuhnya. Dalam tidurnya, ia bermimpi bertemu seorang gadis cantik yang belum pernah ia kenal sebelumnya, bernama Audy. Kulitnya putih dan wajahnya ceria, menambah kesan misterius di benak Revan.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrHaSWP5tOo
Namun, belum sempat mereka berbincang lebih jauh, nenek membangunkannya karena hari sudah sore. Nenek meminta Revan membantunya membersihkan ladang yang selama ini terabaikan. Dengan semangat, Revan bersiap membantu nenek meskipun ia sedang berlibur.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYIqRBb9Y0r
Berdasar pada janji yang ia buat dengan Bapaknya, Revan langsung membasuh muka dan bergegas menuju ladang. Bersama nenek, mereka mulai membereskan rumput liar dan merapikan semak-semak, karena nenek berencana menanami ladang dengan ubi jalar. Perlahan-lahan, ladang itu mulai terlihat rapi, hanya tinggal mencangkul untuk menyiapkan tanah.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡO5kSP47Tcd
Namun, menjelang sore, nenek memutuskan bahwa mereka cukup bekerja untuk hari itu dan memintanya untuk mandi dan bersiap menikmati malam. Revan pun patuh dan segera membersihkan diri sebelum menikmati makan malam yang lezat.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2mGkXTEa7x
Malam semakin larut, dan Revan bergegas ke tempat tidur, siap untuk istirahat. Namun, pikiran tentang gadis dalam mimpinya, Audy, terus menghantuinya. Siapa dia, dan mengapa wajahnya terus muncul dalam mimpinya? Pertanyaan itu terus berputar di benaknya hingga ia tertidur.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ84jFlNjTMT
Dalam dini hari, mimpinya kembali menghadirkan Audy. Kali ini, mereka bermain dan bersuka ria di tengah taman indah, seolah dunia ini hanya milik mereka berdua. Namun, petualangan mereka terputus saat nenek membangunkannya di pagi hari.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnu2MrXKCIQ
Hari itu, nenek mengajaknya berbelanja ke pasar sayur. Revan dan nenek segera pergi ke tempat tukang sayur, Pak Somat, di mana nenek mulai memilih sayuran segar untuk dimasak. Sementara Revan duduk di dekat keranjang, nenek memberinya izin untuk jajan.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYUh7a1tKoK
“Kalau mau, ambil saja, Van,” kata nenek.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡb7fhtmNJzx
“Iya, nek,” sahut Revan dengan senyum.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwCDxx2gWo5
Di tengah kesibukan nenek memilih sayuran, seorang ibu, salah satu tetangga yang kaya namun rendah hati, menghampiri mereka. “Bu Surti, sudah lebih dahulu sampai di sini,” sapa ibu tersebut.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHsmyHIbYZ7
“Ah, Bu Tati! Tumben Ibu agak siang datangnya,” jawab nenek.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTs84A8jWnc
Sambil berbincang, Ibu Tati menceritakan cucunya yang juga baru datang. “Kasihan, Bu, cucu saya itu satu-satunya, selalu ditinggal sibuk orang tuanya.”
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡv6RD1uHOEy
“Oh, ya? Besok ajak dia ke sini, biar bisa berteman dengan Revan!” kata nenek penuh harap.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgOaJcUmhIi
Setelah berbelanja, mereka pulang dan Pak Somat melanjutkan keliling menjajakan dagangannya. Di rumah, Revan membantu nenek menyiapkan sarapan. Usai selesai, mereka kembali ke ladang untuk melanjutkan kerja.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9uALuuwpZw
Dari pagi hingga sore, mereka mengolah ladang dengan tekun, hanya mengambil waktu sejenak untuk istirahat. Setelah satu hari penuh, mereka akhirnya berhasil mencangkul seluruh ladang. Setelah beres, Revan segera mandi dan menikmati makan malam.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlClciZHy33
Malam kembali menyelimuti, dan Revan bergegas ke tempat tidur, berharap bisa tidur lebih awal. Namun, bayangan Audy kembali menghantuinya, kepenasaran akan siapa dia dan mengapa menjadi bagian dari mimpinya tak kunjung sirna.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlyGKWdxWMY
Ketika mimpi terulang kembali di tengah malam, Revan merasa semakin dekat dengan Audy, seolah dunia mereka terjalin dalam siluet kenangan yang indah. Namun, alarm pagi menyadarkannya dari mimpi, dan ia segera melangkah ke depan, mencari nenek yang sedang mempersiapkan sarapan.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJE0nLG2OEN
“Eh, tumben kamu belum dibangunkan. Sudah bangun ya, Van?” tanya nenek ketika melihat Revan yang masih mengantuk.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGh4sIIn8Hg
“Iya, nek. Mimpi yang bikin Revan kaget,” jawabnya sambil menguap.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgpnt0t8k9l
Sebuah senyuman muncul di wajah nenek. “Mimpi aneh ya? Mungkin penunggu ladang ngamuk karena rumahnya dibersihkan!” lelucon nenek mengundang tawa, meski Revan masih terbayang oleh Audy yang misterius.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2NQkMEdQcf
“Nek, mimpi saya sudah tiga kali tentang gadis bernama Audy. Kenapa ya?” tanyanya penasaran.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBTb8bFRlXJ
“Ah, itu bunga tidur saja,” jawab nenek sambil mengalihkan pembicaraan.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkav5ksO8wP
Meskipun nenek mencoba mengalihkannya, dalam hati Revan, rasa ingin tahunya akan Audy semakin membara. Dengan semangat baru, ia bersiap menjalani hari yang penuh kemungkinan.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡz4YXTCv3Jh
Revan mencuci muka dan menggosok gigi, sebelum akhirnya membuang air kecil. Setelah menyegarkan wajahnya, ia menunggu sejenak, sementara neneknya masih mengisi air panas ke dalam termos untuk persediaan siang nanti.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡK1d1GG0S0N
Tak lama kemudian, mereka berangkat menuju pangkalan Pak Somat untuk berbelanja bahan-bahan yang akan dimasak hari itu. Dengan cepat, mereka tiba di tempat penjual sayur yang terletak tak jauh dari rumah mereka.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKGNqsScbUo
Revan pun duduk di dekat keranjang jajanan. Meski tidak begitu suka jajan, ia senang mengamati jajanan yang terdapat di depannya, membolak-balikkan bungkus-bungkusnya dengan penuh teliti, mencari yang menarik perhatian.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdPIweFZAkM
Tak lama setelah mereka tiba, suara hangat Ibu Tati terdengar dari kejauhan menyapa nenek. Revan tidak menghiraukan percakapan orang dewasa itu; ia asyik membolak-balik jajanan, terlarut dalam dunia pilihannya.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHpN7x83BsH
“Revan, sibuk banget pilih-pilih,” ucap Ibu Tati dengan nada akrab.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEKSYUnCZ7F
“Iya, Bu. Bingung mau pilih yang mana,” jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari jajanan.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLD9b2dSN0O
Revan kembali melanjutkan pencariannya di keranjang tersebut, hingga Ibu Tati berkata, “Ayo, kamu juga pilih jajanan seperti Revan.” Sebuah kalimat yang langsung menarik perhatiannya karena namanya disebut.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuUZgQp7fWE
Dalam hati, ia berpikir bahwa Ibu Tati tidak datang sendirian. Dengan rasa penasaran, ia menoleh. Betapa terkejutnya ia ketika melihat gadis yang menghiasi mimpinya kini berdiri nyata di hadapannya.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJ9bBRYebFe
“Nek…,” serunya pelan, sembari menatap gadis itu, Audy.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyGlAMEFegj
Nenek yang merasakan ketegangan itu, langsung menoleh dan melihat ke arah Audy. Seolah mengerti kerumitan pikiran cucunya, nenek mendekat dan mengalihkan perhatian Revan agar tidak membingungkan orang-orang di sekitar.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡt2utSPhc3N
“Jadi, Van, kamu mau jajanan yang mana?” tanya nenek, sambil berdiri di hadapan Revan, menutupi pandangannya terhadap Audy.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmIwHHRt5ar
“Nek, gadis itu…” bisiknya penuh harap.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDaFRkKfoZu
“Shh, jangan berisik. Tenang dan simpan saja dalam hati,” jawab nenek sembari mengangguk penuh makna.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTy5h3aAuUv
Revan menuruti petunjuk nenek, merasakan betapa nenek menyimpan sebuah rahasia penting. “Mau jajanan yang mana, Van? Nenek bawa ke Pak Somat untuk dibayar,” ucap nenek lembut.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrbeQii0Qe8
“Yang ini saja, nek,” jawab Revan seraya mengambil satu jajanan tanpa ragu lagi.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡv5aIFPPbth
“Cuma ini?” tanya nenek lagi.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2ky7DhXPkH
“Iya, ini saja, nek,” tegaskan Revan.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6TZZJsOVih
“Baiklah, nenek bayar dulu,” ucap nenek sambil membawa jajanan yang dipilihnya menuju Pak Somat.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡn8li8NH6ep
Di sisi lain, Ibu Tati masih berusaha membujuk Audy untuk memilih jajanan.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMVnyw3suBO
“Sudah, ayo pilih jajanan, seperti Revan yang sudah menemukan pilihannya,” rayu Ibu Tati.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoL5I9CkLAr
“Ah, nggak mau, malu, Oma. Nanti saja,” jawab Audy, terlihat tidak bersemangat.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1eHuXa3i4w
“Tidak apa-apa, kenalan saja dulu dengan Revan agar punya teman. Kamu kan tidak punya teman sama sekali,” bujuk Ibu Tati.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡF7VzZPWAkD
“Aku punya teman, Oma jangan bikin aku malu saja,” balas Audy.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡA80Ilejhpy
“Mas Revan, sini, kenalkan ini cucu Oma, namanya Audy,” panggil Ibu Tati.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSrT3bX2puB
Revan menoleh kepada neneknya, yang mengangguk mengizinkannya untuk mendekati Audy.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCQGqNJhOIV
“Iya, Ibu,” ucapnya sambil melangkah mendekati gadis itu.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYFp8xnju67
“Mulai sekarang, jangan panggil Ibu lagi. Panggil Oma, seperti Audy,” kata Ibu Tati.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡA9N1lsVyo9
“Eh, iya, baik, Oma,” jawab Revan, merasa hangat dengan panggilan baru itu.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6S4Foa2Fk0
“Sekarang, mulai kenalan dengan cucu Oma yang cantik ini. Revan, temani ya,” ucap Oma, mendorong mereka berdua untuk berinteraksi.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaLaGeeYlPM
“Oma…” bisik Audy, tampak sedikit canggung.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEGJcAsNKmV
“Iya, siap, Oma,” jawab Revan, tersenyum.
178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYPuFeaIeRq
Akhirnya, tanpa terasa, mereka berdua pun saling berkenalan, mulai menjalin pertemanan yang diharapkan bisa membawa kebahagiaan di antara mereka.178Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNJuJNQNmtL
